Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Rahmat Alloh
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
RAHMAT ALLOH
Berkata
Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang
sanad-nya menyambung sampai ke Sohabat Nabi Abu Hurayroh RA., aku mendengar Rasululloh bersabda: “Alloh menciptakan/ menjadikan Rahmat menjadi
100 bagian, maka Alloh tahan/ simpan di sisi Alloh sebanyak 99 bagian, dan
Alloh hanya menurunkan 1 bagian Rahmat saja ke alam dunia ini. Dengan sebab
diturunkannya 1 bagian Rahmat itu saja, maka saling kasih mengasihi seluruh
makhluk yang ada di alam dunia ini. Sampai-sampai seekor kuda mengangkat ia
punya kakinya agar jangan sampai menginjak anaknya.”
Berkata
Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang
sanad-nya menyambung sampai ke Rasululloh, sesungguhnya Rasululloh bersabda: “Sesungguhnya
Alloh memiliki 100 Rahmat, dan Alloh turunkan dari yang 100 Rahmat tadi hanya1
Rahmat saja untuk seluruh penghuni dunia yang meliputi 1 Rahamat tadi hingga ajal
(akhir hayat) mereka.”
Dalam
suatu riwayat, waktu menjelang akhir
hayatnya Nabi kita Muhammad SAW. menangis, maka Malaikat Jibril AS.
menghampirinya dan bertanya apa yang menyebabkan Nabi menangis? Nabi menjawab: “Aku khawatir dengan keselamatan umatku bila
aku sudah tidak ada di alam dunia.”
Akhirnya Malaikat Jibril AS. naik ke langit (akan tetapi bukan berarti
Alloh ada di atas langit), dan kemudian Malaikat Jibril kembali menemui Baginda
Nabi Muhammad SAW. Malaikat Jibril AS.
menyampaikan: Sesungguhnya Tuhanmu berkata: “Rahmat
Alloh kepada umat Muhammad, jauh lebih besar dari pada Rahmatmu kepada umatmu.”
Di
Hari Qiyamaat nanti Alloh akan gabung Rahmat Alloh yang 1 tadi dengan Rahmat
Alloh yang 99, maka Alloh menghimpun/ menyempurnakan Rahmat tadi menjadi 100
bagian. Alloh akan sebarkan kepada Kekasih-Kekasih Alloh dan Hamba-Hamba Alloh
yang toat kepadaNYA.
Berkata
Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala: “Nabi sudah menjelaskan dan menerangkan apa yang telah Alloh siapkan
bagi orang-orang mu’minin dari pada Rahmat Alloh, tujuannya agar Hamba Alloh
yang mu’min ini pandai-pandai dalam mensyukuri dan memuji ni’mat Alloh, atas
apa-apa yang telah Alloh mulyakan mereka dari pada Rahmat.”
Merupakan
suatu kemulyaan bagi kita sebagai mu’minin Alloh berikan Rahmat, dengan tujuan
agar kita sebagai mu’min memuji dan mensyukuri atas apa yang telah Alloh
berikan berupa Rahmat Alloh. Kita hargai dan Syukuri Rahmat yang Alloh berikan
itu dengan cara kita gunakan Rahmat Alloh dalam bentuk apapun juga pada jalan
yang Alloh perintahkan dan Alloh Ridhoi. Kita gunakan Rahmat Alloh yang berupa
harta, kesehatan dll. tersebut untuk mengerjakan amal-amal sholeh, jangan kita
gunakan untuk berma’shiyaat kepada Alloh. Karena sesungguhnya orang yang
mengharapkan Rahmat Alloh, pasti dia akan beramal sholeh. Sekalipun kita masuk
ke Syurga dengan Rahmat Alloh, tetapi Rahmat Alloh dapat diperoleh dengan jalan
kita bersungguh-sungguh dalam beramal Sholeh.
Sesuai
dengan Firman Alloh SWT.: “Sesungguhnya Rahmat Alloh itu dekat
kepada orang-orang yang mukhsinin (berbuat baik).” Dalam ayat yang lain Alloh berfirman: “Siapa orang yang berharap berjumpa dengan
Tuhannya, hendaknya ia berbuat/ mengerjakan amal-amal sholeh.” Dan
Alloh juga berfirman: “Dan Rahmat-KU
luas meliputi segala sesuatu.” Rahmat
Alloh lebih dahulu sampai dibandingkan Murka-NYA. Segala sesuatu ada bagiannya, artinya semua
makhluk mendapatkan bagian dari Rahmat Alloh.
Dari
Ibnu Abbas RA., beliau berkata:
Sewaktu turun ayat: “Dan Rahmat-KU luas meliputi segala sesuatu.” Semua
makhluk akan mendapatkan bagian dari Rahmat Alloh. Sewaktu turun ayat ini, maka
Iblis mengangkat lehernya tinggi-tinggi mengharapkan mendapatkan bagian dari
Rahmat Alloh. Iblis Lanatulloh berkata: “Aku
termasuk bagian dari sesuatu tadi, maka aku akan mendapatkan Rahmat-NYA.” Yahudi dan Nasrani pun seperti itu juga,
mereka mengangkat leher mereka tinggi-tinggi, karena mereka menyangka bahwa
mereka juga termasuk bagian dari sesuatu
tadi yang akan mendapatkan Rahmat Alloh. Kemudian Alloh melanjutkan FirmanNYA: “Maka
AKU akan jadikan RahmatKU bagi orang-orang yang menjahui Syriq (mensekutukan
Alloh) dan membayar zakat dan mereka yang beriman kepada ayat-ayat Alloh.” Setelah mendengar kelanjutan ayat tersebut,
maka putuslah harapan mereka, yaitu Iblis, Yahudi dan Nasrani. Karena Yahudi
dan Nasarani melakukan syriq kepada Alloh. Tetapi dalam pengakuan mereka,
Yahudi dan Nasrani berkata bahwa mereka tidak berbuat syiriq kepada Alloh, dan
mereka mengeluarkan zakat, serta mereka mengaku beriman dengan ayat-ayat Alloh.
Tetapi sesungguhnya tidak benar pengakuan mereka. Kemudian Alloh melanjutkan
FirmanNYA: “Yaitu orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang Ummi.” Yaitu tuntunan dari Nabi kita Muhammad
SAW. Yang akan mendapatkan Rahmat Alloh
adalah mereka yang mengakui kenabian dari Nabi kita Muhammad SAW. Setelah
mendengar kelanjutan ayat di atas, maka tambah putus asa Yahudi dan Nasrani,
karena mereka tidak mengakui kenabian dari Nabi kita Muhammad SAW. Tinggalah Rahmat Alloh, Alloh khususkan untuk
diberikan kepada orang-orang mu’min. 100 Rahmat yang Alloh persiapkan khusus
diberikan untuk orang-orang mu’minin, maka keluarlah Iblis, Yahudi dan Nasarani
dari bagian yang akan mendapatkan Rahmat Alloh.
Maka
yang wajib atas tiap-tiap mu’min, bahwa dia wajib memuji kepada Alloh, atas apa
yang Alloh mulyakan mereka dengan Iman kepada Alloh. Tidak ada siapapun juga
yang dapat memberikan Iman kepada seseorang, Iman semata-mata pemberian Alloh.
Iman merupakan anugrah Alloh yang wajib di syukuri, tanpa ada usaha dari kita,
kita keluar ke alam dunia ini dalam keadaan beriman. Dan Alloh jadikan dia
punya nama bagian dari pada kelompok orang-orang mu’minin. Dan dia memohon
kepada Tuahannya agar memaafkan segala dosa-dosanya.
Berkata
Yahya bin Mu’adz Ar Roozy RA. : “Hai Tuhanku, KAU sudah turunkan di atas kami semuanya sebanyak 100
Rahmat, dengan 1 Rahmat KAU mulyakan aku berupa Islam. Jika kau turunkan nanti
di akhirat 100 Rahmat, maka tentunya layak dan pantas kami mengharapkan
RahmatMU.”
Berkata
Yahya bin Mu’adz Ar Roozy RA. : “Hai Tuhanku jika pahalaMU ini KAU peruntukkan untuk orang-orang yang
taqwa/ taat kepadaMU, dan RahmatMU diperuntukkan untuk orang-orang mu’min yang
berdosa, maka sesungguhnya meskipun aku bukan termasuk orang yang taat
kepadaMU, sungguh aku mengharapkan pahala dari pada KAMU. Aku mu’min yang
banyak berbuat dosa, maka aku mengharapkan Rahmat dari pada KAMU.”
Yahya bin
Mu’adz Ar Roozy
RA.
berkata lagi: “ENGKAU (Alloh)
jadikan Syurga sebagai waliimah (jamuan) untuk kekasih-kekasih KAMU, dan KAU
buat putus asa orang-orang kafir dari pada SyurgaMU. Dan kau ciptakan
Malaikat-MalaikatMU tidak butuh pada SyurgaMU, dan ENGKAU-pun tidak butuh akan SyurgaMU, jika tak KAU berikan Syurga
kepadaku untuk siapa Syurga KAU ciptakan?” Tentunya untuk kita yang mengharapkan
Syurga.
Berkata
Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang
sanad-nya menyambung sampai ke Sohabat Nabi Abu Sa’iid Al Hudry RA., Rasululloh bersabda: “Sungguh telah masuk
seorang laki-laki ke Syurga, ia tidah pernah melakukan kebaikan sedikitpun
juga, kecuali hanya tauhid (tidak mensekutukan Alloh). Suatu saat di waktu akan
menghembuskan nafas terakhirnya (meninggal dunia), ia berwasiat kepada
keluarganya, manakala ia meninggal maka ia meminta agar tubuh/ jasad-nya di
bakar (di kremasi) dan di tumbuk itu arang dari jasadku, kemudian taburkan abu
dari arang jasadku tadi menjadi dua bagian, sebagian ditaburkan di lautan dan
sebagian lagi di daratan. Pada saat lelaki tadi meninggal dunia, maka
keluarganya menjalankan wasiat/ pesan dari lelaki tadi. Maka kemudian Alloh
perintahkan daratan dan lautan untuk menghimpun/ menggabung abu dari jasad
orang yang sudah terpisah tadi. Maka keduanya (darat dan laut) menjalankan
perintah Alloh, mengumpulkan abu dari jasad yang sudah di kremasi menjadi satu.
Kemudian Alloh bertanya: “Apa yang
mendorong kamu atas sesuatu yang sudah kamu lakukan?” Lelaki tadi menjawab: “Semata-mata karena aku takut dengan murka/ adzaab-MU, sehingga aku mewasiatkan
keluargaku untuk membakar jasad diriku dan membuang abunya sebagian di daratan
dan sebagian lagi di lautan. Karena aku menyadari betul bahwa aku telah banyak
berbuat ma’shiyat dan durhaka kepadaMU.”
Maka Alloh mengampuni segala dosanya
dari sebab rasa takut dan tauhid-nya kepada Alloh. Dasar dari ampunan Alloh,
karena adanya tauhid dalam dirinya,
bahwa ia mengesakan (tidak mensekutukan) Alloh. Tauhid sangat mahal harganya,
untuk itu kita harus mensyukuri tauhid yang Alloh tanamkan dalam hati kita.
Berkata
Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang
sanad-nya menyambung sampai ke Sohabat Nabi, Sohabat Nabi berkata: Rasululloh
melihat kami padahal saat itu kami sedang tertawa terbahak-bahak, maka Nabi
berkata kepada para sohabat yang sedang tertawa terbahak-bahak: “Kanapa kalian tertawa terbahak-bahak
padahal dibelakang kalian ada api neraka yang menanti kalian. Demi Alloh aku
tidak senang melihat kamu tertawa terbahak-bahak untuk kedua kalinya.” Kemudian Nabi meninggalkan para sohabat tadi.
Para sohabat setelah Nabi meninggalkan mereka, seakan-akan di atas kepala
mereka ada burung Nasar (Burung pemakan bangkai). Mereka tertunduk khusyu,
takut bergerak, tidak berani mengangkat kepala, setelah Nabi menampakkan rasa
amarahnya. Setelah Nabi berjalan pergi, kemudian Nabi kembali kepada kami, Nabi
berkata: “Hai sohabat-sohabatku, aku didatangi oleh Malaikat Jibril AS. atas
perintah Alloh, kemudian Malaikat Jibril mengatakan kepada Nabi kita Muhammad
SAW.: “Alloh berkata kepadamu wahai
Muhammad SAW., Hai Muhammad jangan kau buat frustasi (putus asa) hamba-hambaku
dari pada Rahmat-KU. Beritahu kepada hamba-hamba-KU, sesungguhnya AKU ini
adalah Zat yang Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang, dan sesungguhnya Adzaab-KU
amat pedih.”
Jadi
didahulukan Kasih Sayang dahulu baru kemudian ancaman. Ini adalah bentuk dari
kasih sayang Alloh, akan tetapi pada dasarnya Alloh dan Rasul-Nya tidak senang kepada orang yang banyak
tertawa. Orang yang banyak tertawa menandakan bahwa ia kurang akalnya.
Berkata
Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang
sanad-nya menyambung sampai ke Sohabat Nabi Abdulloh bin Yaziid bin Abdulloh bin‘Amar
bin Aash RA., Rasululloh bersabda: “Sesungguhnya
Alloh tidak menganggap besar dosa seorang hamba (Alloh tidak keberatan dengan
dosa yang besar dari seorang hamba), untuk DIA tidak mengampuni dosa hambanya.” Disisi Alloh dosa besar ataupun dosa kecil
sama saja. Ada seorang laki-laki sebelum kamu, ia membunuh sebanyak 99 jiwa,
kemudian dia ada niat baik untuk bertobat kepada Alloh, kemudian dia mendatangi
seorang Rahib/ Pastur/ Pendeta. Kemudian lelaki tersebut berkata: “Hai pendeta, aku ini sudah membunuh
sebanyak 99 jiwa, apakah kau dapati jalan bagiku untuk bertaubat?” Pendeta
menjawab: “Tidak ada jalan/ kesempatan
bagimu untuk bertobat, kau sudah melampaui batas.” Maka lelaki tadi bangkit dari duduknya dan
menghampiri pendeta dan membunuh itu pendeta, karena pendeta sudah membuatnya
frustasi. Kemudian dia mendatangi lagi pendeta yang lain, maka lelaki itu
berkata: “Hai pendeta aku sudah membunuh
100 jiwa, apakah kau dapati jalan bagiku untuk bertaubat?” Pendeta menjawab: “Engkau sudah melampaui batas, tetapi aku tidak tahu apakah ada jalan
atau tidak bagimu untuk bertobat. Tetapi di sana ada 2 kampung, satu di antara
dua kampung namanya Bushro dan kampung
yang kedua disebut Kufroh. Adapun kaum Bushro ini adalah satu kaum yang
melakukan amalan-amalan ahli Syurga, yaitu beribadah kepada Alloh. Tidak ada
yang mengerjakan selain itu, tidak ada yang berbuat ma’syiaat kepada Alloh,
tidak ada yang menetap di situ selain ahli ibadah. Adapun ahli Kufroh, mereka
adalah kaum yang mengerjakan amalan-amalan ahli Neraka, kerjaan yang tidak
Alloh ridhoi seperti: mabuk, berjudi, zina dll. Tidak tinggal pada kampung
Kufroh melainkan orang-orang yang mengerjakan amalan-amalan ahli Neraka
Jahanam, tidak ada ahli ibadah seorangpun yang tinggal disitu. Jika kamu
mendatangi kampung Bushro, maka kamu akan berbuat sebagaimana perbuatan amal-amal mereka, yaitu beribadah kepada
Alloh. Jika kamu mengikuti peribadatan yang sama seperti amalan-amalan mereka,
maka janganlah kamu ragu-ragu sedikitpun juga untuk bertobat kepada Alloh, maka
pasti Alloh terima tobat kamu.”
Maka
lelaki tadi pergi meninggalkan si-pendeta untuk mendatangi kaum Bushro. Tatkala
ia sudah berada diantara 2 kampung (di pertengahan kampung), sebagian badannya
berada di kampung Bushro dan sebagian badannya lagi berada di kampong Kufroh,
maka datanglah maut (kematian) menjemputnya. Maka bertengkar disitu antara
Malaikat Rahmat dan Malaikat Adzaab, karena
tidak ada kesepakatan diantara kedua Malaikat, maka mereka bertanya kepada
Tuhannya. “Bagaimana dengan orang ini
apakah ia termasuk ahli Neraka atau ahli Syurga? Apakah ia akan mendadapat
adzaab atau akan mendapatkan ni’mat?”
Maka dikatakan kepada mereka (2 malaikat): “Silahkan kamu ukur jarak perjalannan dia ke 2 kampung, apakah ia lebih
dekat ke Bushro atau ke Kufroh? Jika ia lebih dekat ke arah Bushro, maka dia
terbilang ahli ibadah/ ahli Sya’adah/ ahli Syurga. Jika ia lebih dekat ke arah
Kufroh, maka dia terbilang ahli ma’shiyat / ahli Saqowah/ ahli Neraka Jahanam.”
Itulah
hukum Alloh melalui Malaikat. Setelah diukur, maka Malaikat mendapati ini
orang, lebih dekat jaraknya ke kampung Bushro (perkampungan orang baik) dari
pada kampung Kufroh (perkampungan orang tidak baik), meskipun tidak jauh
perbedaannya, sekedar jarak ruas jari saja. Maka ditulislah dan ditentukan dia
sebagai ahli khoiir (baik) atau ahli
Syurga. Padahal ia belum sempat beramal kebaikan, tetapi karena rahmat Alloh ia
dimasukan ke dalam golongan orang-orang penghuni Syurga.
Berkata
Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang
sanad-nya menyambung sampai ke Sohabat Nabi Abdulloh bin Mas’ud RA., Rasululloh bersabda: “Ada 3 hal dan aku
bersumpah atas yang 3 ini, dan yang ke-4 andaikata aku bersumpah atas yang ke-4
ini, pasti aku benarkan sumpahku ini.
1. Alloh tidak
melindungi seorang hamba di dunia, maka kemudian Alloh serahkan perlindungan
tadi di Hari Qiyaamat.
2. Alloh tidak
menjadikan orang yang mempunyai saham/ andil dalam menegakkan agama Islam sama
bagiannya dengan orang yang tidak mempunyai saham/ andil dalam menegakkan agama
Islam.
3. Tidaklah
seorang mencintai suatu kaum melainkan seorang yang mencintai kaum tadi akan
bersama mereka di Hari Qiyaamat. Bila kita cinta dengan orang sholihin, maka
kita akan bersama mereka di Hari Qiyaamat kelak. Bila kita cinta dengan orang
yang tidak baik, maka nanti di Hari Qiyaamat kitapun akan bersama mereka.
4. Alloh tidak menutupi
keaiban seorang hamba di alam dunia, melainkan Alloh tutupi keaibannya di
akhirat nanti.
Berkata
Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang
sanad-nya menyambung sampai ke Sohabat Nabi Abdulloh bin Mas’ud RA., Rasululloh bersabda: “Ada 4 ayat dalam
Surah An-Nisa, itu ayat lebih baik bagi kaum muslimin dari pada dunia beserta
isinya.
1. “Sesungguhnya Alloh tidak mengampuni hamba-NYA
manakala mensekutukan DIA dan DIA mengampuni dosa selain itu.” Alloh tidak mengampuni dosa Syirik dan IA mengampuni dosa selain itu. Dosa
sebesar apapun juga bila ia bertobat, maka Alloh ampuni, kecuali dosa Syirik
(mensekutukan Alloh), bagi hambaNYA yang Alloh kehendaki.
2. Jika mereka
men-dzholimi diri-diri mereka (tidak beribadah dan
melanggar aturan Alloh), andaikata orang yang men-dzholimi diri mereka datang
kepadamu wahai Muhammad SAW., kemudian mereka memohon ampun kepada Alloh dan
Rasul-pun memohon ampun untuk mereka kepada Alloh, maka mereka pasti mendapati
Alloh Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
3. Jika kamu
menjauhkan dosa-dosa besar, yaitu yang kamu hilangkan dari padanya (menjauhkan
apa yang dilarang Alloh dari dosa-dosa besar), niscaya KAMI ampuni dari pada
kamu dosa-dosa kamu, dan KAMI masukkan kalian semua ketempat yang mulya
(Syurga).
4. Siapa orang
yang berbuat dosa (men-dzholimi dirinya), kemudian dia minta ampun
kepada Alloh, dia mendapati Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Hadits
riwayat dari Jaabir bin Abdillah Al ‘Anshoory
RA., Rasululloh bersabda: “Syafaahku diperuntukkan
bagi orang yang berbuat dosa besar dari pada umatku.” Sengaja Nabi menyimpan Syafaahnya khusus
untuk menolong umatnya yang melakukan dosa-dosa besar.
Hadits
riwayat dari Jaabir bin Abdillah Al ‘Anshoory
RA., Rasululloh bersabda: “Siapa
orang tidak terbilang dari ahlul kabaair
(melakukan dosa besar), ia tidak butuh akan Syafaah.” Amal ibadahnya yang akan menyelamatkannya
dari Neraka Jahanam.
Hadits
riwayat dari Annas bin Maalik RA., Rasululloh
bersabda: “Syafaahku aku peruntukkan
untuk orang yang berbuat dosa besar dari pada umatku.” Siapa orang yang mendustakannya (tidak
percaya) dengan ini Hadits, maka dia pasti tidak mendapatkan Syafaah dari
Bagianda Nabi Muhammad SAW.
Hadits
Nabi yang di Riwayatkan dari Muhammad
bin Munkadir dari Jaabir bin Abdullah Al ‘Anshoory, Rasululloh bersabda: “Baru saja dari sisiku kholilli (karibku/
kawanku) Jibril AS., Jibril berkata:
“Ya Muhammad, demi Alloh yang telah mengutusmu dengan benar sebagai Nabi,
sesungguhnya Alloh memiliki hamba dari sekian banyak hamba-hambaNYA, yang mana
hamba ini beribadah kepada Alloh di atas puncak gunung selama 500 tahun
lamanya. Lebarnya itu tempat ibadah (gunung), luasnya 30 x 30 dziro . Dan lautan yang mengelilingi puncak
gunung tadi seluas 4.000 farsakh dari segala penjuru. Alloh alirkan/ pancarkan
untuk hamba yang ibadah ini, mata air tawar selebar jari tangan, dan air itu berkumpul/
menggenangi di bawah kaki gunung. Dan pohon delima (rum’maanah) yang mengeluarkan/ menghasilkan buah
delima setiap hari untuk kebutuhan hidupnya. Jika datang waktu sore ia turun
dari puncak gunung, dan ia berwudhu dan mengambil itu rum’maanah dan ia memakannya.
Kemudian dia bangkit untuk shalat dan ia memohon kepada Alloh agar Alloh
mencabut nyawanya dalam keadaan sujud. Dan ia juga memohon kepada Alloh agar
bumi dan segala sesuatu (binatang, cacing dan lainnya) yang ada di bumi jangan
sampai memakan jasadnya, hingga Alloh bangitkan ia kelak dalam keadaan sujud.
Maka Alloh kabulkan permohonannya, ia mati dalam keadaan sujud dan jasad
tubuhnya tetap utuh tidak dimakan oleh binatang sedikitpun juga.”
Malaikat
Jibril AS. berkata: “Kami selalu melewati
di hadapan orang yang beribadah selama 500 tahun, pada saat kami turun dari
langit dan saat kami naik ke langit. Pada saat kami melewatinya ia dalam
keadaan sujud.” Kemudian Malaikat
Jibril AS. berkata: “Ternyata kami dapati
orang yang sujud selama 500 tahun ini catatannya di Lauhil Mahfudz pada saat di bangkitkan di Hari Qiyaamat
kelak tidak mulus. Ia ditahan di hadapan Alloh SWT.” Alloh berkata kepada si-hamba ini: “Hai malaikat-malaikatKU, masukkan hambaKU
ini ke dalam Syurga dengan RahmatKU.” Karena orang ini merasa ibadahnya luar biasa selama
500 tahun lamanya tanpa henti, maka ia tidak terima Alloh masukan ia ke Syurga
dengan RahmatNYA. Maka orang ini berkata kepada Alloh: “Wahai Alloh aku tidak mau masuk ke Syurga berdasarkan RahmatMU, tetapi
aku mau masuk Syurga dengan sebab amal ibadahku.” Maka Alloh berkata kepada malaikat-malaikatnya:
“Hai malaikatKU, silahkan hisab hambaKU
ini dengan ni’matKU yang AKU anugerahkan kepadanya dengan amal ibadahnya.” Maka dihisab antara ni’mat yang Alloh
anugrahkan kepadanya dengan amal ibadah yang dikerjakannya. Ternyata sewaktu di
hisab, ia dapati ni’mat penglihatan (mata) sudah meliputi/ menutupi peribadatannya
selama 500 tahun.
Belum lagi dihisab ni’mat-ni’mat
Alloh yang lainnya. Untuk itu kita jangan merasa berpuas diri dengan amal
ibadah yang kita lakukan, karena ibadah yang dilakukan secara sungguh-sungguh
selama 500 tahun saja, baru dapat menutupi ni’mat yang Alloh anugerahkan berupa
ni’mat penglihatan saja. Jangan merasa puas diri telah banyak mengerjakan
Qiyamul Lail, Shalat Dhuha, Membaca Al Qur’an, Dzikir, Shalawat dan lainnya,
hendaknya kita manfaatkan waktu semaksimal mungkin selama kita hidup di alam
dunia untuk beribadah kepada Alloh. Jangan sia-siakan waktu kita untuk
mengerjakan hal-hal yang tidak bermanfaat apalagi untuk berbuat ma’shiyat kepada Alloh.
Kemudian
Alloh berkata: “Hai malaikat-malaikatKU,
masukkan hambaKU ini ke dalam Neraka Jahanam.” Maka dibawalah hamba ini ke Neraka Jahanam,
pada saat di giring oleh malaikat menuju ke Neraka Jahanam, maka hamba ini
memanggil-manggil: “Ya Rabb, dengan RahmatMU
ya Rabb, masukkan aku ke Syurga.” Alloh
Maha Bijak, Alloh tidak menyia-nyiakan amalan hambaNYA yang telah beramal
sekian lama, Alloh memaklulmi keinginan hambaNYA, setelah si-hamba menyadari
kesalahannya, maka Alloh perintahkan malaikat untuk menarik si-hamba ini dari
arah ke Neraka Jahanam menuju ke Syurga. Kemudian dihadapkanlah si-hamba ini
kehadapan Alloh, dan Alloh berdialog dengan si-hamba ini:
-
Alloh:
“Wahai hambaKU, siapa yang menciptakan kamu padahal kamu belum berbentuk
apa-apa?”
-
Si-hamba:
“Engkau Ya Robb, yang menciptakan aku dari tidak ada menjadi ada.”
-
Alloh:
“Apakah AKU ciptakan kamu dari tidak ada menjadi ada, apakah itu dengan sebab
amalmu atau RahmatKU?”
-
Si-hamba:
“Dengan sebab RahmatMU kau ciptakan aku ya Rabb.”
-
Alloh:
“Siapa yang membuatmu kuat sehingga kamu dapat beribadah selama 500 tahun
lamanya?”
-
Si-hamba:
“Engkau juga Ya Rabb, yang membuatku kuat dalam beribadah.”
-
Alloh:
“Siapa yang menurunkan kamu di satu gunung yang ada di tengah-tengah lautan/
samudra? Dan siapa yang menyediakan air
minum yang tawar ditengah-tengah air yang asin? Dan siapa yang menyediakan buah
rum’maanah (delima) setiap hari, adatnya (gholib-nya) buah rum’maanah (delima)
berbuah setahun sekali?”
Ada 3 hal yang pantas (tidak tercela)
untuk membangkit/ mengungkit atas jasa yang telah diberikannya:
1. Alloh pantas
membangkit/ mengungkit hamba-NYA.
2. Nabi pantas
membangkit/ mengungkit umatnya.
3. Guru/ Ustdz
pantas membangkit muridnya.
Imam Ali Karomallohu Wajha berkata:
“Aku ajarkan ia memanah, sewaktu sudah hebat dan kuat ia punya lengan, pada
akhirnya ia gunakan kepandaiannya itu untuk mencelakai aku.”
Ada juga seorang murid yang didik
hingga menjadi pandai oleh gurunya, tetapi pada akhirnya ia memusuhi dan
mencerca gurunya, karena ia sudah merasa lebih hebat dari gurunya.
Orang biasa tidak terpuji bila ia
berdoa kepada Alloh memohon untuk dipanjangkan umurnya, sedangkan jika ulama-ulama
berdoa kepada Alloh meminta dipanjangkan umurnya terpuji (bagus), karena umur
yang panjang dari ulama membawa manfaat bagi orang banyak. Sedangkan orang
biasa semacam kita ini kurang terpuji bila meminta dipanjangkan umur, karena
belum tentu kita dapat memanfaatkan umur kita untuk beribadah kepada Alloh,
malah dikhawatirkan dengan umur yang panjang semakin banyak ma’shiyat yang kita kerjakan.
-
Alloh:
“Kau memintaKU untuk mencabut nyawamu dalam keadaan sujud, AKU qobulkan
permintaanmu itu, engkau mati dalam keadaan sujud. Siapa yang melakukan itu
semuanya?”
-
Si-hamba:
“Engkau Ya Rabb, Engkau yang melakukan semua itu.”
-
Alloh:
“Semua itu AKU lakukan bukan karena pahlamu tetapi semata-mata karena RahmatKU
kepadamu selaku hambaKU. Dan dengan RahmatKU pula engkau AKU masukkan ke
Syurga.”
-
Alloh:
“Hai Malaikat masukkan hambaKU ini ke dalam Syurga. Engkau adalah hambaKU yang
terbaik.”
Alloh masih memuji hambaNYA, meskipun
hambaNYA ini pernah berbuat salah kepadaNYA.
Malaikat
Jibril AS. berkata: “Semuanya tergantung kepada Rahmat Alloh.”
Jadi jangan merasa puas dengan amal
ibadah kita, selalu memohon Rahmat Alloh. Rahmat Alloh dapat dicapai dengan
mengerjakan amal ibadah semaksimal mungkin dan sesuai dengan kemampuan kita.
Hadits
Nabi yang diriwayatkan dari Hasani,
Rasululloh bersabda: Tidaklah berhimpun 2 sifat Harap (Rojaa) dan Cemas/ Takut (Khof)
di hati seorang muslim di saat meninggal dunia.
Manakala berhimpun 2 sifat di hati
seorang muslim pada saat ia meninggal dunia, yaitu adanya harapan untuk mendapatkan
Rahmat dan Ampunan Alloh dan ada juga rasa takut akan Adzab Alloh.
Melainkan
Alloh berikan apa yang di harapkannya, yaitu mendapatkan Rahmat, Ridho dan
Ampunan Alloh. Dan Alloh palingkan dari orang ini apa yang dicemaskan/
ditakutkan berupa adzab qubur, mati Su’ul
Khotimah dan lainnya.
Hadits
Nabi yang diriwayatkan Aby Sa’iid Al Baqbary dari Abu
Hurayroh RA., Rasululloh bersabda:
“Tidak akan sama salah seorang dari pada kamu dengan sebab amalnya.”
Karena amal ibadah dapat rusak dengan
sebab: Sum’ah, riyaa, dan bermacam-macam penyakit hati lainnya. Amal ibadah
yang banyak yang kita kerjakan belum tentu Alloh terima semuanya, karena ada
penyakit-penyakit hati yang dapat merusak kita punya amal ibadah.
Sohabat
bertanya: “Tidak juga engkau wahai Rasul?” Rasululloh menjawab: “Akupun
demikian juga, tidak dapat selamat dengan amalku, kecuali Alloh merahmati aku
dengan RahmatNYA.”
Perkataan Nabi ini hanya merupakan
sifat Tawadhu Nabi, karena Nabi pernah bersabda: “Aku dapati anakku Siti
Fatimah dan anak cucunya Alloh jauhi dari api neraka.” Jika anak cucunya dari Siti Fatimah, Alloh
jauhi dari api neraka bagaimana dengan Nabi sendiri, tentunya lebih Alloh jamin
lagi.
Bersahaja
dalam beribadah, jangan berlebihan dalam beribadah, jangan memaksakan diri bila
kondisi kita belum sampai pada maqom-nya. Misalkan kita akan shalat malam
sebanyak 100 rakaat, membaca shalawat 1.000 kali, setelah berjalan seminggu
tidak diamalkan lagi. Begitulah cara iblis membuat kita punya diri ‘kapok’
dalam beribadah. Untuk orang yang mempunyai kekuatan dalam agama, mengerjakan
amal ibadah yang banyak itu bagus.
Melatih
diri (riyadhoh) dalam beribadah itu
perlu, untuk meninggkatkan kwalitas keimanan kita, akan tetapi jangan
memaksakan langsung beribadah secara habis-habisan (sebanyak-banyaknya), tetapi
hendaknya dikerjakan bertahap, sedikit demi sedikit, setelah terbiasa ditambah
lagi jumlahnya, terus dilakukan seperti itu.
Ibadah
yang kuat/ berat diambil oleh Anbiya (Nabi-nabi) dan Ulama-ulama, sedangkan
ibadah yang sederhana yang seperti dilakukan oleh orang-orang semacam kita.
Imam Sya’roni, bila ia
berkholwat, ibadah di malam hari, tambang berada di lehernya untuk menjaga agar
dirinya tetap terjaga jangan sampai tertidur.
Nabi pernah bersabda: “Amal yang
paling Alloh sukai adalah amal yang
paling berat.” Hal ini untuk orang
yang kuat (maqomnya sudah tinggi). Sedangkan untuk golongan seperti kita, amal
yang paling baik adalah amal yang dilakukan dengan istiqomah, biar sedikit yang
terpenting rutin dikerjakan, sambil kita terus melatih diri untuk meningkatkan
amal ibadah kita.
Luruskan
kita punya peribadatan, jangan salah dalam beribadah, jangan sampai kita sudah
banyak beribadah ternyata salah dalam beribadah. Aqidah kita harus benar,
mendapatkan guru yang benar. Orang yang paling rugi adalah orang salah ia punya
aqidahnya, salah dalam mengerjakan amal ibadahnya, karena salah dalam
mendapatkan guru.
Keluarlah
kamu kamu di pagi/ siang hari untuk beramal, dan manfaatkan sebagian akhir
malam untuk beribadah. Biasakan sederhana
(qoshda) dalam hidup, jangan thoma’ (menuruti hawa nafsu
kamu), sehingga kamu akan mencapai tujuan kamu yaitu Rahmat Alloh.
Hadits
Riwayat dari Annas bin Maalik RA.,
Rasululloh bersabda: “Mudahkan oleh kamu
dan jangan dipersulit,”
Kita dianjurkan memberikan
kemudahan-kemudahan dalam hal berda’wah, sesuai dangan bakat dan kemampuan kita
dalam berda’wah. Bila ada qoul yang dapat dipegang untuk hal-hal yang mudah,
maka berikan hal-hal yang mudah. Dalam qitab Miizaanul Qubro, ada hal-hal yang keras/ berat dalam hal ibadah
atau hukum itu merupakan bagian dari para Anbiya. Untuk hal-hal yang mudah/
ringan dalam hukum dan amalan untuk golongan dhuafa/ orang yang lemah. Masiang-masing Ulama Fuqoha (Ulama
Fiqih), Alloh berikan pemahaman kepada mereka ada yang berpegang pada hal-hal
yang keras, tentunya lebih afdhol bagi yang mampu, dan ada juga yang
berpegangan pada hal-hal yang sederhana/ tidak keras, untuk kalangan dhuafa
(orang yang lemah kondisinya).
Alloh berfirman: “Beritahukan kepada HambaKU, Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
dan AdzaabKU sangat dahsyat.” Jadi
Alloh mendahulukan kasih sayangnya dibandingkan dengan AdzaabNYA.
Contohnya untuk orang yang akan masuk
Islam, jangan langsung dikatakan kepadanya jika mau masuk Islam harus sunat
terlebih dahulu. Tetapi hendaknya berproses/ bertahap, bila ia belum sunat,
maka setiap dia beristinja dia harus membersihkan najis sampai ke qulub (kulit
kelaminnya), sehingga sempurna istinjanya. Nanti setelaha ia istiqomah
menjalankan agama Islam, maka pada saatnya dia akan mengerti bahwa untuk
kesempurnaan Islamnya, maka dia harus bersunat. Meskipun bila dia tetap tidak
mau bersunatpun sampai ia mati, tetap sah Islamnya, asalkan saat ia beristinja
ataupun mandi janabah, maka ia wajib membersihkan najis sampai ke lipatan
qulubnya.
Agama ini luwes, tidak ada yang
sulit, tinggal bagaimana kita membawanya, akan tetapi jangan dimudah-mudahkan
atau digampang-gampangkan dengan mencari-cari qoul-qoul yang dhoif. Jangan
mencari-cari jalan agar hal-hal yang sudah Alloh hukumkan haram dicari dalil
yang dhoif agar menjadi halal. Hukum agama jangan dijadikan seperti kunci
Inggris, dapat diatur/ dipergunakan sesuai kemauan kita.
“Kasih kabar
gembira, jangan membuat mereka jauh dari Rahmat Alloh.”
Sebanyak apapun dosa seseorang ada
kemudahan untuk mendapatkan ampunan Alloh. Bila ada orang yang ingin masuk
Islam, maka jangan kita persulit, harus mempelajari dulu tentang keiman dan
keislam, mempelajari tentang tata cara sholat dll., jika sampai saatnya ia
belum masuk Islam dan dia keburu mati, maka kita menjadi berdosa karenanya.
Untuk masuk Islam jangan dipersulit dengan harus membayar sejumlah uang. Akan
tetapi juga jangan digampang-gampangin, jangan yang haram dirubah menjadi
halal.
Jika kita akan memberikan tuntunan
kepada seseorang, maka kita harus mengukur diri siapa diri kita? Dan kepada
siapa tuntunan itu akan disampaikan? Jangan merasa besar padahal kemampuan
tidak ada, maka ini yang akan membuat bahaya. Dia sesat dan akan menyesatkan
orang.
Berkata
Ibnu Mas’ud RA.: “Senantiasa/ selalu Rahmat Alloh meliputi/
menaungi manusia sampai Hari Qiyaamat, sehingga sampai-sampai iblis mengangkat
ia punya kepala, karena ia dapat melihat begitu luas Rahmat Alloh dan begitu luas
pula Alloh memberikan kesempatan kepada seseorang untuk dapat memberikan syafaat
(pertolongan) kepada sesamanya.”
Nabi
kita Muhammad SAW. bersabda: Nanti di Hari Qiyaamat akan ada seruan/ panggilan
dari bawah ‘Arasy . “Hai Umat Muhammad, adapun dosa-dosa yang
dahulu kamu lakukan sudah AKU ampuni untuk kamu, yang tinggal/ tersisa adalah dosa-dosa kamu kepada sesama manusia,
maka saling memaafkanlah kamu, sekarang silahkan kamu masuk Syurga dengan
RahmatKU.”
Fudil bin ‘Iyaadh, berkata: “Khof (rasa takut) manakala kamu dalam
keadaan sehat itu lebih utama dibandingkan dengan mengharapkan Rahmat Alloh,”
Selagi badan kita masih sehat
manfaatkan waktu kita untuk memperbanyak amal ibadah, jangan terlalu banyak
berharap dengan Rahmat Alloh.
“Manakala
si-Hamba sakit dan sudah tidak lagi mampu beramal/ ibadah, maka Rojaa (harapan)
lebih afdhol/ utama, yaitu mengharapkan Rahmat dan Ampunan Alloh.”
Setelah kita jatuh sakit atau
memasuki usia tua, dan kita sudah tidak mampu untuk memperbanyak amal ibadah
kita, maka kita berharap akan ampunan dan Rahmat Alloh.
Selagi
muda dan sehat jangan malas untuk beribadah, jangan timbulkan anggapan bahwa
Rahmat Alloh begitu luas sehingga timbul malas untuk beribadah, tetapi
bayangkan adzaab Alloh bila kita kurang dalam berbuat amal sholeh. Sedangkan
disaat kita sakit atau memasuki usia tua, maka
jangan kita putus asa karena kita sudah tidak dapat beribadah seperti saat
kita masih sehat dan muda, maka disaat itulah Rojaa (harapan) akan Rahmat dan
Ampunan Alloh lebih utama.
Alloh
sesuai dengan sangkaan dari hambaNYA, bila sudah memasuki usia tua atau dalam kondisi
sakit, maka jangan tanamkan rasa takut akan adzaab Alloh, atau menyangka bahwa
Alloh tidak akan mengampuni dosa kita, dan rasa takut tidak akan mendapatkan
Rahmat Alloh, maka bisa jadi Alloh akan mengadzaab kita sesuai dengan apa yang
kita sangkakan kepadaNYA.
Berkata
Faqih
Assamarqondhi Rahimahullohu Taala,
ia meriwayatkan Hadits Qudsy yang sanad-nya sampai ke Abi Rawaad dan Hadits ini juga di riwayatkan oleh Abu Dauud RA., Alloh berfirman: Alloh
mewahyukan kepada Nabi Alloh Daud AS.: “Ya
Daud AS., berikan khabar gembira kepada orang-orang yang berbuat dosa, dan berikan
peringatan kepada orang-orang Shid’diiqin (orang yang sejalan antara tutur kata
dan perbuatannya).” Nabi Daud AS.
berkata: “Bagaimana cara aku memberikan
khabar gembira kepada orang-orang mudznibiin
(orang yang berbuat dosa) dan memberikan peringatan kepada orang-orang Shid’diiqin?”
Maka Alloh menjawab: “Berikan khabar gembira kepada mudznibiin,
sesungguhnya AKU tidak merasa keberatan untuk mengampuni dosa-dosa seseorang
(sebanyak apapun dosanya). Dan berikan peringatan kepada orang-orang Shid’diiqin,
jangan mereka merasa ‘Ujub (sombong/ hebat) dengan amal ibadahnya, sehingga
terlena untuk meningkatkan kwalitas ibadahnya.”
“AKU tidak
meletakan keadilanKU dan HisabKU, manakala AKU jalankan KeadilanKU dan HisabKU
atas diri seseorang, pasti akan membinasakan mereka.”
Sebagaimana Sabda Rasululloh: “Siapa yang di hisab pasti di adzaab.” Karena
yang menghisab sangatlah teliti dan jeli, sehingga orang yang dihisab tidak
akan lulus dari hisab. Alloh sangat teliti dan jeli, sehingga perbuatan sekecil
apapun tidak akan lolos dari hisabNYA.
Hadits
Qudsy yang di Riwayatkan dari Abu Dauud
RA. dan sebagian ahli Kitab, Alloh berfirman: “AKU adalah Alloh, AKU raja diatas raja, hati-hati raja itu ada dalam
kekuasaanKU/ genggamanKU, ‘bun-bun’-an mereka ada dalam kekuasaanKU/
genggamanKU, bangsa/ kaum yang mana saja bila AKU ridho kepada mereka, maka AKU
jadikan hati-hati raja menjadi Rahmat bagi mereka.”
Bila kaum/ bangsa benar dalam
beribadah kepada Alloh, maka Alloh jadikan hati-hati raja menjadi Rahmat bagi
mereka. Jika hamba-hamba Alloh sudah meninggalkan ibadah dan gemar berbuat
ma’shiyaat kepada Alloh, maka Alloh kirimkan kepada mereka penguasa yang jahil (bodoh) dan dzholim.
“Manakala
bangsa/ kaum yang mana saja, AKU murka kepada mereka, AKU jadikan hati-hati
raja menjadi adzaab bagi mereka.”
Alloh kirimkan raja yang dzholim
kepada mereka dapat disebabkan karena mereka melanggar perintah Alloh,
mengerjakan larangan Alloh dan tidak menjalankan hukum-hukum Alloh.
Manusia wajib membangun suatu
pemerintahan (mengangkat seorang raja/ pemimpin yang adil, meskipun kaum
munafiqin mengganggapnya tidak wajib). Alloh tidak ada kewajiban apa-apa untuk
mendirikan pemerintahan yang adil, kita yang mempunyai kewajiban mendirikan/
memilih pemerintahan muslim yang adil. Manakala kita mendapatkan pemimpin
muslim yang adil, itu karena berkat dari ibadah kita dan menjalankan
hukum-hukum Alloh, maka Alloh turunkan atas kita pemimpin yang adil.
“Jangan sibukan
kau punya diri dengan mengutuk penguasa/ raja yang sudah berjalan dengan tertib
(sesuai aturan).”
Hal ini pernah terjadi di negeri ini,
pemimpin yang sudah berjalan sesuai aturan, baik, Islami, relegius semacam
Presiden BJ. Habibie ternyata sengaja dijatuhkan oleh orang muslim sendiri yang
mempunyai ambisi ingin menggantikannya menjadi pemimpin di negeri ini.
“Tobatlah
kamu kepadaKU, niscaya akan AKU tundukkan/ lunakan hati mereka (raja/ penguasa)
kepada kamu.”
Hadits
yang diriwayatkan dari Abu Hurayroh RA.,
Rasululloh bersabda: “Andaikata seorang
mu’min mengetahui adzaab yang Alloh persiapkan, maka tidak akan ada seorangpun
yang mempuyai harapan untuk dapat masuk Syurga.”
Umur yang Alloh berikan panjang,
tetapi amal ibadah yang kita kerjakan tidak seberapa/ sedikit, sedangkan dosa
yang kita kerjakan cukup banyak.
“Andaikata
orang kafir tahu apa yang ada disisi Alloh dari pada RahmatNYA, pasti orang
kafir tidak akan putus asa dari Rahmat Alloh untuk selamanya.”
Menceritakan
kepada kami Abu Ya’laa Al Husein bin
Muhammad Anaysaabuury terus menyambung sanadnya sampai ke Ahmad bin Sahal, ia berkata: Aku telah
memimpikan Yahya bin ‘Aktsam bin Manam dalam mimpiku: “Ya Yahya, apa yang Alloh perlakukan terhadap kamu? Yang aku ketahui
kamu orang sholeh, orang baik, orang mulya.” Ia menceritakan Alloh panggil aku: “Hai orang
tua renta yang jahat, engkau telah melakukan perbuatan-perbuatan yang keji.” “Ya Rabb, aku tidak diceritakan hal semacam
ini tentangMU, yang aku pernah dengar dari Hadits-Hadits, ENGKAU sangat
menghargai/ menghormati orang-orang tua.” Alloh berfirman: “Dengan apa kamu
diceritakan tentang AKU?” “Yang aku
dengar dari Hadits yang diriwayatkan dari Aisyah RA. dari Nabi Muhammad dari
Jibril AS.: ENGKAU pernah berakta: “Tidak ada seorang muslim yang beruban (tua)
dalam keadaan Islam sedangkan AKU ingin meng-adzaab-nya, melainkan AKU malu mengAdzaabnya.”
KH. Ahmad Junaidi menggolongkan orang
tua kedalam 3 golongan: Ada orang yang tua karena pamor, yaitu orang yang
dianggap tua karena ilmuannya yang luas hingga dihormati orang, meskipun
usianya belum sampai 40 tahun. Ada orang tua karena umur, yaitu orang yang
memasuki usia tua dengan sewajarnya dan ia mengisi umurnya dengan beribadah
kepada Alloh. Ada orang tua karena kejemur, yaitu orang yang tuanya karena dihabiskan ia punya waktu
ditempat-tempat yang tidak bermanfaat, seperti nongkrong di jalan, main catur
dll.
“Ya Yahya,
AKU tidak mengadzaab orang yang tua dalam Islam.”
Manakala seseorang sudah memasuki
usia 90 tahun dalam keadaan Islam, maka yang Alloh tulis adalah kebaikannya.
Semakin tua semakin terhormat kedudukannya disisi Alloh asalkan ia beribadah
kepada Alloh. “Betapa banyak orang yang
mukanya merah (sehat), di Hari Qiyaamat digiring ke Neraka Jahanam.” Berkat olah raga dia sehat, tetapi ia lalai
dalam menutup aurotnya.
“Kemudian
Alloh perintahkan aku berjalan ke arah kanan menuju Syurga. Alloh perintahkan
malaikat membawaku ke SyurgaNYA.”
Hadits
yang diriwayatkan oleh Syaidina Umar RA.,
Syaidina Umar menghadap Nabi dan ia dapati Nabi sedang menangis, Syaidina Umar
berkata: “Apa yang membuatmu menangis hai
Rasululloh?” Nabi menjawab: Jibril baru saja datang kepadaku, Jibril
berkata: “Sesungguhnya Alloh malu
mengadzaab seseorang yang sudah tua dalam keadaan Islam. Tetapi kenapa tidak
malu orang tua yang dalam keadaan Islam bahwa ia durhaka kepada Alloh?”
Berkata
Al Faqih
Abu Lalyits Assamarqondhi Rahimahullohutaala: “Maka
yang wajib atas orang yang sudah tua,
Berdasarkan Lughot: Syekh/ orang tua
adalah sebutan untuk orang yang sudah mencapai usia 40 tahun, sedangkan
menurut istilah Syekh adalah: Siapapun
yang luas ilmunya, sekalipun usianya masih muda belia, boleh di panggil dengan
sebutan Syekh.
Hendaknya dia
tahu/ sadar betul bahwa itu merupakan kemulyaan/ kemurahan dari Alloh hingga ia mencapai usia 40 tahun
hingga Alloh malu untuk mengadzaabnya. Maka hendaknya dia bersyukur kepada
Alloh atas ni’maat yang telah Alloh anugrahkan berupa umur panjang. Hendaknya
dia malu kepada Alloh Yang Maha Perkasa Lagi Maha Agung, karena Alloh telah
memberikan kepadanya kehormatan, untuk dia tidak ibadah kepada Alloh. Hendaknya
kita malu kepada kedua malaikat kaatibiin, yaitu malaikat yang mencatat amal
kebaikan dan amal keburukan kita. Dia hendaknya mencegah/ menahan diri dari
perbuatan ma’shiyat. Dan hendaknya dia bersungguh-sungguh dalam berbuat toat
kepada Alloh. Karena siapapun juga tidak mengetahui kapan tiba ajal/
kematiannya? Karena manakala tanaman sudah dekat masa panennya, maka tidak
menunggu waktu lama lagi untuk di panen. Demikian pula anak muda wajib bertaqwa
kepada Alloh, dan dia harus menjauhi ma’shiyat-ma’shiyat, dan dia
bersungguh-sungguh dalam toat kepada Alloh, karena dia tidak tahu kapan akan
datang ajalnya. Apabila si-pemuda bersungguh-sungguh dalam berbuat toat kepada
Alloh, mencegah/ menghindari diri dari perbuatan ma’shiyat, maka Alloh akan
naungi dia di akhirat kelak di bawah ‘Arsy-NYA. Yaitu di hari yang tidak ada
naungan kecuali naungan Alloh, sebagaimana dalam Hadits yang disampaikan dari
Nabi kita Muhammad SAW.
“Siapa orang
mencapai usia 40 tahun ternyata ia punya amal kebaikannya sedikit bila
dibandingkan dengan kejahatannya/ ma’shiyatnya, maka hendaknya dia mengambil
tempatnya di Neraka Jahanam.”
Seharusnya memasuki usia 40 tahun dia
sudah harus Istiqomah dalam beribadah, karena kebanyakan Nabi-Nabi diangkat
pada menjadi Nabi pada usia 40 tahun.
Berkata
Faqih
Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang
sanad-nya menyambung sampai ke Abu
Hurayroh RA., Rasululloh bersabda: “Ada 7 golongan manusia yang akan
mendapatkan naungan dari Alloh SWT. kelak di hari Qiyamat di bawah ‘Arsy-NYA,
di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Alloh SWT.
1. Imam (Pemimpin) Yang Adil
Tidak tebang-pilih dalam menegakkan
hukum, semuanya mempunyai haq yang sama di hadapan hukum. Menjalankan
pemerintahannya dengan adil, tidak memihak kepada satu golongan tertentu saja.
Contoh Imam yang adil adalah Syaidini Umar RA., dia menegakkan hukum meskipun
kepada anaknya sendiri, Abdulloh bin Umar yang di hukum mati karena telah
berbuat zina meskipun dalam keadaan mabuk. Lain halnya dengan pemerintahan kita
saat ini yang tidak dapat bertindak tegas kepada orang yang telah menistakan Al
Qur’an.
2. Seorang Pemuda Yang Tumbuh Besar Dalam Beribadah Kepada
Alloh
Sejak mulai memasuki usia baligh
hingga terus tumbuh dewasa, dia selalu melazimkan untuk terus beribadah kepada
Alloh. Disamping dia menjalankan kehidupan pribadinya, dia tidak lupa untuk
terus beribadah kepada Alloh SWT.
3. Seorang Laki-laki Yang Hatinya Terpaut Dengan
Masjid
Manakala dia keluar dari masjid, maka
ada keinginan di hatinya untuk kembali lagi ke masjid.
4. Dua Orang Laki-laki/ Dua Orang Perempuan Yang Saling
Bercinta-cintaan Karena Alloh
Mereka saling bercinta-cintaan karena
Alloh, dan mereka berkumpul karena Alloh, dan mereka berpisah karena Alloh.
Berkumpulnya mereka bukan karena motivasi dunia, tetapi karena motivasi Alloh
SWT.
5. Laki-laki Yang Dzikir Kepada Alloh Dalam Keadaan
Sunyi Hingga Keluar Air Matanya
Dia berdzikir kepada Alloh dalam
keadaan sunyi dan tidak ada yang mengetahuinya, hingga berlinang kedua matanya
karena mengingat begitu banyak dosanya kepada Alloh.
6. Laki-laki atau Perempuan Yang Bershodaqoh Secara
Sembunyi-sembunyi
Banyak atau sedikitnya ia bershodaqoh
secara sembunyi-sembunyi, tidak dia umumkan/ beritahukan kepada orang banyak,
bahkan keluarganya sendiripun tidak tahu, sampai-sampai tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang dikerjakan oleh tangan kanannya.
7. Laki-laki Yang Diajak Oleh Perempuan Yang Cantik
Rupawan Untuk Berbuat Zina, Dan Dia Berkata: “Aku Takut Akan Adzaab Alloh Yang
Maha Perkasa Lagi Maha Agung.”
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang
al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar