Sabtu, 12 November 2016

TASAWUF - Rahmat Alloh



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Rahmat Alloh
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

RAHMAT  ALLOH



Berkata Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang sanad-nya menyambung sampai ke Sohabat Nabi Abu Hurayroh RA., aku mendengar Rasululloh bersabda: “Alloh menciptakan/ menjadikan Rahmat menjadi 100 bagian, maka Alloh tahan/ simpan di sisi Alloh sebanyak 99 bagian, dan Alloh hanya menurunkan 1 bagian Rahmat saja ke alam dunia ini. Dengan sebab diturunkannya 1 bagian Rahmat itu saja, maka saling kasih mengasihi seluruh makhluk yang ada di alam dunia ini. Sampai-sampai seekor kuda mengangkat ia punya kakinya agar jangan sampai menginjak anaknya.”

Berkata Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang sanad-nya menyambung sampai ke Rasululloh, sesungguhnya Rasululloh bersabda: “Sesungguhnya Alloh memiliki 100 Rahmat, dan Alloh turunkan dari yang 100 Rahmat tadi hanya1 Rahmat saja untuk seluruh penghuni dunia yang meliputi 1 Rahamat tadi hingga ajal (akhir hayat) mereka.”

Dalam suatu riwayat, waktu menjelang akhir  hayatnya Nabi kita Muhammad SAW. menangis, maka Malaikat Jibril AS. menghampirinya dan bertanya apa yang menyebabkan Nabi menangis? Nabi menjawab: “Aku khawatir dengan keselamatan umatku bila aku sudah tidak ada di alam dunia.”  Akhirnya Malaikat Jibril AS. naik ke langit (akan tetapi bukan berarti Alloh ada di atas langit), dan kemudian Malaikat Jibril kembali menemui Baginda Nabi Muhammad SAW.  Malaikat Jibril AS. menyampaikan: Sesungguhnya Tuhanmu berkata: “Rahmat Alloh kepada umat Muhammad, jauh lebih besar dari pada Rahmatmu kepada umatmu.”

Di Hari Qiyamaat nanti Alloh akan gabung Rahmat Alloh yang 1 tadi dengan Rahmat Alloh yang 99, maka Alloh menghimpun/ menyempurnakan Rahmat tadi menjadi 100 bagian. Alloh akan sebarkan kepada Kekasih-Kekasih Alloh dan Hamba-Hamba Alloh yang toat kepadaNYA.  

Berkata Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala: “Nabi sudah menjelaskan dan menerangkan apa yang telah Alloh siapkan bagi orang-orang mu’minin dari pada Rahmat Alloh, tujuannya agar Hamba Alloh yang mu’min ini pandai-pandai dalam mensyukuri dan memuji ni’mat Alloh, atas apa-apa yang telah Alloh mulyakan mereka dari pada Rahmat.”

Merupakan suatu kemulyaan bagi kita sebagai mu’minin Alloh berikan Rahmat, dengan tujuan agar kita sebagai mu’min memuji dan mensyukuri atas apa yang telah Alloh berikan berupa Rahmat Alloh. Kita hargai dan Syukuri Rahmat yang Alloh berikan itu dengan cara kita gunakan Rahmat Alloh dalam bentuk apapun juga pada jalan yang Alloh perintahkan dan Alloh Ridhoi. Kita gunakan Rahmat Alloh yang berupa harta, kesehatan dll. tersebut untuk mengerjakan amal-amal sholeh, jangan kita gunakan untuk berma’shiyaat kepada Alloh. Karena sesungguhnya orang yang mengharapkan Rahmat Alloh, pasti dia akan beramal sholeh. Sekalipun kita masuk ke Syurga dengan Rahmat Alloh, tetapi Rahmat Alloh dapat diperoleh dengan jalan kita bersungguh-sungguh dalam beramal Sholeh.

Sesuai dengan Firman Alloh SWT.: “Sesungguhnya Rahmat Alloh itu dekat kepada orang-orang yang mukhsinin (berbuat baik).”  Dalam ayat yang lain Alloh berfirman: “Siapa orang yang berharap berjumpa dengan Tuhannya, hendaknya ia berbuat/ mengerjakan amal-amal sholeh.”  Dan Alloh juga berfirman: “Dan Rahmat-KU luas meliputi segala sesuatu.”  Rahmat Alloh lebih dahulu sampai dibandingkan Murka-NYA.  Segala sesuatu ada bagiannya, artinya semua makhluk mendapatkan bagian dari Rahmat Alloh.

Dari Ibnu Abbas RA., beliau berkata: Sewaktu turun ayat: “Dan Rahmat-KU luas meliputi segala sesuatu.”  Semua makhluk akan mendapatkan bagian dari Rahmat Alloh. Sewaktu turun ayat ini, maka Iblis mengangkat lehernya tinggi-tinggi mengharapkan mendapatkan bagian dari Rahmat Alloh. Iblis Lanatulloh berkata: “Aku termasuk bagian dari sesuatu tadi, maka aku akan mendapatkan Rahmat-NYA.”  Yahudi dan Nasrani pun seperti itu juga, mereka mengangkat leher mereka tinggi-tinggi, karena mereka menyangka bahwa mereka juga  termasuk bagian dari sesuatu tadi yang akan mendapatkan Rahmat Alloh. Kemudian Alloh melanjutkan FirmanNYA: “Maka AKU akan jadikan RahmatKU bagi orang-orang yang menjahui Syriq (mensekutukan Alloh) dan membayar zakat dan mereka yang beriman kepada ayat-ayat Alloh.”  Setelah mendengar kelanjutan ayat tersebut, maka putuslah harapan mereka, yaitu Iblis, Yahudi dan Nasrani. Karena Yahudi dan Nasarani melakukan syriq kepada Alloh. Tetapi dalam pengakuan mereka, Yahudi dan Nasrani berkata bahwa mereka tidak berbuat syiriq kepada Alloh, dan mereka mengeluarkan zakat, serta mereka mengaku beriman dengan ayat-ayat Alloh. Tetapi sesungguhnya tidak benar pengakuan mereka. Kemudian Alloh melanjutkan FirmanNYA: “Yaitu orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang Ummi.”   Yaitu tuntunan dari Nabi kita Muhammad SAW.  Yang akan mendapatkan Rahmat Alloh adalah mereka yang mengakui kenabian dari Nabi kita Muhammad SAW. Setelah mendengar kelanjutan ayat di atas, maka tambah putus asa Yahudi dan Nasrani, karena mereka tidak mengakui kenabian dari Nabi kita Muhammad SAW.  Tinggalah Rahmat Alloh, Alloh khususkan untuk diberikan kepada orang-orang mu’min. 100 Rahmat yang Alloh persiapkan khusus diberikan untuk orang-orang mu’minin, maka keluarlah Iblis, Yahudi dan Nasarani dari bagian yang akan mendapatkan Rahmat Alloh.

Maka yang wajib atas tiap-tiap mu’min, bahwa dia wajib memuji kepada Alloh, atas apa yang Alloh mulyakan mereka dengan Iman kepada Alloh. Tidak ada siapapun juga yang dapat memberikan Iman kepada seseorang, Iman semata-mata pemberian Alloh. Iman merupakan anugrah Alloh yang wajib di syukuri, tanpa ada usaha dari kita, kita keluar ke alam dunia ini dalam keadaan beriman. Dan Alloh jadikan dia punya nama bagian dari pada kelompok orang-orang mu’minin. Dan dia memohon kepada Tuahannya agar memaafkan segala dosa-dosanya.

Berkata Yahya bin Mu’adz Ar Roozy RA. : “Hai Tuhanku, KAU sudah turunkan di atas kami semuanya sebanyak 100 Rahmat, dengan 1 Rahmat KAU mulyakan aku berupa Islam. Jika kau turunkan nanti di akhirat 100 Rahmat, maka tentunya layak dan pantas kami mengharapkan RahmatMU.”

Berkata Yahya bin Mu’adz Ar Roozy RA. : “Hai Tuhanku jika pahalaMU ini KAU peruntukkan untuk orang-orang yang taqwa/ taat kepadaMU, dan RahmatMU diperuntukkan untuk orang-orang mu’min yang berdosa, maka sesungguhnya meskipun aku bukan termasuk orang yang taat kepadaMU, sungguh aku mengharapkan pahala dari pada KAMU. Aku mu’min yang banyak berbuat dosa, maka aku mengharapkan Rahmat dari pada KAMU.”

Yahya bin Mu’adz Ar Roozy RA.  berkata lagi: “ENGKAU (Alloh) jadikan Syurga sebagai waliimah (jamuan) untuk kekasih-kekasih KAMU, dan KAU buat putus asa orang-orang kafir dari pada SyurgaMU. Dan kau ciptakan Malaikat-MalaikatMU tidak butuh pada SyurgaMU, dan    ENGKAU-pun tidak butuh akan SyurgaMU, jika tak KAU berikan Syurga kepadaku untuk siapa Syurga KAU ciptakan?”  Tentunya untuk kita yang mengharapkan Syurga.



Berkata Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang sanad-nya menyambung sampai ke Sohabat Nabi Abu Sa’iid Al Hudry RA., Rasululloh bersabda: “Sungguh telah masuk seorang laki-laki ke Syurga, ia tidah pernah melakukan kebaikan sedikitpun juga, kecuali hanya tauhid (tidak mensekutukan Alloh). Suatu saat di waktu akan menghembuskan nafas terakhirnya (meninggal dunia), ia berwasiat kepada keluarganya, manakala ia meninggal maka ia meminta agar tubuh/ jasad-nya di bakar (di kremasi) dan di tumbuk itu arang dari jasadku, kemudian taburkan abu dari arang jasadku tadi menjadi dua bagian, sebagian ditaburkan di lautan dan sebagian lagi di daratan. Pada saat lelaki tadi meninggal dunia, maka keluarganya menjalankan wasiat/ pesan dari lelaki tadi. Maka kemudian Alloh perintahkan daratan dan lautan untuk menghimpun/ menggabung abu dari jasad orang yang sudah terpisah tadi. Maka keduanya (darat dan laut) menjalankan perintah Alloh, mengumpulkan abu dari jasad yang sudah di kremasi menjadi satu. Kemudian Alloh bertanya: “Apa yang mendorong kamu atas sesuatu yang sudah kamu lakukan?”  Lelaki tadi menjawab: “Semata-mata karena aku takut dengan murka/ adzaab-MU, sehingga aku mewasiatkan keluargaku untuk membakar jasad diriku dan membuang abunya sebagian di daratan dan sebagian lagi di lautan. Karena aku menyadari betul bahwa aku telah banyak berbuat  ma’shiyat dan durhaka kepadaMU.”  Maka Alloh mengampuni segala dosanya dari sebab rasa takut dan tauhid-nya kepada Alloh. Dasar dari ampunan Alloh, karena  adanya tauhid dalam dirinya, bahwa ia mengesakan (tidak mensekutukan) Alloh. Tauhid sangat mahal harganya, untuk itu kita harus mensyukuri tauhid yang Alloh tanamkan dalam hati kita.

Berkata Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang sanad-nya menyambung sampai ke Sohabat Nabi, Sohabat Nabi berkata: Rasululloh melihat kami padahal saat itu kami sedang tertawa terbahak-bahak, maka Nabi berkata kepada para sohabat yang sedang tertawa terbahak-bahak: “Kanapa kalian tertawa terbahak-bahak padahal dibelakang kalian ada api neraka yang menanti kalian. Demi Alloh aku tidak senang melihat kamu tertawa terbahak-bahak untuk kedua kalinya.”  Kemudian Nabi meninggalkan para sohabat tadi. Para sohabat setelah Nabi meninggalkan mereka, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung Nasar (Burung pemakan bangkai). Mereka tertunduk khusyu, takut bergerak, tidak berani mengangkat kepala, setelah Nabi menampakkan rasa amarahnya. Setelah Nabi berjalan pergi, kemudian Nabi kembali kepada kami, Nabi berkata: “Hai sohabat-sohabatku, aku didatangi oleh Malaikat Jibril AS. atas perintah Alloh, kemudian Malaikat Jibril mengatakan kepada Nabi kita Muhammad SAW.: “Alloh berkata kepadamu wahai Muhammad SAW., Hai Muhammad jangan kau buat frustasi (putus asa) hamba-hambaku dari pada Rahmat-KU. Beritahu kepada hamba-hamba-KU, sesungguhnya AKU ini adalah Zat yang Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang, dan sesungguhnya Adzaab-KU amat pedih.”
Jadi didahulukan Kasih Sayang dahulu baru kemudian ancaman. Ini adalah bentuk dari kasih sayang Alloh, akan tetapi pada dasarnya Alloh dan Rasul-Nya  tidak senang kepada orang yang banyak tertawa. Orang yang banyak tertawa menandakan bahwa ia kurang akalnya.

Berkata Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang sanad-nya menyambung sampai ke Sohabat Nabi Abdulloh bin Yaziid bin Abdulloh bin‘Amar bin Aash RA., Rasululloh bersabda: “Sesungguhnya Alloh tidak menganggap besar dosa seorang hamba (Alloh tidak keberatan dengan dosa yang besar dari seorang hamba), untuk DIA tidak mengampuni dosa hambanya.”  Disisi Alloh dosa besar ataupun dosa kecil sama saja. Ada seorang laki-laki sebelum kamu, ia membunuh sebanyak 99 jiwa, kemudian dia ada niat baik untuk bertobat kepada Alloh, kemudian dia mendatangi seorang Rahib/ Pastur/ Pendeta. Kemudian lelaki tersebut berkata: “Hai pendeta, aku ini sudah membunuh sebanyak 99 jiwa, apakah kau dapati jalan bagiku untuk bertaubat?” Pendeta menjawab: “Tidak ada jalan/ kesempatan bagimu untuk bertobat, kau sudah melampaui batas.”  Maka lelaki tadi bangkit dari duduknya dan menghampiri pendeta dan membunuh itu pendeta, karena pendeta sudah membuatnya frustasi. Kemudian dia mendatangi lagi pendeta yang lain, maka lelaki itu berkata: “Hai pendeta aku sudah membunuh 100 jiwa, apakah kau dapati jalan bagiku untuk bertaubat?”  Pendeta menjawab: “Engkau sudah melampaui batas, tetapi aku tidak tahu apakah ada jalan atau tidak bagimu untuk bertobat. Tetapi di sana ada 2 kampung, satu di antara dua kampung namanya Bushro  dan kampung yang kedua disebut Kufroh.  Adapun kaum Bushro ini adalah satu kaum yang melakukan amalan-amalan ahli Syurga, yaitu beribadah kepada Alloh. Tidak ada yang mengerjakan selain itu, tidak ada yang berbuat ma’syiaat kepada Alloh, tidak ada yang menetap di situ selain ahli ibadah. Adapun ahli Kufroh, mereka adalah kaum yang mengerjakan amalan-amalan ahli Neraka, kerjaan yang tidak Alloh ridhoi seperti: mabuk, berjudi, zina dll. Tidak tinggal pada kampung Kufroh melainkan orang-orang yang mengerjakan amalan-amalan ahli Neraka Jahanam, tidak ada ahli ibadah seorangpun yang tinggal disitu. Jika kamu mendatangi kampung Bushro, maka kamu akan berbuat sebagaimana perbuatan  amal-amal mereka, yaitu beribadah kepada Alloh. Jika kamu mengikuti peribadatan yang sama seperti amalan-amalan mereka, maka janganlah kamu ragu-ragu sedikitpun juga untuk bertobat kepada Alloh, maka pasti Alloh terima tobat kamu.” 
Maka lelaki tadi pergi meninggalkan si-pendeta untuk mendatangi kaum Bushro. Tatkala ia sudah berada diantara 2 kampung (di pertengahan kampung), sebagian badannya berada di kampung Bushro dan sebagian badannya lagi berada di kampong Kufroh, maka datanglah maut (kematian) menjemputnya. Maka bertengkar disitu antara Malaikat Rahmat dan Malaikat Adzaab, karena tidak ada kesepakatan diantara kedua Malaikat, maka mereka bertanya kepada Tuhannya. “Bagaimana dengan orang ini apakah ia termasuk ahli Neraka atau ahli Syurga? Apakah ia akan mendadapat adzaab atau akan mendapatkan ni’mat?”  Maka dikatakan kepada mereka (2 malaikat): “Silahkan kamu ukur jarak perjalannan dia ke 2 kampung, apakah ia lebih dekat ke Bushro atau ke Kufroh? Jika ia lebih dekat ke arah Bushro, maka dia terbilang ahli ibadah/ ahli Sya’adah/ ahli Syurga. Jika ia lebih dekat ke arah Kufroh, maka dia terbilang ahli ma’shiyat / ahli Saqowah/ ahli Neraka Jahanam.” 
Itulah hukum Alloh melalui Malaikat. Setelah diukur, maka Malaikat mendapati ini orang, lebih dekat jaraknya ke kampung Bushro (perkampungan orang baik) dari pada kampung Kufroh (perkampungan orang tidak baik), meskipun tidak jauh perbedaannya, sekedar jarak ruas jari saja. Maka ditulislah dan ditentukan dia sebagai ahli khoiir  (baik) atau ahli Syurga. Padahal ia belum sempat beramal kebaikan, tetapi karena rahmat Alloh ia dimasukan ke dalam golongan orang-orang penghuni Syurga.

Berkata Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang sanad-nya menyambung sampai ke Sohabat Nabi Abdulloh bin Mas’ud RA., Rasululloh bersabda: “Ada 3 hal dan aku bersumpah atas yang 3 ini, dan yang ke-4 andaikata aku bersumpah atas yang ke-4 ini,  pasti aku benarkan sumpahku ini.
1.    Alloh tidak melindungi seorang hamba di dunia, maka kemudian Alloh serahkan perlindungan tadi di Hari Qiyaamat.
2.    Alloh tidak menjadikan orang yang mempunyai saham/ andil dalam menegakkan agama Islam sama bagiannya dengan orang yang tidak mempunyai saham/ andil dalam menegakkan agama Islam.
3.    Tidaklah seorang mencintai suatu kaum melainkan seorang yang mencintai kaum tadi akan bersama mereka di Hari Qiyaamat. Bila kita cinta dengan orang sholihin, maka kita akan bersama mereka di Hari Qiyaamat kelak. Bila kita cinta dengan orang yang tidak baik, maka nanti di Hari Qiyaamat kitapun akan bersama mereka.
4.    Alloh tidak menutupi keaiban seorang hamba di alam dunia, melainkan Alloh tutupi keaibannya di akhirat nanti.

Berkata Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang sanad-nya menyambung sampai ke Sohabat Nabi Abdulloh bin Mas’ud RA., Rasululloh bersabda: “Ada 4 ayat dalam Surah An-Nisa, itu ayat lebih baik bagi kaum muslimin dari pada dunia beserta isinya.
1.    “Sesungguhnya Alloh tidak mengampuni hamba-NYA manakala mensekutukan DIA dan DIA mengampuni dosa selain itu.”  Alloh tidak mengampuni dosa Syirik  dan IA mengampuni dosa selain itu. Dosa sebesar apapun juga bila ia bertobat, maka Alloh ampuni, kecuali dosa Syirik (mensekutukan Alloh), bagi hambaNYA yang Alloh kehendaki.
2.    Jika mereka men-dzholimi  diri-diri mereka (tidak beribadah dan melanggar aturan Alloh), andaikata orang yang men-dzholimi diri mereka datang kepadamu wahai Muhammad SAW., kemudian mereka memohon ampun kepada Alloh dan Rasul-pun memohon ampun untuk mereka kepada Alloh, maka mereka pasti mendapati Alloh Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
3.    Jika kamu menjauhkan dosa-dosa besar, yaitu yang kamu hilangkan dari padanya (menjauhkan apa yang dilarang Alloh dari dosa-dosa besar), niscaya KAMI ampuni dari pada kamu dosa-dosa kamu, dan KAMI masukkan kalian semua ketempat yang mulya (Syurga).
4.    Siapa orang yang berbuat dosa (men-dzholimi dirinya), kemudian dia minta ampun kepada Alloh, dia mendapati Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Hadits riwayat dari Jaabir bin Abdillah Al ‘Anshoory RA., Rasululloh bersabda: “Syafaahku  diperuntukkan bagi orang yang berbuat dosa besar dari pada umatku.”  Sengaja Nabi menyimpan Syafaahnya khusus untuk menolong umatnya yang melakukan dosa-dosa besar.

Hadits riwayat dari Jaabir bin Abdillah Al ‘Anshoory RA., Rasululloh bersabda: “Siapa orang tidak terbilang dari ahlul kabaair  (melakukan dosa besar), ia tidak butuh akan Syafaah.”  Amal ibadahnya yang akan menyelamatkannya dari Neraka Jahanam.

Hadits riwayat dari Annas bin Maalik RA., Rasululloh bersabda: “Syafaahku aku peruntukkan untuk orang yang berbuat dosa besar dari pada umatku.”  Siapa orang yang mendustakannya (tidak percaya) dengan ini Hadits, maka dia pasti tidak mendapatkan Syafaah dari Bagianda Nabi Muhammad SAW.


Hadits Nabi yang di Riwayatkan dari Muhammad bin Munkadir dari Jaabir bin Abdullah Al ‘Anshoory, Rasululloh bersabda: “Baru saja dari sisiku kholilli (karibku/ kawanku) Jibril AS., Jibril berkata: “Ya Muhammad, demi Alloh yang telah mengutusmu dengan benar sebagai Nabi, sesungguhnya Alloh memiliki hamba dari sekian banyak hamba-hambaNYA, yang mana hamba ini beribadah kepada Alloh di atas puncak gunung selama 500 tahun lamanya. Lebarnya itu tempat ibadah (gunung), luasnya 30 x 30 dziro . Dan lautan yang mengelilingi puncak gunung tadi seluas 4.000 farsakh dari segala penjuru. Alloh alirkan/ pancarkan untuk hamba yang ibadah ini, mata air tawar selebar jari tangan, dan air itu berkumpul/ menggenangi di bawah kaki gunung. Dan pohon delima (rum’maanah) yang mengeluarkan/ menghasilkan buah delima setiap hari untuk kebutuhan hidupnya. Jika datang waktu sore ia turun dari puncak gunung, dan ia berwudhu dan mengambil itu rum’maanah dan ia memakannya. Kemudian dia bangkit untuk shalat dan ia memohon kepada Alloh agar Alloh mencabut nyawanya dalam keadaan sujud. Dan ia juga memohon kepada Alloh agar bumi dan segala sesuatu (binatang, cacing dan lainnya) yang ada di bumi jangan sampai memakan jasadnya, hingga Alloh bangitkan ia kelak dalam keadaan sujud. Maka Alloh kabulkan permohonannya, ia mati dalam keadaan sujud dan jasad tubuhnya tetap utuh tidak dimakan oleh binatang sedikitpun juga.”

Malaikat Jibril AS. berkata: “Kami selalu melewati di hadapan orang yang beribadah selama 500 tahun, pada saat kami turun dari langit dan saat kami naik ke langit. Pada saat kami melewatinya ia dalam keadaan sujud.”  Kemudian Malaikat Jibril AS. berkata: “Ternyata kami dapati orang yang sujud selama 500 tahun ini catatannya di Lauhil Mahfudz  pada saat di bangkitkan di Hari Qiyaamat kelak tidak mulus. Ia ditahan di hadapan Alloh SWT.”  Alloh berkata kepada si-hamba ini: “Hai malaikat-malaikatKU, masukkan hambaKU ini ke dalam Syurga dengan RahmatKU.”  Karena orang ini merasa ibadahnya luar biasa selama 500 tahun lamanya tanpa henti, maka ia tidak terima Alloh masukan ia ke Syurga dengan RahmatNYA. Maka orang ini berkata kepada Alloh: “Wahai Alloh aku tidak mau masuk ke Syurga berdasarkan RahmatMU, tetapi aku mau masuk Syurga dengan sebab amal ibadahku.”  Maka Alloh berkata kepada malaikat-malaikatnya: “Hai malaikatKU, silahkan hisab hambaKU ini dengan ni’matKU yang AKU anugerahkan kepadanya dengan amal ibadahnya.”  Maka dihisab antara ni’mat yang Alloh anugrahkan kepadanya dengan amal ibadah yang dikerjakannya. Ternyata sewaktu di hisab, ia dapati ni’mat penglihatan (mata) sudah meliputi/ menutupi peribadatannya selama 500 tahun.
Belum lagi dihisab ni’mat-ni’mat Alloh yang lainnya. Untuk itu kita jangan merasa berpuas diri dengan amal ibadah yang kita lakukan, karena ibadah yang dilakukan secara sungguh-sungguh selama 500 tahun saja, baru dapat menutupi ni’mat yang Alloh anugerahkan berupa ni’mat penglihatan saja. Jangan merasa puas diri telah banyak mengerjakan Qiyamul Lail, Shalat Dhuha, Membaca Al Qur’an, Dzikir, Shalawat dan lainnya, hendaknya kita manfaatkan waktu semaksimal mungkin selama kita hidup di alam dunia untuk beribadah kepada Alloh. Jangan sia-siakan waktu kita untuk mengerjakan hal-hal yang tidak bermanfaat apalagi untuk berbuat ma’shiyat  kepada Alloh.       
Kemudian Alloh berkata: “Hai malaikat-malaikatKU, masukkan hambaKU ini ke dalam Neraka Jahanam.”  Maka dibawalah hamba ini ke Neraka Jahanam, pada saat di giring oleh malaikat menuju ke Neraka Jahanam, maka hamba ini memanggil-manggil: “Ya Rabb, dengan RahmatMU ya Rabb, masukkan aku ke Syurga.”  Alloh Maha Bijak, Alloh tidak menyia-nyiakan amalan hambaNYA yang telah beramal sekian lama, Alloh memaklulmi keinginan hambaNYA, setelah si-hamba menyadari kesalahannya, maka Alloh perintahkan malaikat untuk menarik si-hamba ini dari arah ke Neraka Jahanam menuju ke Syurga. Kemudian dihadapkanlah si-hamba ini kehadapan Alloh, dan Alloh berdialog dengan si-hamba ini:
-        Alloh: “Wahai hambaKU, siapa yang menciptakan kamu padahal kamu belum berbentuk apa-apa?”
-        Si-hamba: “Engkau Ya Robb, yang menciptakan aku dari tidak ada menjadi ada.”
-        Alloh: “Apakah AKU ciptakan kamu dari tidak ada menjadi ada, apakah itu dengan sebab amalmu atau RahmatKU?”
-        Si-hamba: “Dengan sebab RahmatMU kau ciptakan aku ya Rabb.”
-        Alloh: “Siapa yang membuatmu kuat sehingga kamu dapat beribadah selama 500 tahun lamanya?”
-        Si-hamba: “Engkau juga Ya Rabb, yang membuatku kuat dalam beribadah.”
-        Alloh: “Siapa yang menurunkan kamu di satu gunung yang ada di tengah-tengah lautan/ samudra?  Dan siapa yang menyediakan air minum yang tawar ditengah-tengah air yang asin? Dan siapa yang menyediakan buah rum’maanah (delima) setiap hari, adatnya (gholib-nya) buah rum’maanah (delima) berbuah setahun sekali?”

Ada 3 hal yang pantas (tidak tercela) untuk membangkit/ mengungkit atas jasa yang telah diberikannya:
1.    Alloh pantas membangkit/ mengungkit hamba-NYA. 
2.    Nabi pantas membangkit/ mengungkit umatnya.
3.    Guru/ Ustdz pantas membangkit muridnya.
Imam Ali Karomallohu Wajha berkata: “Aku ajarkan ia memanah, sewaktu sudah hebat dan kuat ia punya lengan, pada akhirnya ia gunakan kepandaiannya itu untuk mencelakai aku.”
Ada juga seorang murid yang didik hingga menjadi pandai oleh gurunya, tetapi pada akhirnya ia memusuhi dan mencerca gurunya, karena ia sudah merasa lebih hebat dari gurunya.

Orang biasa tidak terpuji bila ia berdoa kepada Alloh memohon untuk dipanjangkan umurnya, sedangkan jika ulama-ulama berdoa kepada Alloh meminta dipanjangkan umurnya terpuji (bagus), karena umur yang panjang dari ulama membawa manfaat bagi orang banyak. Sedangkan orang biasa semacam kita ini kurang terpuji bila meminta dipanjangkan umur, karena belum tentu kita dapat memanfaatkan umur kita untuk beribadah kepada Alloh, malah dikhawatirkan dengan umur yang panjang semakin banyak ma’shiyat  yang kita kerjakan.

-        Alloh: “Kau memintaKU untuk mencabut nyawamu dalam keadaan sujud, AKU qobulkan permintaanmu itu, engkau mati dalam keadaan sujud. Siapa yang melakukan itu semuanya?”
-        Si-hamba: “Engkau Ya Rabb, Engkau yang melakukan semua itu.”
-        Alloh: “Semua itu AKU lakukan bukan karena pahlamu tetapi semata-mata karena RahmatKU kepadamu selaku hambaKU. Dan dengan RahmatKU pula engkau AKU masukkan ke Syurga.”
-        Alloh: “Hai Malaikat masukkan hambaKU ini ke dalam Syurga. Engkau adalah hambaKU yang terbaik.”
Alloh masih memuji hambaNYA, meskipun hambaNYA ini pernah berbuat salah kepadaNYA.

Malaikat Jibril AS. berkata: “Semuanya tergantung kepada Rahmat Alloh.”
Jadi jangan merasa puas dengan amal ibadah kita, selalu memohon Rahmat Alloh. Rahmat Alloh dapat dicapai dengan mengerjakan amal ibadah semaksimal mungkin dan sesuai dengan kemampuan kita.

Hadits Nabi yang diriwayatkan dari Hasani, Rasululloh bersabda: Tidaklah berhimpun 2 sifat Harap (Rojaa) dan Cemas/ Takut (Khof) di hati seorang muslim di saat meninggal dunia.
Manakala berhimpun 2 sifat di hati seorang muslim pada saat ia meninggal dunia, yaitu adanya harapan untuk mendapatkan Rahmat dan Ampunan Alloh dan ada juga rasa takut akan Adzab  Alloh.
Melainkan Alloh berikan apa yang di harapkannya, yaitu mendapatkan Rahmat, Ridho dan Ampunan Alloh. Dan Alloh palingkan dari orang ini apa yang dicemaskan/ ditakutkan berupa adzab qubur, mati Su’ul Khotimah dan lainnya.

Hadits Nabi yang diriwayatkan Aby Sa’iid Al Baqbary  dari Abu Hurayroh RA., Rasululloh bersabda: “Tidak akan sama salah seorang dari pada kamu dengan sebab amalnya.”
Karena amal ibadah dapat rusak dengan sebab: Sum’ah, riyaa, dan bermacam-macam penyakit hati lainnya. Amal ibadah yang banyak yang kita kerjakan belum tentu Alloh terima semuanya, karena ada penyakit-penyakit hati yang dapat merusak kita punya amal ibadah.
Sohabat bertanya: “Tidak juga engkau wahai Rasul?” Rasululloh menjawab: “Akupun demikian juga, tidak dapat selamat dengan amalku, kecuali Alloh merahmati aku dengan RahmatNYA.”
Perkataan Nabi ini hanya merupakan sifat Tawadhu Nabi, karena Nabi pernah bersabda: “Aku dapati anakku Siti Fatimah dan anak cucunya Alloh jauhi dari api neraka.”  Jika anak cucunya dari Siti Fatimah, Alloh jauhi dari api neraka bagaimana dengan Nabi sendiri, tentunya lebih Alloh jamin lagi.

Bersahaja dalam beribadah, jangan berlebihan dalam beribadah, jangan memaksakan diri bila kondisi kita belum sampai pada maqom-nya. Misalkan kita akan shalat malam sebanyak 100 rakaat, membaca shalawat 1.000 kali, setelah berjalan seminggu tidak diamalkan lagi. Begitulah cara iblis membuat kita punya diri ‘kapok’ dalam beribadah. Untuk orang yang mempunyai kekuatan dalam agama, mengerjakan amal ibadah yang banyak itu bagus.

Melatih diri (riyadhoh) dalam beribadah itu perlu, untuk meninggkatkan kwalitas keimanan kita, akan tetapi jangan memaksakan langsung beribadah secara habis-habisan (sebanyak-banyaknya), tetapi hendaknya dikerjakan bertahap, sedikit demi sedikit, setelah terbiasa ditambah lagi jumlahnya, terus dilakukan seperti itu.

Ibadah yang kuat/ berat diambil oleh Anbiya (Nabi-nabi) dan Ulama-ulama, sedangkan ibadah yang sederhana yang seperti dilakukan oleh orang-orang semacam kita.
Imam Sya’roni, bila ia berkholwat, ibadah di malam hari, tambang berada di lehernya untuk menjaga agar dirinya tetap terjaga jangan sampai tertidur.  Nabi pernah bersabda: “Amal yang paling Alloh sukai  adalah amal yang paling berat.”  Hal ini untuk orang yang kuat (maqomnya sudah tinggi). Sedangkan untuk golongan seperti kita, amal yang paling baik adalah amal yang dilakukan dengan istiqomah, biar sedikit yang terpenting rutin dikerjakan, sambil kita terus melatih diri untuk meningkatkan amal ibadah kita.

Luruskan kita punya peribadatan, jangan salah dalam beribadah, jangan sampai kita sudah banyak beribadah ternyata salah dalam beribadah. Aqidah kita harus benar, mendapatkan guru yang benar. Orang yang paling rugi adalah orang salah ia punya aqidahnya, salah dalam mengerjakan amal ibadahnya, karena salah dalam mendapatkan guru.

Keluarlah kamu kamu di pagi/ siang hari untuk beramal, dan manfaatkan sebagian akhir malam untuk beribadah.  Biasakan sederhana (qoshda)  dalam hidup, jangan thoma’  (menuruti hawa nafsu kamu), sehingga kamu akan mencapai tujuan kamu yaitu Rahmat Alloh.


Hadits Riwayat dari Annas bin Maalik RA., Rasululloh bersabda: “Mudahkan oleh kamu dan jangan dipersulit,”

Kita dianjurkan memberikan kemudahan-kemudahan dalam hal berda’wah, sesuai dangan bakat dan kemampuan kita dalam berda’wah. Bila ada qoul yang dapat dipegang untuk hal-hal yang mudah, maka berikan hal-hal yang mudah. Dalam qitab Miizaanul Qubro, ada hal-hal yang keras/ berat dalam hal ibadah atau hukum itu merupakan bagian dari para Anbiya. Untuk hal-hal yang mudah/ ringan dalam hukum dan amalan untuk golongan dhuafa/ orang yang lemah. Masiang-masing Ulama Fuqoha (Ulama Fiqih), Alloh berikan pemahaman kepada mereka ada yang berpegang pada hal-hal yang keras, tentunya lebih afdhol bagi yang mampu, dan ada juga yang berpegangan pada hal-hal yang sederhana/ tidak keras, untuk kalangan dhuafa (orang yang lemah kondisinya).

Alloh berfirman: “Beritahukan kepada HambaKU, Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang dan AdzaabKU sangat dahsyat.”  Jadi Alloh mendahulukan kasih sayangnya dibandingkan dengan AdzaabNYA.
Contohnya untuk orang yang akan masuk Islam, jangan langsung dikatakan kepadanya jika mau masuk Islam harus sunat terlebih dahulu. Tetapi hendaknya berproses/ bertahap, bila ia belum sunat, maka setiap dia beristinja dia harus membersihkan najis sampai ke qulub (kulit kelaminnya), sehingga sempurna istinjanya. Nanti setelaha ia istiqomah menjalankan agama Islam, maka pada saatnya dia akan mengerti bahwa untuk kesempurnaan Islamnya, maka dia harus bersunat. Meskipun bila dia tetap tidak mau bersunatpun sampai ia mati, tetap sah Islamnya, asalkan saat ia beristinja ataupun mandi janabah, maka ia wajib membersihkan najis sampai ke lipatan qulubnya.

Agama ini luwes, tidak ada yang sulit, tinggal bagaimana kita membawanya, akan tetapi jangan dimudah-mudahkan atau digampang-gampangkan dengan mencari-cari qoul-qoul yang dhoif. Jangan mencari-cari jalan agar hal-hal yang sudah Alloh hukumkan haram dicari dalil yang dhoif agar menjadi halal. Hukum agama jangan dijadikan seperti kunci Inggris, dapat diatur/ dipergunakan sesuai kemauan kita.

“Kasih kabar gembira, jangan membuat mereka jauh dari Rahmat Alloh.”
Sebanyak apapun dosa seseorang ada kemudahan untuk mendapatkan ampunan Alloh. Bila ada orang yang ingin masuk Islam, maka jangan kita persulit, harus mempelajari dulu tentang keiman dan keislam, mempelajari tentang tata cara sholat dll., jika sampai saatnya ia belum masuk Islam dan dia keburu mati, maka kita menjadi berdosa karenanya. Untuk masuk Islam jangan dipersulit dengan harus membayar sejumlah uang. Akan tetapi juga jangan digampang-gampangin, jangan yang haram dirubah menjadi halal.
Jika kita akan memberikan tuntunan kepada seseorang, maka kita harus mengukur diri siapa diri kita? Dan kepada siapa tuntunan itu akan disampaikan? Jangan merasa besar padahal kemampuan tidak ada, maka ini yang akan membuat bahaya. Dia sesat dan akan menyesatkan orang.  

Berkata Ibnu Mas’ud RA.: “Senantiasa/ selalu Rahmat Alloh meliputi/ menaungi manusia sampai Hari Qiyaamat, sehingga sampai-sampai iblis mengangkat ia punya kepala, karena ia dapat melihat begitu luas Rahmat Alloh dan begitu luas pula Alloh memberikan kesempatan kepada seseorang untuk dapat memberikan syafaat (pertolongan) kepada sesamanya.”

Nabi kita Muhammad SAW. bersabda: Nanti di Hari Qiyaamat akan ada seruan/ panggilan dari bawah ‘Arasy . “Hai Umat Muhammad, adapun dosa-dosa yang dahulu kamu lakukan sudah AKU ampuni untuk kamu, yang tinggal/ tersisa  adalah dosa-dosa kamu kepada sesama manusia, maka saling memaafkanlah kamu, sekarang silahkan kamu masuk Syurga dengan RahmatKU.”

Fudil bin ‘Iyaadh, berkata: “Khof (rasa takut) manakala kamu dalam keadaan sehat itu lebih utama dibandingkan dengan mengharapkan Rahmat Alloh,”
Selagi badan kita masih sehat manfaatkan waktu kita untuk memperbanyak amal ibadah, jangan terlalu banyak berharap dengan Rahmat Alloh.
“Manakala si-Hamba sakit dan sudah tidak lagi mampu beramal/ ibadah, maka Rojaa (harapan) lebih afdhol/ utama, yaitu mengharapkan Rahmat dan Ampunan Alloh.”
Setelah kita jatuh sakit atau memasuki usia tua, dan kita sudah tidak mampu untuk memperbanyak amal ibadah kita, maka kita berharap akan ampunan dan Rahmat Alloh.

Selagi muda dan sehat jangan malas untuk beribadah, jangan timbulkan anggapan bahwa Rahmat Alloh begitu luas sehingga timbul malas untuk beribadah, tetapi bayangkan adzaab Alloh bila kita kurang dalam berbuat amal sholeh. Sedangkan disaat kita sakit atau memasuki usia tua, maka  jangan kita putus asa karena kita sudah tidak dapat beribadah seperti saat kita masih sehat dan muda, maka disaat itulah Rojaa (harapan) akan Rahmat dan Ampunan Alloh lebih utama.
Alloh sesuai dengan sangkaan dari hambaNYA, bila sudah memasuki usia tua atau dalam kondisi sakit, maka jangan tanamkan rasa takut akan adzaab Alloh, atau menyangka bahwa Alloh tidak akan mengampuni dosa kita, dan rasa takut tidak akan mendapatkan Rahmat Alloh, maka bisa jadi Alloh akan mengadzaab kita sesuai dengan apa yang kita sangkakan kepadaNYA.

Berkata Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan Hadits Qudsy yang sanad-nya sampai ke Abi Rawaad dan Hadits ini juga di riwayatkan oleh Abu Dauud RA., Alloh berfirman: Alloh mewahyukan kepada Nabi Alloh Daud AS.: “Ya Daud AS., berikan khabar gembira kepada orang-orang yang berbuat dosa, dan berikan peringatan kepada orang-orang Shid’diiqin (orang yang sejalan antara tutur kata dan perbuatannya).”  Nabi Daud AS. berkata: “Bagaimana cara aku memberikan khabar gembira kepada orang-orang mudznibiin  (orang yang berbuat dosa) dan memberikan peringatan kepada orang-orang Shid’diiqin?”  Maka Alloh menjawab: “Berikan khabar gembira kepada mudznibiin, sesungguhnya AKU tidak merasa keberatan untuk mengampuni dosa-dosa seseorang (sebanyak apapun dosanya). Dan berikan peringatan kepada orang-orang Shid’diiqin, jangan mereka merasa ‘Ujub (sombong/ hebat) dengan amal ibadahnya, sehingga terlena untuk meningkatkan kwalitas ibadahnya.”
“AKU tidak meletakan keadilanKU dan HisabKU, manakala AKU jalankan KeadilanKU dan HisabKU atas diri seseorang, pasti akan membinasakan mereka.”
Sebagaimana Sabda Rasululloh: “Siapa yang di hisab pasti di adzaab.” Karena yang menghisab sangatlah teliti dan jeli, sehingga orang yang dihisab tidak akan lulus dari hisab. Alloh sangat teliti dan jeli, sehingga perbuatan sekecil apapun tidak akan lolos dari hisabNYA. 

Hadits Qudsy yang di Riwayatkan dari Abu Dauud RA. dan sebagian ahli Kitab, Alloh berfirman: “AKU adalah Alloh, AKU raja diatas raja, hati-hati raja itu ada dalam kekuasaanKU/ genggamanKU, ‘bun-bun’-an mereka ada dalam kekuasaanKU/ genggamanKU, bangsa/ kaum yang mana saja bila AKU ridho kepada mereka, maka AKU jadikan hati-hati raja menjadi Rahmat bagi mereka.”
Bila kaum/ bangsa benar dalam beribadah kepada Alloh, maka Alloh jadikan hati-hati raja menjadi Rahmat bagi mereka. Jika hamba-hamba Alloh sudah meninggalkan ibadah dan gemar berbuat ma’shiyaat kepada Alloh, maka Alloh kirimkan kepada mereka penguasa yang jahil (bodoh) dan dzholim.

“Manakala bangsa/ kaum yang mana saja, AKU murka kepada mereka, AKU jadikan hati-hati raja menjadi adzaab bagi mereka.”
Alloh kirimkan raja yang dzholim kepada mereka dapat disebabkan karena mereka melanggar perintah Alloh, mengerjakan larangan Alloh dan tidak menjalankan hukum-hukum Alloh.
Manusia wajib membangun suatu pemerintahan (mengangkat seorang raja/ pemimpin yang adil, meskipun kaum munafiqin mengganggapnya tidak wajib). Alloh tidak ada kewajiban apa-apa untuk mendirikan pemerintahan yang adil, kita yang mempunyai kewajiban mendirikan/ memilih pemerintahan muslim yang adil. Manakala kita mendapatkan pemimpin muslim yang adil, itu karena berkat dari ibadah kita dan menjalankan hukum-hukum Alloh, maka Alloh turunkan atas kita pemimpin yang adil.

“Jangan sibukan kau punya diri dengan mengutuk penguasa/ raja yang sudah berjalan dengan tertib (sesuai aturan).”
Hal ini pernah terjadi di negeri ini, pemimpin yang sudah berjalan sesuai aturan, baik, Islami, relegius semacam Presiden BJ. Habibie ternyata sengaja dijatuhkan oleh orang muslim sendiri yang mempunyai ambisi ingin menggantikannya menjadi pemimpin di negeri ini.
“Tobatlah kamu kepadaKU, niscaya akan AKU tundukkan/ lunakan hati mereka (raja/ penguasa) kepada kamu.”

Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurayroh RA., Rasululloh bersabda: “Andaikata seorang mu’min mengetahui adzaab yang Alloh persiapkan, maka tidak akan ada seorangpun yang mempuyai harapan untuk dapat masuk Syurga.”
Umur yang Alloh berikan panjang, tetapi amal ibadah yang kita kerjakan tidak seberapa/ sedikit, sedangkan dosa yang kita kerjakan cukup banyak.
“Andaikata orang kafir tahu apa yang ada disisi Alloh dari pada RahmatNYA, pasti orang kafir tidak akan putus asa dari Rahmat Alloh untuk selamanya.”

Menceritakan kepada kami Abu Ya’laa Al Husein bin Muhammad Anaysaabuury terus menyambung sanadnya sampai ke Ahmad bin Sahal, ia berkata: Aku telah memimpikan Yahya bin ‘Aktsam bin Manam dalam mimpiku: “Ya Yahya, apa yang Alloh perlakukan terhadap kamu? Yang aku ketahui kamu orang sholeh, orang baik, orang mulya.”  Ia menceritakan Alloh panggil aku: “Hai orang tua renta yang jahat, engkau telah melakukan perbuatan-perbuatan yang keji.”  “Ya Rabb, aku tidak diceritakan hal semacam ini tentangMU, yang aku pernah dengar dari Hadits-Hadits, ENGKAU sangat menghargai/ menghormati orang-orang tua.” Alloh berfirman: “Dengan apa kamu diceritakan tentang AKU?”  “Yang aku dengar dari Hadits yang diriwayatkan dari Aisyah RA. dari Nabi Muhammad dari Jibril AS.: ENGKAU pernah berakta: “Tidak ada seorang muslim yang beruban (tua) dalam keadaan Islam sedangkan AKU ingin meng-adzaab-nya, melainkan AKU malu mengAdzaabnya.”
KH. Ahmad Junaidi menggolongkan orang tua kedalam 3 golongan: Ada orang yang tua karena pamor, yaitu orang yang dianggap tua karena ilmuannya yang luas hingga dihormati orang, meskipun usianya belum sampai 40 tahun. Ada orang tua karena umur, yaitu orang yang memasuki usia tua dengan sewajarnya dan ia mengisi umurnya dengan beribadah kepada Alloh. Ada orang tua karena kejemur, yaitu orang yang tuanya  karena dihabiskan ia punya waktu ditempat-tempat yang tidak bermanfaat, seperti nongkrong di jalan, main catur dll.

“Ya Yahya, AKU tidak mengadzaab orang yang tua dalam Islam.”
Manakala seseorang sudah memasuki usia 90 tahun dalam keadaan Islam, maka yang Alloh tulis adalah kebaikannya. Semakin tua semakin terhormat kedudukannya disisi Alloh asalkan ia beribadah kepada Alloh. “Betapa banyak orang yang mukanya merah (sehat), di Hari Qiyaamat digiring ke Neraka Jahanam.”  Berkat olah raga dia sehat, tetapi ia lalai dalam menutup aurotnya.

“Kemudian Alloh perintahkan aku berjalan ke arah kanan menuju Syurga. Alloh perintahkan malaikat membawaku ke SyurgaNYA.”

Hadits yang diriwayatkan oleh Syaidina Umar RA., Syaidina Umar menghadap Nabi dan ia dapati Nabi sedang menangis, Syaidina Umar berkata: “Apa yang membuatmu menangis hai Rasululloh?”  Nabi menjawab:  Jibril baru saja datang kepadaku, Jibril berkata: “Sesungguhnya Alloh malu mengadzaab seseorang yang sudah tua dalam keadaan Islam. Tetapi kenapa tidak malu orang tua yang dalam keadaan Islam bahwa ia durhaka kepada Alloh?”
 
Berkata Al Faqih Abu Lalyits Assamarqondhi Rahimahullohutaala:  “Maka yang wajib atas orang yang sudah tua,
Berdasarkan Lughot: Syekh/ orang tua adalah sebutan untuk orang yang sudah mencapai usia 40 tahun, sedangkan menurut  istilah Syekh adalah: Siapapun yang luas ilmunya, sekalipun usianya masih muda belia, boleh di panggil dengan sebutan Syekh.
Hendaknya dia tahu/ sadar betul bahwa itu merupakan kemulyaan/ kemurahan  dari Alloh hingga ia mencapai usia 40 tahun hingga Alloh malu untuk mengadzaabnya. Maka hendaknya dia bersyukur kepada Alloh atas ni’maat yang telah Alloh anugrahkan berupa umur panjang. Hendaknya dia malu kepada Alloh Yang Maha Perkasa Lagi Maha Agung, karena Alloh telah memberikan kepadanya kehormatan, untuk dia tidak ibadah kepada Alloh. Hendaknya kita malu kepada kedua malaikat kaatibiin, yaitu malaikat yang mencatat amal kebaikan dan amal keburukan kita. Dia hendaknya mencegah/ menahan diri dari perbuatan ma’shiyat. Dan hendaknya dia bersungguh-sungguh dalam berbuat toat kepada Alloh. Karena siapapun juga tidak mengetahui kapan tiba ajal/ kematiannya? Karena manakala tanaman sudah dekat masa panennya, maka tidak menunggu waktu lama lagi untuk di panen. Demikian pula anak muda wajib bertaqwa kepada Alloh, dan dia harus menjauhi ma’shiyat-ma’shiyat, dan dia bersungguh-sungguh dalam toat kepada Alloh, karena dia tidak tahu kapan akan datang ajalnya. Apabila si-pemuda bersungguh-sungguh dalam berbuat toat kepada Alloh, mencegah/ menghindari diri dari perbuatan ma’shiyat, maka Alloh akan naungi dia di akhirat kelak di bawah ‘Arsy-NYA. Yaitu di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Alloh, sebagaimana dalam Hadits yang disampaikan dari Nabi kita Muhammad SAW.

“Siapa orang mencapai usia 40 tahun ternyata ia punya amal kebaikannya sedikit bila dibandingkan dengan kejahatannya/ ma’shiyatnya, maka hendaknya dia mengambil tempatnya di Neraka Jahanam.”
Seharusnya memasuki usia 40 tahun dia sudah harus Istiqomah dalam beribadah, karena kebanyakan Nabi-Nabi diangkat pada menjadi Nabi pada usia 40 tahun.

Berkata Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang sanad-nya menyambung sampai ke Abu Hurayroh RA., Rasululloh bersabda: “Ada 7 golongan manusia yang akan mendapatkan naungan dari Alloh SWT. kelak di hari Qiyamat di bawah ‘Arsy-NYA, di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Alloh SWT.
1.  Imam (Pemimpin) Yang Adil
Tidak tebang-pilih dalam menegakkan hukum, semuanya mempunyai haq yang sama di hadapan hukum. Menjalankan pemerintahannya dengan adil, tidak memihak kepada satu golongan tertentu saja. Contoh Imam yang adil adalah Syaidini Umar RA., dia menegakkan hukum meskipun kepada anaknya sendiri, Abdulloh bin Umar yang di hukum mati karena telah berbuat zina meskipun dalam keadaan mabuk. Lain halnya dengan pemerintahan kita saat ini yang tidak dapat bertindak tegas kepada orang yang telah menistakan Al Qur’an.
2.  Seorang Pemuda Yang Tumbuh Besar Dalam Beribadah Kepada Alloh
Sejak mulai memasuki usia baligh hingga terus tumbuh dewasa, dia selalu melazimkan untuk terus beribadah kepada Alloh. Disamping dia menjalankan kehidupan pribadinya, dia tidak lupa untuk terus beribadah kepada Alloh SWT.
3.  Seorang Laki-laki Yang Hatinya Terpaut Dengan Masjid
Manakala dia keluar dari masjid, maka ada keinginan di hatinya untuk kembali lagi ke masjid.
4.  Dua Orang Laki-laki/ Dua Orang Perempuan Yang Saling Bercinta-cintaan Karena Alloh
Mereka saling bercinta-cintaan karena Alloh, dan mereka berkumpul karena Alloh, dan mereka berpisah karena Alloh. Berkumpulnya mereka bukan karena motivasi dunia, tetapi karena motivasi Alloh SWT.
5.  Laki-laki Yang Dzikir Kepada Alloh Dalam Keadaan Sunyi Hingga Keluar Air Matanya
Dia berdzikir kepada Alloh dalam keadaan sunyi dan tidak ada yang mengetahuinya, hingga berlinang kedua matanya karena mengingat begitu banyak dosanya kepada Alloh.  
6.  Laki-laki atau Perempuan Yang Bershodaqoh Secara Sembunyi-sembunyi
Banyak atau sedikitnya ia bershodaqoh secara sembunyi-sembunyi, tidak dia umumkan/ beritahukan kepada orang banyak, bahkan keluarganya sendiripun tidak tahu, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikerjakan oleh tangan kanannya.
7.  Laki-laki Yang Diajak Oleh Perempuan Yang Cantik Rupawan Untuk Berbuat Zina, Dan Dia Berkata: “Aku Takut Akan Adzaab Alloh Yang Maha Perkasa Lagi Maha Agung.”
  

CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar