Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Sifat/Keadaan Syurga dan Keadaan Penghuni
Syurga
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
SYURGA DAN
KEADAAN PENGHUNINYA
Berkata
Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang
sanad-nya menyambung sampai ke Sohabat Nabi Abu Hurayroh RA., Abu Hurayroh bertanya kepada Rasululloh: “Ya Rasululloh dengan apa Syurga itu
diciptakan?” Nabi menjawab: “Syurga Alloh ciptakan dari air.” Kemudian ia berkata lagi: “Tolong kasih tahu kami Ya Rasul tentang
bangunan Syurga.” Nabi menjawab: “Bangunan Syurga terbuat dari batu yang
terbuat dari emas dan dicampur/ dikombinasikan dengan batu yang terbuat dari
parak. Lumpurnya terbuat dari minyak
misk (minyak kesturi) yang sangat harum
baunya, tanahnya terbuat dari minyak Za’faroon. Kerikilnya terbuat dari lu’lu’ (mutiara) dan Yaaquut (batu mulya/ permata). Siapa orang yang masuk
ke Syurga, dia akan mendapatkan/ merasakan kenikmatan, dan dia pun tidak akan
putus asa (frustasi) lagi. Dan dia pun akan kekal/ abadi selama-lamanya di
dalam Syurga, dan tidak akan mati lagi. Baju-baju yang digunakannya tidak akan
kusam/ rusak lagi, masa mudanya tidak
akan sirna.”
Kemudian
Nabi bersabda: “Ada 3 kelompok orang yang tidak akan ditolak ia punya doanya,
yaitu:
1. Imam
(pemimpin/ Kepala Negara/ Presiden) yang adil.
Jika mereka berlaku adil satu saat
saja, maka nilainya sama dengan ibadah selama 60 tahun lamanya. Tetapi
sebaliknya bila ia tidak adil, maka menjadi penghuni Neraka Jahanam.
2. Orang yang
berpuasa hingga ia berbuka puasa.
3. Doanya orang
yang di dzolimi.
Siapapun dia, sekalipun ia orang
kafir apabila ia di dzolimi maka Alloh akan qobul-kan ia punya doa. Zat Alloh
sendiri yang dapat berbuat sekendak-Nya, masih Alloh haramkan bagi-Nya berbuat
dzolim. “Jangan kamu berbuat dzolim.” Jangan berbuat dzolim sedikitpun juga, muslim
atau non muslim tidak boleh di dzolimi, apalagi orang lemah. Doa orang yang di
zholimi akan diangkat ke atas awan terus menembus langit. Qiblat doa ke langit,
tetapi bukan berarti Alloh ada di langit. Maka Alloh yang Maha Besar/ Agung,
Maha Mulya, maka Alloh berkata: “Demi keperkasaanKU, demi Kebesaran dan
KemulyaanKU, Sungguh benar-benar AKU akan tolong kamu hai orang yang di
dzolimi, sekalipun setelah ini (setelah beberapa masa/ tidak langsung).
Berkata
Faqih
Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang
menyambung sampai Abu Hurayroh RA.,
Rasululloh bersabda: “Sesungguhnya di
Syuga ada satu pohon, andaikata orang yang berkendaraan, jalan di bawah
naungannya/ teduhannya itu pohon selama 100 tahun, dia tidak akan dapat
menyelesaikannya. Di dalam Syurga-pun Alloh siapkan ni’mat yang tidak pernah di
lihat oleh mata dan tidak pernah di dengar oleh telinga dan tidak pernah
terlintas/ terbayang di hati manusia. Silahkan kau baca jika kau mau, maka
sekali-kali tidak ada satu jiwapun yang mengetahui, yaitu ni’mat yang Alloh
sembunyikan untuk mereka dari pada ni’mat-ni’mat yang menyedapkan pandangan
mata. Sungguh tempat cemeti (pecut/cambuk) salah seorang kamu di Syurga, jauh
lebih baik dari pada dunia beserta isi-isinya. Silahkan kau baca jika kau mau,
siapa orang yang disingkirkan/ dijauhkan dari Neraka Jahanam, dan dimasukkan ke
dalam Syurga, maka orang itu sudah beruntung.”
Ibnu Abbas RA. berkata: “Sesungguhnya di Syurga terdapat
bidadari-bidadari yang diciptakan dari 4 macam/ komponen dari pada misk,
‘anbar, kaafuur dan za’faroon. Dan keempat
bahan tadi di aduk/ di campur dengan air kehidupan (Haywan). Maka Alloh yang
Maha Perkasa berfirman: “Jadilah kamu bidadari (huur/ huuriyah),” maka jadilah mereka bidadari. Semua
orang ingin mendapatkannya (bidadari). Andaikata bidadari ini meludah di
lautan, maka pasti air lautan yang asin akan menjadi tawar. Tertulis di leher
bidadari-bidadari ini: “Siapa orang yang ingin mendapatkan pendamping/ istri
semacam aku, hendaknya kamu toat kepada Alloh.”
Imam Mujaahid
berkata: “Buminya
Syurga terbuat dari fidhoh (perak), tanahnya terbuat dari misk, batang-batang
pohonnya terbuat dari dzahab (emas) dan fidhoh (perak), dahannya terbuat dari
lu’lu’ (mutirara) dan Zabarjad (intan), sedangkan daunnya dan buahnya di
bawah dahan-dahannya. Siapa orang yang makan sambil berdiri tidak mengganggu/
menyakiti/ menyusahkan dia (akan nyaman saja), makan sambil duduk juga tidak
mengganggu/ menyakiti/ menyusahkan dia, makan sambil berbaring juga tidak
mengganggu/ menyakiti/ menyusahkan dia, dan dihampirkan/ di dekatkan buah-buahnya
agar ia dapat dipetiknya dengan semudah-mudahnya.”
Jadi buah-buahan di Syurga dapat
dipetik dengan mudah, sehingga dapat dipetik sambil berdiri, atau sambil duduk
ataupun sambil berbaring sekalipun.
Di dunia makan dan minum sambil
berdiri hukumnya makruh, tetapi di Syurga nanti sudah tidak ada larangan
seperti itu lagi.
Abu Hurayroh
RA.
berkata: “Demi Zat yang telah menurunkan
Al Qur’an atas Nabi Muhammad Sholawatulloh Alahissalam Allaih, sesungguhnya
penghuni Syurga setiap hari bertambah ketampanannya dan kecantikannya.”
Berkata
Al Faqih
Abu Lalyits Assamarqondhi Rahimahullohutaala, ia meriwayatkan hadits
yang sanad-nya menyambung sampai ke Rasululloh, Rasululloh bersabda. : “Apabila penghuni Syurga sudah masuk ke
dalam Syurga dan penghuni Neraka telah masuk ke dalam Neraka Jahanam. Ada suara
yang menyeru: “Ya ahlal Jannah (hai penghuni Syurga), sesungguhnya Alloh ingin
menunaikan janjinya kepada kamu, mereka semua bertanya apa gerangan janji Alloh
itu? Bukankah Alloh sudah memberatkan timbangan kebaikan kepada kami. Bukankah
Alloh sudah membersihkan dan membuat bercahaya/ bersinar wajah-wajah kami? Dan
bukankah Alloh sudah menempatakan kami di Syurga dan menjauhi kami dari Neraka
Jahanam? Maka disingkapkanlah hijaab
yang menutupi pandangan mereka kepada Zat Alloh. Demi Alloh yang nyawaku berada
dalam genggamannya/ kekuasaannya, Alloh tidak memberikan pandangan kepada
mereka sesuatu yang mana sesuatu tadi lebih mereka sukai, yaitu memandang
kepada Zat Alloh.”
Di Syurga bermacam-macam ni’mat Alloh
berikan kepada penghuni Syurga, tetapi dapat memandang Zat Alloh adalah suatu
ni’mat yang paling besar.
Hadits
Riwayat dari Annas bin Malik RA.,
Rasululloh bersabda: Datang malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad Sholawatulloh Alahissalam Allaih dengan membawa
kaca cermin yang putih/ bening/ cemerlang, tetapi di dalam cerminnya tadi ada
titik (noktah/ noda) yang hitam. Nabi Muhammad Sholawatulloh Alahissalam Allaih berkata kepada Malaikat Jibril: “Ya Jibril,
apakah makna dari cermin yang putih ini?”
Jibril berkata: “Cermin yang putih menggambarkan sebagai hari Jum’at,
sedangkan bintik/ noda yang hitam adalah Hari Qiyaamat yang kelak akan terjadi
pada hari Jum’at. Engkau dan umatmu hai Muhammad Sholawatulloh Alahissalam Allaih, sudah Alloh
anugrahkan kelebihan/ keistimewaan berupa hari Jum’at, atas umat-umat sebelum
kamu, manusia kelak akan mengikuti kamu hai Muhammad Sholawatulloh Alahissalam
Allaih, yaitu orang Yahudi dan Nasrani.
Pada
hari Jum’at itu terdapat waktu/ saat yang bila bertepatan pada saat itu seorang
mu’min sedang memohon/ berdoa meminta sesuatu kebaikan, pasti Alloh qobulkan
permohonan/ doa-nya. Dan tidaklah seorang mu’min yang bertepatan pada itu saat
memohon kepada Alloh agar dapat terlindung dari kejahatan, melainkan Alloh
lindungi ia dari kejahatan. Malaikat Jibril berkata: “Menurut
kami hari Jum’at disisi kami adalah hari tambahan dari Alloh yang melebihi
hari-hari yang lain.”
Rasululloh
SAW, bersabda: “Apa gerangan itu Yaumal
Maziid?” Malaikat Jibril AS. berkata: ”Sesungguhnya
Alloh telah menjadikan suatu lembah di Syurga Firdaus yang ada padanya suatu
bukit yang terbuat dari Misk. Bila pada hari Jum’at bukit tadi diliputi oleh
mimbar-mimbar yang terbuat dari Nur (Cahaya), diatasnya duduk para Nabi-Nabi. Dan dibelakang
mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya tadi terdapat mimbar-mimbar yang terbuat
dari pada dzahab (emas), dan dimahkotai mimbar yang terbuat dari dzahab (emas)
tadi dengan intan(zabarjad) dan permata (yaaquut). Disitu ada Shid’diiqun,
yaitu orang yang tutur katanya selaras (sejalan/ sesuai) dengan perbuatannya
dan Syuhadaa’ dan orang-orang Shoolihuun.
Turunlah para penghafal Al Qur’an,
mereka duduk di belakang para Shid’diiqun, Syuhadaa’ dan Shoolihuun. Mereka berkumpul menghadap
kepada Tuhan mereka, mereka semuanya memuji Alloh. Maka Alloh berfirman kepada
mereka: “Hai para penghuni Syurga, silahkan sekarang mintalah sesuatu
kepadaKU.” Maka para penghuni Syurga meminta kepada Alloh ke-Ridho-an Alloh. Maka Alloh berkata: “Aku ridho kepada kamu
dengan ke-ridho-an yang mana membuat kamu ditempatkan di SyugaKU ini dan
mendapatkan kemulyaanKU. Maka menjelmalah Alloh dihadapan mereka, hingga mereka
dapat melihat Zat Alloh. Maka tidak ada suatu hari yang lebih disukai oleh mereka adalah hari Jum’at.
Karena pada hari itu mendatangkan kepada
mereka kemulyaan.
Diriwayatkan
dalam hadits yang lain, Alloh SWT. berfirman kepada para Malaikat: “Hai malaikat-malaikatKU, beri makan kepada
kekasih-kekasihKU.” Maka di datangkan kepada mereka bermacam-macam/
berwarna-warna makanan, maka mereka
mendapatkan dari tiap-tiap suapan kelezatan-kelezatan yang kelezatannya tidak
mereka dapati/ tidak sama pada suapan yang lainnya. Artinya kelezatannya semakin
bertambah dan terus bertambah. Setelah selesai dengan makanan yang Alloh
sajikan, maka didatangkan kepada mereka bermacam-macam minuman, maka saat
mereka meminum itu minuman, maka mereka dapati dari tiap-tiap itu minuman
kelezatan-kelezatan yang tidak sama dengan yang lainnya. Apabila mereka sudah
minum semuanya, Alloh berfirman: “AKU adalah Tuhan kamu, AKU sudah menjanjikan
kepadamu dan AKU akan membuktikan janjiKU, minta sekarang kepadaKU maka niscaya
AKU akan berikan kepadamu. Maka mereka berkata: “Wahai Tuhan KAMI tidak ada
yang kami minta selain ke-Ridho-anMU.”
Maka Alloh berfirman: “AKU Ridho kepada kamu, disisiKU adalah keutamaan
untuk kamu, sekarang AKU berikan kepada kamu dengan satu kemulyaan yang lebih
besar dari itu semua. Maka dibukalah/ disingkirkan hijaab dari pandangan mereka. Maka mereka bersyukur
kepada Alloh dalam keadaan sujud. Mereka sujud dengan sujud yang luar biasa.
Maka Alloh berkata kepada mereka: “Angkatlah kau punya kepala semuanya dari
sujud, Syurga ini bukan tempat untuk beribadah.” Mereka lupa dengan segala
macam ni’mat yang luar biasa yang telah mereka terima/ ni’mati dengan sebab
ni’mat dari melihat/ memandang Zat Alloh. Maka menjadilah memandang kepada Zat
Alloh lebih mereka sukai dari segala ni’mat-ni’mat yang lainnya.
Kemudian
mereka kembali masuk ke kamar-kamar mereka masing-masing, maka berhembuslah
angin dari bawah ‘Arsy yang membawa minyak misk di atas kepala-kepala mereka
dan di atas ‘embun-embunan kuda-kuda/ keledai-keledai mereka. Apabila mereka
kembali kepada keluarganya, maka keluarganya/ istrinya melihat kepada suami
mereka dalam ketampanan dan lebih hebat/ afdhol dari pada yang mereka lihat
sebelumnya. Setelah kembali semakin bertambah kegantengan/ ketampanan dari
suami-suami mereka. Istri-istri mereka berkata kepada suami-suami mereka: “Kamu
hai suamiku lebih tampan/ lebih bagus dari sebelumnya.
Al
Faqih Abu Lalyits Assamarqondhi
Rahimahullohutaala, menerangkan makna disingkap/ disingkirkannya
hijaab dari pandangan mereka. Hijaab adalah tameng, penutup yang mana hijaab
ini menghalangi mereka dari memandang Zat Alloh. Arti dari memandang kepada
Alloh oleh sebagian Ulama Kholaf diartikan memandang kepada kemulyaan yang
belum mereka lihat sebelumnya. Sedangkan Ulama
Salaf berpendapat, bahwa arti
memandang adalah benar-benar memandang kepada Zat Alloh secara dzhohir-nya. Tentunya cara memandangnya tidak dapat
disamakan/ diserupakan dengan memandang apapun juga.
‘Ikrimah RA. berkata: “Para penghuni Syurga usianya seperti orang
yang umurnya 30 tahun, lelaki dan perempuanpun sama. Tinggi mereka 60 hasta,
seperti tingginya Nabi Adam AS. Kondisinya muda belia, tidak berjenggot, mereka
memakai celak (sifat mata). Pada mereka melekat 70 pakaian, tiap-tiap pakaian
berwarna-warni sebanyak 70 warna dan berganti warna setiap waktu. Si-suami
dapat melihat wajahnya melalui wajah istrinya dan pada wajah bidadari-bidadari,
demikian juga si-istri dapat melihat wajahnya pada wajah suaminya, jadi mereka
laksana cermin bagi pasangannya. Mereka tidak ber-ingus dan membuang ludah dan
segala kotoran yang menjijikan tidak ada lagi di dalam Syurga.”
Diriwayatkan
dalam sebuah Hadits: “Sesungguhnya
andaikata seorang wanita dari penghuni Syurga memperlihatkan telapak tangannya,
niscaya itu telapak tangan akan menerangi barang yang ada antara langit dan
bumi.”
Berkata
Al Faqih
Abu Lalyits Assamarqondhi Rahimahullohutaala, ia meriwayatkan hadits
yang sanad-nya menyambung sampai ke Rasululloh,
Rasululloh SAW. bersabda: Datang seorang
laki-laki dari Ahlil Kitab (Yahudi atau Nasrani) kepada Nabi Muhammad SAW.,
lelaki tersebut berkata: “Ya Abal Qosyim (Bapaknya Qosyim = Nabi Muhammad
SAW.), apakah kamu mengatakan bahwa penghuni Syurga itu makan dan minum?” Nabi
menjawab: “Ya, penghuni Syurga makan dan minum sekendaknya tanpa dibatasi oleh
apapun juga. Demi nyawa Nabi Muhammad SAW. yang berada dalam kekuasaannya.
Sesungguhnya salah seorang dari penghuni Syurga, sungguh diberikan kekuatan 100
orang laki-laki seperti di alam dunia dalam hal makan, minum dan jimaa’.” Lelaki
tersebut kembali berkata: “Andaikata
para penghuni Syurga makan dan minum
tanpa dibatasi oleh apapun juga, tentunya mereka ada haajat untuk buang air kecil atau
buang air besar, sedangkan Syurga bersih tidak ada kotoran? Nabi menjawab:
“haajat (buang air) seseorang diantara mereka berupa ‘aroqun (keringat) yang harumnya seperti
harumnya misk.
Berkata
Al Faqih
Abu Lalyits Assamarqondhi Rahimahullohutaala, ia meriwayatkan hadits
yang sanad-nya menyambung sampai ke Rasululloh,
Rasululloh SAW. bersabda: “Bahagialah
bagi mereka tempat kembalinya yang baik yaitu Syurga.” Al Faqih menafsirkan ini
hadits, bahwa thubaa adalah suatu pohon
yang ada di Syurga. Tidak ada di Syurga satu rumah atau satu gedung yang
tidak di naungi oleh dahan pohon dari
dahan pohon thubaa. Pada itu dahan pohon thubaa terdapat bermacam-macam buah,
dan hinggap di atas dahan pohon tadi burung yang besarnya sebesar onta. Apabila
salah seorang dari penghuni Syurga menginginkan untuk menyantap daging burung,
maka dipanggillah itu burung. Burung yang dipanggil oleh penghuni Syurga
hinggap di atas meja makan penghuni Syurga, dari salah satu sisi sayap dari
burung tadi di makan oleh penghuni Syurga yang sudah berubah menjadi dendeng
yang sudah di bakar. Kemudian sayap burung yang dimakan tadi pulih kembali
seperti semula tidak ada kekurangannya dan burung tadi kembali terbang
meninggalkan meja makan penghuni Syurga.”
Hadits
yang di riwayatkan oleh Abu Hurayroh RA., Rasululloh SAW.
bersabda: “Rombongan yang pertama dari
pada umat Nabi Muhammad Sholawatulloh
Alahissalam Allaih yang masuk ke Syurga bentuknya seperti qomar (bulan), terang
benderang laksana bulan purnama, rombongan berikutnya yang masuk Syurga seperti
bintang yang sangat terang yang ada di langit, kemudian rombongan berikutnya
sesuai dengan tingkatan kedudukan/ martabat/ maqom mereka masing-masing di sisi Alloh SWT. Di Syurga mereka tidak buang air kecil,
mereka juga tidak buang air besar, mereka tidak meludah, mereka pun tidak
beringus. Sisir-sisir mereka terbuat dari emas, dupa-dupa mereka berupa
kayu-kayu gahru. Keringat mereka wanginya bagaikan misk. Postur/ tinggi tubuh mereka seperti postur seorang laki-laki
yang tingginya sama dengan tinggi dari Nabi Alloh Adam AS.” Tinggi Nabi Adam AS. adalah 60 ziro/
hasta (1 hasta = 40 cm.).
Hadits
riwayat dari Ibnu Abbas RA., Rasululloh SAW. bersabda: “Sesungguhnya
penghuni Syurga adalah pemuda yang belum tumbuh jenggotnya (bersih), tampan/ ganteng
rupanya. Tidak tumbuh rambut pada penghuni Syurga kecuali rambut yang tumbuh
pada kepala, alis, dan bulu mata. Pada penghuni Syurga tidak ada bulu kemaluan
dan bulu ketiak. Para penghuni Syurga tingginya setinggi Nabi Alloh Adam AS.,
yaitu 60 ziro. Usianya seukuran usia Nabi Isa AS. putra Mariyam, yaitu 33
tahun. Tubuh para penghuni Syurga berwarna putih, hijau dia punya baju. Salah
seorang dari mereka penghuni Syurga meletakan makanan di hadapannya, maka
datanglah burung. Si-burung berkata: “Hai Waliyulloh, aku ini sudah minum air Salsabiil (salah satu mata air didalam
Syurga), aku dipelihara dan di jaga dari taman-taman Syurga yang berada di
bawah ‘Arasy , aku makan buah yang
bermacam-macam, rasa salah satu dari buah-buah Syurga yang begitu banyak, rasa
yang sudah di masak dan sisi/ bagian yang lain di bakar, mereka makan
sekendaknya. Pada waliyulloh ada 70 pakaian, tidak ada pada pakaian tadi yang
warnanya sama dengan yang lainnya. Pada jari-jari penghuni Syurga ada 10
cincin, yang tertulis:
ü Cincin
Pertama: “Salam sejahtera untuk kamu
dengan sebab kesabaran kamu.”
ü Cincin Kedua:
“Masuklah kamu wahai hambaKU dengan
Sejahtera dan aman.”
ü Cincin
Ketiga: “Itulah Syurga yang kamu
diwariskan pada kamu dengan sebab apa yang dulu kamu lakukan/ kerjakan amal-amal
Sholeh di alam dunia.”
ü Cincin
Keempat: “AKU hilangkan dari pada kamu
kesedihan dan kegelisahan.”
ü Cincin
Kelima: “KAMI pakaikan kepada kamu
perhiasan dan pakaian-pakaian yang bagus.”
ü Cincin
Keenam: “AKU kawinkan kamu dengan
bidadari-bidadari yang cantik jelita.”
ü Cincin
Ketujuh: “Di dalam Syurga terdapat apa
yang kamu inginkan pada diri kamu dan yang sedap di pandang mata dan kamu kekal
abadi di Syurga selama-lamanya.”
ü Cincin
Kedelapan: “Kamu akan berteman dengan
Nabi-Nabi dan orang-orang Shid’diiqin.”
ü Cincin
Kesembilan: “Kamu menjadi muda (tidak
menjadi tua) selama-lamanya.”
ü Cincin
Kesepuluh: “Kamu akan tinggal di
tengah-tengah tetangga yang tidak menggangu tetangga lainnya.”
Alloh
menyembunyikan 2 hal kedalam 2 hal:
1. Alloh menyembunyikan Keridhoan-NYA pada Toat
Perbuatan toat/ ibadah sekecil apapun
juga jangan dianggap remeh, karena kemungkinan disitu ada keridhoan Alloh.
Sesuatu ibadah sunnah yang tidak dapat kita kerjakan semuanya, setidaknya
dikerjakan separuhnya, tidak bisa separuhnya seperempatnya, seperempat masih
tidak dapat juga hendaknya dikerjakan 10%
persennya, jangan tidak dikerjakan sama sekali.
2. Alloh menyembunyikan Murka-NYA pada Ma’shiyat
Sekecil apapun Ma’shiyat jangan
disepelekan, karena kemungkinan disitu terselip murka Alloh. Jangan kita
menyepelekan bahwa Ma’shiyat yang kecil akan gugur dengan air wudhu.
Alloh berfirman: “Adapun orang yang takut kepada Kekuasaan/ Kebesaran Alloh, sehingga ia tidak berani melakukan
perbuatan Ma’shiyat kepada Alloh sekecil apapun juga, ia menahan diri untuk
melawan hawa nafsunya, maka Syurga adalah tempat kembalinya.”
Ridho
kepada yang sedikit, Alloh memberikan rizqy
kepada kita masing-masing berbeda-beda, ada yang diberikan rizqy yang
banyak dan ada yang diberikan rizqy yang cukup dan ada yang diberikan rizqy
yang sedikit serta ada juga yang sangat susah rizqynya. Bila kita diberikan
rizqy yang sedikit, maka jangan lihat sedikitnya rizqy itu, tapi lihat siapa
yang memberikan rizqy itu.
Al Habib
Abdulloh Al Haddad (Sohibul Rotib) mengatakan: “Manakala kamu Ridho dengan Karunia Alloh yang sedikit, maka kamu akan
hidup dengan nyaman/ tenang/ senang. Manakala kamu tidak Ridho dengan Karunia
Alloh yang sedikit, maka kamu akan hidup dengan susah/ gelisah.”
Hendaknya
kita antusias/ semangat dalam berbuat toat/ beribadah kepada Alloh, jangan
malas dalam berbuat toat kepada Alloh hingga akhir hayat kita. Jangan merasa
puas/ bangga dengan ibadah yang telah kita kerjakan, karena belum tentu Alloh
menerima ibadah yang kita kerjakan tersebut. Setelah kita berbuat toat kepada
Alloh hendaknya seperti kita pergi ke wc, jadi kita tidak akan melihat apa yang
telah kita keluarkan di wc. Jadi kita terus mengerjakan perbuatan toat tanpa
merasa puas dengan apa yang kita telah kerjakan hingga akhir hidup kita di alam
dunia.
Hendaknya
kita kaitkan/ hubungkan segala aktifitas yang kita kerjakan dengan perbuatan
toat kepada Alloh, jadi tidak ada suatu tindakan ataupun satu ucapan melainkan
diniatkan untuk beribadah kepada Alloh.
Al
Faqih Abu Lalyits Assamarqondhi
Rahimahullohutaala berkata:
“Siapa orang yang ingin mendapatkan kemulyaan-kemulyaan hendaknya ia mudawamah/
melazimkan melakukan 5 perkara ini:
1. Mencegah diri dari segala perbuatan ma’syiat.
2. Ia rela/ senang/ ridho dengan sedikit dari pada
bagian dunia.
3. Hendaknya ia aktif dalam berbuat toat,
mengerjakan amalan-amalan sholeh.
4. Ia cinta kepada orang-orang sholeh dan cinta
kepada orang-orang baik. Dan ia duduk bercampur dan bergaul dengan
mereka.
Dasar perintah untuk kita duduk dan
bergaul dengan orang-orang sholeh dan orang-orang baik adalah Hadits dari Rasululloh SAW.: “Perbanyak oleh kamu saudara, karena setiap saudara itu ada haq untuk
memberikan syafa’at kepada saudaranya di Hari Qiyaamat kelak.”
Mempunyai saudara 1.000 orang masih
dianggap sedikit, tetapi mempunyai 1 musuh sudah dianggap cukup banyak.
Manakala kita melihat ada kekurangan pada saudara/ sohabat/ kawan kita, maka
jangan menjadi penyebab putusnya hubungan kita.
Akan tetapi dalam bergaul, hendaknya
kita memilih teman, jangan asal sembarang dalam bergaul. Banyak dalil Al Qur’an yang menuntun kita dalam
memilih kawan, diantaranya: “Hai
orang-orang beriman, bertaqwalah kamu kepada Alloh dan hendaknya kamu berada
bersama orang-orang Shid’diqiin.”
Orang Shid’diqiin adalah orang yang tutur katanya selaras/ sejalan
dengan perbuatannya. Maqom Shid’diqiin adalah Maqom/ kedudukan yang ke dua
setelah Maqom para Anbiya (para Nabi-nabi).
Jangan kita berkawan dengan sembarang
orang, sebagaimana Firman Alloh SWT.:
“Jangan kamu mentaati/ perturuti orang
yang punya hati lalai/ tidak ingat kepada Alloh.” Hendaknya kita berkawan kepada orang yang mau
ingat kepada Alloh atau berdziqir kepada Alloh.
Dampak/ akibat bila kita berkawan
dengan orang yang tidak baik, kawan kelak akan menjadi musuh di Hari Qiyaamat
manakala kita berkawan dengan orang-orang yang tidak baik. Dalam sebuah Hadits Nabi mengatakan: “Manusia itu bergantung pada agama
temannya.” Manakala ia berkawan
dengan orang-orang yang toat kepada Alloh dan RasulNya, maka dia akan melakukan
hal yang sama. Sebaliknya, manakala ia bergaul dengan orang yang tidak baik,
maka ia juga akan berbuat seperti apa yang dilakukan temannya.
Ada perumpamaan dari ulama: 1 ekor
kambing yang sakit kurap/ koreng di campur dengan 1.000 ekor kambing yang sehat/ bagus, dengan
harapan agar 1 ekor kambing yang sakit kurap tadi akan menjadi sembuh dari
penyakitnya atau mejadi bagus, akan tetapi yang akan terjadi adalah 1.000 ekor
kambing yang sehat akan tertular penyakit dari 1 ekor kambing yang kurap
tadi.
Nabi
kita Muhammad SAW.,
ditanya oleh salah seorang sohabat: “Siapa
gerangan orang yang terbaik untuk dijadikan kawan/ teman Ya Rasululloh?” Nabi menjawab: “Yaitu orang yang manakala kamu melihat dia, maka kamu akan menjadi
ingat kepada Alloh.” Tutur katanya
memotivasi/ membuat kita bertambah semangat dalam beramal sholeh. Amalnya
mengingatkan kita kepada negeri akhirat.
Dalam suatu riwayat, Nabi kita
Muhammad SAW. masuk ke dalam hutan, dan dalam hutan tadi Nabi memetik 2 batang
dahan siwak, 1 batang siwak tadi bengkok dan 1 batang siwak yang lainnya lurus.
Nabi masuk ke dalam hutan tadi bersama para sohabatnya, maka Nabi memberikan
batang siwak yang lurus kepada sohabatnya, sedangkan batang siwak yang bengkok di
gunakan untuk kebutuhan pribadinya. Sohabat bertanya: “Ya Rasul, engkau lebih berhaq mendapatkan batang siwak yang bagus/
lurus dari pada aku, karena engkau yang berupaya/ berusaha untuk mendapatkan
siwak itu.” Nabi menjawab: “Tidak ada satu sohabat yang menemani
sohabat yang lainnya meskipun hanya beberapa saat saja, di siang hari ataupun
di malam hari, melainkan kelak Alloh akan tuntut dia di Padang Ma’shar tentang
persabatannya, apakah dalam persahabatnya dia tegakkan haq Alloh atau justru
dia abaikan/ sia-siakan?” Apakah ia
ingatkan sohabatnya yang tidak sholat, mengingatkan sohabatnya yang bertutur
kata tidak baik, dan meluruskan kesalahan-kesalahan dari sohabatnya yang
lainnya. Jangan sampai ia membiarkan temannya yang tidak shalat, membiarkan temannya
yang tidak menutup aurot, membiarkan temannya bertutur kata yang tidak baik,
maka kelak akan ada tuntutan di akhirat. Jadi kita dalam bersohabat saling
mengingatkan, untuk itu jangan kita berteman dengan orang yang tidak baik dan
orang yang non-muslim.
5. Kita perbanyak doa.
Doa adalah senjatanya orang mu’min,
dan doa adalah sari patinya ibadah.
Jangan mengandalkan keahlian,
kepandaian, ketrampilan, ilmu dan lain-lainnya dalam hal apapun juga. Silahkan
kita pergunakan keahlian, kepandaian, ketrampilan dan ilmu kita, tetapi ingat
jangan lupakan berdoa. Sepandai apapun kita, kita tidak akan menjadi sukses
manakala kita lupa untuk berdoa kepada Alloh, serahkan keputusan akhirnya
kepada Alloh. Bagaimanapun kita menjaga kesehatan tubuh kita, bagaimanapun dokter
yang ahli menjaga kesehatan kita, mana kala kita hanya mengandalkan dokter dan
obat saja, pasti akan gagal.
Kita mohon Ridho Alloh agar kita mendapatkan Syurga dan memohon kepada Alloh
agar akhir umur kita berkesudahan yang baik, jadi akhir umur kita di tutup
dengan amal-amal yang baik. Karena kita bergantung kepada amal kita yang
terakhir, kita memohon kepada Alloh agar kita mati di tempat yang baik dan saat
sedang mengerjakan amal kebaikan.
Ulama-ulama selalu meminta agar
mereka dimatikan dalam keadaan menuntut ilmu, meskipun mereka tidak menuntut
ilmu semacam kita, karena mungkin sudah tidak ada lagi guru yang posisinya
berada di atasnya yang dapat ia tuntut ilmunya, akan tetapi mereka selalu
muthola’ah qitab, sehingga masih dapat di hukumkan sedang menuntut ilmu. Untuk
ukuran semacam kita, masih banyak guru-guru yang dapat kita tuntut ilmunya,
jangan malu/ gengsi dalam menuntut ilmu.
Banyak cara untuk kita dapat berdoa,
membaca Hijib Darul A’la dan Hijib Yaumiyah adalah termasuk dalam mengamalkan
doa, disitu banyak tercantum doa-doa, hidup kita akan nyaman dan tentram bila
kita dapat mengamalkannya dzikir dan doa tersebut setiap hari.
Sebagian
Pujangga Islam berkata: “Cendrung/
condong/ gemar kepada dunia, padahal ia dapat menyaksikan dengan mata kepalanya
atau dengan jalan ia membaca qitab-qitab, sehingga ia dapat mengetahui
pahala-pahala yang diperoleh oleh seorang hamba yang berbuat amal sholeh atau
ia dapat melihat bagaimana harmonisnya rumah tangga dari orang-orang sholeh,
hidup mereka terhormat, itu merupakan bagian dari pahala yang Alloh segerakan
di alam dunia, tetapi ia masih condong/ gemar terhadap dunia, maka itu
merupakan suatu kebodohan yang luar biasa. Dan jika ia tidak bersungguh-sungguh
dalam beramal sholeh, setelah ia tahu betul betapa besar pahala dari
mengerjakan amal sholeh, maka itu merupakan suatu kelemahan.”
Di
Syurga ada satu kenyamanan, tidak bakal mendapatkan itu kenyamanan yang Alloh
persiapkan di Syurga, kecuali diperuntukan bagi orang-orang yang di alam dunia
tidak pernah merasakan kenyamanan, ia terus melakukan bermacam-macam amal
ibadah. Jadi jangan merasa cukup dengan satu amal peribadatan, kita jangan
terlalu banyak membuang waktu dengan sia-sia, bukan berarti kita tidak boleh
bersantai, tetapi jangan isi hidup kita hanya untuk bersenang-senang.
Kita
lebih tahu siapa diri kita, jadi apabila kita belum dapat memaksimalkan waktu
kita untuk beribadah kepada Alloh, maka jangan pula kita tidak berusaha untuk
mengerjakannya sama sekali. Ada Qoidah
Fiqiyah: “Sesuatu yang kamu tidak
dapat lakukan semuanya, maka jangan kamu tinggalkan sebagiannya.”
Di
Syurga ada kecukupan, tidak bakal mendapatkan kecukupan tadi di Syurga, kecuali
orang-orang yang meninggalkan kelebihan-kelebihan dunia. Dunia yang melebihi kebutuhan kita, kita
tinggalkan. Bila sudah mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita, anak dan istri kita,
transportasi dan lainnya, maka yang selebihnya jangan di cari lagi. Dunia
sebanyak apapun tidak akan cukup untuk memenuhi hawa nafsu. Nabi bersabda: “Beruntung orang yang dapat menahan yang lebih dari tutur katanya. Dan
beruntung pula orang yang meng-infaq-kan kelebihan hartanya.”
Menahan
tutur kata yang lebih yang tidak ada manfaatnya. Dan juga jangan menumpuk harta
yang lebih dari kebutuhan kita. Bagaimanapun kita butuh terhadap dunia, karena:
“sebaik-baiknya tunggangan adalah dunia.” Kita butuh dunia untuk bekal kita
menuju akhirat, akan tetapi jangan berlebihan.
Imam Gozali berkata: “Orang mencari dunia seperti minum air
lautan, semakin banyak ia minum, maka
akan semakin terasa haus.” Semakin
banyak mencari dunia, maka semakin terasa kurang dan semakin terasa kurang.
Dia
membatasi diri yang sedikit dari pada dunia. Dia ridho dan bersyukur dengan apa
yang telah Alloh anugrahkan rizqy untuknya dan untuk keluarganya, sehingga ia
dapat beristiqomah dalam beribadah kepada Alloh.
Disebutkan
sebagian orang-orang yang Juhud, orang yang berpaling dari pada dunia.
Yang berlebihan disebut dunia, dan yang sesuai dengan kebutuhan kita bukan
disebut dunia. Juhud bukan bukan berarti tidak memiliki atau mencari dunia
(harta). Abu Qois RA. berkata: “Raih dunia sebanyak-banyaknya dalam
genggamanmu, tetapi jangan ada dalam hatimu.”
Sebagai
orang Islam kita tidak mesti hidup dalam kemiskinan, karena kita tidak dapat
membangun sarana keagamaan, pendidikan dan lain-lain tanpa adanya uang/ harta
yang kita miliki. Bila dunia sudah ada dalam hati kita, maka kita akan menjadi
pelit/ kikir. Jadikan diri kita sebagai kasir, suatu saat ada yang membutuhkan
maka mudah bagi kita untuk mengeluarkannya. Tanamkan dalam hati kita bahwa
dunia bukan milik kita, tetapi milik Alloh, kita hanya perperan sebagai kasir
saja.
Disebutkan
tentang sebagian prilaku orang yang Juhud, bahwa makanan sehari-hari mereka
hanyalah sayuran dan garam, tanpa disertai dengan roti atau nasi. Seseorang
bertanya kepada orang Juhud tadi: “Kenapa kau mencukupi diri dengan makanan
yang sangat sederhana, padahal kesempatan untuk dapat makan yang melebihi dari
ini ada?” Dia menjawab: “Aku jadikan dunia ini sebagai ladang/ alat/ sarana
untuk mendapatkan kesenangan di alam akhirat (Syurga). Jadi dunia yang ada padaku tidak aku gunakan
untuk hidup bermewah-mewahan. Dan engkau menjadikan dunia ini sebagai bak
sampah.”
Bahkan Ulama-ulama terdahulu, bila
belum sampai 40 hari sudah buang air besar, mereka akan malu. Sedangkan kita
tidak buang air besar selama 3 hari saja, maka kita akan segera periksa ke
dokter.
“Manusia bukan hidup untuk makan,
tetapi makan untuk hidup.” Meskipun kita makan dari harta yang merupakan haq
kita dan halal, akan tetapi bila kita makan secara berlebihan, maka dapat
menjadi haram, apalagi memakan haq orang lain.
Bila kita bertamu ke rumah orang dan
kita membungkus makan yang disajikan tanpa izin dari tuan rumah maka hal itu
tidak dibolehkan. Jangankan hal seperti itu, apabila ada makan yang sudah ada
di mulut kita, maka kita belum boleh meninggalkan rumah yang kita kunjungi
tersebut sebelum kita selesai mengunyah makan tersebut.
Banyak orang sekarang salah dalam
menafsirkan ayat Al Qur’an: “….jangan kau lupa bagianmu atas dunia di
masa hidupmu….” Mereka menafsirkan
bahwa selama hidup di alam dunia, maka kita harus memanfaatkan waktu secara
maksimal dalam mencari dunia. Padahal bila kita merujuk kepada tafsir dari para
ulama, ayat tersebut ditafsirkan: “…jangan
kau lupa bagian kamu atas dunia di masa hidup kamu, tetapi jangan lupa bagian dunia untuk akhirat
kamu….” Kamu mempunyai kesempatan,
kekayaan, kesenangan, kesehatan di dunia, tetapi jangan lupa bagian kamu untuk
akhirat. Ambil kesempatan (kekayaan, kesehatan dll.) di dunia untuk kamu
manfaatkan beribadah kepada Alloh SWT.
“Orang yang keinginannya hanya untuk
perutnya saja, maka kadarnya/ nilainya dari orang tersebut sama dengan apa yang
dikelurkan oleh perutnya.”
“Sungguh aku
makan tidak ada tujuan untuk bersenang-senang, aku makan sekedar untuk
menguatkan aku punya diri agar dapat berbuat toat kepada Alloh, semoga bila ku
gunakan untuk beribadah kepda Alloh, sehingga dapat menjadi bekalku menuju ke
Syurga.”
Diriwayatkan
tentang Ibrohim bin Adham, seorang
ulama syufi yang luar biasa, suatu saat Ibrohim bin Adham ingin masuk ke tempat
pemandian, maka ia dicegah masuk oleh pemilik/ penjaga tempat pemandian.
Penjaganya berkata: “Kamu tidak dapat masuk ke tempat pemandian kecuali dengan
membayar.” Maka menangislah Ibrohim bin
Adham, dan ia berdoa kepada Alloh: “Wahai
Tuhan, aku tidak di izinkan untuk masuk ke rumah syaiton dengan cara gratis.” Ia adalah seorang anak raja yang meninggalkan
seluruh harta kekayaannya, karena kekayaannya tidak membawa kebahagian baginya.
Ia hidup dalam kesusahan, tetapi ia tidak ingin orang lain merasa iba dengan
kesusuahan yang dialaminya, sehingga ia memohon kepada Alloh agar diberikan
penyakit yang akibat dari penyakitnya tersebut membuatnya terbebas/ gugur dari
kewajiban Shalat Jum’at. Kemudian ia berkata kembali: “Bagaimana mungkin aku dapat masuk ke Syurga ke tempat para Nabi dan orang-orang Shid’diqiin, dengan cara gratis?” Ke tempat-tempat syaiton saja harus membayar,
apalagi ke tempat-tempat para Nabi dan orang Shid’diqiin.
Syurga
tidak dapat di raih secara gratis, tetapi melalui jalan ibadah. Meskipun kita
masuk Syurga dengan Rahmat dari Alloh, akan tetapi Rahmat Alloh di peroleh
dengan jalan kita beribadah kepada Alloh.
Disebutkan
oleh sebagian ulama: Sesungguhnya pada sebagian kitab yang Alloh turunkan
kepada sebagian Nabi-NabiNya (entah itu Kitab Zabur, Taurot ataupun kitab
lainnya), ada firman Alloh yang berbunyi: “Hai
manusia, kamu beli Neraka Jahanam dengan harga yang mahal, tetapi kamu tidak
mau membeli Syurga dengan harga yang murah.”
Ia
rela mengorbankan nyawa, harta, waktu dan tenaga dan fikirannya untuk dapat
pergi ke tempat-tempat yang akan membawanya menuju Neraka Jahanam. Seperti ke
tempat-tempat konser musik, menonton sepak bola atau lainnya, sehingga ia
sampai meninggalkan kewajiban Alloh yaitu shalat. Bila ada kerusuhan bisa saja
dia mati disitu. “Neraka itu diliputi
oleh hal-hal yang menyenangkan.”
Tiket
ke Syurga sangat murah yang dapat diperoleh dengan jalan: menebarkan salam,
tersenyum dan berjabat tangan bila berjumpa dengan saudara kita sesama muslim,
memberi makan orang yang susah, menjamu tamu, menyambung silaturahmi, bangun
malam disaat banyak orang terlelap tidur, kamu pasti masuk Syurga dengan
selamat. Berkunjung ke alim ulama untuk menuntut ilmu kepada mereka adalah pekerjaan
yang dapat menuntun kita menuju Syurga, tetapi terasa berat untuk dijalankan.
Tertulis
dalam sebagian kitab Alloh, Alloh
berfirman: “Wahai manusia, kamu
membeli Neraka Jahanam dengan harga yang mahal, tetapi kamu tidak mau membeli
Syurga dengan harga yang murah.”
Sesungguhnya
orang yang faasiq, mu’min yang faasiq
yaitu mu’min yang durhaka kepada Alloh dengan banyak mengerjakan
ma’shiyat dan meninggalkan ibadah kepada Alloh. Andaikata mu’min yang faasiq ini ingin mengadakan jamuan makan bersama
orang-orang faasiq l’aiinnya, kemungkinan mereka berani
meng-infaq-kan/ membelanjakan hartanya dengan uang yang besar (misalnya:
ratusan juta rupiah), berarti ia berani membeli Neraka Jahanam dengan harga
yang mahal, seperti mengadakan pesta perkawinan, ulang tahun, dengan diisi
kegiatan-kegiatan yang melanggar aturan agama. Sebanyak orang yang terlibat
disitu dan melakukan ma’shiyat, maka dosanya menjadi tanggung jawabnya.
Meskipun dia berkata dia tidak bertanggung jawab, tetapi tetap dosa baginya
menjadi berlipat. Yang melakukan kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari aturan
Alloh maka ia dihukumkan berdosa dan ia pun menanggung dosa dari orang yang
berbuat dosa dengan sebab dia. Andaikata ia membuat jamuan (kenduri) karena
Alloh SWT., seperti selamatan bangun rumah, aqiqah, khitanan, pernikahan,
maulid, tahlilan kematian, walimatussafar berangkat haji dll., kurang lebih ada 11
acara dalam Islam. Untuk acara-acara semacam itu terkadang mereka
meng-infaq-kan/ membelanjakan uangnya hanya beberapa ribu saja. Padahal
acara-acara semacam itu dihadiri oleh orang-orang sholeh, faqir-miskin, yang
ganjaran pahalanya sangat besar dan merupakan tiket baginya menuju Syurganya
Alloh SWT. Jika untuk acara keagamaan yang akan mendatangkan ridho Alloh, ia
tidak berani meng-infaq-kan uang sebanyak-banyaknya, tetapi bila untuk
acara-acara ma’shiyat/ durhaka kepada Alloh ia berani meng-infaq-kan uang
sebanyak-banyaknya, bahkan terkadang nyawanya berani ia korbankan.
Untuk
menyekolahkan anak ke sekolah-sekolah umum sampai ke perguruan tinggi ia berani
mengelurkan biaya sangat besar, samapai ia rela berhutang dan melepas perhiasan
simpanannya. Tetapi untuk ke sekolah-sekolah agama semacam pondok pesantren,
mereka sangat berat untuk mengeluarkan uang yang cukup besar.
Diriwayatkan
tentang Abi Haazim, ia berkata: “Andaikata Syurga tidak dapat dimasuki oleh
siapapun juga, kecuali ia harus meninggalkan apa yang ia sukai di dunia, hal/
persyaratan semacam tadi adalah lebih mudah/ ringan bila dibandingkan dengan
ni’mat di Syurga. Andaikata tidak ada yang dapat selamat dari Neraka Jahanam
siapapun juga, kecuali bila ia tanggung/ ia sabarkan segala apa yang tidak ia sukai,
hal/ persyaratan semacam itu adalah lebih mudah/ ringan bila dibandingkan
dengan pedihnya siksa di Neraka Jahanam.
Berkata
Yahya bin Mu’adz Ar Roozy: “Meninggalkan dunia berat, tetapi
meninggalkan Syurga jauh lebih berat lagi.”
“Dunia lebih
pandai menyihir dari pada ahli sihir Fir’aun.” Setiap manusia diciptakan untuk cinta kepada
dunia. Kita duduk mengaji seperti ini termasuk meninggalkan dunia, meninggalkan
sesuatu yang kita sukai terasa berat, karena mungkin diantara kita ada yang
meninggalkan usahanya, meninggalkan untuk bersenang-senang dengan keluarga,
meninggalkan menonton acara kesukaannya di tv, dll. Dunia bukan semata-mata
uang, tetapi segala sesuatu yang membuat kita menjadi lalai kepada Alloh, maka
itu disebut dunia.
Jika
kita meninggalkan sesuatu hal yang dapat menyebabkan kita masuk Syurga, maka
akibatnya jauh lebih berat lagi.
Meninggalkan sesuatu yang dapat menyebabkan kita masuk ke dalam Syurga
diantaranya: meninggalkan ibadah kepada Alloh, tidak mau menutup aurot, tidak
mau mengelurkan zakat padahal ada kewajiban zakat, tidak mau pergi haji. Segala
ibadah-ibadah yang kita kerjakan adalah sebagai jalan bagi kita untuk
mendapatkan Syurganya Alloh SWT. Bila
ibadah-ibadah yang Alloh wajibkan tersebut kamu tinggalkan, maka akibatnya akan
lebih berat lagi, yaitu Neraka Jahanam.
“Sesungguhnya
mahar (mas kawin-nya) Syurga adalah meninggalkan dunia.” Ingin mendapatkan
Syurga, maka tinggalkan dunia. Akan tetapi perlu diingat yang disebut dunia
adalah yang di luar kebutuhan kita, bila masih termasuk kebutuhan kita bukan
termasuk dunia. Nabi Ibrahim AS.
termasuk orang yang miskin, ia telah berusaha untuk meminjam kesana-kemari
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya tetapi ia tidak mendapatkan
pinjaman. Alloh Maha Mengetahui apa yang menjadi hajat/ kebutuhannya, sehingga
Alloh mengutus Malaikat Jibril AS. untuk menemui Nabi Ibrahim AS. Kemudian Nabi
Ibrahim AS. mengadukan kesusahannya kepada Malaikat Jibril AS., Malaikat Jibril
AS. berkata: “Mengapa engkau tidak minta
kepada Alloh?” Nabi Ibrahim AS.
menjawab: “Aku malu meminta dunia kepada
Alloh.” Malaikat Jibril menyampaikan
perkataan Alloh: “Yang namanya kebutuhan
kamu, itu bukan termasuk dunia.”
Bila sekedar untuk kebutuhan hidup kita dan keluarga kita, maka itu
bukan termasuk dunia.
Annas bin Maalik
RA.,
meriwayatkan Hadits dari Baginda Nabi
Muhammad SAW., sesungguhnya Rasululloh bersabda: “Siapa orang yang memohon kepada Alloh untuk dimasukkan ke Syurga
sebanyak 3 kali, maka berkata Jannah (Syurga): “Ya Alloh masukan si-fulan ke
Syurga.” Dan siapa orang yang memohon
kepada Alloh untuk dicegah masuk ke dalam Neraka sebanyak 3 kali, maka Neraka berkata:
“Ya Alloh selamatkan/ lindungi si-fulan dari Neraka Jahanam.”
Doa
semacam ini sering kita baca dalam wirid-wirid yang kita amalkan. Doa yang
bagus adalah doa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW. Meskipun doa
sapu-jagad: “Rabbanaa aatinaa fid-dun-yaa
hasanataw wa fil-aakhirati hasantaw wa qinaa adzaaban-naar” , sudah
mencakup semuanya akan tetapi kita perlu mengamalkan doa-doa yang l’aiinnya,
karena setiap doa ada khasiatnya masing-masing.
“Semoga
Alloh melindungi kita dari Neraka Jahanam dan semoga Alloh-pun memasukan kita
ke dalam Syurga. Aamiin…Allohuma Aamiin…”
Andaikata
di Syurga kita tidak mendapatkan apa-apa (tidak mendapatkan ni’mat seperti yang
telah Alloh janjikan), tetapi hanya dapat berkumpul dengan teman-teman yang
baik di alam dunia, maka hal itu sudah merupakan hal yang menyenangkan dan
baik. Akan tetapi, betapa tidak di Syurga ada segala macam keni’matan dari
Alloh SWT.
Annas bin Maalik
RA.,
meriwayatkan Hadits dari Baginda Nabi
Muhammad SAW., sesungguhnya Rasululloh bersabda: “Di Syurga ada pasar-pasar tetapi tidak ada transaksi jual-beli, mereka
(penghuni Syurga) berkumpul membuat Halaqooh (lingkaran-lingkaran), mereka
mengingat (bernostalgia) tentang kehidupan mereka di dunia, bagaimana saat
ibadah yang mereka lakukan di alam dunia, bagaimana kehidupan orang faqir di
alam dunia, bagaimana kehidupan orang kaya di alam dunia, bagaimana yang mereka
rasakan saat mati, bagaimana kita yang sudah menjadi tulang-belulang dan daging
tercabik-cabik, dan hingga akhirnya dapat menjadi penghuni Syurga.”
Berkata
Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang
sanad-nya menyambung dari orang-orang yang ingatannya kuat dan adil (dapat
dipercaya) hingga sampai ke Sohabat Nabi Ibnu
Mas’ud RA., Rasululloh bersabda: “Semua manusia (tanpa terkecuali) pasti
harus melewati Jembatan Shiraathal
Mustaqiim, mereka semuanya akan
berdiri di sekitar Neraka Jahanam, kemudian mereka semuanya melewati Jembatan Shiraathal Mustaqiim dengan bergantung kepada amal-amal mereka. Diantara mereka yang
melewati Jembatan Shiraathal Mustaqiim,
ada manusia yang melewatinya dengan kecepatan:
- Bagaikan buroq
(kilat).
- Bagaikan riih (angin).
- Bagaikan burung yang terbang.
- Bagaikan kuda yang larinya cepat.
- Bagaikan “Iibil (onta) yang bagus.
- Bagaikan lompatan seorang laki-laki.
- Sesungguhnya orang yang paling akhir dari
Hamba Alloh yang masuk Syurga, ia melewati Jembatan Shiraathal Mustaqiim dengan
menggunakan ibu jari kakinya.
Hamba
Alloh yang melewati Jembatan Shiraathal
Mustaqiim, maka mereka akan di goyang oleh Jembatan Shiraathal Mustaqiim, kondisi Jembatan Shiraathal Mustaqiim licin
sehingga dapat mengelincirkan orang, tajamnya Jembatan Shiraathal Mustaqiim bagaikan tajamnya pedang, Jembatan Shiraathal Mustaqiim tidak mulus mel’aiinkan diatasnya ada hasakun (duri-duri). Disisi
kiri dan kanan dari Jembatan Shiraathal
Mustaqiim ada Malaikat-Malaikat dan
masing-masing Malaikat memegang kalaliib (besi yang ujungnya bengkok semacam kaitan) untuk menarik orang-orang yang tidak
ibadah kepada Alloh. Diantara orang yang lewat di Jembatan Shiraathal Mustaqiim ada yang selamat sampai ke Syurga, dan
diantara orang-orang yang badannya tercabik-cabik ada juga yang selamat, dan
ada juga orang yang badannya tercabik-cabik masuk ke Neraka Jahanam. Malaikat
masing-masing berkata: “Ya Rabbi, selamatkan HambaMU.” Maka lewatlah seorang
lak-laki yang paling akhir masuk Syurga.
Orang kaya adalah yang paling akhir
masuk Syurga, orang miskin lebih dahulu masuk Syurga, berbedaannya selama 500
tahun. Nabi yang paling akhir masuk Syurga adalah Nabi Sulaiman, ia adalah Nabi yang paling kaya. Sedangkan Sohabat
Nabi yang paling akhir masuk Syurga adalah Abdurrahman
bin Auuf, ia Sohabat Nabi yang paling kaya. Karena kekayaan mereka di
hisab, hartanya yang halal di hisab, hartanya yang haram ada siksanya. “Siapa
orang yang diperiksa pasti kena siksa.” Maksudnya bila hartanya dari yang
Halal, maka lamanya masa menunggu waktu di hisab adalah merupakan siksaan bagi
mereka.
Jika
mereka sudah melewati Jembatan Shiraathal
Mustaqiim, maka dibukakan pintu
Syurga. Tetapi mereka tidak tahu apakah mereka ada bagian di dalam Syurga.
Begitu melihat Syurga mereka berkata: “Ya
Rabbi, tempatkan aku disini.” Padahal mereka baru memasuki Syurga yang
tingkatannya paling rendah. Alloh berfirman: “Andaikata engkau AKU tempatkan disini, engkau akan minta kepadaKU yang
lainnya lagi.” Mereka berkata: “Tidak, demi KebesaranMU dan KemulyaanMU Ya
Alloh aku sudah merasa cukup, aku tidak akan minta yang lainnya lagi.” Kemudian Alloh angkat mereka menuju ke Syurga
sampai ke tingkatan Syurga yang keempat. Setelah mereka melihat Syurga yang
ke-empat, maka mereka menganggap ‘remeh’ (rendah/ hina), apa yang sudah
mereka dapatkan pada Syurga yang
sebelumnya. Alloh berfirman: “Mengapa
engkau tidak meminta untuk ditempatkan di Syurga ini?” Mereka menjawab: “Aku sudah meminta kepadaMU, sehingga aku malu untuk meminta lagi.” Maka Alloh berfirman: “Bagian Syurga untukmu sebesar dunia dan sepuluh kali lipat besarnya
dunia.” Dan sesungguhnya ini adalah
tempat yang paling rendah bagi penghuni Syurga.
Abdullah bin
Mas’ud
meriwayatkan Hadits dari Rasululloh SAW. berkata: “Tidaklah menceritakan itu melainkan Rasululloh SAW. tertawa (hingga
terlihat gigi gerahamnya), manakala ia menceritakan tentang seorang laki-laki
yang minta dimasukkan ke dalam Syurga yang pertama dilihatnya, tetapi manakala
Alloh memperlihatkan kepadanya tingkatan Syurga yang lebih tinggi derajatnya
dari Syurga yang sebelumnya, maka ia menggap remah (kurang nyaman) dengan apa
yang telah di pilihnya, tetapi ia malu untuk meminta dipindahkan ke Syurga yang
lebih tinggi derajatnya tersebut.”
Rasululloh
bersabda dalam sebuah Hadits: “Sesungguhnya
wanita-wanita penduduk dunia, ada diantara mereka diciptakan di Syurga nanti,
akan diberikan keutamaan/ keistimewaan/ kelebihan atas hurul ‘aiin
(bidadari-bidadari), mereka akan terlihat lebih cantik dan lebih segala-galanya
dari pada bidadari-bidadari yang Alloh ciptakan langsung di Syurga, dengan
sebab amal-amal sholeh mereka di alam dunia.”
Alloh
berfirman: “Sesungguhnya KAMI ciptakan mereka hurul ‘aiin (bidadari-bidadari)
langsung (tidak melalui perkawinan), dan KAMI jadikan mereka itu gadis-gadis,
mereka saling bercinta-cintaan dengan suami-suami mereka (pasangannya
masing-masing). Semua penghuni Syurga sebaya/ seumur/ sama usianya, KAMI
ciptakan mereka untuk Ashhaabul Yamiin
(golongan kanan), yaitu golongan orang yang banyak amal sholehnya.”
---oooOooo---
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya.
Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab
lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang
ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar