Rabu, 31 Agustus 2016

TASAWUF - Sifat/Keadaan Syurga dan Keadaan Penghuni Syurga



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Sifat/Keadaan Syurga dan Keadaan Penghuni Syurga
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


SYURGA DAN KEADAAN PENGHUNINYA



Berkata Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang sanad-nya menyambung sampai ke Sohabat Nabi Abu Hurayroh RA., Abu Hurayroh bertanya kepada Rasululloh: “Ya Rasululloh dengan apa Syurga itu diciptakan?”  Nabi menjawab: “Syurga Alloh ciptakan dari air.”  Kemudian ia berkata lagi: “Tolong kasih tahu kami Ya Rasul tentang bangunan Syurga.”  Nabi menjawab: “Bangunan Syurga terbuat dari batu yang terbuat dari emas dan dicampur/ dikombinasikan dengan batu yang terbuat dari parak.  Lumpurnya terbuat dari minyak misk (minyak kesturi)  yang sangat harum baunya, tanahnya terbuat dari minyak Za’faroon. Kerikilnya terbuat dari lu’lu’ (mutiara) dan Yaaquut  (batu mulya/ permata). Siapa orang yang masuk ke Syurga, dia akan mendapatkan/ merasakan kenikmatan, dan dia pun tidak akan putus asa (frustasi) lagi. Dan dia pun akan kekal/ abadi selama-lamanya di dalam Syurga, dan tidak akan mati lagi. Baju-baju yang digunakannya tidak akan kusam/ rusak  lagi, masa mudanya tidak akan sirna.”

Kemudian Nabi bersabda: “Ada 3 kelompok orang yang tidak akan ditolak ia punya doanya, yaitu:
1.    Imam (pemimpin/ Kepala Negara/ Presiden) yang adil.
Jika mereka berlaku adil satu saat saja, maka nilainya sama dengan ibadah selama 60 tahun lamanya. Tetapi sebaliknya bila ia tidak adil, maka menjadi penghuni Neraka Jahanam.
2.    Orang yang berpuasa hingga ia berbuka puasa.
3.    Doanya orang yang di dzolimi.
Siapapun dia, sekalipun ia orang kafir apabila ia di dzolimi maka Alloh akan qobul-kan ia punya doa. Zat Alloh sendiri yang dapat berbuat sekendak-Nya, masih Alloh haramkan bagi-Nya berbuat dzolim. “Jangan kamu berbuat dzolim.”  Jangan berbuat dzolim sedikitpun juga, muslim atau non muslim tidak boleh di dzolimi, apalagi orang lemah. Doa orang yang di zholimi akan diangkat ke atas awan terus menembus langit. Qiblat doa ke langit, tetapi bukan berarti Alloh ada di langit. Maka Alloh yang Maha Besar/ Agung, Maha Mulya, maka Alloh berkata: “Demi keperkasaanKU, demi Kebesaran dan KemulyaanKU, Sungguh benar-benar AKU akan tolong kamu hai orang yang di dzolimi, sekalipun setelah ini (setelah beberapa masa/ tidak langsung).

Berkata Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang menyambung sampai Abu Hurayroh RA., Rasululloh bersabda: “Sesungguhnya di Syuga ada satu pohon, andaikata orang yang berkendaraan, jalan di bawah naungannya/ teduhannya itu pohon selama 100 tahun, dia tidak akan dapat menyelesaikannya. Di dalam Syurga-pun Alloh siapkan ni’mat yang tidak pernah di lihat oleh mata dan tidak pernah di dengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas/ terbayang di hati manusia. Silahkan kau baca jika kau mau, maka sekali-kali tidak ada satu jiwapun yang mengetahui, yaitu ni’mat yang Alloh sembunyikan untuk mereka dari pada ni’mat-ni’mat yang menyedapkan pandangan mata. Sungguh tempat cemeti (pecut/cambuk) salah seorang kamu di Syurga, jauh lebih baik dari pada dunia beserta isi-isinya. Silahkan kau baca jika kau mau, siapa orang yang disingkirkan/ dijauhkan dari Neraka Jahanam, dan dimasukkan ke dalam Syurga, maka orang itu sudah beruntung.”

Ibnu Abbas RA. berkata: “Sesungguhnya di Syurga terdapat bidadari-bidadari yang diciptakan dari 4 macam/ komponen dari pada misk, ‘anbar, kaafuur dan za’faroon. Dan keempat bahan tadi di aduk/ di campur dengan air kehidupan (Haywan). Maka Alloh yang Maha Perkasa berfirman: “Jadilah kamu bidadari (huur/ huuriyah),” maka jadilah mereka bidadari. Semua orang ingin mendapatkannya (bidadari). Andaikata bidadari ini meludah di lautan, maka pasti air lautan yang asin akan menjadi tawar. Tertulis di leher bidadari-bidadari ini: “Siapa orang yang ingin mendapatkan pendamping/ istri semacam aku, hendaknya kamu toat kepada Alloh.”   

Imam Mujaahid  berkata: “Buminya Syurga terbuat dari fidhoh (perak), tanahnya terbuat dari misk, batang-batang pohonnya terbuat dari dzahab (emas) dan fidhoh (perak), dahannya terbuat dari lu’lu’ (mutirara)  dan Zabarjad  (intan), sedangkan daunnya dan buahnya di bawah dahan-dahannya. Siapa orang yang makan sambil berdiri tidak mengganggu/ menyakiti/ menyusahkan dia (akan nyaman saja), makan sambil duduk juga tidak mengganggu/ menyakiti/ menyusahkan dia, makan sambil berbaring juga tidak mengganggu/ menyakiti/ menyusahkan dia, dan dihampirkan/ di dekatkan buah-buahnya agar ia dapat dipetiknya dengan semudah-mudahnya.”
Jadi buah-buahan di Syurga dapat dipetik dengan mudah, sehingga dapat dipetik sambil berdiri, atau sambil duduk ataupun sambil berbaring sekalipun.
Di dunia makan dan minum sambil berdiri hukumnya makruh, tetapi di Syurga nanti sudah tidak ada larangan seperti itu lagi.

Abu Hurayroh RA. berkata: “Demi Zat yang telah menurunkan Al Qur’an atas Nabi Muhammad Sholawatulloh Alahissalam Allaih, sesungguhnya penghuni Syurga setiap hari bertambah ketampanannya dan kecantikannya.”

Berkata Al Faqih Abu Lalyits Assamarqondhi Rahimahullohutaala, ia meriwayatkan hadits yang sanad-nya menyambung sampai ke Rasululloh, Rasululloh bersabda. : “Apabila penghuni Syurga sudah masuk ke dalam Syurga dan penghuni Neraka telah masuk ke dalam Neraka Jahanam. Ada suara yang menyeru: “Ya ahlal Jannah (hai penghuni Syurga), sesungguhnya Alloh ingin menunaikan janjinya kepada kamu, mereka semua bertanya apa gerangan janji Alloh itu? Bukankah Alloh sudah memberatkan timbangan kebaikan kepada kami. Bukankah Alloh sudah membersihkan dan membuat bercahaya/ bersinar wajah-wajah kami? Dan bukankah Alloh sudah menempatakan kami di Syurga dan menjauhi kami dari Neraka Jahanam?  Maka disingkapkanlah hijaab yang menutupi pandangan mereka kepada Zat Alloh. Demi Alloh yang nyawaku berada dalam genggamannya/ kekuasaannya, Alloh tidak memberikan pandangan kepada mereka sesuatu yang mana sesuatu tadi lebih mereka sukai, yaitu memandang kepada Zat Alloh.”
Di Syurga bermacam-macam ni’mat Alloh berikan kepada penghuni Syurga, tetapi dapat memandang Zat Alloh adalah suatu ni’mat yang paling besar.

Hadits Riwayat dari Annas bin Malik RA., Rasululloh bersabda: Datang malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Sholawatulloh Alahissalam Allaih dengan membawa kaca cermin yang putih/ bening/ cemerlang, tetapi di dalam cerminnya tadi ada titik (noktah/ noda) yang hitam. Nabi Muhammad Sholawatulloh Alahissalam Allaih  berkata kepada Malaikat Jibril: “Ya Jibril, apakah makna dari cermin yang putih ini?”  Jibril berkata: “Cermin yang putih menggambarkan sebagai hari Jum’at, sedangkan bintik/ noda yang hitam adalah Hari Qiyaamat yang kelak akan terjadi pada hari Jum’at. Engkau dan umatmu hai Muhammad  Sholawatulloh Alahissalam Allaih, sudah Alloh anugrahkan kelebihan/ keistimewaan berupa hari Jum’at, atas umat-umat sebelum kamu, manusia kelak akan mengikuti kamu hai Muhammad Sholawatulloh Alahissalam Allaih, yaitu orang Yahudi dan Nasrani.

Pada hari Jum’at itu terdapat waktu/ saat yang bila bertepatan pada saat itu seorang mu’min sedang memohon/ berdoa meminta sesuatu kebaikan, pasti Alloh qobulkan permohonan/ doa-nya. Dan tidaklah seorang mu’min yang bertepatan pada itu saat memohon kepada Alloh agar dapat terlindung dari kejahatan, melainkan Alloh lindungi ia dari kejahatan. Malaikat Jibril berkata:  “Menurut kami hari Jum’at disisi kami adalah hari tambahan dari Alloh yang melebihi hari-hari yang lain.”

Rasululloh SAW, bersabda: “Apa gerangan itu Yaumal Maziid?”   Malaikat Jibril AS. berkata: ”Sesungguhnya Alloh telah menjadikan suatu lembah di Syurga Firdaus yang ada padanya suatu bukit yang terbuat dari Misk. Bila pada hari Jum’at bukit tadi diliputi oleh mimbar-mimbar yang terbuat dari Nur (Cahaya), diatasnya  duduk para Nabi-Nabi. Dan dibelakang mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya tadi terdapat mimbar-mimbar yang terbuat dari pada dzahab (emas), dan dimahkotai mimbar yang terbuat dari dzahab (emas) tadi dengan intan(zabarjad) dan permata (yaaquut). Disitu ada Shid’diiqun, yaitu orang yang tutur katanya selaras (sejalan/ sesuai) dengan perbuatannya dan Syuhadaa’  dan orang-orang Shoolihuun. Turunlah  para penghafal Al Qur’an, mereka duduk di belakang para Shid’diiqun, Syuhadaa’  dan Shoolihuun.  Mereka berkumpul menghadap kepada Tuhan mereka, mereka semuanya memuji Alloh. Maka Alloh berfirman kepada mereka: “Hai para penghuni Syurga, silahkan sekarang mintalah sesuatu kepadaKU.” Maka para penghuni Syurga meminta kepada Alloh ke-Ridho-an Alloh.  Maka Alloh berkata: “Aku ridho kepada kamu dengan ke-ridho-an yang mana membuat kamu ditempatkan di SyugaKU ini dan mendapatkan kemulyaanKU. Maka menjelmalah Alloh dihadapan mereka, hingga mereka dapat melihat Zat Alloh. Maka tidak ada suatu hari yang lebih  disukai oleh mereka adalah hari Jum’at. Karena pada hari itu  mendatangkan kepada mereka kemulyaan.

Diriwayatkan dalam hadits yang lain, Alloh SWT. berfirman kepada para Malaikat: “Hai malaikat-malaikatKU, beri makan kepada kekasih-kekasihKU.” Maka di datangkan kepada mereka bermacam-macam/ berwarna-warna  makanan, maka mereka mendapatkan dari tiap-tiap suapan kelezatan-kelezatan yang kelezatannya tidak mereka dapati/ tidak sama pada suapan yang lainnya. Artinya kelezatannya semakin bertambah dan terus bertambah. Setelah selesai dengan makanan yang Alloh sajikan, maka didatangkan kepada mereka bermacam-macam minuman, maka saat mereka meminum itu minuman, maka mereka dapati dari tiap-tiap itu minuman kelezatan-kelezatan yang tidak sama dengan yang lainnya. Apabila mereka sudah minum semuanya, Alloh berfirman: “AKU adalah Tuhan kamu, AKU sudah menjanjikan kepadamu dan AKU akan membuktikan janjiKU, minta sekarang kepadaKU maka niscaya AKU akan berikan kepadamu. Maka mereka berkata: “Wahai Tuhan KAMI tidak ada yang kami minta selain ke-Ridho-anMU.”  Maka Alloh berfirman: “AKU Ridho kepada kamu, disisiKU adalah keutamaan untuk kamu, sekarang AKU berikan kepada kamu dengan satu kemulyaan yang lebih besar dari itu semua. Maka dibukalah/ disingkirkan hijaab  dari pandangan mereka. Maka mereka bersyukur kepada Alloh dalam keadaan sujud. Mereka sujud dengan sujud yang luar biasa. Maka Alloh berkata kepada mereka: “Angkatlah kau punya kepala semuanya dari sujud, Syurga ini bukan tempat untuk beribadah.” Mereka lupa dengan segala macam ni’mat yang luar biasa yang telah mereka terima/ ni’mati dengan sebab ni’mat dari melihat/ memandang Zat Alloh. Maka menjadilah memandang kepada Zat Alloh lebih mereka sukai dari segala ni’mat-ni’mat yang lainnya.
Kemudian mereka kembali masuk ke kamar-kamar mereka masing-masing, maka berhembuslah angin dari bawah ‘Arsy yang membawa minyak misk di atas kepala-kepala mereka dan di atas ‘embun-embunan kuda-kuda/ keledai-keledai mereka. Apabila mereka kembali kepada keluarganya, maka keluarganya/ istrinya melihat kepada suami mereka dalam ketampanan dan lebih hebat/ afdhol dari pada yang mereka lihat sebelumnya. Setelah kembali semakin bertambah kegantengan/ ketampanan dari suami-suami mereka. Istri-istri mereka berkata kepada suami-suami mereka: “Kamu hai suamiku lebih tampan/ lebih bagus dari sebelumnya.

Al Faqih Abu Lalyits Assamarqondhi Rahimahullohutaala, menerangkan makna disingkap/ disingkirkannya hijaab dari pandangan mereka. Hijaab adalah tameng, penutup yang mana hijaab ini menghalangi mereka dari memandang Zat Alloh. Arti dari memandang kepada Alloh oleh sebagian Ulama Kholaf  diartikan memandang kepada kemulyaan yang belum mereka lihat sebelumnya. Sedangkan Ulama Salaf  berpendapat, bahwa arti memandang adalah benar-benar memandang kepada Zat Alloh secara dzhohir-nya.  Tentunya cara memandangnya tidak dapat disamakan/ diserupakan dengan memandang apapun juga.

‘Ikrimah RA. berkata: “Para penghuni Syurga usianya seperti orang yang umurnya 30 tahun, lelaki dan perempuanpun sama. Tinggi mereka 60 hasta, seperti tingginya Nabi Adam AS. Kondisinya muda belia, tidak berjenggot, mereka memakai celak (sifat mata). Pada mereka melekat 70 pakaian, tiap-tiap pakaian berwarna-warni sebanyak 70 warna dan berganti warna setiap waktu. Si-suami dapat melihat wajahnya melalui wajah istrinya dan pada wajah bidadari-bidadari, demikian juga si-istri dapat melihat wajahnya pada wajah suaminya, jadi mereka laksana cermin bagi pasangannya. Mereka tidak ber-ingus dan membuang ludah dan segala kotoran yang menjijikan tidak ada lagi di dalam Syurga.”

Diriwayatkan dalam sebuah Hadits: “Sesungguhnya andaikata seorang wanita dari penghuni Syurga memperlihatkan telapak tangannya, niscaya itu telapak tangan akan menerangi barang yang ada antara langit dan bumi.”

Berkata Al Faqih Abu Lalyits Assamarqondhi Rahimahullohutaala, ia meriwayatkan hadits yang sanad-nya menyambung sampai ke Rasululloh, Rasululloh SAW. bersabda: Datang seorang laki-laki dari Ahlil Kitab (Yahudi atau Nasrani) kepada Nabi Muhammad SAW., lelaki tersebut berkata: “Ya Abal Qosyim (Bapaknya Qosyim = Nabi Muhammad SAW.), apakah kamu mengatakan bahwa penghuni Syurga itu makan dan minum?” Nabi menjawab: “Ya, penghuni Syurga makan dan minum sekendaknya tanpa dibatasi oleh apapun juga. Demi nyawa Nabi Muhammad SAW. yang berada dalam kekuasaannya. Sesungguhnya salah seorang dari penghuni Syurga, sungguh diberikan kekuatan 100 orang laki-laki seperti di alam dunia dalam hal makan, minum dan jimaa’.”  Lelaki tersebut kembali berkata: “Andaikata para penghuni Syurga  makan dan minum tanpa dibatasi oleh apapun juga, tentunya mereka ada haajat  untuk buang air kecil atau buang air besar, sedangkan Syurga bersih tidak ada kotoran? Nabi menjawab: “haajat (buang air) seseorang diantara mereka berupa ‘aroqun (keringat) yang harumnya seperti harumnya misk.

Berkata Al Faqih Abu Lalyits Assamarqondhi Rahimahullohutaala, ia meriwayatkan hadits yang sanad-nya menyambung sampai ke Rasululloh, Rasululloh SAW. bersabda: “Bahagialah bagi mereka tempat kembalinya yang baik yaitu Syurga.” Al Faqih menafsirkan ini hadits, bahwa thubaa  adalah suatu pohon yang ada di Syurga. Tidak ada di Syurga satu rumah atau satu gedung yang tidak  di naungi oleh dahan pohon dari dahan pohon thubaa. Pada itu dahan pohon thubaa terdapat bermacam-macam buah, dan hinggap di atas dahan pohon tadi burung yang besarnya sebesar onta. Apabila salah seorang dari penghuni Syurga menginginkan untuk menyantap daging burung, maka dipanggillah itu burung. Burung yang dipanggil oleh penghuni Syurga hinggap di atas meja makan penghuni Syurga, dari salah satu sisi sayap dari burung tadi di makan oleh penghuni Syurga yang sudah berubah menjadi dendeng yang sudah di bakar. Kemudian sayap burung yang dimakan tadi pulih kembali seperti semula tidak ada kekurangannya dan burung tadi kembali terbang meninggalkan meja makan penghuni Syurga.”

Hadits yang di riwayatkan oleh Abu Hurayroh RA., Rasululloh SAW. bersabda: “Rombongan yang pertama dari pada umat Nabi Muhammad Sholawatulloh Alahissalam Allaih yang masuk ke Syurga bentuknya seperti qomar (bulan), terang benderang laksana bulan purnama, rombongan berikutnya yang masuk Syurga seperti bintang yang sangat terang yang ada di langit, kemudian rombongan berikutnya sesuai dengan tingkatan kedudukan/ martabat/ maqom  mereka masing-masing di sisi Alloh SWT.  Di Syurga mereka tidak buang air kecil, mereka juga tidak buang air besar, mereka tidak meludah, mereka pun tidak beringus. Sisir-sisir mereka terbuat dari emas, dupa-dupa mereka berupa kayu-kayu gahru. Keringat mereka wanginya bagaikan misk. Postur/ tinggi  tubuh mereka seperti postur seorang laki-laki yang tingginya sama dengan tinggi dari Nabi Alloh Adam AS.”   Tinggi Nabi Adam AS. adalah 60 ziro/ hasta (1 hasta = 40 cm.).

Hadits riwayat dari Ibnu Abbas RA., Rasululloh SAW. bersabda: “Sesungguhnya penghuni Syurga adalah pemuda yang belum tumbuh jenggotnya (bersih), tampan/ ganteng rupanya. Tidak tumbuh rambut pada penghuni Syurga kecuali rambut yang tumbuh pada kepala, alis, dan bulu mata. Pada penghuni Syurga tidak ada bulu kemaluan dan bulu ketiak. Para penghuni Syurga tingginya setinggi Nabi Alloh Adam AS., yaitu 60 ziro. Usianya seukuran usia Nabi Isa AS. putra Mariyam, yaitu 33 tahun. Tubuh para penghuni Syurga berwarna putih, hijau dia punya baju. Salah seorang dari mereka penghuni Syurga meletakan makanan di hadapannya, maka datanglah burung. Si-burung berkata: “Hai Waliyulloh, aku ini sudah minum air Salsabiil (salah satu mata air didalam Syurga), aku dipelihara dan di jaga dari taman-taman Syurga yang berada di bawah ‘Arasy , aku makan buah yang bermacam-macam, rasa salah satu dari buah-buah Syurga yang begitu banyak, rasa yang sudah di masak dan sisi/ bagian yang lain di bakar, mereka makan sekendaknya. Pada waliyulloh ada 70 pakaian, tidak ada pada pakaian tadi yang warnanya sama dengan yang lainnya. Pada jari-jari penghuni Syurga ada 10 cincin, yang tertulis:
ü Cincin Pertama: “Salam sejahtera untuk kamu dengan sebab kesabaran kamu.” 
ü Cincin Kedua: “Masuklah kamu wahai hambaKU dengan Sejahtera  dan aman.”
ü Cincin Ketiga: “Itulah Syurga yang kamu diwariskan pada kamu dengan sebab apa yang dulu kamu lakukan/ kerjakan amal-amal Sholeh di alam dunia.”
ü Cincin Keempat: “AKU hilangkan dari pada kamu kesedihan dan kegelisahan.”
ü Cincin Kelima: “KAMI pakaikan kepada kamu perhiasan dan pakaian-pakaian yang bagus.”
ü Cincin Keenam: “AKU kawinkan kamu dengan bidadari-bidadari yang cantik jelita.”
ü Cincin Ketujuh: “Di dalam Syurga terdapat apa yang kamu inginkan pada diri kamu dan yang sedap di pandang mata dan kamu kekal abadi di Syurga selama-lamanya.”
ü Cincin Kedelapan: “Kamu akan berteman dengan Nabi-Nabi dan orang-orang Shid’diiqin.”
ü Cincin Kesembilan: “Kamu menjadi muda (tidak menjadi tua) selama-lamanya.”
ü Cincin Kesepuluh: “Kamu akan tinggal di tengah-tengah tetangga yang tidak menggangu tetangga lainnya.”

Alloh menyembunyikan 2 hal kedalam 2 hal:
1.  Alloh menyembunyikan Keridhoan-NYA pada Toat
Perbuatan toat/ ibadah sekecil apapun juga jangan dianggap remeh, karena kemungkinan disitu ada keridhoan Alloh. Sesuatu ibadah sunnah yang tidak dapat kita kerjakan semuanya, setidaknya dikerjakan separuhnya, tidak bisa separuhnya seperempatnya, seperempat masih tidak dapat juga hendaknya dikerjakan 10%  persennya, jangan tidak dikerjakan sama sekali.
2.  Alloh menyembunyikan Murka-NYA pada Ma’shiyat
Sekecil apapun Ma’shiyat jangan disepelekan, karena kemungkinan disitu terselip murka Alloh. Jangan kita menyepelekan bahwa Ma’shiyat yang kecil akan gugur dengan air wudhu.
Alloh berfirman: “Adapun orang yang takut kepada Kekuasaan/ Kebesaran  Alloh, sehingga ia tidak berani melakukan perbuatan Ma’shiyat kepada Alloh sekecil apapun juga, ia menahan diri untuk melawan hawa nafsunya, maka Syurga adalah tempat kembalinya.”

Ridho kepada yang sedikit, Alloh memberikan rizqy kepada kita masing-masing berbeda-beda, ada yang diberikan rizqy yang banyak dan ada yang diberikan rizqy yang cukup dan ada yang diberikan rizqy yang sedikit serta ada juga yang sangat susah rizqynya. Bila kita diberikan rizqy yang sedikit, maka jangan lihat sedikitnya rizqy itu, tapi lihat siapa yang memberikan rizqy itu.

Al Habib Abdulloh Al Haddad (Sohibul Rotib) mengatakan: “Manakala kamu Ridho dengan Karunia Alloh yang sedikit, maka kamu akan hidup dengan nyaman/ tenang/ senang. Manakala kamu tidak Ridho dengan Karunia Alloh yang sedikit, maka kamu akan hidup dengan susah/ gelisah.”

Hendaknya kita antusias/ semangat dalam berbuat toat/ beribadah kepada Alloh, jangan malas dalam berbuat toat kepada Alloh hingga akhir hayat kita. Jangan merasa puas/ bangga dengan ibadah yang telah kita kerjakan, karena belum tentu Alloh menerima ibadah yang kita kerjakan tersebut. Setelah kita berbuat toat kepada Alloh hendaknya seperti kita pergi ke wc, jadi kita tidak akan melihat apa yang telah kita keluarkan di wc. Jadi kita terus mengerjakan perbuatan toat tanpa merasa puas dengan apa yang kita telah kerjakan hingga akhir hidup kita di alam dunia.

Hendaknya kita kaitkan/ hubungkan segala aktifitas yang kita kerjakan dengan perbuatan toat kepada Alloh, jadi tidak ada suatu tindakan ataupun satu ucapan melainkan diniatkan untuk beribadah kepada Alloh.

Al Faqih Abu Lalyits Assamarqondhi Rahimahullohutaala  berkata: “Siapa orang yang ingin mendapatkan kemulyaan-kemulyaan hendaknya ia mudawamah/ melazimkan melakukan 5 perkara ini:
1.  Mencegah diri dari segala perbuatan ma’syiat.
2.  Ia rela/ senang/ ridho dengan sedikit dari pada bagian dunia.
3.  Hendaknya ia aktif dalam berbuat toat, mengerjakan amalan-amalan sholeh.
4.  Ia cinta kepada orang-orang sholeh dan cinta kepada orang-orang baik. Dan ia duduk bercampur dan bergaul dengan mereka.
Dasar perintah untuk kita duduk dan bergaul dengan orang-orang sholeh dan orang-orang baik adalah Hadits dari Rasululloh SAW.: “Perbanyak oleh kamu saudara, karena setiap saudara itu ada haq untuk memberikan syafa’at kepada saudaranya di Hari Qiyaamat kelak.”
Mempunyai saudara 1.000 orang masih dianggap sedikit, tetapi mempunyai 1 musuh sudah dianggap cukup banyak. Manakala kita melihat ada kekurangan pada saudara/ sohabat/ kawan kita, maka jangan menjadi penyebab putusnya hubungan kita.
Akan tetapi dalam bergaul, hendaknya kita memilih teman, jangan asal sembarang dalam bergaul. Banyak dalil Al Qur’an yang menuntun kita dalam memilih kawan, diantaranya: “Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kamu kepada Alloh dan hendaknya kamu berada bersama orang-orang Shid’diqiin.”  Orang Shid’diqiin adalah orang yang tutur katanya selaras/ sejalan dengan perbuatannya. Maqom Shid’diqiin adalah Maqom/ kedudukan yang ke dua setelah Maqom para Anbiya (para Nabi-nabi).
Jangan kita berkawan dengan sembarang orang, sebagaimana Firman Alloh SWT.: “Jangan kamu mentaati/ perturuti orang yang punya hati lalai/ tidak ingat kepada Alloh.”  Hendaknya kita berkawan kepada orang yang mau ingat kepada Alloh atau berdziqir kepada Alloh.
Dampak/ akibat bila kita berkawan dengan orang yang tidak baik, kawan kelak akan menjadi musuh di Hari Qiyaamat manakala kita berkawan dengan orang-orang yang tidak baik. Dalam sebuah Hadits Nabi mengatakan: “Manusia itu bergantung pada agama temannya.”  Manakala ia berkawan dengan orang-orang yang toat kepada Alloh dan RasulNya, maka dia akan melakukan hal yang sama. Sebaliknya, manakala ia bergaul dengan orang yang tidak baik, maka ia juga akan berbuat seperti apa yang dilakukan temannya.
Ada perumpamaan dari ulama: 1 ekor kambing yang sakit kurap/ koreng di campur dengan 1.000  ekor kambing yang sehat/ bagus, dengan harapan agar 1 ekor kambing yang sakit kurap tadi akan menjadi sembuh dari penyakitnya atau mejadi bagus, akan tetapi yang akan terjadi adalah 1.000 ekor kambing yang sehat akan tertular penyakit dari 1 ekor kambing yang kurap tadi. 
Nabi kita Muhammad SAW., ditanya oleh salah seorang sohabat: “Siapa gerangan orang yang terbaik untuk dijadikan kawan/ teman Ya Rasululloh?”  Nabi menjawab: “Yaitu orang yang manakala kamu melihat dia, maka kamu akan menjadi ingat kepada Alloh.”   Tutur katanya memotivasi/ membuat kita bertambah semangat dalam beramal sholeh. Amalnya mengingatkan kita kepada negeri akhirat.
Dalam suatu riwayat, Nabi kita Muhammad SAW. masuk ke dalam hutan, dan dalam hutan tadi Nabi memetik 2 batang dahan siwak, 1 batang siwak tadi bengkok dan 1 batang siwak yang lainnya lurus. Nabi masuk ke dalam hutan tadi bersama para sohabatnya, maka Nabi memberikan batang siwak yang lurus kepada sohabatnya, sedangkan batang siwak yang bengkok di gunakan untuk kebutuhan pribadinya. Sohabat bertanya: “Ya Rasul, engkau lebih berhaq mendapatkan batang siwak yang bagus/ lurus dari pada aku, karena engkau yang berupaya/ berusaha untuk mendapatkan siwak itu.”  Nabi menjawab: “Tidak ada satu sohabat yang menemani sohabat yang lainnya meskipun hanya beberapa saat saja, di siang hari ataupun di malam hari, melainkan kelak Alloh akan tuntut dia di Padang Ma’shar tentang persabatannya, apakah dalam persahabatnya dia tegakkan haq Alloh atau justru dia abaikan/ sia-siakan?”  Apakah ia ingatkan sohabatnya yang tidak sholat, mengingatkan sohabatnya yang bertutur kata tidak baik, dan meluruskan kesalahan-kesalahan dari sohabatnya yang lainnya. Jangan sampai ia membiarkan temannya yang tidak shalat, membiarkan temannya yang tidak menutup aurot, membiarkan temannya bertutur kata yang tidak baik, maka kelak akan ada tuntutan di akhirat. Jadi kita dalam bersohabat saling mengingatkan, untuk itu jangan kita berteman dengan orang yang tidak baik dan orang yang non-muslim.
5.  Kita perbanyak doa.
Doa adalah senjatanya orang mu’min, dan doa adalah sari patinya ibadah.
Jangan mengandalkan keahlian, kepandaian, ketrampilan, ilmu dan lain-lainnya dalam hal apapun juga. Silahkan kita pergunakan keahlian, kepandaian, ketrampilan dan ilmu kita, tetapi ingat jangan lupakan berdoa. Sepandai apapun kita, kita tidak akan menjadi sukses manakala kita lupa untuk berdoa kepada Alloh, serahkan keputusan akhirnya kepada Alloh. Bagaimanapun kita menjaga kesehatan tubuh kita, bagaimanapun dokter yang ahli menjaga kesehatan kita, mana kala kita hanya mengandalkan dokter dan obat saja, pasti akan gagal.
Kita mohon Ridho Alloh agar kita  mendapatkan Syurga dan memohon kepada Alloh agar akhir umur kita berkesudahan yang baik, jadi akhir umur kita di tutup dengan amal-amal yang baik. Karena kita bergantung kepada amal kita yang terakhir, kita memohon kepada Alloh agar kita mati di tempat yang baik dan saat sedang mengerjakan amal kebaikan.
Ulama-ulama selalu meminta agar mereka dimatikan dalam keadaan menuntut ilmu, meskipun mereka tidak menuntut ilmu semacam kita, karena mungkin sudah tidak ada lagi guru yang posisinya berada di atasnya yang dapat ia tuntut ilmunya, akan tetapi mereka selalu muthola’ah qitab, sehingga masih dapat di hukumkan sedang menuntut ilmu. Untuk ukuran semacam kita, masih banyak guru-guru yang dapat kita tuntut ilmunya, jangan malu/ gengsi dalam menuntut ilmu.
Banyak cara untuk kita dapat berdoa, membaca Hijib Darul A’la dan Hijib Yaumiyah adalah termasuk dalam mengamalkan doa, disitu banyak tercantum doa-doa, hidup kita akan nyaman dan tentram bila kita dapat mengamalkannya dzikir dan doa tersebut setiap hari.

Sebagian Pujangga Islam berkata: “Cendrung/ condong/ gemar kepada dunia, padahal ia dapat menyaksikan dengan mata kepalanya atau dengan jalan ia membaca qitab-qitab, sehingga ia dapat mengetahui pahala-pahala yang diperoleh oleh seorang hamba yang berbuat amal sholeh atau ia dapat melihat bagaimana harmonisnya rumah tangga dari orang-orang sholeh, hidup mereka terhormat, itu merupakan bagian dari pahala yang Alloh segerakan di alam dunia, tetapi ia masih condong/ gemar terhadap dunia, maka itu merupakan suatu kebodohan yang luar biasa. Dan jika ia tidak bersungguh-sungguh dalam beramal sholeh, setelah ia tahu betul betapa besar pahala dari mengerjakan amal sholeh, maka itu merupakan suatu kelemahan.”

Di Syurga ada satu kenyamanan, tidak bakal mendapatkan itu kenyamanan yang Alloh persiapkan di Syurga, kecuali diperuntukan bagi orang-orang yang di alam dunia tidak pernah merasakan kenyamanan, ia terus melakukan bermacam-macam amal ibadah. Jadi jangan merasa cukup dengan satu amal peribadatan, kita jangan terlalu banyak membuang waktu dengan sia-sia, bukan berarti kita tidak boleh bersantai, tetapi jangan isi hidup kita hanya untuk bersenang-senang.
Kita lebih tahu siapa diri kita, jadi apabila kita belum dapat memaksimalkan waktu kita untuk beribadah kepada Alloh, maka jangan pula kita tidak berusaha untuk mengerjakannya sama sekali. Ada Qoidah Fiqiyah: “Sesuatu yang kamu tidak dapat lakukan semuanya, maka jangan kamu tinggalkan sebagiannya.”  

Di Syurga ada kecukupan, tidak bakal mendapatkan kecukupan tadi di Syurga, kecuali orang-orang yang meninggalkan kelebihan-kelebihan dunia.  Dunia yang melebihi kebutuhan kita, kita tinggalkan. Bila sudah mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita, anak dan istri kita, transportasi dan lainnya, maka yang selebihnya jangan di cari lagi. Dunia sebanyak apapun tidak akan cukup untuk memenuhi hawa nafsu. Nabi bersabda: “Beruntung orang yang dapat menahan yang lebih dari tutur katanya. Dan beruntung pula orang yang meng-infaq-kan kelebihan hartanya.” 
Menahan tutur kata yang lebih yang tidak ada manfaatnya. Dan juga jangan menumpuk harta yang lebih dari kebutuhan kita. Bagaimanapun kita butuh terhadap dunia, karena: “sebaik-baiknya tunggangan adalah dunia.” Kita butuh dunia untuk bekal kita menuju akhirat, akan tetapi jangan berlebihan.
Imam Gozali berkata: “Orang mencari dunia seperti minum air lautan, semakin banyak  ia minum, maka akan semakin terasa haus.”  Semakin banyak mencari dunia, maka semakin terasa kurang dan semakin terasa kurang.
Dia membatasi diri yang sedikit dari pada dunia. Dia ridho dan bersyukur dengan apa yang telah Alloh anugrahkan rizqy untuknya dan untuk keluarganya, sehingga ia dapat beristiqomah dalam beribadah kepada Alloh.

Disebutkan sebagian orang-orang yang Juhud, orang yang berpaling dari pada dunia. Yang berlebihan disebut dunia, dan yang sesuai dengan kebutuhan kita bukan disebut dunia. Juhud bukan bukan berarti tidak memiliki atau mencari dunia (harta). Abu Qois RA. berkata: “Raih dunia sebanyak-banyaknya dalam genggamanmu, tetapi jangan ada dalam hatimu.”
Sebagai orang Islam kita tidak mesti hidup dalam kemiskinan, karena kita tidak dapat membangun sarana keagamaan, pendidikan dan lain-lain tanpa adanya uang/ harta yang kita miliki. Bila dunia sudah ada dalam hati kita, maka kita akan menjadi pelit/ kikir. Jadikan diri kita sebagai kasir, suatu saat ada yang membutuhkan maka mudah bagi kita untuk mengeluarkannya. Tanamkan dalam hati kita bahwa dunia bukan milik kita, tetapi milik Alloh, kita hanya perperan sebagai kasir saja.

Disebutkan tentang sebagian prilaku orang yang Juhud, bahwa makanan sehari-hari mereka hanyalah sayuran dan garam, tanpa disertai dengan roti atau nasi. Seseorang bertanya kepada orang Juhud tadi: “Kenapa kau mencukupi diri dengan makanan yang sangat sederhana, padahal kesempatan untuk dapat makan yang melebihi dari ini ada?” Dia menjawab: “Aku jadikan dunia ini sebagai ladang/ alat/ sarana untuk mendapatkan kesenangan di alam akhirat (Syurga).  Jadi dunia yang ada padaku tidak aku gunakan untuk hidup bermewah-mewahan. Dan engkau menjadikan dunia ini sebagai bak sampah.” 
Bahkan Ulama-ulama terdahulu, bila belum sampai 40 hari sudah buang air besar, mereka akan malu. Sedangkan kita tidak buang air besar selama 3 hari saja, maka kita akan segera periksa ke dokter.
“Manusia bukan hidup untuk makan, tetapi makan untuk hidup.” Meskipun kita makan dari harta yang merupakan haq kita dan halal, akan tetapi bila kita makan secara berlebihan, maka dapat menjadi haram, apalagi memakan haq orang lain.
Bila kita bertamu ke rumah orang dan kita membungkus makan yang disajikan tanpa izin dari tuan rumah maka hal itu tidak dibolehkan. Jangankan hal seperti itu, apabila ada makan yang sudah ada di mulut kita, maka kita belum boleh meninggalkan rumah yang kita kunjungi tersebut sebelum kita selesai mengunyah makan tersebut.
Banyak orang sekarang salah dalam menafsirkan ayat Al Qur’an: “….jangan kau lupa bagianmu atas dunia di masa hidupmu….”  Mereka menafsirkan bahwa selama hidup di alam dunia, maka kita harus memanfaatkan waktu secara maksimal dalam mencari dunia. Padahal bila kita merujuk kepada tafsir dari para ulama, ayat tersebut ditafsirkan: “…jangan kau lupa bagian kamu atas dunia di masa hidup kamu,  tetapi jangan lupa bagian dunia untuk akhirat kamu….”  Kamu mempunyai kesempatan, kekayaan, kesenangan, kesehatan di dunia, tetapi jangan lupa bagian kamu untuk akhirat. Ambil kesempatan (kekayaan, kesehatan dll.) di dunia untuk kamu manfaatkan beribadah kepada Alloh SWT.
“Orang yang keinginannya hanya untuk perutnya saja, maka kadarnya/ nilainya dari orang tersebut sama dengan apa yang dikelurkan oleh perutnya.” 

“Sungguh aku makan tidak ada tujuan untuk bersenang-senang, aku makan sekedar untuk menguatkan aku punya diri agar dapat berbuat toat kepada Alloh, semoga bila ku gunakan untuk beribadah kepda Alloh, sehingga dapat menjadi bekalku menuju ke Syurga.” 

Diriwayatkan tentang Ibrohim bin Adham, seorang ulama syufi yang luar biasa, suatu saat Ibrohim bin Adham ingin masuk ke tempat pemandian, maka ia dicegah masuk oleh pemilik/ penjaga tempat pemandian. Penjaganya berkata: “Kamu tidak dapat masuk ke tempat pemandian kecuali dengan membayar.”  Maka menangislah Ibrohim bin Adham, dan ia berdoa kepada Alloh: “Wahai Tuhan, aku tidak di izinkan untuk masuk ke rumah syaiton dengan cara gratis.”  Ia adalah seorang anak raja yang meninggalkan seluruh harta kekayaannya, karena kekayaannya tidak membawa kebahagian baginya. Ia hidup dalam kesusahan, tetapi ia tidak ingin orang lain merasa iba dengan kesusuahan yang dialaminya, sehingga ia memohon kepada Alloh agar diberikan penyakit yang akibat dari penyakitnya tersebut membuatnya terbebas/ gugur dari kewajiban Shalat Jum’at. Kemudian ia berkata kembali: “Bagaimana mungkin aku dapat masuk ke Syurga ke tempat para Nabi dan orang-orang Shid’diqiin, dengan cara gratis?”  Ke tempat-tempat syaiton saja harus membayar, apalagi ke tempat-tempat para Nabi dan orang Shid’diqiin.
Syurga tidak dapat di raih secara gratis, tetapi melalui jalan ibadah. Meskipun kita masuk Syurga dengan Rahmat dari Alloh, akan tetapi Rahmat Alloh di peroleh dengan jalan kita beribadah kepada Alloh. 

Disebutkan oleh sebagian ulama: Sesungguhnya pada sebagian kitab yang Alloh turunkan kepada sebagian Nabi-NabiNya (entah itu Kitab Zabur, Taurot ataupun kitab lainnya), ada firman Alloh yang berbunyi: “Hai manusia, kamu beli Neraka Jahanam dengan harga yang mahal, tetapi kamu tidak mau membeli Syurga dengan harga yang murah.”
Ia rela mengorbankan nyawa, harta, waktu dan tenaga dan fikirannya untuk dapat pergi ke tempat-tempat yang akan membawanya menuju Neraka Jahanam. Seperti ke tempat-tempat konser musik, menonton sepak bola atau lainnya, sehingga ia sampai meninggalkan kewajiban Alloh yaitu shalat. Bila ada kerusuhan bisa saja dia mati disitu. “Neraka itu diliputi oleh hal-hal yang menyenangkan.”
Tiket ke Syurga sangat murah yang dapat diperoleh dengan jalan: menebarkan salam, tersenyum dan berjabat tangan bila berjumpa dengan saudara kita sesama muslim, memberi makan orang yang susah, menjamu tamu, menyambung silaturahmi, bangun malam disaat banyak orang terlelap tidur, kamu pasti masuk Syurga dengan selamat. Berkunjung ke alim ulama untuk menuntut ilmu kepada mereka adalah pekerjaan yang dapat menuntun kita menuju Syurga, tetapi terasa berat untuk dijalankan.

Tertulis dalam sebagian kitab Alloh, Alloh berfirman: “Wahai manusia, kamu membeli Neraka Jahanam dengan harga yang mahal, tetapi kamu tidak mau membeli Syurga dengan harga yang murah.”

Sesungguhnya orang yang faasiq, mu’min yang faasiq  yaitu mu’min yang durhaka kepada Alloh dengan banyak mengerjakan ma’shiyat dan meninggalkan ibadah kepada Alloh. Andaikata mu’min yang faasiq  ini ingin mengadakan jamuan makan bersama orang-orang faasiq  l’aiinnya, kemungkinan mereka berani meng-infaq-kan/ membelanjakan hartanya dengan uang yang besar (misalnya: ratusan juta rupiah), berarti ia berani membeli Neraka Jahanam dengan harga yang mahal, seperti mengadakan pesta perkawinan, ulang tahun, dengan diisi kegiatan-kegiatan yang melanggar aturan agama. Sebanyak orang yang terlibat disitu dan melakukan ma’shiyat, maka dosanya menjadi tanggung jawabnya. Meskipun dia berkata dia tidak bertanggung jawab, tetapi tetap dosa baginya menjadi berlipat. Yang melakukan kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari aturan Alloh maka ia dihukumkan berdosa dan ia pun menanggung dosa dari orang yang berbuat dosa dengan sebab dia. Andaikata ia membuat jamuan (kenduri) karena Alloh SWT., seperti selamatan bangun rumah, aqiqah, khitanan, pernikahan, maulid, tahlilan kematian, walimatussafar  berangkat haji dll., kurang lebih ada 11 acara dalam Islam. Untuk acara-acara semacam itu terkadang mereka meng-infaq-kan/ membelanjakan uangnya hanya beberapa ribu saja. Padahal acara-acara semacam itu dihadiri oleh orang-orang sholeh, faqir-miskin, yang ganjaran pahalanya sangat besar dan merupakan tiket baginya menuju Syurganya Alloh SWT. Jika untuk acara keagamaan yang akan mendatangkan ridho Alloh, ia tidak berani meng-infaq-kan uang sebanyak-banyaknya, tetapi bila untuk acara-acara ma’shiyat/ durhaka kepada Alloh ia berani meng-infaq-kan uang sebanyak-banyaknya, bahkan terkadang nyawanya berani ia korbankan.
Untuk menyekolahkan anak ke sekolah-sekolah umum sampai ke perguruan tinggi ia berani mengelurkan biaya sangat besar, samapai ia rela berhutang dan melepas perhiasan simpanannya. Tetapi untuk ke sekolah-sekolah agama semacam pondok pesantren, mereka sangat berat untuk mengeluarkan uang yang cukup besar.

Diriwayatkan tentang Abi Haazim, ia berkata: “Andaikata Syurga tidak dapat dimasuki oleh siapapun juga, kecuali ia harus meninggalkan apa yang ia sukai di dunia, hal/ persyaratan semacam tadi adalah lebih mudah/ ringan bila dibandingkan dengan ni’mat di Syurga. Andaikata tidak ada yang dapat selamat dari Neraka Jahanam siapapun juga, kecuali bila ia tanggung/ ia sabarkan segala apa yang tidak ia sukai, hal/ persyaratan semacam itu adalah lebih mudah/ ringan bila dibandingkan dengan pedihnya siksa di Neraka Jahanam.

Berkata Yahya bin Mu’adz Ar Roozy: “Meninggalkan dunia berat, tetapi meninggalkan Syurga jauh lebih berat lagi.”
“Dunia lebih pandai menyihir dari pada ahli sihir Fir’aun.”  Setiap manusia diciptakan untuk cinta kepada dunia. Kita duduk mengaji seperti ini termasuk meninggalkan dunia, meninggalkan sesuatu yang kita sukai terasa berat, karena mungkin diantara kita ada yang meninggalkan usahanya, meninggalkan untuk bersenang-senang dengan keluarga, meninggalkan menonton acara kesukaannya di tv, dll. Dunia bukan semata-mata uang, tetapi segala sesuatu yang membuat kita menjadi lalai kepada Alloh, maka itu disebut dunia.

Jika kita meninggalkan sesuatu hal yang dapat menyebabkan kita masuk Syurga, maka akibatnya jauh  lebih berat lagi. Meninggalkan sesuatu yang dapat menyebabkan kita masuk ke dalam Syurga diantaranya: meninggalkan ibadah kepada Alloh, tidak mau menutup aurot, tidak mau mengelurkan zakat padahal ada kewajiban zakat, tidak mau pergi haji. Segala ibadah-ibadah yang kita kerjakan adalah sebagai jalan bagi kita untuk mendapatkan Syurganya Alloh SWT.  Bila ibadah-ibadah yang Alloh wajibkan tersebut kamu tinggalkan, maka akibatnya akan lebih berat lagi, yaitu Neraka Jahanam.

“Sesungguhnya mahar (mas kawin-nya) Syurga adalah meninggalkan dunia.” Ingin mendapatkan Syurga, maka tinggalkan dunia. Akan tetapi perlu diingat yang disebut dunia adalah yang di luar kebutuhan kita, bila masih termasuk kebutuhan kita bukan termasuk  dunia. Nabi Ibrahim AS. termasuk orang yang miskin, ia telah berusaha untuk meminjam kesana-kemari untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya tetapi ia tidak mendapatkan pinjaman. Alloh Maha Mengetahui apa yang menjadi hajat/ kebutuhannya, sehingga Alloh mengutus Malaikat Jibril AS. untuk menemui Nabi Ibrahim AS. Kemudian Nabi Ibrahim AS. mengadukan kesusahannya kepada Malaikat Jibril AS., Malaikat Jibril AS. berkata: “Mengapa engkau tidak minta kepada Alloh?”  Nabi Ibrahim AS. menjawab: “Aku malu meminta dunia kepada Alloh.”  Malaikat Jibril menyampaikan perkataan Alloh: “Yang namanya kebutuhan kamu, itu bukan termasuk dunia.”  Bila sekedar untuk kebutuhan hidup kita dan keluarga kita, maka itu bukan termasuk dunia.

Annas bin Maalik RA., meriwayatkan Hadits dari Baginda Nabi Muhammad SAW., sesungguhnya Rasululloh bersabda: “Siapa orang yang memohon kepada Alloh untuk dimasukkan ke Syurga sebanyak 3 kali, maka berkata Jannah (Syurga): “Ya Alloh masukan si-fulan ke Syurga.”  Dan siapa orang yang memohon kepada Alloh untuk dicegah masuk ke dalam Neraka sebanyak 3 kali, maka Neraka berkata: “Ya Alloh selamatkan/ lindungi si-fulan dari Neraka Jahanam.”
Doa semacam ini sering kita baca dalam wirid-wirid yang kita amalkan. Doa yang bagus adalah doa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW. Meskipun doa sapu-jagad: “Rabbanaa aatinaa fid-dun-yaa hasanataw wa fil-aakhirati hasantaw wa qinaa adzaaban-naar” , sudah mencakup semuanya akan tetapi kita perlu mengamalkan doa-doa yang l’aiinnya, karena setiap doa ada khasiatnya masing-masing.
“Semoga Alloh melindungi kita dari Neraka Jahanam dan semoga Alloh-pun memasukan kita ke dalam Syurga. Aamiin…Allohuma Aamiin…”

Andaikata di Syurga kita tidak mendapatkan apa-apa (tidak mendapatkan ni’mat seperti yang telah Alloh janjikan), tetapi hanya dapat berkumpul dengan teman-teman yang baik di alam dunia, maka hal itu sudah merupakan hal yang menyenangkan dan baik. Akan tetapi, betapa tidak di Syurga ada segala macam keni’matan dari Alloh SWT.

Annas bin Maalik RA., meriwayatkan Hadits dari Baginda Nabi Muhammad SAW., sesungguhnya Rasululloh bersabda: “Di Syurga ada pasar-pasar tetapi tidak ada transaksi jual-beli, mereka (penghuni Syurga) berkumpul membuat Halaqooh (lingkaran-lingkaran), mereka mengingat (bernostalgia) tentang kehidupan mereka di dunia, bagaimana saat ibadah yang mereka lakukan di alam dunia, bagaimana kehidupan orang faqir di alam dunia, bagaimana kehidupan orang kaya di alam dunia, bagaimana yang mereka rasakan saat mati, bagaimana kita yang sudah menjadi tulang-belulang dan daging tercabik-cabik, dan hingga akhirnya dapat menjadi penghuni Syurga.”

Berkata Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala, ia meriwayatkan hadits yang sanad-nya menyambung dari orang-orang yang ingatannya kuat dan adil (dapat dipercaya) hingga sampai ke Sohabat Nabi Ibnu Mas’ud RA., Rasululloh bersabda: “Semua manusia (tanpa terkecuali) pasti harus melewati Jembatan Shiraathal Mustaqiim, mereka semuanya akan berdiri di sekitar Neraka Jahanam, kemudian mereka semuanya melewati Jembatan Shiraathal Mustaqiim dengan bergantung kepada amal-amal mereka. Diantara mereka yang melewati Jembatan Shiraathal Mustaqiim, ada manusia yang melewatinya dengan kecepatan:
-  Bagaikan buroq (kilat).  
-  Bagaikan riih (angin).
-  Bagaikan burung yang terbang.
-  Bagaikan kuda yang larinya cepat.
-  Bagaikan “Iibil (onta) yang bagus.
-  Bagaikan lompatan seorang laki-laki.
-  Sesungguhnya orang yang paling akhir dari Hamba Alloh yang masuk Syurga, ia melewati Jembatan Shiraathal Mustaqiim dengan menggunakan ibu jari kakinya.

Hamba Alloh yang melewati Jembatan Shiraathal Mustaqiim, maka mereka akan di goyang oleh Jembatan Shiraathal Mustaqiim, kondisi Jembatan Shiraathal Mustaqiim licin sehingga dapat mengelincirkan orang, tajamnya Jembatan Shiraathal Mustaqiim bagaikan tajamnya pedang, Jembatan Shiraathal Mustaqiim tidak mulus mel’aiinkan diatasnya ada hasakun (duri-duri). Disisi kiri dan kanan dari Jembatan Shiraathal Mustaqiim  ada Malaikat-Malaikat dan masing-masing Malaikat memegang kalaliib  (besi yang ujungnya bengkok semacam  kaitan) untuk menarik orang-orang yang tidak ibadah kepada Alloh. Diantara orang yang lewat di Jembatan Shiraathal Mustaqiim ada yang selamat sampai ke Syurga, dan diantara orang-orang yang badannya tercabik-cabik ada juga yang selamat, dan ada juga orang yang badannya tercabik-cabik masuk ke Neraka Jahanam. Malaikat masing-masing berkata: “Ya Rabbi, selamatkan HambaMU.” Maka lewatlah seorang lak-laki yang paling akhir masuk Syurga.
Orang kaya adalah yang paling akhir masuk Syurga, orang miskin lebih dahulu masuk Syurga, berbedaannya selama 500 tahun. Nabi yang paling akhir masuk Syurga adalah Nabi Sulaiman, ia adalah Nabi yang paling kaya. Sedangkan Sohabat Nabi yang paling akhir masuk Syurga adalah Abdurrahman bin Auuf, ia Sohabat Nabi yang paling kaya. Karena kekayaan mereka di hisab, hartanya yang halal di hisab, hartanya yang haram ada siksanya. “Siapa orang yang diperiksa pasti kena siksa.” Maksudnya bila hartanya dari yang Halal, maka lamanya masa menunggu waktu di hisab adalah merupakan siksaan bagi mereka.

Jika mereka sudah melewati Jembatan Shiraathal Mustaqiim, maka dibukakan pintu Syurga. Tetapi mereka tidak tahu apakah mereka ada bagian di dalam Syurga. Begitu melihat Syurga mereka berkata: “Ya Rabbi, tempatkan aku disini.” Padahal mereka baru memasuki Syurga yang tingkatannya paling rendah. Alloh berfirman: “Andaikata engkau AKU tempatkan disini, engkau akan minta kepadaKU yang lainnya lagi.”  Mereka berkata: “Tidak, demi KebesaranMU dan KemulyaanMU Ya Alloh aku sudah merasa cukup, aku tidak akan minta yang lainnya lagi.”  Kemudian Alloh angkat mereka menuju ke Syurga sampai ke tingkatan Syurga yang keempat. Setelah mereka melihat Syurga yang ke-empat, maka mereka menganggap ‘remeh’ (rendah/ hina), apa yang sudah mereka  dapatkan pada Syurga yang sebelumnya. Alloh berfirman: “Mengapa engkau tidak meminta untuk ditempatkan di Syurga ini?”  Mereka menjawab: “Aku sudah meminta kepadaMU, sehingga aku malu untuk meminta lagi.”  Maka Alloh berfirman: “Bagian Syurga untukmu sebesar dunia dan sepuluh kali lipat besarnya dunia.”  Dan sesungguhnya ini adalah tempat yang paling rendah bagi penghuni Syurga.

Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan Hadits dari Rasululloh SAW. berkata: “Tidaklah menceritakan itu melainkan Rasululloh SAW. tertawa (hingga terlihat gigi gerahamnya), manakala ia menceritakan tentang seorang laki-laki yang minta dimasukkan ke dalam Syurga yang pertama dilihatnya, tetapi manakala Alloh memperlihatkan kepadanya tingkatan Syurga yang lebih tinggi derajatnya dari Syurga yang sebelumnya, maka ia menggap remah (kurang nyaman) dengan apa yang telah di pilihnya, tetapi ia malu untuk meminta dipindahkan ke Syurga yang lebih tinggi derajatnya tersebut.” 

Rasululloh bersabda dalam sebuah Hadits: “Sesungguhnya wanita-wanita penduduk dunia, ada diantara mereka diciptakan di Syurga nanti, akan diberikan keutamaan/ keistimewaan/ kelebihan atas hurul ‘aiin (bidadari-bidadari), mereka akan terlihat lebih cantik dan lebih segala-galanya dari pada bidadari-bidadari yang Alloh ciptakan langsung di Syurga, dengan sebab amal-amal sholeh mereka di alam dunia.”

Alloh berfirman: “Sesungguhnya KAMI ciptakan mereka hurul ‘aiin (bidadari-bidadari) langsung (tidak melalui perkawinan), dan KAMI jadikan mereka itu gadis-gadis, mereka saling bercinta-cintaan dengan suami-suami mereka (pasangannya masing-masing). Semua penghuni Syurga sebaya/ seumur/ sama usianya, KAMI ciptakan mereka untuk Ashhaabul Yamiin (golongan kanan), yaitu golongan orang yang banyak amal sholehnya.”


---oooOooo---


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar