Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Huru-Hara Mati/ Penderitaan Mati (Bag. 2)
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Berkata
Faqih Rohimahullohi Taala, hal ini cocok/ sesuai dengan hadits: “Ambil
kesempatan 5 hal/ perkara sebelum datangnya 5 hal/ perkara.”
Diriwayatkan
dari Abdillah bin Amar bin Aash: Bahwa
ayahku (Amar bin Aash) sering kali ia berkata: “Sungguh aku ini sangat aneh
terhadap orang yang datang padanya kematian, padahal saat itu ia masih ada aqal
dan lisannya. Kenapa dia tidak melukiskan betapa dahsyatnya itu kematian?”
Pencabutan nyawa seseorang tidak
secara langsung, tetapi berproses sedikit demi sedikit.
“Hai
ayahku, engkau pernah mengatakan: Aku sungguh heran dan aneh terhadap seseorang
yang datang kematian kepadanya pada hal masih ada aqal dan lisannya, kenapa dia
tidak lukiskan kepada kami ini tentang betapa dahsyatnya kematian tadi.”
Ayahnya berkata: “Wahai anakku, mati itu sangat sulit untuk disifatkan
(digambarkan), tetapi aku akan lukiskan kepada kamu sedikit saja tentang
dahsyatnya kematian. Demi Alloh, seakan-akan di atas 2 pundakku ini ada gunung
Rodhwa (gunung yang ada di Madinah), dan seakan-akan aku punya nyawa keluar
dari lubang jarum.
Kita dapat membayangkan lubang jarum
begitu kecilnya, sehingga untuk mengeluarkannya harus dipaksakan. Seperti juga
kita keluar melalui pintu yang sempit, sehingga akan terasa sakit untuk
melewati pintu tersebut.
Seakan-akan
dalam perutku ini ada duri dari pohon Ausaj. Seakan-akan langit ini diturunkan
ke bumi dan aku berada di antaranya (terjepit antara langit dengan bumi). Wahai
anakku, keadaanku saat itu sudah berubah kepada 3 hal/ situasi:
1. Aku diawal
mulanya adalah orang yang paling berambisi untuk membunuh Baginda Nabi Muhammad
SAW., maka malanglah/ celakalah aku andaikata aku mati pada saat itu.
2. Kemudian
Alloh berikan Hidayah kepadaku untuk masuk Islam. Setelah aku masuk Islam, Nabi
Muhammad SAW. adalah orang yang paling aku cintai diantara manusia. Dan dia
permah mempercayai aku untuk memimpin pasukan perang, betapa bahagianya aku
apabila aku mati saat itu, agar aku dishalatkan dan mendapatkan doa dari
Baginda Rasul.
3. Setelah itu
aku mulai sibuk dengan urusan dunia, maka aku tidak tahu bagaimana keadaanku
nanti di sisi Alloh? Maka tidak aku tinggalkan berbakti kepada Rasululloh
hingga ia meninggal dunia.”
Berkata
Syaqiif Ibrohim: “Manusia sepakat/
sependapat denganku dalam tutur kata/ pembicaraannya pada 4 hal, tetapi mereka
tidak sepakat/ sependapat denganku dalam perbuatan pada 4 hal juga, yaitu:”
1. Kami sepakat
dalam perkataan: “Sesungguhnya kami
hamba-hamba Alloh.” Tidak ada yang
berselisih faham/ berbeda tentang perkataan penghambaan mereka kepada Alloh.
Tetapi mereka berbuat dan bertindak sebagaimana
perbuatannya orang-orang yang merdeka, artinya mereka tidak mau mengabdi
kepada Alloh, sesuai dengan perkataan mereka. Mereka bertindak seperti majikan
(tidak mau diperintah), diperintah ibadah
mereka tidak mau, tunduk dengan aturan Alloh tidak mau. Jika sebagai
budak, maka harus tunduk dengan apa yang diperintahkan oleh majikannya, yaitu
Alloh SWT. Mereka tidak mau berkhidmat dan tunduk kepada aturan Alloh, berbuat
sesuai dengan kehendaknya dan menuruti hawa nafsunya.
2. Kami sepakat
dalam perkataan: “Sesungguhnya Alloh yang
menjamin rizqy kami semua.” Tetapi
hati mereka tidak tenang/ gelisah kecuali bila ada harta-harta dunia bersama
mereka. Mereka baru merasa tenang bila ada simpanan harta dunia pada mereka.
3. Kami sepakat
dalam perkataan: “Sesungguhnya akhirat
lebih baik dari pada dunia.” Akan
tetapi dalam kenyataannya tindakan/ perbuatan mereka menghimpun harta
sebanyak-banyaknya untuk kehidupan mereka di dunia.
4. Kami sepakat
dalam perkataan: “Kita pasti mati.”
Akan tetapi sikap/ tindakan/ perbuatan mereka seperti perbuatan dari kaum-kaum
yang merasa mereka tidak akan mati.
Hadits
diriwayatkan dari Abi Dardaa, dan
ada juga yang mengatakan hadits ini diriwayatkan dari Abi Dzar dan ada juga yang mengatakan dari Salman Al Faarisy. Tetapi yang lebih popular/ terkenal, hadits ini
di riwayatkan dari Abi Dzar. Rasululloh bersabda: “Ada 3 hal yang membuat aku
tercengang/ terheran-heran, sehingga membuat aku tertawa. Dan ada 3 hal lagi
yang membuatku bersedih, sehingga aku menangis.
Adapun 3 hal
yang membuatku heran sehingga membuatku tertawa:
1. Orang yang
berhayal/ berangan-angan tentang dunia, ia ingin menghimpun/ mendapatkan dunia
sebanyak-banyaknya, tetapi maut/ kematian sedang mengejar-ngejar dia. Dia terus
berhayal ingin mendapatkan dunia sebanyak-banyaknya, tetapi ia lupa akan
kematian. Sehingga hal ini membuat aku bersedih hingga membuatku menangis,
karena mereka tidak merenung dan memikirkan tentang kematiannya.
2. Orang yang
lalai akan kematian, ia tidak menyadari bahwa dirinya akan mati, yang
dipikirkannya hanya mengejar dan mengumpulkan harta dunia saja. Padahal
kematian tidak pernah melalaikan dia dan terus mengejar dia, sampai saatnya ia
akan mati. Kita selalu dikejar oleh Rizqy dan Azal, azal tidak akan sampai
kepada kita, manakala rizqy kita belum habis. Apabila rizqy-nya sudah habis,
maka disitulah baru azalnya akan sampai. Hal yang membuat aku bersedih adalah
orang lalai akan datangnya kematiannya, padahal kematian tidak pernah lalai
untuk terus mengejarnya. Kematian adalah qiamat Shuqro, sedangkan qiamat Qubro
kita tidak tahu kapan datangnya.
3. Orang yang
tertawa selebar mulutnya/ tertawa terbahak-bahak/ bersukaria/ bergembira, tertawa dapat membuat
keras ia punya hati, tercela orang yang banyak tertawa. Padahal ia tidak tahu
dan tidak sadar apakah Alloh ridho atau murka kepadanya?
Adapun 3 hal
yang membuatku bersedih sehingga membuatku menangis:
1. Bercerai/
berpisah dengan orang-orang yang aku cintai, berpisah dengan Baginda Nabi
Muhammad SAW., para sohabat-sohabat dan ulama-ulama sholihin dengan jalan
kematian membuatku menangis.
2. Menunggu
datangnya kematian juga membuatku menangis.
3. Menghadap di
hadapan Alloh membuatku menangis. Aku tidak tahu apakah Alloh memerintahkan
malaikat untuk memasukkan aku ke dalam Syurga atau memasukkan aku ke dalam
Neraka?
Rasululloh bersabda: “Andaikata binatang-binatang tahu seperti
apa yang diketahui oleh manusia tentang kematian, pasti kamu tidak akan
mendapatkan makan daging dari binatang yang gemuk selama-lamanya.”
Artinya
apabila binatang/ hewan tahu akan datangnya kematian, maka binatang tidak akan
enak untuk makan dan minum, karena memikirkan tentang kematian, sehingga
badannya tidak akan menjadi gemuk untuk kita makan dagingnya.
Di
riwayatkan oleh Abu Hamid Al Lafaaf,
ia berkata: “Siapa orang banyak mengingat mati, pasti ia diberikan kemulyaan
dari 3 perkara:
1. Ia
menyegerakan taubat atas perbutan dosa. Apabila ia terjerembab dalam perbutan
dosa, maka ia segera bertobat kepada Alloh.
2. Ia merasa
cukup (qona’ah) dengan apa yang Alloh berikan kepadanya. Menikmati apa yang ada
pada dirinya dan tidak mencari-cari apa-apa yang tidak ada pada dirinya.
3. Ia semangat
dalam beribadah kepada Alloh SWT.
Dan
siapa orang yang lupa akan kematian, maka ia akan dihukum oleh Alloh dengan 3
perkara juga:
1. Ia
menunda-nunda taubat. Ia selalu bergelimang dengan dosa, tetapi ia tidak segera
untuk bertobat.
2. Ia tidak
senang/ tidak ridho dengan apa yang ada pada dirinya. Ia tidak merasa puas dan
terus mencari-cari yang belum ada pada dirinya.
3. Ia
bermalas-malasan dalam ibadah kepada Alloh SWT.
Disebutkan
dalam suatu riwayat bahwa Nabi Isa AS. dapat menghidupkan orang yang sudah
mati, tentunya dengan izin dari Alloh SWT.
Maka berkata kepada Nabi Isa AS. sebagian orang kafir: “Engkau hai Isa,
pernah menghidupkan orang yang baru meninggal dunia, tetapi kemungkinan mereka
belum benar-benar mati (hanya mati suri saja). Tolong kau hidupkan orang-orang
yang sudah mati pada zaman dahulu (puluhan bahkan ratusan tahun).” Maka Nabi Isa AS. berkata kepada orang-orang
kafir: “Silahkan kau pilih, siapa orang yang engkau kehendaki akan di
hidupkan?” Maka orang kafir berkata: “Silahkan hidupkan untuk kami Sam bin
Nuh.” Maka Nabi Isa AS., mendatangi kuburan dari Sam bin Nuh, kemudian Nabi Isa
AS. shalat 2 rakaat di depan maqom dari Sam bin Nuh, setelah selesai shalat
Nabi Isa AS., berdoa kepada Alloh agar Alloh memberian mu’jizat kepadanya dan memperkenankan
dia untuk dapat menghidupkan Sam bin Nuh.
Maka Alloh menghidupkan kembali Sam bin Nuh melalui Nabi Isa AS.
Terlihat bahwa rambut dan jenggot dari Sam bin Nuh sudah putih. Nabi Isa
bertanya kepada Sam bin Nuh: “Kenapa rambut dan jenggotmu dapat menjadi putih,
padahal yang aku tahu dahulu rambut dan jenggotmu berwarna hitam seluruhnya
pada saat sebelum kau menghembuskan nafas terakhirmu?” Sam bin Nuh menjawab: “Aku mendengar adanya
panggilan bahwa qiamat sudah terjadi, sehingga putihlah rambut dan jenggotku.”
Nabi Isa bertanya: “Sejak kapan kau mati?” “Aku sudah mati sejak 4.000 tahun
yang lalu, tetapi rasa sakitnya mati tidak hilang dari diriku hingga saat
ini.”
Tidak
ada seorang mu’min (baik laki-laki atau perempuan) yang telah meninggal dunia,
melainkan sudah diperlihatkan dan ditawarkan kepadanya kehidupan di alam dunia
saat ini yang telah begitu gemerlapnya. Tetapi mereka semua menolaknya untuk
kembali ke alam dunia, karena mereka tidak mau kembali merasakan akan
dahsyatnya rasa dari sakitnya ‘sakaratul maut’ untuk yang kedua kali.
Terkecuali para Syuhada, yaitu orang-orang yang mati Syahid di jalan Alloh,
mereka menginginkan untuk dapat kembali berperang melawan orang-orang kafir dan
pada akhirnya kembali terbunuh di medan perang. Karena mereka sudah merasakan
betapa besar pahala dan kenikmatan yang mereka dapati dari sebab mati syahid.
Orang yang mati Syahid tidak merasakan sakitnya ‘sakaratul maut’, karena mereka
tidak merasakan sakitnya mati, maka mereka menginginkan untuk kembali ke alam
dunia agar mereka dapat kembali berperang melawan orang-orang kafir dan pada
akhirnya mereka kembali terbunuh di medan perang untuk kedua kalinya.
Dalam
suatu riwayat Ibrahim bin Adham Rahimahullohu Taala ditanya oleh
beberapa orang: “Andaikata kau dapat
duduk disini hingga kami dapat mendengar suatu petunjuk/ nasehat dari kamu.” Ibrahim bin Adham menjawab: “Aku ini tidak dapat duduk bersama kamu saat
ini, karena aku sedang disibukkan oleh 4 hal/ perkara. Andaikata aku sudah
tuntas/ selesai dengan 4 perkara tersebut, maka aku pasti akan duduk bersama
kamu.” Orang yang meminta nasehat
kembali bertanya:“Apa itu 4 perkara yang
sedang kamu pikirkan?” Ibrahim bin
Adham menjawab:
1. Aku sedang
memikirkan dimana Alloh sedang mengambil perjanjian kepada Bani Adam (manusia).
Ingatlah ketika Tuhanmu mengambil saksi/ perjanjian atas anak-anak Adam, dari
tulang sulbi mereka . Di alam arwah Alloh bertanya: “Bukankah AKU ini Tuhan kamu sekalian?” Mereka (di alam arwah) menjawab: “Ya Engkau ini Tuhan kami.” Sengaja Alloh mengambil perjanjian atas
mereka di alam arwah, agar mereka tidak beralasan di Hari Qiamat, bahwa mereka
tidak mengenal Alloh dan mereka tidak pernah mengambil persaksian.
2. Aku sedang
memikirkan sesungguhnya seorang anak laki-laki ataupun anak perempuan, bila
Alloh sudah tentukan kejadian di perut ibunya dan telah Alloh tiupkan ruh/
nyawa, berkatalah Malaikat yang Alloh tugaskan untuk memasukkan ruh/ nyawa
seseorang ke dalam perut seorang ibu: “Ya Robbi, apakah orang ini termasuk orang
yang akan celaka atau orang yang akan bahagia?”
“Hal ini yang aku pikirkan, karena aku tidak tahu kelak bagaimana
nyawaku akan keluar dari diriku? Apakah menjadi orang yang celaka atau menjadi
orang yang bahagia?” Bila Alloh
tidak ciptakan seorang manusia dengan ketentuan menjadi orang yang baik, maka
sia-sialah orang yang merawat dan mendidiknya dan sia-sialah pula orang yang
mengharapkan kebaikan dari orang yang dirawatnya. Sebagai contoh, Musa Assyamiry
yang di rawat oleh Malaikat Jibril menjadi orang kafir dan Musa yang di rawat
oleh Fir’aun menjadi seorang Nabi. Jika melihat siapa orang yang merawatnya,
tentunya sungguh pantas bila Musa Assyamiry yang dirawat oleh Malaikat Jibril
menjadi orang yang baik, ahli ibadah, tetapi kenyataannya ia menjadi orang
kafir. Tetapi sebalikanya Musa yang dirawat oleh Rajanya orang kafir yang
mengakui bahwa dirinya sebagai Tuhan, malah menjadi seorang Nabi. Jadi tidak
ada yang tahu, mana yang akan celaka dan mana yang akan bahagia?
3. Aku sedang
memikirkan disaat kelak datang Malaikat Maut, manakala Malaikat Maut akan
mencabut nyawaku, Ya Tuhan apakah kelak aku akan bersama orang-orang mu’min
atau orang-orang kafir? Apakah termasuk ahli Syurga atau ahli Neraka?
4. Aku sedang
memikirkan berpisahlah pada hari ini dengan orang-orang kafir di Padang Ma’syar. Tetapi aku tidak tahu dimana aku akan
berada, apakah aku berada bersama orang-orang kafir atau bersama orang-orang
mu’min?
Berkatalah
Faqih Rahimahullohutaala (pengarang
kitab): “Beruntunglah orang-orang yang Alloh berikan faham kepadanya tentang
bagaimana ia harus menjalankan kehidupan di alam dunia yang semantara ini. Dan
Alloh sadarkan dia dari kelalaian dan Alloh berikan ia kemampuan untuk berfikir
dalam urusan-urusan di dunia hingga akhir hidupnya dapat mati dalam keadaan Husnul
Khotimah.
Semoga Alloh memberikan akhir
kehidupan kita menjadi orang baik dan Alloh pun mempersiapkan tempat untuk kita
di Syurganya kelak.
Setiap
orang mu’min akan mendapatkan isyarat di akhir hayatnya/ hidupnya. Sesungguhnya
orang-orang yang menyatakan dekat dengan Alloh, kemudian mereka teguh/
istiqomah dalam menjalankan keimanannya kepada Alloh, kelak akan turun kepada
mereka malaikat-malaikat seraya berkata: “Jangan
kamu takut, dan jangan kamu bersusah hati, bergembiralah kamu karena kelak kamu
akan mendapatkan syurga.” Yang dimaksud disini adalah orang-orang yang
beriman dengan Alloh dan Rasul-NYA, setelah beriman ia istiqomah dalam
keimanannya. Yang dimaksud Istiqomah adalah: ia menjalankan kewajiban-kewajiban
Alloh atas dirinya, mengerjakan apa yang Alloh perintahkan dan menjauhi apa
yang Alloh larang.
Berkata
Yahya
bin Mu’adz Ar Roozy Rahimahullohu Taala: “Yang dimaksud Istiqomah
adalah Istiqomah dalam perkataannya sebagaimana ia istiqomah dalam
perbuatannya.” Jadi selaras/ sejalan
antara perkataan/ tutur kata dengan perbuatannya, tidak bertolak belakang
antara perkataan dengan perbuatannya.
Janganlah
ada diantara kalian berlaku apabila manusia berbuat baik, maka kalian akan
berbuat baik. Dan apabila manusia berbuat jahat, maka kalian juga akan berbuat
jahat. Orang semacam ini berarti ia merupakan orang yang tidak istiqomah,
hendaknya mantapkan keimanan kau punya diri. Bila manusia berbuat baik silahkan
kamu berbuat baik. Bila mereka berbuat jahat, maka jangan kamu juga berbuat
jahat kepada mereka. Jauhkanlah perbuatan tidak baik (jahat) mereka, jangan
kamu membalas perbuatan tidak baik mereka dengan perbutan yang tidak baik juga.
Sebagian
Mufatsir berkata: “Istiqomah atas Toriqoh Ahlu Sunnah Wal Jama’ah yaitu toriqoh
yang dijalankan oleh para sohabat-sohabat Nabi.
Berpegang yang erat (gigit dengan
kuat) Toriqoh Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, jangan sampai lepas dari diri dan
keluarga kita. Banyak di akhir zaman sekarang ini yang semula bapak dan
kakeknya berfaham Ahlu Sunnnah Wal Jama’ah, tetapi pada akhirnya anak-anak dan
cucu mereka berpaling kepada pemahaman Syiah ataupun Wahabi. Pemahaman Syiah
dan Wahabi dapat masuk melalui sekolah-sekolah anak-anak kita, dan juga
disebarkan melalui dari rumah ke rumah, dari pengajian-pengajian, televisi,
radio, koran, buku-buku, dan lain sebagainya.
Turunlah
malaikat-malaikat kepada orang-orang yang Imannya Istiqomah, di saat mereka
akan menghembuskan nafas yang terakhir, para Malaikat membawa kabar gembira: “Jangan kamu takut dan kamu sedih tentang
urusan akhirat, Kami akan lindungi kamu, dan kamu juga jangan bersedih atas
sesuatu apa yang kamu tinggalkan di alam dunia (anak, istri, cucu dll.)
Bergembiralah kamu dengan Syurga yang telah Alloh janjikan atas kamu melalui
lisan/ lidah dari Nabi-Nabi kamu.”
Ada
yang berpendapat bahwa isyarat atau bentuk kabar gembira saat seseorang akan
meninggal dunia (menghembuskan nafas yang terakhir) ada 5 cara:
1. Isyarat Bagi Orang Mu’min Yang Awam
Kebanyakan orang mu’min adalah dari
kalangan orang awam. Malaikat akan berkata kepada mereka: “Kamu tidak usah takut akan kekal/ abadinya adzab Alloh atas diri kamu,
ada ni’mat di belakang kamu. Sekalipun kamu jauh dari tuntunan ulama sehingga
kamu tidak dapat mengetahui apa yang Alloh larang dan apa yang Alloh
perintahkan, sehingga kamu berbuat dosa karena ketidaktahuan kamu. Para Anbiya
dan Ulama Sholihin akan memberikan syafa’at kepada kamu. Dan kamu juga jangan
bersusah hati atas sedikitnya pahala amalan kamu, kamupun akan kembali ke dalam
Syurga karena adanya iman dalam hati kamu.”
2. Isyarat Bagi Orang Yang Mukhlisin (Orang Yang
Ikhlas Dalam Beramal)
Malaikat berkata kepada mereka: “Jangan kamu takut berkurangnya kamu punya
amal, karena amal-amal kamu ikhlas karena Alloh semata. Jangan kamu khawatir
atas putusnya pahala, karena pahala kamu berlipat ganda.” Dari 1 menjadi 10, menjadi 70, menjadi 700,
menjadi 7.000 dan seterusnya sampai
Alloh yang menentukan. Jadi balasan pahala amal kita bergantung dari nilai
keikhlasan kita dalam beramal, dapat sedit, dapat pula menjadi banyak dan dapat
pula jumlah balasannya menjadi tidak terhingga sesuai dengan kehendak Alloh
SWT.
3. Isyarat Bagi Orang Mu’min Yang Bertobat Dari
Perbutan Dosa
Malaikat berkata kepada mereka: “Jangan kamu bersusah hati atas sesuatu yang
kamu lakukan setelah kamu bertobat. (Misalkan setelah kita bertobat, kita
melakukan perbuatan maksiat lagi.) Jangan kamu takut akibat dari dosa-dosa kamu,
dosa-dosa kamu telah Alloh ampuni berkat dari tobat kamu. Jangan kamu sedih
atas hilangnya/ gugurnya kamu punya pahala atas perbuatan maksiat yang kamu
lakukan setelah kamu tobat. Dan jangan kamu merasa sedih atas sesuatu yang
tidak kamu lakukan, kamu memiliki ilmu tetapi kamu tidak mengamalkan kamu punya
ilmu sebelum tobat. Maka AKU (Alloh) akan mengganti semua kejahatan-kejahatan
kamu dengan bermacam-macam kebaikan-kebaikan.”
4. Isyarat Bagi Orang-orang Yang Zuhud (Berpaling
dari pada Dunia)
Malaikat berkata kepada mereka: “Jangan kamu takut akan hari perhitungan dan
hari pembalasan. Dan jangan kamu
bersedih atas berkurangnya pahala, bergembiralah kamu akan memasuki syurga
tanpa adanya hisab dan tanpa adanya adzab.”
5. Isyarat Bagi Orang Alim (Para Ulama)
Yaitu orang-orang yang mengajarkan
kepada manusia kebaikan, bagaimana caranya beribadah, dan ia juga mengamalkan
ilmunya. Malaikat berkata kepada mereka: “Jangan
kamu takut akan huru-haranya Hari Qiamat. Alloh akan membalas kamu dengan apa
yang kamu ketahui dari pada ilmu. Kamu akan mendapatkan Syurga dari Alloh dan
bagi orang-orang yang mengikuti jejak kamu.”
Sesungguhnya
isyarat kabar gembira akan ada di akhir kehidupan, saat sakaratul maut bagi
orang mu’min yang bagus amalnya. Kepada mereka akan turun kepadanya
malaikat-malaikat di saat ia akan menghembuskan nafasnya yang terakhir, dan
si-mu’min akan bertanya kepada malaikat-malaikat yang mendatanginya dan
si-mu’min akan bertanya: “Siapa
kamu? Aku belum pernah melihat seseorang
yang sebagus/ setampan kamu? Dan aku
belum pernah mencium seseorang yang wanginya lebih harum dari harumnya tubuh
kalian?” Malaikat tersebut menjawab:
“Kami adalah pelindung-pelindung kamu.
Aku adalah malaikat-malaikat Hafazoh, yang mencatat amal-amal kamu dalam
kehidupan di dunia, dan kami adalah pelindung-pelindung kamu di akhirat.”
Maka
seyogyanya dituntut bagi orang yang berakal waras, untuk dapat sadar dari
kelalaian. Tanda-tanda orang yang sadar dari kelalaiannya ada 4:
1. Bahwa dia
mengatur urusan dunia dengan qonaa’ah, menerima
apa adanya dari apa yang Alloh berikan, urusan dunia ditunda untuk menjalankan
kewajiban agama (ibadah) kepada Alloh terlebih dahulu. Ada sebuah hadist yang
menyatakan: “Bekerjalah kamu untuk dunia kamu, seakan-akan kamu hidup
selama-lamanya.” Karena hidup di dunia selama-lamanya, sehingga masih ada hari
esok, jadi urusan dunia dapat ditunda, maka kerjakan kewajiban agama atau
ibadah terlebih dahulu. Waktunya ngaji, ngaji terlebih dahulu, waktunya
dhuha, kerjakan dhuha terlebih dahulu,
karena kita seakan-akan hidup selamanya di alam dunia, maka untuk urusan dunia
waktunya masih cukup luas dan dapat ditunda. Sedangkan kebanyakan orang
menafsirkan hadits ini sebagai berikut: karena hidup di dunia ini sangat lama,
maka mereka beranggapan agar mencari dunia sebanyak-banyaknya (habis-habisan),
untuk bekal hidup mereka di alam dunia. Adapun lanjutan Haditsnya: “Berbuatlah
kamu untuk akhirat kamu, seakan-akan kamu akan mati besok.” Karena kamu akan
mati besok, maka jangan ditunda-tunda lagi, sehingga manfaatkan waktu untuk kamu dapat beramal/ beribadah kepada
Alloh. Besok kita akan mati, maka fokuskan waktu kita hari ini/ saat ini untuk
beribadah kepada Alloh. Jika kamu ridho dengan pemberian Alloh (qona’ah), maka
hidup kamu akan tenang. Kita dapat bersyukur atas pemberian/ anugrah dari
Alloh, kita tidak dikejar-kejar untuk terus mencari dunia. Jika kamu tidak
ridho dengan apa yang Alloh berikan, maka kamu akan hidup dengan resah dan
gelisah.
2. Mengatur
urusan akhirat dengan serius (jangan santai), jalankan ibadah dengan khusyu,
jangan sekedar menjalankan/ mengugurkan kewajiban. Mengaji dengan serius,
karena kita memerlukan bekal untuk akhirat. Segerakan untuk urusan akhirat, dan
jangan ditunda-tunda.
3. Merancang/
mengatur urusan agama/ akhirat dengan ilmu. Ingin menjadi imam rawatib, menjadi
khotib, menjadi amil zakat, menjadi panitia qurban, dan apa saja yang merupakan
urusan agama/ akhirat dengan ilmu. Jadi sebelum menjalankan itu semua,
hendaknya mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan ilmu.
4. Urusan kita
dengan makhluk diatur dengan nasehah. Urusan kita kepada makhluk hendaknya
terbuka, jujur, lemah-lembut kepada orang (jangan berlaku kasar), pergauli
mereka dengan cara yang baik, memaafkan orang yang mengganggu kita, jangan
membalas perbuatannya yang tidak baik. Khusunya di saat kita mampu untuk
membalasnya, tetapi kita tinggalkan untuk membalas. Bila ada orang yang
mengganggu kita, maka hendaknya tinggalkan mereka dengan cara yang baik, jangan
menimpali/ membalas atas prilaku yang
tidak baik dari mereka.
Ada
ulama yang menyatakan bahwa se-afdhol-afdhol-nya manusia (manusia yang paling
utama) adalah yang ada pada manusia tersebut 5 sifat, yaitu:
1. Bersungguh-sungguh Dan Segera Dalam Beribadah
Kepada Alloh
Ia tidak menunda-nunda dalam
mengerjakan amal ibadahnya, apapun jenis amal ibadahnya. Kebaikan yang terbaik
adalah yang segera dikerjakan. Karena kita tidak tahu sampai kapan umur
kita? Jangan sampai kita menunda
mengerjakan amal ibadah, yang pada akhirnya azal keburu menjemput kita. Hadits Riwayat dari Ibnu Umar RA., ia
berkata: Rasululloh suatu saat memegang pundaknya, seraya berkata: “Jadikanlah kau hidup di dunia seakan-akan
kau adalah orang asing, atau seakan-akan kau sedang dalam perjalanan.” Kita anggap diri kita seakan-akan adalah
orang asing di alam dunia ini, dan kita sedang mengembara di alam dunia ini
yang pada saatnya nanti kita harus kembali ke alam akhirat.
Ibnu
Umar
berkata: “Manakala ada tuntunan dari
ulama sholihin mengenai ibadah yang kamu hadapi, maka jangan kamu menunda-nunda,
segera ambil kesempatan. Manakala kamu berada di waktu sore hari maka jangan
menunggu sampai datangnya pagi hari, dan manakala kamu berada di waktu pagi
hari, maka jangan tunda sampai waktu sore hari.” Ambil kesempatan dari
sehatmu, untuk masa sakitmu. Bagaimanapun kita menjaga dan merawat kesehatan
kita, sampai waktunya kita akan sakit juga. Segala amal ibadah yang kita
kerjakan secara rutin/ istiqomah di waktu kita sehat, maka pada saatnya nanti
kita sakit dan kita tidak dapat beribadah sebagaimana biasanya, maka Alloh
perintahkan malaikat untuk tetap mencatat amal ibadah yang secara rutin/
istiqomah kita kerjakan. Ambil kesempatan untuk mengerjakan amal ibadah sewaktu
kita hidup sebagai bekal kematian kamu. Masing-masing kita instropeksi diri,
apa yang kita bawa untuk menghadapi hari kematian? Apakah kita sudah maksimal
untuk beribadah kepada Alloh?
2. Hidupnya Bermanfaat Untuk Makhluk Lain
Hidupnya tidak hanya manfaat untuk
dirinya, tetapi secara nyata makhluk yang lain juga merasakan manfaat
keberadaannya. Misalkan dia mempunyai kelebihan harta, maka banyak yang dibantu
dari harta yang dimilikinya, seperti menyantuni anak yatim, faqir-miskin, dan
membantu kegiatan-kegiatan keagamaan. Bagi orang alim yang memiliki ilmu, ia
mengajar “lillah wa fillah”, motivasinya bukan untuk mencari dunia tetapi
mencari ridho Alloh. “Manusia yang
terbaik adalah manusia yang dapat
bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Kelebihan yang dapat diajarkan dapat berupa ilmu agama ataupun ilmu-ilmu
lain yang bermanfaat untuk kehidupan, seperti keterampilan-keterampilan yang ia
ajarkan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat mencukupi kebutuhan nafkah
untuk diri dan keluarganya dari keterampilan yang diajarkan. Bila kita memiliki
ilmu jangan pelit untuk mengajarkannya kepada orang lain. Orang semacam ini
bermanfaat secara zohir/ nyata bagi manusia lainnya.
3. Manusia Merasa Aman Dari Kajahatannya
Jika manusia marasa aman dari
kejahatan kita baik kejahatan secara fisik/ perbuatan, tingkah laku, maupun
perkataan kita. Aman dari kejahatan tangannya, tipu dayanya, perkataannya yang
kasar dll. “Muslim yang sejati/ sempurna
keimanannya adalah orang muslim lainnya selamat dari kejahatannya.” Kita perlu melatih diri kita agar tangan dan
lidah kita jangan sampai mengganggu haq orang lain, mengganggu jasad orang
lain, dan menyakiti hati orang lain. “Menyakiti
hati seorang mu’min, dosanya lebih berat dari pada menghancurkan 60 bangunan
Ka’bah.” Alloh selalu dekat dengan
orang yang teraniaya (susah hatinya), manakala dia mengangkat tangannya dan
bermunajat kepada Alloh, maka Alloh akan segera meng-qobul-kan ia punya doa.
4. Tidak Mengharapkan Apa Yang Ada Di Tangan Manusia
Dia tidak
putus asa dan mengharapkan apa yang ada pada orang lain, setiap orang ada
rizqynya masing-masing, jadi janganlah mengharapkan apa yang ada pada orang
lain. Bila kita menginginkan apa yang ada pada orang, maka akan timbul sifat
iri, dengki, hasut dan sifat buruk lainnya. “Manakala
dalam hati seseorang ada sifat qona’ah (menerima apa adanya), tidak
menginginkan apa yang dimiliki orang lain, maka kamu dan orang yang memiliki
dunia (harta) sama saja.”
5. Selalu Siap Dalam Menghadapi Kematian
Dia selalu siap dalam menghadapi
kematian, waktunya selalu beribadah kepada Alloh. Tidak ada waktu yang sia-sia
baginya, hal-hal yang sifatnya mubah-pun dia niatkan untuk ibadah, seperti
tidur, makan, minum, dll. sehingga ada nilai pahalanya. Kita harus selalu siap
dalam menghadapi kematian, untuk itu kita harus selalu berada di tempat-tempat
yang Alloh ridhoi, seperti berada di majlis-majlis ilmu, dan tempat-tempat
ibadah. Kita tidak tahu kapan kita akan mati, meskipun dalam kondisi sehat
sekalipun dapat saja azal menjemput kita.
Malaikat
Maut bersahabat dengan Nabi Sulaiman AS., malaikat maut selalu rutin datang berkunjung ke tempat Nabi Sulaiman AS.
Suatu saat Malaikat Maut datang berkunjung ke Istana Nabi Sulaiman, dan pada
saat yang bersamaan Nabi Sulaiman AS. sedang berbicara dengan seorang tamu
laki-laki. Malaikat Maut memandang lelaki yang sedang berbincang-bincang dengan
Nabi Sulaiman AS. dengan pandangan yang tajam. Malaikat Maut merasa heran,
mengapa laki-laki yang akan ia cabut nyawanya ada disini, padahal ia
diperintahkan oleh Alloh untuk mencabut nyawa lelaki ini, pada hari ini, pada
jam ini di negeri India. Sedangkan Istana Nabi Sulaiman berada di Negeri Syam,
dan jarak antara negeri India dengan negeri Syam sangatlah jauh. Pada akhirnya
orang laki-laki ini bertanya kepada Nabi Sulaiman: “Siapakan gerangan laki-laki
yang tadi masuk kemari, dia memandangku dengan pandangan yang begitu
tajam?” Nabi Sulaiman AS. menjawab: “Dia-lah
Malaikat Maut.” Orang laki-laki tadi
berbicara kembali: “Hai Sulaiman, aku memiliki hajat kepadmu.” Nabi Sulaiman AS. berkata: “Apa
hajatmu?” Lelaki tersebut berkata: “Agar
aku selamat dari Malaikat Maut, tolong kau kirim aku dengan bantuan angin, agar
aku dapat sampai ke negeri India.” Maka Nabi Sulaiman AS. memerintahkan kepada
angin agar membawa lelaki ini ke negeri India sesuai permintaannya. Tidak
beberapa lama, Malaikat Maut datang kembali menjumpai Nabi Sulaiman AS. Nabi Sulaiman AS. bertanya kepada Malaikat
Maut, mengapa ia memandang tamunya tadi dengan pandangan yang tajam? Akhirnya
Malaikat Maut menceritakan kepada Nabi Sulaiman AS.: “Alloh telah memerintahkan
kepadaku pada hari ini untuk mencabut nyawa lelaki tadi di negeri India,
sedangkan aku merasa heran, mengapa lelaki tersebut sedang berada disini, di
Negeri Syam? Sehingga pada saat aku sudah berada di Negeri India, ternyata
lelaki tersebut baru sampai di Negeri India, maka aku segera mencabut nyawa
lelaki tadi.” Kita tidak akan tahu kapan
dan dimana nyawa kita akan dicabut?
Dalam
suatu Riwayat Imam Maliq berjumpa
dengan Malaikat Maut, ia bertanya kepada Malaikat Maut: “Berapa lama lagi aku
hidup di alam dunia?” Malaikat Maut tidak menjawab, tetapi ia hanya menunjukkan
isyarat dengan 5 jarinya. Imam Maliq berkata kembali: “Apa yang kau maksud
dengan 5 jari ini? Apakah 5 tahun lagi? 5 bulan lagi? Atau 5 hari lagi?
Imam Maliq adalah salah seorang yang
memiliki derajat yang tinggi di sisi Alloh, bila ia ingin pergi ke suatu
tempat, maka satu langkah saja dia berjalan akan sampai ke tempat yang ia tuju.
Sama seperti halnya dengan Imam Suyuti, apabila ia ada hajat, maka selangkah ia
berjalan akan sampai ketempat yang ia inginkan. Orang yang memiliki derajat
yang begitu tinggi di sisi Alloh saja, tidak tahu kapan ia akan mati, apa lagi
dengan kita.
Malaikat
Maut tidak menjawab pertanyaan dari Imam Maliq tersebut, Imam Maliq menduga
bahwa umurnya tidak lama lagi, maka ia menunggu waktu dari mulai 5 hari, 5
Minggu, 5 bulan, sampai 5 tahun tidak ada kejadian apapun. Maka pada akhirnya
Imam Maliq mendatangi seorang ahli Ru’yah yang bernama Ibnu Syirin, seorang yang dapat menterjemahkan/
menta’wilkan maksud isyarat 5 jari dari Malaikat Maut. Ibnu Syirin menjelaskan
kepada Imam Maliq, bahwa isyarat 5 jari yang ditunjukkan oleh Malaikat Maut
bukan berarti 5 tahun, bukan 5 bulan dan bukan pula 5 hari. Pertanyaanmu kepada
Malaikat Maut tentang umur, termasuk ke dalam 5 hal yang ghoib, yaitu 5 hal
yang hanya Alloh saja yang mengetahuinya, 5 hal tersebut adalah:
1. Hanya Alloh
yang tahu berapa umur seseorang dan kapan ia akan mati, seorang dokter hanya
dapat memprediksi umur pasiennya, tetapi tidak dapat mengetahui dengan pasti.
2. Hanya Alloh
yang tahu kapan akan turun hujan, manusia hanya dapat memperkirakan/
memprediksi cuaca, tetapi tidak dapat mengetahui kapan pastinya hujan akan
turun.
3. Hanya Alloh
yang tahu apa yang berada di dalam kandungan seorang ibu, apa jenis kelaminnya
laki-laki atau perempuan? Apakah anak kembar atau tunggal? Meskipun saat ini sudah ada alat USG 3
Dimensi, tetapi hasilnya terkadang tidak tepat juga.
4. Hanya Alloh
yang tahu, apa gerangan yang akan terjadi besok? Berhasil atau tidaknya kita
tidak tahu, jenis apa yang ada di alam sana kita tidak tahu, jenis apa yang
akan kita dapatkan, dan berapa jumlahnya?
5. Hanya Alloh
yang tahu, tidak ada satu jiwapun yang tahu dimana ia akan mati? Orang dapat
mati dimana saja, bisa mati di lautan, di atas gunung, di dalam kawah, di hutan
belantara ataupun dapat dimana saja, tidak ada yang tahu.
Lima
hal di atas hanya Alloh saja yang mengetahuinya, kecuali kepada orang-orang
yang Alloh kehendaki, yang disebut dengan Karomah. Ada beberapa Waliyulloh yang
karena maqomnya tinggi di sisi Alloh, sehingga mereka dapat mengetahui kapan
mereka akan mati, sebelum meninggal mereka telah mempersiapkan segala kebutuhan
yang akan digunakan untuk mengurus jenazahnya nanti. Ada yang berpesan kepada
muridnya untuk mempersiapkan jamuan/ hidangan, karena nanti akan banyak tamu
yang akan datang. Rahasia semacam ini hanya Alloh beritahukan kepada para
Anbiya, Auliya dan Sholihin yang Alloh kehendaki.
Tidak
ada tempat berlindung untuk menghindar, menjauh ataupun berlari dari kematian,
dimanapun kita berada maut tidak dapat kita hindari, meskipun kita berada di
dalam lubang yang dalam sekalipun.
Maka
yang wajib atas tiap-tiap muslim, bersiap-siap untuk menghadapi kematian
sebelum datangnya kematian. Orang Mu’min yang benar dalam keimanannya, maka ia
selalu mengaharapkan kematian. Orang dengan sebab amalnya yang tidak baik, maka
ia akan menghindar/ takut untuk menghadapi kematian.
Imam Syafi’i berkata: “Bila kematian sudah menancapkan kukunya
pada diri kita, maka kamu akan mendapati semua jampe-jampe dan apapun juga
tidak akan bermanfaat.” Berobat ke
dokter yang paling bagus sekalipun, bila taqdir sudah menentukan bahwa
seseorang akan mati, maka ia akan mati juga.
Mu’min
yang Shodiq, yang benar-benar keimanannya, selalu mengharapkan kematian, karena
untuk dapat berjumpa dengan Alloh, maka pintu masuknya adalah dengan jalan
kematian. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu
Dardaa RA.: “Aku senang dengan
kematian, karena kematian tadi dapat mendekatkan aku kepada Alloh. Aku senang/
cinta dengan penyakit, karena penyakit tadi dapat menghapuskan dosa-dosaku.”
Nabi
menyatakan: “Tidak ada satu jiwapun, yang
baik maupun yang tidak baik, kecuali maut/ kematian lebih baik baginya.” Tiada ada di sisi Alloh itu kecuali baik bagi
orang-orang yang baik/ ahli ibadah. Sedangkan bagi orang-orang yang tidak baik/
durhaka kepada Alloh, ditundanya kematian itu lebih baik di sisi mereka, karena
tertundanya adzab Alloh yang sangat menghinakan bagi mereka.
Apapun
berada di sisi Alloh, lebih baik bagi orang yang baik-baik/ ahli ibadah. Jadi
kematian jauh lebih baik bagi orang-orang ahli ibadah. Untuk orang-orang yang faajir/ durhaka kepada Alloh, Alloh
berfirman: “Janganlah kamu (orang kafir)
menduga dan mengira, bahwa sesungguhnya KAMI tunda kematian mereka dengan jalan
kami panjangkan umur mereka, lebih baik bagi mereka.”
Untuk orang-orang kafir kematian
tidak baik untuk mereka, karena dengan mati adzab sudah menanti mereka di alam
kubur.
“Sesungguhnya
kami tunda kematian mereka, adalah agar bertambah dosa-dosa mereka dan bagi
mereka adzab yang menghinakan.”
Bagi kita dipanjangkan umur lebih
baik untuk kita, karena kita dapat memperbanyak amalan-amalan sholeh. “Manusia yang terbaik adalah mereka yang
panjang umurnya dan bagus amalnya.”
Orang
kafir menduga dan mengira bahwa dengan ditundanya kematian mereka (panjang
umur) adalah lebih baik untuk mereka, padahal tidak, justru dengan ditundanya kematian mereka,
maka semakin bertambah banyak dosa-dosa yang mereka lakukan/ kerjakan, sehingga
semakin pedih siksa yang akan mereka rasakan nantinya.
Biasanya
dalam bahasa Arab ada kata-kata yang berlawanan yang sengaja diadakan dengan
tujuan untuk keselamatan. Sebagai contoh: seorang perempuan yang suaminya kawin
lagi, maka istri yang pertama disebut “di madu”. Rasa madu adalah manis, apa ia
suaminya kawin lagi terasa manis ? Padahal sesuatu yang paling tidak enak yang
di rasakan seorang perempuan adalah saat suaminya kawin lagi. Karena sangat
tidak enaknya, maka di sebut “di-madu”. Karena sangat pahitnya dikatakan manis,
maka disebut di madu.
Imam
Syafi’i mempunyai seorang guru yang sangat putih kulitnya, tetapi disebut sangat
hitam.
Hadits
Riwayat dari Annas bin Maliq, Nabi
bersabda: “Kematian/ Maut kesenangan bagi
mu’min.” Kita menjalani kehidupan di
alam dunia ini sangat melelahkan, kita harus mengerjakan bermacam-macam
kewajiban untuk menjaga diri kita dari murka Alloh dengan menjauhi dari hal-hal
yang Alloh haramkan dan mengerjakan
hal-hal yang Alloh perintahkan, serta mencari nafkah untuk diri dan keluarga
kita dll.
“Syurga
diliputi oleh hal-hal yang tidak mengenakan, tetapi bila neraka jahanam
diliputi oleh hal-hal yang menyenangkan.” Sehingga Rasululloh berkata: “Dunia ini penjara bagi orang mu’min dan syurga
bagi orang-orang kafir.” Dunia ini
bila “di-nisbah-kan” dengan kenikmatan yang akan kita rasakan di akhirat/
syurga nanti, maka dunia ini seperti penjara bagi kita. Bila di syurga nanti,
semua kenikmatan akan kita terima tanpa kita harus lelah untuk mendapatkannya.
Sedangkan bagi orang kafir, dunia ini seperti syurga bagi mereka, mereka dapat
berbuat seenaknya, tetapi nanti di alam akhirat mereka akan merasakan adzab
yang sangat dahsyat.
Dalam
suatu riwayat Nabi saat sedang duduk di masjid pernah di lewati oleh satu
jenazah, Nabi mengatakan: “Orang (jenazah) yang baru lewat adalah orang yang
senang dan orang yang disenangkan dari padanya.” Sohabat tidak faham dengan perkataan Nabi,
mereka bertanya apa yang dimaksud dengan: “orang yagn senang dan orang yang
disenangkan?” Nabi berkata: “Orang mu’min saat mereka meninggal dunia, mereka
istirahat dari letihnya hidup di alam dunia. Untuk orang yang “faajir” (orang
yang tidak baik), kematiannya sangat menggembirakan bagi orang-orang mu’min
yang sering digangunya, aparat kepolisian senang karena tidak perlu letih untuk
mengejar/ menangkapnya, pohon-pohonan aman tidak diganggu dan dirusak lagi
olehnya, dan binatang-binatang juga senang karena tidak diusik/ diganggu
olehnya.”
Kematian/
Maut adalah hadiah dari Alloh bagi orang mu’min. Coba kita bayangkan bila umur
kita begitu panjang sampai ratusan tahun, kita akan merasakan sangat letih
dengan urusan dunia. Bila umur kita terlalu panjang, maka tidak hanya kita saja
yang bosan merasakannya, tetapi keluarga (anak & istri kita) juga letih
untuk mengurus kita.
Hadits
Riwayat dari Ibnu Mas’ud RA. dari
Nabi Muhammad SAW. : Ibnu Mas’ud
menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW. pernah ditanya: “Siapakan gerangan orang mu’min yang paling utama?” Nabi menjawab: “Mu’min yang paling utama yaitu mu’min yang
paling bagus ahlaqnya.”
Ahlaqnya bagus, ia tahu adab-adab
kepada guru, kepada orang tua, kepada sesama, kepada tetangga dan lainnya.
Kemudian
Nabi ditanya lagi: “Mu’min manakah yang paling cerdas?” Nabi menjawab: “Mu’min yang paling cerdas adalah orang
mu’min yang paling banyak mengingat kematian.”
Sehingga ia selalu menyiapkan diri
dengan bermacam-macam amal ibadah dan menjauhi segala apa-apa yang Alloh larang,
sehingga Alloh Ridho kepadanya. Orang yang paling bagus persiapan untuk
kematiannya.
Dalam
hadits yang lain, Nabi pernah ditanya siapakah orang yang paling cerdas
diantara manusia? Nabi menjawab: “Orang yang paling cerdas adalah orang yang
paling banyak mengingat mati dan yang paling bagus persiapan untuk kematiannya.
Mereka pergi meninggalkan kemulyaan dunia dengan mengerjakan amal-amal ibadah,
untuk mendapatkan keni’matan akhirat nanti, merekalah orang yang paling
cerdas.”
Rasululloh
bersabda: “Siapa orang yang menghitung-hitung kekurangan dirinya, dan
setelahnya dia berbuat, beramal untuk bekal setelah kematiannya.”
Orang yang cerdas selalu menghisab/
mengevaluasi/ memperhitungkan umurnya, sudah sekian lama ia hidup di alam
dunia, ternyata amal ibadahnya tidak seimbang dengan usia dan ni’mat yang Alloh
berikan kepadanya. Setelah dia menghisab dirinya, kemudian dia beramal sebagai
bekal untuk kehidupan di akhirat kelak. Orang yang tidak cerdas, yaitu orang
yang memperturutkan hawa nafsunya akan keinginannya. Dia menginginkan kepada
Alloh berbagai macam keinginan dan harapannya. Dia mengaharapkan ampunan Alloh,
tetapi dia tidak ibadah kepada Alloh.
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar