Rabu, 16 September 2015

TASAWUF - Huru-Hara Mati/ Penderitaan Mati (Bag. 2)



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Huru-Hara Mati/ Penderitaan Mati (Bag. 2)
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Berkata Faqih Rohimahullohi Taala, hal ini cocok/ sesuai dengan hadits: “Ambil kesempatan 5 hal/ perkara sebelum datangnya 5 hal/ perkara.”

Diriwayatkan dari Abdillah bin Amar bin Aash: Bahwa ayahku (Amar bin Aash) sering kali ia berkata: “Sungguh aku ini sangat aneh terhadap orang yang datang padanya kematian, padahal saat itu ia masih ada aqal dan lisannya. Kenapa dia tidak melukiskan betapa dahsyatnya itu kematian?” 
Pencabutan nyawa seseorang tidak secara langsung, tetapi berproses sedikit demi sedikit.
“Hai ayahku, engkau pernah mengatakan: Aku sungguh heran dan aneh terhadap seseorang yang datang kematian kepadanya pada hal masih ada aqal dan lisannya, kenapa dia tidak lukiskan kepada kami ini tentang betapa dahsyatnya kematian tadi.” Ayahnya berkata: “Wahai anakku, mati itu sangat sulit untuk disifatkan (digambarkan), tetapi aku akan lukiskan kepada kamu sedikit saja tentang dahsyatnya kematian. Demi Alloh, seakan-akan di atas 2 pundakku ini ada gunung Rodhwa (gunung yang ada di Madinah), dan seakan-akan aku punya nyawa keluar dari lubang jarum.
Kita dapat membayangkan lubang jarum begitu kecilnya, sehingga untuk mengeluarkannya harus dipaksakan. Seperti juga kita keluar melalui pintu yang sempit, sehingga akan terasa sakit untuk melewati pintu tersebut.
Seakan-akan dalam perutku ini ada duri dari pohon Ausaj. Seakan-akan langit ini diturunkan ke bumi dan aku berada di antaranya (terjepit antara langit dengan bumi). Wahai anakku, keadaanku saat itu sudah berubah kepada 3 hal/ situasi:
1.    Aku diawal mulanya adalah orang yang paling berambisi untuk membunuh Baginda Nabi Muhammad SAW., maka malanglah/ celakalah aku andaikata aku mati pada saat itu.
2.    Kemudian Alloh berikan Hidayah kepadaku untuk masuk Islam. Setelah aku masuk Islam, Nabi Muhammad SAW. adalah orang yang paling aku cintai diantara manusia. Dan dia permah mempercayai aku untuk memimpin pasukan perang, betapa bahagianya aku apabila aku mati saat itu, agar aku dishalatkan dan mendapatkan doa dari Baginda Rasul.
3.    Setelah itu aku mulai sibuk dengan urusan dunia, maka aku tidak tahu bagaimana keadaanku nanti di sisi Alloh? Maka tidak aku tinggalkan berbakti kepada Rasululloh hingga ia meninggal dunia.”

Berkata Syaqiif Ibrohim: “Manusia sepakat/ sependapat denganku dalam tutur kata/ pembicaraannya pada 4 hal, tetapi mereka tidak sepakat/ sependapat denganku dalam perbuatan pada 4 hal juga, yaitu:”
1.    Kami sepakat dalam perkataan: “Sesungguhnya kami hamba-hamba Alloh.”  Tidak ada yang berselisih faham/ berbeda tentang perkataan penghambaan mereka kepada Alloh. Tetapi mereka berbuat dan bertindak sebagaimana  perbuatannya orang-orang yang merdeka, artinya mereka tidak mau mengabdi kepada Alloh, sesuai dengan perkataan mereka. Mereka bertindak seperti majikan (tidak mau diperintah), diperintah ibadah  mereka tidak mau, tunduk dengan aturan Alloh tidak mau. Jika sebagai budak, maka harus tunduk dengan apa yang diperintahkan oleh majikannya, yaitu Alloh SWT. Mereka tidak mau berkhidmat dan tunduk kepada aturan Alloh, berbuat sesuai dengan kehendaknya dan menuruti hawa nafsunya.
2.    Kami sepakat dalam perkataan: “Sesungguhnya Alloh yang menjamin rizqy kami semua.”  Tetapi hati mereka tidak tenang/ gelisah kecuali bila ada harta-harta dunia bersama mereka. Mereka baru merasa tenang bila ada simpanan harta dunia pada mereka.
3.    Kami sepakat dalam perkataan: “Sesungguhnya akhirat lebih baik dari pada dunia.”  Akan tetapi dalam kenyataannya tindakan/ perbuatan mereka menghimpun harta sebanyak-banyaknya untuk kehidupan mereka di dunia. 
4.    Kami sepakat dalam perkataan: “Kita pasti mati.” Akan tetapi sikap/ tindakan/ perbuatan mereka seperti perbuatan dari kaum-kaum yang merasa mereka tidak akan mati.

Hadits diriwayatkan dari Abi Dardaa, dan ada juga yang mengatakan hadits ini diriwayatkan dari Abi Dzar dan ada juga yang mengatakan dari Salman Al Faarisy. Tetapi yang lebih popular/ terkenal, hadits ini di riwayatkan dari Abi Dzar. Rasululloh bersabda: “Ada 3 hal yang membuat aku tercengang/ terheran-heran, sehingga membuat aku tertawa. Dan ada 3 hal lagi yang membuatku bersedih, sehingga aku menangis.
Adapun 3 hal yang membuatku heran sehingga membuatku tertawa:
1.    Orang yang berhayal/ berangan-angan tentang dunia, ia ingin menghimpun/ mendapatkan dunia sebanyak-banyaknya, tetapi maut/ kematian sedang mengejar-ngejar dia. Dia terus berhayal ingin mendapatkan dunia sebanyak-banyaknya, tetapi ia lupa akan kematian. Sehingga hal ini membuat aku bersedih hingga membuatku menangis, karena mereka tidak merenung dan memikirkan tentang kematiannya.
2.    Orang yang lalai akan kematian, ia tidak menyadari bahwa dirinya akan mati, yang dipikirkannya hanya mengejar dan mengumpulkan harta dunia saja. Padahal kematian tidak pernah melalaikan dia dan terus mengejar dia, sampai saatnya ia akan mati. Kita selalu dikejar oleh Rizqy dan Azal, azal tidak akan sampai kepada kita, manakala rizqy kita belum habis. Apabila rizqy-nya sudah habis, maka disitulah baru azalnya akan sampai. Hal yang membuat aku bersedih adalah orang lalai akan datangnya kematiannya, padahal kematian tidak pernah lalai untuk terus mengejarnya. Kematian adalah qiamat Shuqro, sedangkan qiamat Qubro kita tidak tahu kapan datangnya.
3.    Orang yang tertawa selebar mulutnya/ tertawa terbahak-bahak/  bersukaria/ bergembira, tertawa dapat membuat keras ia punya hati, tercela orang yang banyak tertawa. Padahal ia tidak tahu dan tidak sadar apakah Alloh ridho atau murka kepadanya?

Adapun 3 hal yang membuatku bersedih sehingga membuatku menangis:
1.    Bercerai/ berpisah dengan orang-orang yang aku cintai, berpisah dengan Baginda Nabi Muhammad SAW., para sohabat-sohabat dan ulama-ulama sholihin dengan jalan kematian membuatku menangis.
2.    Menunggu datangnya kematian juga membuatku menangis.
3.    Menghadap di hadapan Alloh membuatku menangis. Aku tidak tahu apakah Alloh memerintahkan malaikat untuk memasukkan aku ke dalam Syurga atau memasukkan aku ke dalam Neraka?

Rasululloh bersabda: “Andaikata binatang-binatang tahu seperti apa yang diketahui oleh manusia tentang kematian, pasti kamu tidak akan mendapatkan makan daging dari binatang yang gemuk selama-lamanya.”
Artinya apabila binatang/ hewan tahu akan datangnya kematian, maka binatang tidak akan enak untuk makan dan minum, karena memikirkan tentang kematian, sehingga badannya tidak akan menjadi gemuk untuk kita makan dagingnya.  

Di riwayatkan oleh Abu Hamid Al Lafaaf, ia berkata: “Siapa orang banyak mengingat mati, pasti ia diberikan kemulyaan dari 3 perkara:
1.    Ia menyegerakan taubat atas perbutan dosa. Apabila ia terjerembab dalam perbutan dosa, maka ia segera bertobat kepada Alloh.
2.    Ia merasa cukup (qona’ah) dengan apa yang Alloh berikan kepadanya. Menikmati apa yang ada pada dirinya dan tidak mencari-cari apa-apa yang tidak ada pada dirinya.
3.    Ia semangat dalam beribadah kepada Alloh SWT.
Dan siapa orang yang lupa akan kematian, maka ia akan dihukum oleh Alloh dengan 3 perkara juga:
1.    Ia menunda-nunda taubat. Ia selalu bergelimang dengan dosa, tetapi ia tidak segera untuk bertobat.
2.    Ia tidak senang/ tidak ridho dengan apa yang ada pada dirinya. Ia tidak merasa puas dan terus mencari-cari yang belum ada pada dirinya.
3.    Ia bermalas-malasan dalam ibadah kepada Alloh SWT.

Disebutkan dalam suatu riwayat bahwa Nabi Isa AS. dapat menghidupkan orang yang sudah mati, tentunya dengan izin dari Alloh SWT.  Maka berkata kepada Nabi Isa AS. sebagian orang kafir: “Engkau hai Isa, pernah menghidupkan orang yang baru meninggal dunia, tetapi kemungkinan mereka belum benar-benar mati (hanya mati suri saja). Tolong kau hidupkan orang-orang yang sudah mati pada zaman dahulu (puluhan bahkan ratusan tahun).”  Maka Nabi Isa AS. berkata kepada orang-orang kafir: “Silahkan kau pilih, siapa orang yang engkau kehendaki akan di hidupkan?” Maka orang kafir berkata: “Silahkan hidupkan untuk kami Sam bin Nuh.” Maka Nabi Isa AS., mendatangi kuburan dari Sam bin Nuh, kemudian Nabi Isa AS. shalat 2 rakaat di depan maqom dari Sam bin Nuh, setelah selesai shalat Nabi Isa AS., berdoa kepada Alloh agar Alloh memberian mu’jizat kepadanya dan memperkenankan dia untuk dapat menghidupkan Sam bin Nuh.  Maka Alloh menghidupkan kembali Sam bin Nuh melalui Nabi Isa AS. Terlihat bahwa rambut dan jenggot dari Sam bin Nuh sudah putih. Nabi Isa bertanya kepada Sam bin Nuh: “Kenapa rambut dan jenggotmu dapat menjadi putih, padahal yang aku tahu dahulu rambut dan jenggotmu berwarna hitam seluruhnya pada saat sebelum kau menghembuskan nafas terakhirmu?”  Sam bin Nuh menjawab: “Aku mendengar adanya panggilan bahwa qiamat sudah terjadi, sehingga putihlah rambut dan jenggotku.” Nabi Isa bertanya: “Sejak kapan kau mati?” “Aku sudah mati sejak 4.000 tahun yang lalu, tetapi rasa sakitnya mati tidak hilang dari diriku hingga saat ini.” 

Tidak ada seorang mu’min (baik laki-laki atau perempuan) yang telah meninggal dunia, melainkan sudah diperlihatkan dan ditawarkan kepadanya kehidupan di alam dunia saat ini yang telah begitu gemerlapnya. Tetapi mereka semua menolaknya untuk kembali ke alam dunia, karena mereka tidak mau kembali merasakan akan dahsyatnya rasa dari sakitnya ‘sakaratul maut’ untuk yang kedua kali. Terkecuali para Syuhada, yaitu orang-orang yang mati Syahid di jalan Alloh, mereka menginginkan untuk dapat kembali berperang melawan orang-orang kafir dan pada akhirnya kembali terbunuh di medan perang. Karena mereka sudah merasakan betapa besar pahala dan kenikmatan yang mereka dapati dari sebab mati syahid. Orang yang mati Syahid tidak merasakan sakitnya ‘sakaratul maut’, karena mereka tidak merasakan sakitnya mati, maka mereka menginginkan untuk kembali ke alam dunia agar mereka dapat kembali berperang melawan orang-orang kafir dan pada akhirnya mereka kembali terbunuh di medan perang untuk kedua kalinya.

Dalam suatu riwayat Ibrahim bin Adham Rahimahullohu Taala ditanya oleh beberapa orang: “Andaikata kau dapat duduk disini hingga kami dapat mendengar suatu petunjuk/ nasehat dari kamu.”  Ibrahim bin Adham menjawab: “Aku ini tidak dapat duduk bersama kamu saat ini, karena aku sedang disibukkan oleh 4 hal/ perkara. Andaikata aku sudah tuntas/ selesai dengan 4 perkara tersebut, maka aku pasti akan duduk bersama kamu.”  Orang yang meminta nasehat kembali bertanya:“Apa itu 4 perkara yang sedang kamu pikirkan?”  Ibrahim bin Adham menjawab:
1.    Aku sedang memikirkan dimana Alloh sedang mengambil perjanjian kepada Bani Adam (manusia). Ingatlah ketika Tuhanmu mengambil saksi/ perjanjian atas anak-anak Adam, dari tulang sulbi mereka . Di alam arwah Alloh bertanya: “Bukankah AKU ini Tuhan kamu sekalian?”  Mereka (di alam arwah) menjawab: “Ya Engkau ini Tuhan kami.”  Sengaja Alloh mengambil perjanjian atas mereka di alam arwah, agar mereka tidak beralasan di Hari Qiamat, bahwa mereka tidak mengenal Alloh dan mereka tidak pernah mengambil persaksian.
2.    Aku sedang memikirkan sesungguhnya seorang anak laki-laki ataupun anak perempuan, bila Alloh sudah tentukan kejadian di perut ibunya dan telah Alloh tiupkan ruh/ nyawa, berkatalah Malaikat yang Alloh tugaskan untuk memasukkan ruh/ nyawa seseorang ke dalam perut seorang ibu:  “Ya Robbi, apakah orang ini termasuk orang yang akan celaka atau orang yang akan bahagia?”  “Hal ini yang aku pikirkan, karena aku tidak tahu kelak bagaimana nyawaku akan keluar dari diriku? Apakah menjadi orang yang celaka atau menjadi orang yang bahagia?”  Bila Alloh tidak ciptakan seorang manusia dengan ketentuan menjadi orang yang baik, maka sia-sialah orang yang merawat dan mendidiknya dan sia-sialah pula orang yang mengharapkan kebaikan dari orang yang dirawatnya. Sebagai contoh, Musa Assyamiry yang di rawat oleh Malaikat Jibril menjadi orang kafir dan Musa yang di rawat oleh Fir’aun menjadi seorang Nabi. Jika melihat siapa orang yang merawatnya, tentunya sungguh pantas bila Musa Assyamiry yang dirawat oleh Malaikat Jibril menjadi orang yang baik, ahli ibadah, tetapi kenyataannya ia menjadi orang kafir. Tetapi sebalikanya Musa yang dirawat oleh Rajanya orang kafir yang mengakui bahwa dirinya sebagai Tuhan, malah menjadi seorang Nabi. Jadi tidak ada yang tahu, mana yang akan celaka dan mana yang akan bahagia?
3.    Aku sedang memikirkan disaat kelak datang Malaikat Maut, manakala Malaikat Maut akan mencabut nyawaku, Ya Tuhan apakah kelak aku akan bersama orang-orang mu’min atau orang-orang kafir? Apakah termasuk ahli Syurga atau ahli Neraka?
4.    Aku sedang memikirkan berpisahlah pada hari ini dengan orang-orang kafir di Padang Ma’syar. Tetapi aku tidak tahu dimana aku akan berada, apakah aku berada bersama orang-orang kafir atau bersama orang-orang mu’min?

Berkatalah Faqih Rahimahullohutaala (pengarang kitab): “Beruntunglah orang-orang yang Alloh berikan faham kepadanya tentang bagaimana ia harus menjalankan kehidupan di alam dunia yang semantara ini. Dan Alloh sadarkan dia dari kelalaian dan Alloh berikan ia kemampuan untuk berfikir dalam urusan-urusan di dunia hingga akhir hidupnya dapat mati dalam keadaan Husnul Khotimah.
Semoga Alloh memberikan akhir kehidupan kita menjadi orang baik dan Alloh pun mempersiapkan tempat untuk kita di Syurganya kelak.

Setiap orang mu’min akan mendapatkan isyarat di akhir hayatnya/ hidupnya. Sesungguhnya orang-orang yang menyatakan dekat dengan Alloh, kemudian mereka teguh/ istiqomah dalam menjalankan keimanannya kepada Alloh, kelak akan turun kepada mereka malaikat-malaikat seraya berkata: “Jangan kamu takut, dan jangan kamu bersusah hati, bergembiralah kamu karena kelak kamu akan mendapatkan syurga.”   Yang dimaksud disini adalah orang-orang yang beriman dengan Alloh dan Rasul-NYA, setelah beriman ia istiqomah dalam keimanannya. Yang dimaksud Istiqomah adalah: ia menjalankan kewajiban-kewajiban Alloh atas dirinya, mengerjakan apa yang Alloh perintahkan dan menjauhi apa yang Alloh larang.

Berkata Yahya  bin Mu’adz Ar Roozy Rahimahullohu Taala: “Yang dimaksud Istiqomah adalah Istiqomah dalam perkataannya sebagaimana ia istiqomah dalam perbuatannya.”  Jadi selaras/ sejalan antara perkataan/ tutur kata dengan perbuatannya, tidak bertolak belakang antara perkataan dengan perbuatannya.

Janganlah ada diantara kalian berlaku apabila manusia berbuat baik, maka kalian akan berbuat baik. Dan apabila manusia berbuat jahat, maka kalian juga akan berbuat jahat. Orang semacam ini berarti ia merupakan orang yang tidak istiqomah, hendaknya mantapkan keimanan kau punya diri. Bila manusia berbuat baik silahkan kamu berbuat baik. Bila mereka berbuat jahat, maka jangan kamu juga berbuat jahat kepada mereka. Jauhkanlah perbuatan tidak baik (jahat) mereka, jangan kamu membalas perbuatan tidak baik mereka dengan perbutan yang tidak baik juga.

Sebagian Mufatsir berkata: “Istiqomah atas Toriqoh Ahlu Sunnah Wal Jama’ah yaitu toriqoh yang dijalankan oleh para sohabat-sohabat Nabi.
Berpegang yang erat (gigit dengan kuat) Toriqoh Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, jangan sampai lepas dari diri dan keluarga kita. Banyak di akhir zaman sekarang ini yang semula bapak dan kakeknya berfaham Ahlu Sunnnah Wal Jama’ah, tetapi pada akhirnya anak-anak dan cucu mereka berpaling kepada pemahaman Syiah ataupun Wahabi. Pemahaman Syiah dan Wahabi dapat masuk melalui sekolah-sekolah anak-anak kita, dan juga disebarkan melalui dari rumah ke rumah, dari pengajian-pengajian, televisi, radio, koran, buku-buku, dan lain sebagainya.
Turunlah malaikat-malaikat kepada orang-orang yang Imannya Istiqomah, di saat mereka akan menghembuskan nafas yang terakhir, para Malaikat membawa kabar gembira: “Jangan kamu takut dan kamu sedih tentang urusan akhirat, Kami akan lindungi kamu, dan kamu juga jangan bersedih atas sesuatu apa yang kamu tinggalkan di alam dunia (anak, istri, cucu dll.) Bergembiralah kamu dengan Syurga yang telah Alloh janjikan atas kamu melalui lisan/ lidah dari Nabi-Nabi kamu.”

Ada yang berpendapat bahwa isyarat atau bentuk kabar gembira saat seseorang akan meninggal dunia (menghembuskan nafas yang terakhir) ada 5 cara:
1.  Isyarat Bagi Orang Mu’min Yang Awam
Kebanyakan orang mu’min adalah dari kalangan orang awam. Malaikat akan berkata kepada mereka: “Kamu tidak usah takut akan kekal/ abadinya adzab Alloh atas diri kamu, ada ni’mat di belakang kamu. Sekalipun kamu jauh dari tuntunan ulama sehingga kamu tidak dapat mengetahui apa yang Alloh larang dan apa yang Alloh perintahkan, sehingga kamu berbuat dosa karena ketidaktahuan kamu. Para Anbiya dan Ulama Sholihin akan memberikan syafa’at kepada kamu. Dan kamu juga jangan bersusah hati atas sedikitnya pahala amalan kamu, kamupun akan kembali ke dalam Syurga karena adanya iman dalam hati kamu.”

2.  Isyarat Bagi Orang Yang Mukhlisin (Orang Yang Ikhlas Dalam Beramal)
Malaikat berkata kepada mereka: “Jangan kamu takut berkurangnya kamu punya amal, karena amal-amal kamu ikhlas karena Alloh semata. Jangan kamu khawatir atas putusnya pahala, karena pahala kamu berlipat ganda.”   Dari 1 menjadi 10, menjadi 70, menjadi 700, menjadi 7.000 dan seterusnya  sampai Alloh yang menentukan. Jadi balasan pahala amal kita bergantung dari nilai keikhlasan kita dalam beramal, dapat sedit, dapat pula menjadi banyak dan dapat pula jumlah balasannya menjadi tidak terhingga sesuai dengan kehendak Alloh SWT.

3.  Isyarat Bagi Orang Mu’min Yang Bertobat Dari Perbutan Dosa
Malaikat berkata kepada mereka: “Jangan kamu bersusah hati atas sesuatu yang kamu lakukan setelah kamu bertobat. (Misalkan setelah kita bertobat, kita melakukan perbuatan maksiat lagi.)  Jangan kamu takut akibat dari dosa-dosa kamu, dosa-dosa kamu telah Alloh ampuni berkat dari tobat kamu. Jangan kamu sedih atas hilangnya/ gugurnya kamu punya pahala atas perbuatan maksiat yang kamu lakukan setelah kamu tobat. Dan jangan kamu merasa sedih atas sesuatu yang tidak kamu lakukan, kamu memiliki ilmu tetapi kamu tidak mengamalkan kamu punya ilmu sebelum tobat. Maka AKU (Alloh) akan mengganti semua kejahatan-kejahatan kamu dengan bermacam-macam kebaikan-kebaikan.”

4.  Isyarat Bagi Orang-orang Yang Zuhud (Berpaling dari pada Dunia)
Malaikat berkata kepada mereka: “Jangan kamu takut akan hari perhitungan dan hari pembalasan. Dan jangan kamu bersedih atas berkurangnya pahala, bergembiralah kamu akan memasuki syurga tanpa adanya hisab dan tanpa adanya adzab.”

5.  Isyarat Bagi Orang Alim (Para Ulama)
Yaitu orang-orang yang mengajarkan kepada manusia kebaikan, bagaimana caranya beribadah, dan ia juga mengamalkan ilmunya. Malaikat berkata kepada mereka: “Jangan kamu takut akan huru-haranya Hari Qiamat. Alloh akan membalas kamu dengan apa yang kamu ketahui dari pada ilmu. Kamu akan mendapatkan Syurga dari Alloh dan bagi orang-orang yang mengikuti jejak kamu.”

Sesungguhnya isyarat kabar gembira akan ada di akhir kehidupan, saat sakaratul maut bagi orang mu’min yang bagus amalnya. Kepada mereka akan turun kepadanya malaikat-malaikat di saat ia akan menghembuskan nafasnya yang terakhir, dan si-mu’min akan bertanya kepada malaikat-malaikat yang mendatanginya dan si-mu’min akan bertanya: “Siapa kamu?  Aku belum pernah melihat seseorang yang sebagus/ setampan kamu?  Dan aku belum pernah mencium seseorang yang wanginya lebih harum dari harumnya tubuh kalian?”  Malaikat tersebut menjawab: “Kami adalah pelindung-pelindung kamu. Aku adalah malaikat-malaikat Hafazoh, yang mencatat amal-amal kamu dalam kehidupan di dunia, dan kami adalah pelindung-pelindung kamu di akhirat.”

Maka seyogyanya dituntut bagi orang yang berakal waras, untuk dapat sadar dari kelalaian. Tanda-tanda orang yang sadar dari kelalaiannya ada 4:
1.    Bahwa dia mengatur urusan dunia dengan qonaa’ah, menerima apa adanya dari apa yang Alloh berikan, urusan dunia ditunda untuk menjalankan kewajiban agama (ibadah) kepada Alloh terlebih dahulu. Ada sebuah hadist yang menyatakan: “Bekerjalah kamu untuk dunia kamu, seakan-akan kamu hidup selama-lamanya.” Karena hidup di dunia selama-lamanya, sehingga masih ada hari esok, jadi urusan dunia dapat ditunda, maka kerjakan kewajiban agama atau ibadah terlebih dahulu. Waktunya ngaji, ngaji terlebih dahulu, waktunya dhuha,  kerjakan dhuha terlebih dahulu, karena kita seakan-akan hidup selamanya di alam dunia, maka untuk urusan dunia waktunya masih cukup luas dan dapat ditunda. Sedangkan kebanyakan orang menafsirkan hadits ini sebagai berikut: karena hidup di dunia ini sangat lama, maka mereka beranggapan agar mencari dunia sebanyak-banyaknya (habis-habisan), untuk bekal hidup mereka di alam dunia. Adapun lanjutan Haditsnya: “Berbuatlah kamu untuk akhirat kamu, seakan-akan kamu akan mati besok.” Karena kamu akan mati besok, maka jangan ditunda-tunda lagi, sehingga manfaatkan waktu   untuk kamu dapat beramal/ beribadah kepada Alloh. Besok kita akan mati, maka fokuskan waktu kita hari ini/ saat ini untuk beribadah kepada Alloh. Jika kamu ridho dengan pemberian Alloh (qona’ah), maka hidup kamu akan tenang. Kita dapat bersyukur atas pemberian/ anugrah dari Alloh, kita tidak dikejar-kejar untuk terus mencari dunia. Jika kamu tidak ridho dengan apa yang Alloh berikan, maka kamu akan hidup dengan resah dan gelisah.

2.    Mengatur urusan akhirat dengan serius (jangan santai), jalankan ibadah dengan khusyu, jangan sekedar menjalankan/ mengugurkan kewajiban. Mengaji dengan serius, karena kita memerlukan bekal untuk akhirat. Segerakan untuk urusan akhirat, dan jangan ditunda-tunda.
3.    Merancang/ mengatur urusan agama/ akhirat dengan ilmu. Ingin menjadi imam rawatib, menjadi khotib, menjadi amil zakat, menjadi panitia qurban, dan apa saja yang merupakan urusan agama/ akhirat dengan ilmu. Jadi sebelum menjalankan itu semua, hendaknya mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan ilmu.

4.    Urusan kita dengan makhluk diatur dengan nasehah. Urusan kita kepada makhluk hendaknya terbuka, jujur, lemah-lembut kepada orang (jangan berlaku kasar), pergauli mereka dengan cara yang baik, memaafkan orang yang mengganggu kita, jangan membalas perbuatannya yang tidak baik. Khusunya di saat kita mampu untuk membalasnya, tetapi kita tinggalkan untuk membalas. Bila ada orang yang mengganggu kita, maka hendaknya tinggalkan mereka dengan cara yang baik, jangan menimpali/ membalas  atas prilaku yang tidak baik dari mereka. 

Ada ulama yang menyatakan bahwa se-afdhol-afdhol-nya manusia (manusia yang paling utama) adalah yang ada pada manusia tersebut 5 sifat, yaitu:
1.  Bersungguh-sungguh Dan Segera Dalam Beribadah Kepada Alloh
Ia tidak menunda-nunda dalam mengerjakan amal ibadahnya, apapun jenis amal ibadahnya. Kebaikan yang terbaik adalah yang segera dikerjakan. Karena kita tidak tahu sampai kapan umur kita?  Jangan sampai kita menunda mengerjakan amal ibadah, yang pada akhirnya azal keburu menjemput kita. Hadits Riwayat dari Ibnu Umar RA., ia berkata: Rasululloh suatu saat memegang pundaknya, seraya berkata: “Jadikanlah kau hidup di dunia seakan-akan kau adalah orang asing, atau seakan-akan kau sedang dalam perjalanan.”  Kita anggap diri kita seakan-akan adalah orang asing di alam dunia ini, dan kita sedang mengembara di alam dunia ini yang pada saatnya nanti kita harus kembali ke alam akhirat.
Ibnu Umar berkata: “Manakala ada tuntunan dari ulama sholihin mengenai ibadah yang kamu hadapi, maka jangan kamu menunda-nunda, segera ambil kesempatan. Manakala kamu berada di waktu sore hari maka jangan menunggu sampai datangnya pagi hari, dan manakala kamu berada di waktu pagi hari, maka jangan tunda sampai waktu sore hari.” Ambil kesempatan dari sehatmu, untuk masa sakitmu. Bagaimanapun kita menjaga dan merawat kesehatan kita, sampai waktunya kita akan sakit juga. Segala amal ibadah yang kita kerjakan secara rutin/ istiqomah di waktu kita sehat, maka pada saatnya nanti kita sakit dan kita tidak dapat beribadah sebagaimana biasanya, maka Alloh perintahkan malaikat untuk tetap mencatat amal ibadah yang secara rutin/ istiqomah kita kerjakan. Ambil kesempatan untuk mengerjakan amal ibadah sewaktu kita hidup sebagai bekal kematian kamu. Masing-masing kita instropeksi diri, apa yang kita bawa untuk menghadapi hari kematian? Apakah kita sudah maksimal untuk beribadah kepada Alloh?

2.  Hidupnya Bermanfaat Untuk Makhluk Lain
Hidupnya tidak hanya manfaat untuk dirinya, tetapi secara nyata makhluk yang lain juga merasakan manfaat keberadaannya. Misalkan dia mempunyai kelebihan harta, maka banyak yang dibantu dari harta yang dimilikinya, seperti menyantuni anak yatim, faqir-miskin, dan membantu kegiatan-kegiatan keagamaan. Bagi orang alim yang memiliki ilmu, ia mengajar “lillah wa fillah”, motivasinya bukan untuk mencari dunia tetapi mencari ridho Alloh. “Manusia yang terbaik adalah manusia yang dapat  bermanfaat bagi manusia lainnya.”  Kelebihan yang dapat diajarkan dapat berupa ilmu agama ataupun ilmu-ilmu lain yang bermanfaat untuk kehidupan, seperti keterampilan-keterampilan yang ia ajarkan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat mencukupi kebutuhan nafkah untuk diri dan keluarganya dari keterampilan yang diajarkan. Bila kita memiliki ilmu jangan pelit untuk mengajarkannya kepada orang lain. Orang semacam ini bermanfaat secara zohir/ nyata bagi manusia lainnya.

3.  Manusia Merasa Aman Dari Kajahatannya
Jika manusia marasa aman dari kejahatan kita baik kejahatan secara fisik/ perbuatan, tingkah laku, maupun perkataan kita. Aman dari kejahatan tangannya, tipu dayanya, perkataannya yang kasar dll. “Muslim yang sejati/ sempurna keimanannya adalah orang muslim lainnya selamat dari kejahatannya.”  Kita perlu melatih diri kita agar tangan dan lidah kita jangan sampai mengganggu haq orang lain, mengganggu jasad orang lain, dan menyakiti hati orang lain. “Menyakiti hati seorang mu’min, dosanya lebih berat dari pada menghancurkan 60 bangunan Ka’bah.”  Alloh selalu dekat dengan orang yang teraniaya (susah hatinya), manakala dia mengangkat tangannya dan bermunajat kepada Alloh, maka Alloh akan segera meng-qobul-kan ia punya doa.

4.  Tidak Mengharapkan Apa Yang Ada Di Tangan Manusia
Dia tidak putus asa dan mengharapkan apa yang ada pada orang lain, setiap orang ada rizqynya masing-masing, jadi janganlah mengharapkan apa yang ada pada orang lain. Bila kita menginginkan apa yang ada pada orang, maka akan timbul sifat iri, dengki, hasut dan sifat buruk lainnya. “Manakala dalam hati seseorang ada sifat qona’ah (menerima apa adanya), tidak menginginkan apa yang dimiliki orang lain, maka kamu dan orang yang memiliki dunia (harta) sama saja.” 

5.  Selalu Siap Dalam Menghadapi Kematian
Dia selalu siap dalam menghadapi kematian, waktunya selalu beribadah kepada Alloh. Tidak ada waktu yang sia-sia baginya, hal-hal yang sifatnya mubah-pun dia niatkan untuk ibadah, seperti tidur, makan, minum, dll. sehingga ada nilai pahalanya. Kita harus selalu siap dalam menghadapi kematian, untuk itu kita harus selalu berada di tempat-tempat yang Alloh ridhoi, seperti berada di majlis-majlis ilmu, dan tempat-tempat ibadah. Kita tidak tahu kapan kita akan mati, meskipun dalam kondisi sehat sekalipun dapat saja azal menjemput kita.

Malaikat Maut bersahabat dengan Nabi Sulaiman AS., malaikat maut selalu rutin  datang berkunjung ke tempat Nabi Sulaiman AS. Suatu saat Malaikat Maut datang berkunjung ke Istana Nabi Sulaiman, dan pada saat yang bersamaan Nabi Sulaiman AS. sedang berbicara dengan seorang tamu laki-laki. Malaikat Maut memandang lelaki yang sedang berbincang-bincang dengan Nabi Sulaiman AS. dengan pandangan yang tajam. Malaikat Maut merasa heran, mengapa laki-laki yang akan ia cabut nyawanya ada disini, padahal ia diperintahkan oleh Alloh untuk mencabut nyawa lelaki ini, pada hari ini, pada jam ini di negeri India. Sedangkan Istana Nabi Sulaiman berada di Negeri Syam, dan jarak antara negeri India dengan negeri Syam sangatlah jauh. Pada akhirnya orang laki-laki ini bertanya kepada Nabi Sulaiman: “Siapakan gerangan laki-laki yang tadi masuk kemari, dia memandangku dengan pandangan yang begitu tajam?”  Nabi Sulaiman AS. menjawab: “Dia-lah Malaikat Maut.”  Orang laki-laki tadi berbicara kembali: “Hai Sulaiman, aku memiliki hajat kepadmu.”  Nabi Sulaiman AS. berkata: “Apa hajatmu?”  Lelaki tersebut berkata: “Agar aku selamat dari Malaikat Maut, tolong kau kirim aku dengan bantuan angin, agar aku dapat sampai ke negeri India.” Maka Nabi Sulaiman AS. memerintahkan kepada angin agar membawa lelaki ini ke negeri India sesuai permintaannya. Tidak beberapa lama, Malaikat Maut datang kembali menjumpai Nabi Sulaiman AS.  Nabi Sulaiman AS. bertanya kepada Malaikat Maut, mengapa ia memandang tamunya tadi dengan pandangan yang tajam? Akhirnya Malaikat Maut menceritakan kepada Nabi Sulaiman AS.: “Alloh telah memerintahkan kepadaku pada hari ini untuk mencabut nyawa lelaki tadi di negeri India, sedangkan aku merasa heran, mengapa lelaki tersebut sedang berada disini, di Negeri Syam? Sehingga pada saat aku sudah berada di Negeri India, ternyata lelaki tersebut baru sampai di Negeri India, maka aku segera mencabut nyawa lelaki tadi.”  Kita tidak akan tahu kapan dan dimana nyawa kita akan dicabut? 

Dalam suatu Riwayat Imam Maliq berjumpa dengan Malaikat Maut, ia bertanya kepada Malaikat Maut: “Berapa lama lagi aku hidup di alam dunia?” Malaikat Maut tidak menjawab, tetapi ia hanya menunjukkan isyarat dengan 5 jarinya. Imam Maliq berkata kembali: “Apa yang kau maksud dengan 5 jari ini? Apakah 5 tahun lagi? 5 bulan lagi? Atau 5 hari lagi? 
Imam Maliq adalah salah seorang yang memiliki derajat yang tinggi di sisi Alloh, bila ia ingin pergi ke suatu tempat, maka satu langkah saja dia berjalan akan sampai ke tempat yang ia tuju. Sama seperti halnya dengan Imam Suyuti, apabila ia ada hajat, maka selangkah ia berjalan akan sampai ketempat yang ia inginkan. Orang yang memiliki derajat yang begitu tinggi di sisi Alloh saja, tidak tahu kapan ia akan mati, apa lagi dengan kita.
Malaikat Maut tidak menjawab pertanyaan dari Imam Maliq tersebut, Imam Maliq menduga bahwa umurnya tidak lama lagi, maka ia menunggu waktu dari mulai 5 hari, 5 Minggu, 5 bulan, sampai 5 tahun tidak ada kejadian apapun. Maka pada akhirnya Imam Maliq mendatangi seorang ahli Ru’yah yang bernama Ibnu Syirin, seorang yang dapat menterjemahkan/ menta’wilkan maksud isyarat 5 jari dari Malaikat Maut. Ibnu Syirin menjelaskan kepada Imam Maliq, bahwa isyarat 5 jari yang ditunjukkan oleh Malaikat Maut bukan berarti 5 tahun, bukan 5 bulan dan bukan pula 5 hari. Pertanyaanmu kepada Malaikat Maut tentang umur, termasuk ke dalam 5 hal yang ghoib, yaitu 5 hal yang hanya Alloh saja yang mengetahuinya, 5 hal tersebut adalah:
1.    Hanya Alloh yang tahu berapa umur seseorang dan kapan ia akan mati, seorang dokter hanya dapat memprediksi umur pasiennya, tetapi tidak dapat mengetahui dengan pasti.
2.    Hanya Alloh yang tahu kapan akan turun hujan, manusia hanya dapat memperkirakan/ memprediksi cuaca, tetapi tidak dapat mengetahui kapan pastinya hujan akan turun.
3.    Hanya Alloh yang tahu apa yang berada di dalam kandungan seorang ibu, apa jenis kelaminnya laki-laki atau perempuan? Apakah anak kembar atau tunggal?  Meskipun saat ini sudah ada alat USG 3 Dimensi, tetapi hasilnya terkadang tidak tepat juga. 
4.    Hanya Alloh yang tahu, apa gerangan yang akan terjadi besok? Berhasil atau tidaknya kita tidak tahu, jenis apa yang ada di alam sana kita tidak tahu, jenis apa yang akan kita dapatkan, dan berapa jumlahnya?
5.    Hanya Alloh yang tahu, tidak ada satu jiwapun yang tahu dimana ia akan mati? Orang dapat mati dimana saja, bisa mati di lautan, di atas gunung, di dalam kawah, di hutan belantara ataupun dapat dimana saja, tidak ada yang tahu. 

Lima hal di atas hanya Alloh saja yang mengetahuinya, kecuali kepada orang-orang yang Alloh kehendaki, yang disebut dengan Karomah. Ada beberapa Waliyulloh yang karena maqomnya tinggi di sisi Alloh, sehingga mereka dapat mengetahui kapan mereka akan mati, sebelum meninggal mereka telah mempersiapkan segala kebutuhan yang akan digunakan untuk mengurus jenazahnya nanti. Ada yang berpesan kepada muridnya untuk mempersiapkan jamuan/ hidangan, karena nanti akan banyak tamu yang akan datang. Rahasia semacam ini hanya Alloh beritahukan kepada para Anbiya, Auliya dan Sholihin yang Alloh kehendaki.

Tidak ada tempat berlindung untuk menghindar, menjauh ataupun berlari dari kematian, dimanapun kita berada maut tidak dapat kita hindari, meskipun kita berada di dalam lubang yang dalam sekalipun.

Maka yang wajib atas tiap-tiap muslim, bersiap-siap untuk menghadapi kematian sebelum datangnya kematian. Orang Mu’min yang benar dalam keimanannya, maka ia selalu mengaharapkan kematian. Orang dengan sebab amalnya yang tidak baik, maka ia akan menghindar/ takut untuk menghadapi kematian.

Imam Syafi’i berkata: “Bila kematian sudah menancapkan kukunya pada diri kita, maka kamu akan mendapati semua jampe-jampe dan apapun juga tidak akan bermanfaat.”  Berobat ke dokter yang paling bagus sekalipun, bila taqdir sudah menentukan bahwa seseorang akan mati, maka ia akan mati juga.

Mu’min yang Shodiq, yang benar-benar keimanannya, selalu mengharapkan kematian, karena untuk dapat berjumpa dengan Alloh, maka pintu masuknya adalah dengan jalan kematian. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Dardaa RA.: “Aku senang dengan kematian, karena kematian tadi dapat mendekatkan aku kepada Alloh. Aku senang/ cinta dengan penyakit, karena penyakit tadi dapat menghapuskan dosa-dosaku.”

Nabi menyatakan: “Tidak ada satu jiwapun, yang baik maupun yang tidak baik, kecuali maut/ kematian lebih baik baginya.”   Tiada ada di sisi Alloh itu kecuali baik bagi orang-orang yang baik/ ahli ibadah. Sedangkan bagi orang-orang yang tidak baik/ durhaka kepada Alloh, ditundanya kematian itu lebih baik di sisi mereka, karena tertundanya adzab Alloh yang sangat menghinakan bagi mereka.

Apapun berada di sisi Alloh, lebih baik bagi orang yang baik-baik/ ahli ibadah. Jadi kematian jauh lebih baik bagi orang-orang ahli ibadah. Untuk orang-orang  yang faajir/ durhaka kepada Alloh, Alloh berfirman: “Janganlah kamu (orang kafir) menduga dan mengira, bahwa sesungguhnya KAMI tunda kematian mereka dengan jalan kami panjangkan umur mereka, lebih baik bagi mereka.”
Untuk orang-orang kafir kematian tidak baik untuk mereka, karena dengan mati adzab sudah menanti mereka di alam kubur.
“Sesungguhnya kami tunda kematian mereka, adalah agar bertambah dosa-dosa mereka dan bagi mereka adzab yang menghinakan.”
Bagi kita dipanjangkan umur lebih baik untuk kita, karena kita dapat memperbanyak amalan-amalan sholeh. “Manusia yang terbaik adalah mereka yang panjang umurnya dan bagus amalnya.”

Orang kafir menduga dan mengira bahwa dengan ditundanya kematian mereka (panjang umur) adalah lebih baik untuk mereka, padahal tidak,  justru dengan ditundanya kematian mereka, maka semakin bertambah banyak dosa-dosa yang mereka lakukan/ kerjakan, sehingga semakin pedih siksa yang akan mereka rasakan nantinya.

Biasanya dalam bahasa Arab ada kata-kata yang berlawanan yang sengaja diadakan dengan tujuan untuk keselamatan. Sebagai contoh: seorang perempuan yang suaminya kawin lagi, maka istri yang pertama disebut “di madu”. Rasa madu adalah manis, apa ia suaminya kawin lagi terasa manis ? Padahal sesuatu yang paling tidak enak yang di rasakan seorang perempuan adalah saat suaminya kawin lagi. Karena sangat tidak enaknya, maka di sebut “di-madu”. Karena sangat pahitnya dikatakan manis, maka disebut di madu.
Imam Syafi’i mempunyai seorang guru yang sangat putih kulitnya, tetapi disebut sangat hitam.

Hadits Riwayat dari Annas bin Maliq, Nabi bersabda: “Kematian/ Maut kesenangan bagi mu’min.”  Kita menjalani kehidupan di alam dunia ini sangat melelahkan, kita harus mengerjakan bermacam-macam kewajiban untuk menjaga diri kita dari murka Alloh dengan menjauhi dari hal-hal yang Alloh haramkan dan  mengerjakan hal-hal yang Alloh perintahkan, serta mencari nafkah untuk diri dan keluarga kita dll.

“Syurga diliputi oleh hal-hal yang tidak mengenakan, tetapi bila neraka jahanam diliputi oleh hal-hal yang menyenangkan.”  Sehingga Rasululloh berkata: “Dunia ini penjara bagi orang mu’min dan syurga bagi orang-orang kafir.”  Dunia ini bila “di-nisbah-kan” dengan kenikmatan yang akan kita rasakan di akhirat/ syurga nanti, maka dunia ini seperti penjara bagi kita. Bila di syurga nanti, semua kenikmatan akan kita terima tanpa kita harus lelah untuk mendapatkannya. Sedangkan bagi orang kafir, dunia ini seperti syurga bagi mereka, mereka dapat berbuat seenaknya, tetapi nanti di alam akhirat mereka akan merasakan adzab yang sangat dahsyat. 

Dalam suatu riwayat Nabi saat sedang duduk di masjid pernah di lewati oleh satu jenazah, Nabi mengatakan: “Orang (jenazah) yang baru lewat adalah orang yang senang dan orang yang disenangkan dari padanya.”  Sohabat tidak faham dengan perkataan Nabi, mereka bertanya apa yang dimaksud dengan: “orang yagn senang dan orang yang disenangkan?” Nabi berkata: “Orang mu’min saat mereka meninggal dunia, mereka istirahat dari letihnya hidup di alam dunia. Untuk orang yang “faajir” (orang yang tidak baik), kematiannya sangat menggembirakan bagi orang-orang mu’min yang sering digangunya, aparat kepolisian senang karena tidak perlu letih untuk mengejar/ menangkapnya, pohon-pohonan aman tidak diganggu dan dirusak lagi olehnya, dan binatang-binatang juga senang karena tidak diusik/ diganggu olehnya.”

Kematian/ Maut adalah hadiah dari Alloh bagi orang mu’min. Coba kita bayangkan bila umur kita begitu panjang sampai ratusan tahun, kita akan merasakan sangat letih dengan urusan dunia. Bila umur kita terlalu panjang, maka tidak hanya kita saja yang bosan merasakannya, tetapi keluarga (anak & istri kita) juga letih untuk mengurus kita.

Hadits Riwayat dari Ibnu Mas’ud RA. dari Nabi Muhammad SAW. :  Ibnu Mas’ud menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW. pernah ditanya: “Siapakan gerangan orang mu’min yang paling utama?” Nabi menjawab: “Mu’min yang paling utama yaitu mu’min yang paling bagus ahlaqnya.”  
Ahlaqnya bagus, ia tahu adab-adab kepada guru, kepada orang tua, kepada sesama, kepada tetangga dan lainnya.
Kemudian Nabi ditanya lagi: “Mu’min manakah yang paling cerdas?” Nabi menjawab: “Mu’min yang paling cerdas adalah orang mu’min yang paling banyak mengingat kematian.”
Sehingga ia selalu menyiapkan diri dengan bermacam-macam amal ibadah dan menjauhi segala apa-apa yang Alloh larang, sehingga Alloh Ridho kepadanya. Orang yang paling bagus persiapan untuk kematiannya.

Dalam hadits yang lain, Nabi pernah ditanya siapakah orang yang paling cerdas diantara manusia?  Nabi menjawab: “Orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat mati dan yang paling bagus persiapan untuk kematiannya. Mereka pergi meninggalkan kemulyaan dunia dengan mengerjakan amal-amal ibadah, untuk mendapatkan keni’matan akhirat nanti, merekalah orang yang paling cerdas.” 

Rasululloh bersabda: “Siapa orang yang menghitung-hitung kekurangan dirinya, dan setelahnya dia berbuat, beramal untuk bekal setelah kematiannya.”
Orang yang cerdas selalu menghisab/ mengevaluasi/ memperhitungkan umurnya, sudah sekian lama ia hidup di alam dunia, ternyata amal ibadahnya tidak seimbang dengan usia dan ni’mat yang Alloh berikan kepadanya. Setelah dia menghisab dirinya, kemudian dia beramal sebagai bekal untuk kehidupan di akhirat kelak. Orang yang tidak cerdas, yaitu orang yang memperturutkan hawa nafsunya akan keinginannya. Dia menginginkan kepada Alloh berbagai macam keinginan dan harapannya. Dia mengaharapkan ampunan Alloh, tetapi dia tidak ibadah kepada Alloh.


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar