Rabu, 16 September 2015

TASAWUF - Huru-Hara Mati/ Penderitaan Mati (Bag. 1)



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Huru-Hara Mati/ Penderitaan Mati (Bag. 1)
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Maut/ Mati dapat memutuskan kelezatan, karena kita akan berpisah dengan orang yang kita cintai (seperti: anak, istri, keluarga, kerabat dll.). Akan tetapi perkara mati ini perlu kita pelajari untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Alloh dan menambah persiapan kita menghadap Alloh.

Nabi pernah ditanya oleh salah seorang sohabat: “Wahai Rasululloh, siapa orang yang paling cerdas dari pada manusia ya Rasululloh?”  Nabi menjawab: “Orang yang cerdas adalah orang yang paling baik/ bagus dalam mengingat mati dan orang yang paling bagus/ baik persiapannya untuk menghadapi kematian.”  Mereka pergi meninggalkan dunia membawa kemulyaan, karena mendekatkan diri kepada Alloh dan kelak mereka akan mendapatkan ni’mat Alloh di akhirat.

Lukman berkata kepada anaknya: “Hai anakku, suatu hal yang tidak kamu ketahui kapan datangnya itu sesuatu, maka bersiap-siaplah kamu menghadapi sesuatu yang tidak kamu ketahui datangnya, sebelum ia mendatangi kamu secara tiba-tiba, yaitu maut/ mati.”

Mati dapat datang secara tiba-tiba dan tidak terduga, terkadang ada yang menghadapi kematian tanpa diawali sakit terlebih dahulu.

Hadits Riwayat dari Anas bin Malik RA., Rasululloh bersabda: “Siapa orang yang suka/ senang berjumpa dengan Alloh (Maut/Mati/Meninggal Dunia), Alloh akan senang/ suka/ cinta berjumpa/ bertemu dengannya. Dan siapa orang yang tidak senang berjumpa dengan Alloh, maka Alloh pun tidak senang berjumpa dengannya.” Kemudian Sohabat berkata: “Wahai Rasululloh, kami semua tidak senang dengan kematian.”  Nabi bersabda: “Itu memang sudah menjadi watak/ tabi’at manusia, tidak menyukai akan kematian.”    
Al Imam Al Habib Abdullah Al Haddad (Sohibul Rottib) dalam kitab Nassoih Dinniyahberkata: “Siapapun tidak menginginkan akan kematian itu adalah sudah menjadi watak/ ta’biat manusia (siapapun dia).” 
Sudah menjadi kebiasaan kita untuk selalu berdoa memohon kepada Alloh agar diberikan pajang umur dalam keadaan sehat wal afiat.
Rasululloh bersabda dalam sebuah Hadits: “Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang panjang umurnya dan bagus amalnya.”
Sudah menjadi hakekat manusia, hampir-hampir semuanya tidak ada yang menyukai/ tidak senang akan kematian, karena mati itu pada dasarnya sudah menyakiti. Kematian sangat sakit, kematian tidak kurang sakit dari pada sabetan/ sayatan 300 pedang. Jadi bukan berarti kita tidak senang akan kematian, tetapi memang itu sudah menjadi watak/ ta’biat dari manusia. 

Sayidina Umar Ibnu Khotob bertanya kepada salah seorang ulama: “Tolong ceritakan kepadaku tentang kematian!” “Ya Amirulmu’minin, aku siap menceritakan kepadamu tentang kematian. Kematian itu sama dengan cabang pohon yang banyak durinya, cabang yang berduri itu dimasukkan kedalam perut/ tubuh seseorang, kemudian cabang pohon tadi ditarik dengan keras. Saat ditarik maka akan tercabik daging, isi perut dan urat-urat dari orang tadi.”

Rasululloh menerangkan dalam sebuah Hadits: Manakala orang mu’min berada di tengah sakatul maut (Adzalnya hampir sampai), datanglah malaikat kepadanya membawa khabar gembira yang menerangkan keni’matan-keni’matan di Syurga yang akan ia peroleh saat menghadap/ berjumpa dengan Alloh melalui kematian. Maka disaat itu tidak ada yang ia inginkan melainkan agar cepat datang kematian itu padanya, maka disaat itu Alloh suka/ senang/ ridho untuk  berjumpa dengannya. Bila ia terbilang dari orang ahli syurga, maka akan ditampakkan  kepadanya syurga. Di alam kuburpun akan terus diperlihatkan, kepadanya dimana ia akan ditempatkan hingga hari qiamat nanti.

Sedangkan untuk orang yang faajir atau orang yang kaafir, manakala ia mendekatai Adzalnya/ menjelang kematiannya, maka datang malaikat yang membawa khabar yang menakutkan kepadanya, maka disaat itu ia menangis, tidak senang/ tidak menghendaki akan kematian, sehingga Alloh-pun tidak mau/ segan untuk berjumpa dengan dia. Bila ia terbilang dari orang ahli neraka, maka akan ditampakkan kepadanya neraka. Di alam kuburpun akan terus diperlihatkan, kepadanya dimana ia akan ditempatkan hingga hari qiamat nanti.
Alloh menjauhkan Rahmat-NYA, pandangan-NYA, kasih sayang-NYA dari orang tadi.

Makna Hadits:  “kecintaan mereka jumpa dengan Alloh (kematian)”, menjadi penyebab bagi cintanya Alloh kepada mereka. Artinya cinta disini, yaitu melimpahnya Karunia dan Rahmat Alloh kepada mereka.

Penjelasannya: “Mahabbah (kecintaan)” adalah sifat Lillahi, bentuk kecintaannya bukan semacam kecintaan seperti kita, tetapi bentuknya adalah berupa Alloh berikan bermacam-macam Karunia. Sedangkan bentuk kecintaan hamba kepada Alloh adalah dengan mengikuti apa perintahNYA.

Dalam sebuah Hadits Rasululloh bersabda: “Manakala Alloh mencintai seorang hamba, Alloh sibukkan dia dengan kecintaan-kecintaan (kerjaan-kerjaan) yang menimbulkan cinta Alloh kepadaNYA.”

Didalam Al Qur’an didahulukannya kata-kata: Yuhibbuhum (Alloh cinta kepada mereka hambaNYA), atas  Yuhibbunahu(mereka cinta kepada Alloh), sebagai isyarat bahwa Alloh memberikan rasa kepada kita kecintaan akan jumpa dengan Alloh dan Alloh timbulkan kecintaan kita kepada Alloh.

Hadits Riwayat dari Jaabir bin Abdillah RA., Rasululloh SAW. bersabda kepada para sohabat: “Silahkan/ tolong ceritakan kepada kami tentang Bani Isroil!  Karena sesungguhnya ada pada mereka hal-hal yang aneh dan ganjil. Maka mulailah sohabat menceritakan: Keluar sekelompok Bani Israil, hingga mereka sampai di suatu kebun, maka mereka berkata: Andaikata kita sholat dan kita berdoa kepada Tuhan kita disini, sehingga akhirnya Alloh dapat mengeluarkan kepada kita sebagian orang yang telah meninggal dunia (dari alam kubur). Maka dengan keluarnya mereka dari alam kubur, mereka dapat menceritakan kepada kita tentang kematian. Akhirnya mereka shalat dan berdoa disitu, ketika mereka sedang berdoa, kemudian keluarlah seorang laki-laki menampakkan kepalanya dari kuburnya. Keadaan laki-laki tadi keluar dengan rambut yang sebagian putih dan sebagian lagi hitam, dan ia bertanya: Apa yang kalian kehendaki dari pada kami? Demi Alloh aku sudah meninggal dunia kurang lebih 90 tahun atau 100 tahun lalu, dan selama 90 atau 100 tahun itu, masih belum hilang rasa sakitnya mati sampai saat ini. Silakan kamu berdoa lagi kepada Alloh, agar mengembalikan kami ke alam kubur, sebagaimana tadinya kami berada di alam kubur, kami takut mengalami kematian untuk yang kedua kalinya. Dan diantara dua mata si-mayit ini ada tanda-tanda bekas sujud (tandanya ia merupakan ahli sujud/ orang baik).”
Dari golongan orang yang baik-baik saja mengalami begitu rasa sakitnya, apalagi bila yang meninggal bukan dari golongan orang baik-baik.  

Orang yang sudah meninggal dunia merasa menyesal karena saat hidup di alam dunia tidak dapat beribadah secara maksimal, dan mereka merasa iri dengan orang-orang yang masih hidup di alam dunia: Mereka yang masih hidup di alam dunia masih dapat kesempatan melaksanakan shalat baik yang wajib ataupun yang sunnah, tetapi kami sudah tidak dapat melaksanakan shalat. Mereka yang ada di alam dunia masih ada kesempatan untuk berpuasa baik yang wajib ataupun yang sunnah, tetapi kami sudah tidak ada kesempatan lagi untuk mengerjakan puasa. Mereka yang ada di alam dunia masih ada kesempatan untuk ber-shodaqoh dengan macam-macam shodaqoh, tetapi kami tidak mampu lagi untu ber-shodaqoh. Mereka yang ada di alam dunia masih ada kesempatan untuk ber-dzikir (Tasbih, Tahmid, Tahlil dll.), tetapi kami sudah tidak mampu lagi untuk ber-dzikir. Maka mereka menyesal atas zaman/ masa yang telah mereka lalui, dulu sewaktu hidup di alam dunia mereka kurang memanfaatkan waktunya untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Alloh dengan bermacam-macam amal sholeh.

Keuntungannya manakala kita memperbanyak amal sholeh di alam dunia, menuntut ilmu adalah salah satu bentuk dari mengerjakan amal sholeh yang paling baik. Nabi menyatakan dalam sebuah hadits: “Manakala seorang hamba (muslim), Alloh uji dengan bala di badannya, semacam sakit. Kemudian Alloh berfirman kepada malaikat, Alloh memerintahkan kepada malaikat: “Tulis wahai malaikat amal-amal sholeh yang lazim mereka kerjakan dahulu, mereka melakukan amal sholeh (seperti: mengaji dll.), saat ini mereka tidak lagi mampu mengerjakan amal sholeh seperti dahulu (karena sakit), maka catat ini sebagai amal sholeh untuk mereka.”

Amal sholeh yang sudah lazim kita lakukan/ kerjakan sewaktu kita sehat (semacam: Mengaji, Shalat Dhuha, Shalat Tahajut, Dzikir dll.), manakala nanti di saat kita sakit dan kita tidak mampu lagi mengerjakannya, maka Malaikat Alloh perintahkan untuk tetap mencatatnya sebagai amal sholeh. Seperti saat ini kita rutin mengaji, maka manakala nanti kita sakit dan tidak lagi dapat hadir di majlis ilmu, maka pahala dari mengaji akan terus mengalir kepada kita.

Jika Alloh sembuhkan ia punya penyakit, maka Alloh sucikan ia punya badan dari pada dosa-dosa. Andaikan jika Alloh cabut nyawanya, maka Alloh ampuni dosa-dosanya dan Alloh Rahmati dia. Itulah keuntungan dari orang yang berbuat amal sholeh di saat ia sehat di alam dunia.

Menyiapkan diri dengan perbuatan amal-amal sholeh dan menjauhkan diri dari amal-amal yang tidak ada nilai pahalanya, bahkan dapat menjadi dosa, karena kita tidak ada yang tahu kapan mati akan datang menjemput kita. 

Sungguh Baginda Nabi Muhammad SAW. sudah menerangkan tentang sakitnya mati dan getirnya mati. Nabi sengaja menerangkan kepada umatnya tentang dahsyatnya penderitaan mati dan pahit getirnya mati sebagai nasehat bagi umatnya, agar mereka bersiap-siap untuk menghadapi kematian dengan jalan mengerjakan bermacam-macam amal sholeh. Dan dia harus sabar dengan segala penderitaan/ kesulitan/ kesusahan hidup di dunia.

Sabar atas segala penderitaan/ kesulitan dunia (seperti sakit, miskin dll.), lebih mudah/ ringan bila dibandingkan dengan dahsyat/ sakitnya mati. Betapapun sakitnya penderitaan orang di alam dunia masih lebih ringan dari pada sakitnya sewaktu nyawa di cabut dari tubuh/ badan kita. Sedahsyat-dahsyatnya penderitaan di alam dunia masih lebih ringan dari pada sakitnya saat sakaratul maut. Karena sakitnya penderitaan mati itu adalah bagian dari pada adzab akhirat. Bagi orang yang selalu beramal sholeh dan menjauhi segala larangan Alloh, maka tidak akan merasakan sakitnya mati. Karena sebelum Adzal menjemputnya, malaikat sudah memperlihatkan kenikimatan-kenikmatan yang akan ia terima sebagai balasan dari amal sholeh yang sudah dikerjakannya, sehingga saat nyawanya dicabut dari tubuhnya, ia tidak merasakan sakit.

Hadits Riwayat dari Abdillah bin Miswar Al Hasyimy RA.: Dalam sebuah Hikayat ada seseorang berziarah ke satu kubur dan dia shalat dua rakaat di dekat kubur, dan setelah shalat ia berbaring dan akhirnya tertidur, dalam tidurnya dia bermimpi, dia melihat orang yang di kubur di maqam yang ia jiarahi. Orang yang di dalam maqam berkata: “Hai orang yang berziarah kepadaku, kamu lakukan shalat 2 rakaat, kamu lakukan ziarah kubur, berbuat amal-amal sholeh, tetapi kamu tidak tahu manfaat dari pada amal ibadah yang kamu lakukan di alam dunia. Kami tahu keuntungan-keuntungan dari orang yang berbuat amal-amal sholeh, tetapi kami tidak lakukan itu semua, tidak ada semangat/ gairah untuk melakukan itu semua. Demi Alloh, sungguh 2 rakaat yang tertulis dalam lembaran catatan amal ibadahku, jauh lebih aku sukai dari pada dunia beserta isi-isinya. Tetapi aku tidak tahu saat itu, sehingga aku abaikan, aku lalaikan ibadah-ibadah sunnah. Beruntung kamu lakukan meskipun kamu tidak tahu.”

Hadits Riwayat Abdillah bin Miswar Al Hasyimy RA.: Datang seseorang kepada Nabi kita Muhammad SAW. lelaki ini berkata: “Aku datang kepadamu dengan tujuan agar kau mengajarkan kepadaku tentang ilmu-ilmu yang pelik dan aneh.” Nabi berkata: “Ya siap. Apa yang kamu sudah lakukan pada pokok-pokok ilmu?”
Kewajiban pertama bagi kita sebagai seorang muslim adalah mempelajari Ilmu Tauhid.
Orang tersebut balik bertanya kepada Nabi: “Apa itu pokok-pokok ilmu ya Rasulloh?” Nabi menjawab: “Apakah kamu mengenal Tuhan?”
Sebelum kita mengajarkan kepada anak-anak kita tentang kewajiban-kewajiban  agama, maka ajarkan kepada mereka tentang Ilmu Tauhid, perkenalkan terlebih dahulu kepada mereka siapa itu Tuhan? Agar tidak ada keraguan pada mereka sedikitpun juga. Perkenalkan sifat-sifat Alloh, baik yang WAJIB, MUSTAHIL  dan yang JAIS. 
“Ya, aku kenal aku punya Tuhan, kenal bermacam-macam sifatnya.” Nabi kembali bertanya: “Apa yang kamu sudah lakukan dalam menjalankan haq-haq Alloh? (Alloh wajib disembah dengan tulus ikhas tanpa pamih)” Dia menjawab: “Masya Alloh, apa yang Alloh kehendaki sudah aku lakukan.” Nabi kembali bertanya: “Apakah kamu tahu tentang mati?” “Ya, aku tahu tentang kematian.” Nabi kembali bertanya: “Apa yang kamu siapkan untuk menghadapi kematian?”  Orang tersebut menjawab: “Masya Alloh, Apa yang Alloh kehendaki (haq-haq Alloh) sudah aku lakukan.” Nabi kemudian berkata: “Silahkan kau pergi tinggalkan aku, kau lanjutkan perjuangan kamu ibadah kepada Alloh. Lakukan yang terbaik untuk menghadapi kematian sampai saatnya kematian mendatangi kamu. Jika kamu sudah menyiapkan diri dengan melakukan hal-hal yan terbaik dalam menghadapi kematian. Silahkan kamu datang lagi kemari, sehingga aku dapat mengajarkan kepada engkau bermacam-macam ilmu yang pelik dan aneh.” Setelah bertahun-tahun kemudian, orang ini baru kembali lagi datang kepada Nabi, setelah anjuran dan nasehat Nabi ia jalankan. Maka Nabi memerintahkan kepada orang ini: “Silahkan kau taruh kau punya tangan di atas dada kamu! Segala sesuatu (apapun juga) yang kamu tidak senang manakala ada pada diri kamu, maka jangan kamu senang bila berada pada orang lain. Apa yang kamu tidak ridho ada pada diri kamu, maka jangan kamu lakukan dan senang bila terjadi pada orang lain.”
Jika kita jatuh sakit, kita tidak senang, maka jangan kita senang bila saudara kita ditimpa musibah atau sakit. Jika kita jatuh miskin, kita tidak senang, maka jangan kita merasa senang bila saudara kita jatuh miskin. Bila kita digunjing/ dibicarakan orang kita tidak senang, maka jangan kita menggunjing orang. Kita dipukul orang kita tidak senang, maka jangan kita pukul orang. Kita dikhiyanati orang kita tidak senang, maka jangan kita mengkhianati orang. Kita tidak senang bila kita jatuh susah, maka jangan kita senang bila saudara kita yang muslim jatuh susah. Kita tidak senang bila usaha kita pailit/ bangkrut, maka jangan kita senang bila ada saudara kita yang muslim mengalami pailit/bangkrut usahanya.

Nabi pernah lewat di depan jenazah, Nabi berkata: “Hamba Alloh yang mu’min apabila meninggal dunia, dia senang karena istirahat dari penderitaan dunia.” Setiap hari kita kerja mencari nafkah untuk keluarga, capai, letih, panas, kehujanan, sakit, menderita yang kita rasakan. Tetapi manakala seorang mu’min meninggal dunia, maka dia lepas dari penderitaan tersebut. Dia senang dan terbebas dari keletihan dalam mencari nafkah. “Maut/ Mati adalah istirahat bagi seorang mu’min.”
Orang yang faajir, yaitu orang yang banyak bermaksiat/ dzolim/ durhaka kepada Alloh, suka mengganggu tetangga yang beribadah kepada Alloh, maka manakala ia meninggal, hamba-hamba Alloh mengucapkan: “Allhamdulillah.”  Hamba Alloh merasa senang dan gembira karena meninggalnya orang yang faajir. Contoh dari orang yang faajir adalah ia tidak merasa senang dan merasa terganggu dengan keberadaan pengajian dan pembagunan sarana keagamaan, kegiatan keagamaan semacam maulid, tetapi ia merasa senang dan tidak merasa terganggu/ terusik dengan adanya perjudian dan mabuk-mabukan di lingkungannya. Saatnya ia meninggal, orang yang merasa disusahkan olehnya akan merasa gembira dengan kematiannya. Kematian dari orang yang suka mengganggu kehidupan orang (jahat), maka bukan hanya hamba Alloh yang merasa senang atas kematiannya, tetapi juga Negara/ polisi karena tidak lagi dipusingkan dengan keberadaannya yang mengganggu stabilitas keamanan, dan binatangpun senang, karena aman dari gangguannya. 
“Apa saja yang kamu senang berada pada diri kamu, maka kamu juga merasa senang bila berada pada saudara kamu.”
Berbagi pengalaman hidup kepada sesama saudara muslim, bagaimana cara kita dalam meraih kesuksesan dalam usaha. Berusaha dengan sungguh-sungguh, banyak berdoa kepada Alloh, banyak meminta doa kepada orang-orang sholeh. Jangan kita merasa kesuksesan yang kita peroleh tidak ada doa dibalik orang-orang sholeh. Jangan merasa angkuh dan sombong, karena dibalik usaha kita yang sungguh-sungguh, di situ juga ada doanya orang-orang sholeh.
“Ini termasuk dalam ilmu-ilmu yang pelik. Maka Nabi menerangkan: Sesungguhnya menyiapkan diri dari kematian, terbilang bagian dari pokok-pokok ilmu. Maka yang paling layak (utama) adalah dengan mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian.”

Hadits Riwayat Abdillah bin Miswar Al Hasyimy RA.: Nabi membaca sebuah ayat Al Qur’an: “Siapa orang yang Alloh kehendaki memberikan hidayah kepadanya, niscaya Alloh lapangkan ia punya dada untuk dapat memeluk/ menerima Islam.  Dan siapa orang yang Alloh kehendaki untuk menyesatkannya, Alloh jadikan ia punya dada sempit sehingga dia tidak dapat memeluk/ menerima Islam.” Kemudian Nabi berkata: “Apabila cahaya (nur) Islam masuk ke dalam hati seseorang, maka menjadi lapang/ terbuka ia punya dada.” Shohabat bertanya: “Ya Rasul, apa ada tanda/ ciri dari cahaya (nur) Islam sudah masuk ke hati seseorang?” “Ya, ada tanda-tandanya manakala cahaya Islam sudah masuk ke dada seseorang, yaitu dia mulai menjauh dari pada dunia yang penuh dengan tipuan, dia menuju kepada negeri akhirat.”

Ia tidak bergelimang dengan kehidupan dunia, tidak seluruh waktunya ia habiskan untuk mencari/ mengejar dunia. Dia membagi waktunya untuk mencari dunia dan untuk mempersiapkan bekal untuk kematiannya. Dia menyiapkan diri untuk menghadapi kematian sebelum datangnya kematian. Dia mengerjakan bermacam-macam amal ibadah untuk persiapan bekalnya dalam mengahadapi kematian.

Hadits Riwayat dari Ammar bin Maimun, Rasululloh bersabda: Nabi berkata dan menasehati kepada seseorang: “Kerjakan/ lakukan 5 hal/ perkara sebelum datangnya 5 hal/ perkara:
1.  Masa Mudamu Sebelum Datang Masa Tuamu
Manfaatkan masa muda kamu untuk beribadah kepada Alloh, gunakan waktu muda kamu untuk menuntut ilmu. Sampai saatnya nanti kita akan menjadi tua, jangan kita terlena dengan masa muda sehingga terus bergelimang dengan perbuatan dosa, melakukan hal-hal yang tidak ada manfaatnya. 
2.  Masa Sehatmu Sebelum Datang Masa Sakitmu
Saat ini kita dalam kondisi sehat, tetapi sampai saatnya nanti kita akan jatuh sakit, mau tidak mau itu sudah menjadi Sunnatulloh. Meskipun kita berusaha keras menjaga/ merawat kita punya tubuh dengan baik, pada saatnya akan sakit juga. Manfaatkan waktu sehatmu untuk beribadah kepada Alloh, sebelum datangnya waktu sakit.
3.  Masa Senggangmu/ Luangmu Sebelum Datang Masa Sempitmu/ Sibukmu
Kita rasakan semakin tua kita semakin sibuk, padahal tenaga kita semakin berkurang, tidak selincah/ segesit dulu lagi. Untuk itu mesti dimanfaatkan masa senggang kita sebelum nanti datang masa sibuk kita.
4.  Masa Kayamu Sebelum Datang Masa Miskinmu
Saat masih kaya manfaatkan untuk beramal/ bershodaqoh, jangan pelit/ kikir untuk membantu perjuangan Islam dan membantu orang yang perlu untuk dibantu sebelum kemiskinan mendatangi kita.
5.  Masa Hidupmu Sebelum Datang Matimu
Manfaatkan hidup kita di alam dunia untuk beribadah dan mengerjakan bermacam-macam amal ibadah sebelum Adzal menjemput kita. Sampai saatnya kita mati, kita tidak dapat lagi beribadah kepada Alloh.

Nabi sudah menghimpun dari 5 perkara ini ilmu yang banyak. Hadits ini begitu singkat/ simpel, tetapi terdapat banyak ilmu di dalamnya.
1.    Seorang lelaki ataupun perempuan yang mampu melakukan amal-amal sholeh di masa mudanya yang tidak mampu dia lakukan pada masa tuanya. Pada masa muda manfaatkan waktu untuk mengaji/ belajar/ menuntut ilmu dan melakukan amal-amal sholeh, karena disaat tua kita sudah tidak sanggup/ sempat untuk malakukannya lagi.
2.    Seorang laki-laki ataupun perempuan yang mampu melakukan amal-amal sholeh di saat ia sehat yang tidak mampu ia lakukan pada saat ia sedang sakit. Jika seseorang di saat ia muda sudah terbiasa berbuat maksiat, maka ia tidak mampu untuk menghentikan dan mencegah diri dari berbuatan-perbuatan maksiat di masa tuanya.
3.    Maka selayaknya dituntut untuk anak-anak muda bahwa untuk membiasakan diri melakukan amal-amal kebajikan, memanfaatkan waktu luangnya untuk menuntut ilmu dan beribadah kepada Alloh, agar mudah baginya melakannya di masa tuanya. Di masa muda biasa mengerjakan Shalat Sunnah Rawatib, Dhuha, Tahajud dan lain-lain, maka nanti disaat tua menjadi ringan/ tidak sulit baginya untuk mengerjakannya karena sudah terbiasa. Ambil kesempatan/ manfaatkan kesehatanmu sebelum datang sakitmu. Karena orang yang sehat, segala kepentingan/ urusannya akan dapat ia jalankan. Tidak dibatasi oleh keadaan, baik dari kondisi badannya ataupun hartanya. Apabila sudah terkena sakit, maka akan sulit baginya untuk berbuat toat. Ambil kesempatan di waktu sehatnya untuk berbuat toat kepada Alloh.
4.    Terbatas ia punya kekuasaannya daripada hartanya, tidak dapat leluasa menggunakan hartanya, yang dapat dimanfaatkannya hanya sekedar sepertiganya saja. Apabila ia dalam kondisi sakit (menjelang sakaratul maut), maka ia tidak boleh mengeluarkan sembarangan uang, hanya sepertiganya saja yang masih boleh ia manfaatkan/ digunakan.
Sa’ad bin Abi Waqos saat ia sedang sakit, Nabi menjenguknya, ia berkata kepada Nabi: “Wahai Rasul, aku wasiatkan semua hartaku untuk shodaqoh dalam perjuangan keagamaan.” Kata Nabi: “Tidak boleh. Kamu tidak boleh mewasiatkan semua harta kamu untuk perjuangan keagamaan.” Sa’ad berkata lagi: “Jika begitu dua-pertiganya saja Ya Rasul.”  “Tidak boleh.” “Setengahnya Ya Rasul.” “Tidak boleh.” “Jika begitu sepertiganya saja Ya Rasul.” Kemudian Nabi menjawab: “Sepertiga-pun sudah banyak. Sungguh jika kamu tinggalkan kau punya keluargamu dalam keadaan kecukupan, hal itu jauh lebih baik dari pada kau tinggalkan keluargamu dalam keadaan susah. ” Nabi berkata: “Alloh bershodaqoh kepada kamu, Alloh masih memberikan kesempatan kepada  kamu untuk dapat meraih kesempatan sebanyak-banyaknya untuk dapat beramal dengan sepertiga harta kamu.”
“Sungguh seseorang yang shodaqoh di masa hidupnya/ sehatnya hanya 1 dirham saja, jauh lebih baik baginya dari pada ia shodaqoh 100 dirham di saat ia sudah mati. (Misalkan: dia berwasiat kepada keluarganya apabila disaat ia meninggal, maka shodaqohkan sebanyak 100 dirham). Manusia Alloh ciptakan ia punya watak dasarnya adalah kikir, siapa orang yang dapat keluar dari sifat kikirnya tersebut dengan jalan riyadhoh, maka ia akan selamat. Lihatlah anak bayi, saat ia lahir ke alam dunia tangannya terkepal, dan manusia disaat ia meninggal dunia tangannya terlepas, ini menandakan bahwa manusia mempunyai sifat dasar kikir. Kita mesti melawan sifat kekikiran tadi.
5.    Dimasa kita masih hidup dan sehat gunakan waktu yang ada untuk beribadah kepada Alloh, jangan kita lengah dan lalai. Dalam kisah ada seorang raja yang bernama Iskandar Zulkarnaen, Raja dari Masedonia(wilayah Balkan). Kekuasaannya luas biasa luas, pada saat ia ingin memperluas kekuasaannya, ia terserang sakit (demam), ahli medis dan dokternya berupaya untuk menyembuhkannya, akan tetapi pada akhirnya ia meninggal karena penyakitnya. Jauh sebelum kematian menjemputnya, dia telah berwasiat kepada keluaraga dan bala tentaranya: “Wahai keluargaku, ajudanku, balatentaraku, apabila aku meninggal dunia (berpulang ke Rahmatulloh), bawa aku ke negriku dan tolong sebelum kau kuburkan aku arak aku, bawa berkeliling aku punya badan/ jenazah dan keluarkan aku punya dua tangan dari kurung batang/ keranda yang membawa jenazahku. Agar rakyat/ manusia tahu bahwa aku orang yang kaya raya di alam dunia, hidup serba kecukupan. Tetapi manakala aku meninggal dunia tidak ada yang aku bawa sesuatu, melainkan hanya tulang-belulang dan kulit saja yang aku bawa.

Ambil kesempatan/ manfaatkan kesempatan di saat senggangmu sampai saatnya nanti pada masa kesibukanmu. Disaat senggang manfaatkan waktu untuk ibadah kepada Alloh, untuk mempersiapkan bekal kita menuju negeri akhirat.

Malam hari adalah masa senggang kita, hendaknya manfaat waktu tersebut untuk beribadah kepada Alloh. Sedangkan siang umumnya kita sibuk untuk mencari nafkah dan mencari ilmu. Maka dituntut kita sebagai seorang mu’min (Hamba Alloh) untuk memanfaatkan waktu senggangnya, hendaknya ia melaksanakan shalat di malam hari (Qiyamul Lail).

Pada siang hari kita sibuk mencari nafkah, meskipun untuk keperluan mencari duniawi, tetapi manakala kita niatkan untuk ibadah kepada Alloh, untuk menafkahi keluarga, maka hal itu ada ganjaran pahalanya. Apabila di musim-musim seperti ini (musim semi/ musim hujan), maka manfaatkan waktu untuk kita melaksanakan puasa sunnah, karena tidak berat untuk melaksanakan puasa di musim semacam ini, lain halnya bila di musim kemarau/ panas.

Musim semi/ musim hujan adalah kesempatan bagi mu’min memanfaatkan waktu untuk menanam dan ibadah guna menghadapi masa-masa di musim panas. Bila musim semi waktu malamnya lebih panjang, sehingga kita dapat memanfaatkan waktu malam untuk beribadah kepada Alloh. Dan waktu siangnya lebih pendek, sehingga kita dapat manfaatkan untuk melaksanakan puasa-puasa sunnah, sehingga puasa kita terasa lebih ringan.

Seorang Pujangga Islam mengatakan: “Laksanakan segera kebaikan-kebaikan (jangan ditunda), kebaikan yang terbaik adalah yang segera dilaksanakan.”   Umur, kesehatan dan kesempatan yang ada, segera manfaatkan untuk beribadah kepada Alloh. Segala kebaikan yang dapat kita lakukan, segera kerjakan, jangan ditunda-tunda. Dunia tidak akan pernah cukup untuk memenuhi semua keinginan kita. Dunia seperti air garam (air laut), semakin diminum, maka semakin terasa hausnya. Apabila kamu berada di pagi hari jangan tunda sampai sere hari, dan apabila kamu berada di sore hari jangan tunda sampai pagi hari. Manfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk beribadah kepada Alloh.

Tidak setiap saat kamu mempunyai waktu dan kemampuan untuk dapat beribadah kepada Alloh. Ada saatnya kamu akan jatuh sakit, sehingga tidak lagi mampu untuk beribadah kepada Alloh, maka selagi badan kamu sehat, manfaatkan waktu tersebut untuk memperbanyak amal ibadah kepada Alloh. Disaat sehat kita mampu untuk melaksanakan shalat malam, duduk mengaji dan ibadah-ibadah lainnya, tetapi disaat sakit, kita tidak mampu lagi untuk melakukan itu semua. Alhamdulillah kita bersyukur kepada Alloh, kita dapat memanfaatkan waktu muda kita, waktu senggang kita dan waktu sehat kita untuk dapat duduk mengaji menuntut ilmu, dan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya kepada Alloh. 

Masa lalu yang sudah lewat tidak dapat kembali, mungkin masa lalu kita kurang kita manfaatkan untuk ibadah kepada Alloh. Maka jadikan masa lalu tersebut sebagai bahan renungan untuk kita mengkoreksi diri, agar kita dapat memperbaiki diri kita, sehingga kita dapat memanfaatkan waktu yang ada sama kita saat ini untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya untuk menghadap kepada Alloh SWT.

Dalam sebuah Hadits Rasululloh bersabda: “Siapa orang yang di pagi hari sehat badannya, aman dalam dirinya, aman dalam perjalanannya, aman dalam rumah tangganya, dan ada makanan untuk dia makan pada hari itu saja, seolah-olah sudah terhimpun baginya dunia, maka patut disyukuri atas ni’mat semacam itu.”

Musim semi bagi seorang mu’min, dia dapat bersenang-senang pada saat itu, dia dapat makan, minum, bersantai. Banyak waktu luang yang dapat dimanfaatkannya untuk beribadah kepada Alloh. Si-mu’min dalam musim semi tidak merasakan beratnya puasa di siang hari, karena siang harinya lebih pendek dan udaranya sejuk (tidak panas).

Malam pada musim semi lebih panjang, jangan kau pendekkan malam yang panjang di musim semi tadi dengan tidur kamu. Hanya dimanfaatkan untuk tidur dari ba’da Isya sampai masuk waktu Shubuh. Hendaknya kau manfaatkan waktu yang panjang di malam hari tadi untuk beribadah kepada Alloh.
Siang pada musim semi terang benderang, jangan kau keruhkan/ kotori siang yang terang benderang tadi dengan dengan dosa-dosa kamu.

Masa kaya kamu, saat kamu masih dalam kondisi sehat, manfaatkan untuk banyak bershodaqoh, apabila menjelang kematian/ diakhir hayat kamu, kamu tidak dapat lagi bebas/ leluasa mengeluarkan harta/ uang sebanyak yang yang kamu mau, karena ada aturan agama yang membatasinya.  

Sekaya apapun seseorang dapat menjadi bangkrut/ miskin juga, manakala dia tidak dapat mengelola hartanya, dia tidak dapat mensyukuri apa yang Alloh berikan kepadanya, dan tidak memanfaatkan kekayaannya untuk beribadah kepada Alloh.

Apabila kamu ridho/ senang dengan apa yang Alloh berikan kepada kamu berupa makanan, maka manfaatkan kesempatan itu untuk memenuhi keinginan kamu atas makanan (untuk menjaga kesehatan kamu), asal jangan samapai berlebihan (melampaui batas) dan jangan kamu berharap-harap atas apa yang ada di tangan manusia (mengharapkan pemberian orang), padahal kamu mampu untuk membelinya dengan uang yang ada pada kamu. 

Manfaatkan hidup kamu sebelum mati kamu, sekarang kita masih hidup, maka manfaatkan waktu hidup kita untuk beribadah kepada Alloh. Bagaimanpun kita memelihara/ merawat kesehatan kita punya diri, pada saatnya mati pasti akan datang juga.

Selama dia hidup (lelaki ataupun perempuan),  dia dapat melakukan bermacam-macam amal, dia dapat berpuasa, mengaji, membaca Qur’an, berdzikir, Qiyamul Lail dan melakukan amal kebaikan lainnya. Setelah dia mati, maka putus ia punya amal, tidak dapat lagi melakukan bermacam-macam amal ibadah. Maka dituntut sepatutnya bagi seorang mu’min untuk memanfaatkan hari-hari hidupnya di alam dunia, jangan sampai dia menyia-nyiakan hari-harinya hidup di alam dunia yang fana ini berlalu begitu saja, tanpa ada tambahan pahala dari amal-amal ibadah yang dikerjakannya, sebagai bekalnya untuk menuju ke alam barzah (kubur) dan alam akhirat.

Pada saatnya nanti di akhirat, orang-orang yang kurang dalam pahala amal kebajikan/ kebaikannya akan meminta kepada Alloh: “Kembalikan kami ke alam dunia, agar kami dapat melakukan amal-amal yang belum kami kerjakan di alam dunia.”  Alloh berkata kepada mereka: “KAMI sudah panjangkan usia kamu, sudah cukup bagi orang yang mau berfikir. Sudah datang peringatan-peringatan atas kamu (menurunnya kesehatan, pendengaran dan penglihatan yang mulai berkurang, memutihnya rambut dsb.)”

Dalam sebuah Hadits Riwayat dari Annas bin Maliq, Rasululloh bersabda: “Manakala Alloh memberikan ujian/ cobaan kepada badan dari si-mu’min dengan satu bala, maka Alloh berkata kepada malaikat-malaikatnya: “Tulis baginya amal-amal sholehnya yang dulu dapat ia lakukan pada masa sehatnya.”  Andaikan Alloh sembuhkan kembali ia punya badannya, maka Alloh bersihkan/ sucikan dari dosa-dosanya. Andaikan Alloh cabut nyawanya (tidak sempat lagi ia beramal), maka Alloh ampuni segala dosanya.
Itulah keuntungan dari orang-orang yang melazimkan berbuat amal kebaikan disaat ia masih sehat/ hidupnya. Meskipun mereka sudah berada di  alam qubur dan tidak lagi dapat berbuat amal, tetapi catatan amal dan pahalanya akan terus mengalir kepadanya.

Tsabit Al Bantani (seorang tabi’in), dia meninggal dunia, setelah dikuburkan, ada seorang sahabatnya mencari barang miliknya, kuat dugaannya barang yang dicarinya tersebut masuk ke dalam kubur Tsabit Al Bantani. Maka sahabatnya tersebut segera mengali kubur dari Tsabit Al Bantani, dan saat digali dia mendapati bahwa Tsabit Al Bantani sedang dalam posisi shalat Qiyamul Lail di dalam kuburnya. Maka sahabatnya tersebut segera menutup kembali kubur tersebut dan melupakan barangnya yang hilang dan ia segera menemui keluarga dari Tsabit Al Bantani. Anak dari Tsabit Al Bantani bercerita, bahwa ayahnya tidak banyak melakukan amal-amal ibadah yang lain, ibadah yang disukainya adalah mengerjakan Shalat Qiyamul Lail tidak kurang dari 50 tahun ia melakukan amalan tersebut, dan dalam doanya setiap malam sambil menangis ia memohon kepada Alloh: “Ya Rab, apabila aku dapat meminta sesutau kepadaMU, maka berikan aku kesempatan agar aku dapat melakukan ibadah Qiyamul Lail di alam kuburku.” Sahabat dari Tsabit Al Bantani ini berkata kepada anak dari Tsabit Al Bantani: “Alloh mengabulkan doa kamu punya ayah, aku melihat ia sedang shalat di dalam kuburnya.”

Berkata Hakim Al Farisi (dalam bahasa Persi): “Manakala kamu masih kecil (anak-anak), maka kamu bermain dengan anak-anak. Dan manakala kamu sudah menjadi pemuda, maka kamu lalai dengan permainan (banyak kesibukan, lalai untuk ibadah kepada Alloh). Dan Manakala kamu sudah tua maka kamu akan menjadi lemah. Kapan kamu akan berbuat mencari bekal (ibadah) untuk menghadap kepada Alloh SWT.?”

Kamu tidak akan mampu beribadah kepada Alloh setelah kamu mati. Hadits Nabi: “Sungguh shodaqoh seorang manusia di saat hidupnya 1 dirham saja, lebih baik nilainya dari pada ia shodaqoh di saat ia telah mati.”  Misalkan sebelum ia mati ia berwasiat kepada ahli warisnya (kelurganya), apabila ia mati maka berikan shodaqoh kepada si-fulan atau membantu pembangunan masjid dll. Nilai shodaqoh yang dikeluarkan setelah ia mati, nilainya jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan shodaqoh yang dikeluarkannya saat ia masih sehat/ hidup.

“Kamu dapat bersungguh-sungguh beribadah di saat kamu hidup, dan kamu dapat berbuat semaksimal mungkin (bersiap-siap) untuk kedatangannya malaikat maut. Kamu harus siap pada setiap waktu akan datangnya malakat maut sewaktu-waktu.”  Dalam sebuah syair: “Selalu ingat mati jangan putus-putus, maka lupa mengingat mati adalah kesesatan yang nyata.” Kita dapat lupa dengan kematian, tetapi malakat maut tidak akan lalai dengan kematian kamu, malaikat maut selalu mengintai dan mengawasi kita, hingga pada saatnya mencabut nyawa kita.

Hadits Riwayat dari Syaidina Ali RA.: Nabi SAW. pernah melihat Malaikat Maut berada di atas kepala seorang laki-laki dari bangsa Anshor, Nabi berkata kepada Malaikat Maut: “Hai Malaikat Maut, berlaku lemah-lembutlah (jangan kau bersikap kasar) kepada sohabatku, ini sohabatku seorang mu’min. Malaikat Maut berkata: “Demi Alloh wahai Muhammad SAW., sesunggunya aku akan mencabut nyawa anak Adam, manakala ada suara jeritan dari pada keluarganya, maka aku akan berkata kepada orang yang menjerit tadi: “jeritan apa itu? Maka aku berkata: Demi Alloh, hai keluarga dari orang yang akan meninggal ini, aku tidak akan menzolimi dia (aku akan berlaku lemah-lembut), ini hanya perintah Alloh. Tidak ada yang aku tunda adzalnya, dan tidak ada yang aku percepat adzalnya, semuanya aku lakukan atas perintah Alloh. Ana tidak mempunyai salah dalam mencabut nyawa ini, semuanya atas perintah Alloh. Jika kamu ridho (hai keluarga dari orang yang meninggal ini) dengan apa yang Alloh perlakukan terhadap kamu, maka Alloh akan berikan pahala. Jika kamu tidak terima ( tidak ridho/ marah/ resah dan gelisah) karena keluarga kamu dicabut nyawanya, maka kamu telah berdosa kepada Alloh. Tidak ada celah/ jalan bagi kamu untuk mengingkari/ menyalahi perbuatanku. Tidak ada satu penghuni rumahpun juga yang terbuat dari bulu domba ataupun terbuat dari tanah liat di daratan ataupun di lautan, melainkan aku liat dan perhatikannya setiap hari. Aku memandang kepada kamu (Hamba Alloh) setiap hari semalam sebanyak 5 kali, sehingga aku tahu benar yang kecil dari pada mereka, yang besar dari pada mereka. Sampai-sampai aku lebih mengenal mereka dari pada mereka mengenal diri mereka  sendiri.

Ja’far bin Muhammad (seorang Ulama), berpendapat: Bahwa Malaikat Izrail (Malaikat Maut) memandang kita (lelaki/ perempuan, tua/ muda) sebanyak 5 kali dalam sehari semalam pada waktu-waktu shalat. Manakala setiap hari Malaikat Maut melihat kita saat kita sedang shalat (termasuk orang yang menjaga shalat yang 5 waktu), maka saat dia melihat kita sedang sakaratul maut dia mendekat kepada kita dan mengusir setan-setan yang sedang berupaya menyesatkan iman kita (Setan akan mengganggu iman kita sampai ke alam kubur). Malaikat Maut akan mengajarkan kepada kita Kalimat Tauhid: “Laaillahaaillalloh Muhammadarrasululloh.”

Demi Alloh Ya Muhammad SAW.(Malaikat Izrail bersumpah): “Andaikata Aku ini akan mencabut nyawa satu ekor nyamuk saja, aku tidak akan sanggup/ mampu untuk mencabut nyawanya sampai Alloh mengizinkan aku untuk mencabutnya. Tidak ada yang dapat mati melainkan sesuai dengan ketentuanNYA.

Nabi melihat sekelompok orang sedang banyak tertawa, Nabi berkata kepada mereka: “Seandainya kamu banyak mengingat sesuatu yang akan melenyapkan kelezatan, pasti kamu tidak akan sempat (tidak punya luang waktu) untuk melakukan apa yang aku lihat (yaitu banyak tertawa). Perbanyak oleh kamu mengingat-ingat sesuatu yang dapat memutuskan segala kenikmatan-kenikmatan/ kelezatan-kelezatan hidup, yakni Al maut (kematian). ”
Banyak tertawa membuat hati kita mati, tercela dalam agama kita orang yang banyak tertawa dan hal itu menunjukkan bahwa orang yang banyak tertawa adalah orang yang kurang akalnya. 

“Sesungguhnya kematian itu adalah kebun dari kebun-kebunnya Syurga atau lubang dari lubang-lubangnya neraka jahanam.”  
Jadi kubur itu ada dua kemungkinan, menjadi kebun syurga bagi orang Sholihin dan lubang neraka bagi orang-orang Kafir, Fasiqin dan lainnya.

Abu Said berkata: “Tidak ada tempat bagi seseorang setelah kematiannya yang akan ditempatinya, kecuali yang ia bangun sebelum kematiannya.”
Bangunan yang dibangunnya dari amal-amal sholeh yang dikerjakannya sebelum kematian menjemputnya. Manakala di masa hidupnya dia banyak mengerjakan amal-amal ibadah yang Alloh ridhoi, maka disitu dia akan menempati tempat yang nyaman di kebun dari kebun-kebunnya Syurga. Manakala dia bangun bangunan tersebut dengan bermacam-macam kejahatan dan maksiat-maksiat, maka sungguh sangat rugi bagi mereka. Jangan kita terlena dengan gemerlapnya dunia, seolah-olah kita tidak akan mati, lebih baik kita menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk menghadapi kematian.

Dalam sebuah Hadits Rasululloh bersabda: “Bersiap-siaplah kamu bagi sesuatu yang tidak boleh tidak akan kamu hadapi, kematian adalah sesuatu waktu yang pasti bagi seorang hamba.
Dalam riwayat Hadits yang lain, Rasululloh bersabda: “Bersiap-siaplah dengan amal-amal taqwa (dengan ketaqwaan), sesungguhnya kamu tidak tahu manakala datangnya malam, apakah kamu yakin dapat hidup sampai waku Shubuh?”

-        Berapa banyak orang yang tertawa padahal kain kafan untuknya sedang dijahit?
-        Berapa banyak orang yang sehat, mati tanpa mengalami sakit?
-        Berapa banyak orang yang sakit (puluhan tahun), tetapi masih tetap hidup?  Jadi kita tidak dapat menerka dan menduga berapa umur kita.
-        Berapa banyak anak kecil yang diharapkan usianya panjang, tetapi sudah dimasukkan ke dalam kubur yang gelap. Diharapkan usianya panjang, ternyata sudah meninggal dunia saat masih kecil. Jadi mati tidak kenal umur, tidak kenal sehat, mati akan tetap datang secara tiba-tiba.

Berkata Syaidina Umar RA. kepada Ka’ab Al Ahbari (seorang Ulama Yahudi yang masuk Islam): “Ya Ka’ab, tolong ceritakan kepada kami tentang kematian. Kematian itu sama seperti pohon duri dan yang dimasukan pohon duri tadi ke dalam perut anak Adam (manusia). Kemudian tiap-tiap duri yang berada di batang pohon tadi mengambil urat dari orang tadi. Setelah dimasukkan ke dalam perut dan menancap di macam-macam urat syaraf, maka ditariklah pohon duri tadi oleh seorang yang sangat kuat tenaganya, maka akan putuslah urat yang terputus yang ada di dalam perut manusia dan tetaplah urat yang tetap yang tinggal di dalam perut (urat yang tidak terputus). Jadi terputuslah sebagian urat-urat yang berada di dalam perut manusia dan ada sebagian yang tidak terputus yang tetap tinggal di dalam perut.
Itulah ilustrasi/ gambaran dari sakitnya sakaratul maut.

Rasululloh penah menggambarkan akan sakitnya sakaratul-maut itu seukuran 300 sabetan pedang. Sesungguhnya sakitnya mati yang paling ringan adalah sama kedudukannya seperti duri yang di masukkan ke dalam bulu domba yang halus, tidaklah keluar itu duri dari bulu domba yang halus tadi melainkan ikut bersamanya bulu domba yang terkoyak.

Syaidina Ali KW. berkata: “Demi Alloh yang nyawaku berada dalam genggamannya, sungguh 1.000 sabetan pedang lebih ringan dari pada aku mati di atas tempat tidurku.”

Pada saat Nabi Muhammad SAW. menghadapai sakaratul maut, di sampingnya ada segelas air, kemudian Nabi memasukkan tangannya kedalam gelas yang berisi air tadi, kemudian beliau usapkan kepada dia punya mukanya. Nabi berdoa: “Ya Alloh, ringankan sakitnya sakaratul mautku ini.” Saidatuna Fatimah melihat ayahnya merasakan sakit saat menghadapi sakaratul maut, ia berucap: “Aduh aku merasa sakit, karena sakitnyanya engkau.” Nabi berkata: “Setelah ini tidak ada rasa sakit lagi.” Itulah gambaran dari sakitnya mati. Untuk itu mati yang tiba-tiba/ mendadak adalah suatu kesenangan bagi seorang mu’min dan suatu penyesalan yang luar biasa atas orang yang faajir.

Dalam suatu riwayat, saat Nabi Ibrahim AS. meninggal dunia, Alloh berkata kepada Nabi Ibrahim AS.: “Bagaimana kau mendapati sakitnya mati hai Ibrahim?” Nabi Ibrahim menjawab: “Sakitnya mati semacam/ sama seperti tusukan sate yang terbuat dari besi yang dimasukkan ke dalam bulu yang halus dan basah kemudian ditarik, sehingga robek bulu yang halus tadi.” Alloh berkata: “AKU (kata Alloh) sudah ringankan atas kamu rasa sakitnya mati.” Sudah Alloh ringankan saja masih terbayang akan dahsyatnya sakaratul maut, bagaimana bila Alloh tidak ringankan?

Sufyaan Atsaury, manakala ada orang menyebutkan tentang kematian di sisinya, maka dia tidak dapat berbuat apa-apa selama beberapa hari. Dia tidak dapat memberikan pelajaran-pelajaran, dia tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan, orang tidak dapat meminta fatwa tentang hukum-hukum kepadanya, meminta tuntunan, sehingga orang tidak dapat mengambil manfaat darinya. Padahal Sufyan Atsaury adalah seorang Mudztahid Mutlaq yang paling tua dari sekian Mahzab. Imam Abu Hanifah berada jauh dibawahnya. Karena saking takutnya akan kematian, sehingga dia tidak dapat produktif mengajar dan memberikan fatwa selama beberapa hari, manakala ada yang bertanya kepadanya tentang suatu permasalahan, maka dia menjawab: “Aku tidak tahu.”

Berkata Hakim, ada 3 hal yang tidak boleh dilupakan oleh orang yang waras aqalnya, yaitu: 
1.  Dunia ini Fana
Dunia ini akan binasa, tidak langgeng/ tidak lestari/ tidak abadi. Akan berubah suasana dunia, tidak selamanya kita akan hidup senang, ada saatnya kita akan susah. Tidak selamanya kita sehat, ada saatnya kita akan sakit. Tak selamanya kita hidup, ada saatnya kita akan mati. Kita tidak boleh lupa bahwa dunia ini akan terus berubah-ubah.
2.  Kematian
Tidak ada yang dapat menolak akan datangnya kematian, setiap makhluk hidup pasti akan mengalami yang namanya mati.
3.  Bencana/ Mala petaka/ Penyakit
Tidak ada jaminan/ garansi keamanan bagi kita, bahwa kita akan terhindar dari  bencana alam, mala petaka, penyakit dll. Tidak ada yang dapat menjamin bahwa kita akan sehat terus, kita harus siap untuk menghadapi hal-hal semacam ini.

Berkata Hathim Al Ashom (seorang Ulama Sufi): “Ada 4 hal yang tidak dapat di ketahui kadar/ nilai dari ke-4 hal ini melainkan dengan 4 hal juga: 
1.  Nilai Masa Muda Tidak Ada Yang Tahu Melainkan Orang Tua.
Saat masih muda diabaikan nilai kesehatan dan kemudaannya. Tidak dimanfaatkan untuk ibadah kepada Alloh dan menuntut ilmu. Tidak ada yang mengetahui ni’matnya masa muda kecuali orang-orang tua. Gunakan masa muda untu hal-hal yang bermanfaat, jangan digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat seperti begadang dll. Penyakit-penyakit satu persatu sudah mulai mendatangi kita pada masa tua.
2.    Nilai Keselamatan Tidak Dapat Diketahui/ Disadari  Kecuali Oleh Orang Yang Kena Bala/ Musibah.
Pada saat tertimpa bala/ musibah, baru disadari betapa ni’matnya keselamatan. Pada saat sehat dia tidak merasakan ni’matnya sehat. Tetapi pada saat terkena bala/ musibah dia baru menyadari betapa ni’matnya keselamatan.
3.  Nilai Sehat Tidak Ada Yang Mengetahui Kecuali Orang Yang Sakit
Orang yang sehat tidak menyadari ni’matnya sehat, tetapi setelah ia sakit baru ia menyadari betapa ni’matnya sehat. Untuk itu hendaknya kita jaga kesehatan dan manfaatkan kesehatan tersebut untuk beribadah kepada Alloh SWT.
4.  Nilai Hidup Tidak Dapat Disadarinya Kecuali Oleh Orang Yang Telah Mati
Orang yang mati baru sadar betapa ni’matnya di saat hidup. Setelah meninggal dia menyesal tidak dapat lagi beribadah dan beramal sholeh.
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar