Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Huru-Hara Mati/ Penderitaan Mati (Bag. 1)
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Maut/
Mati dapat memutuskan kelezatan, karena kita akan berpisah dengan orang yang
kita cintai (seperti: anak, istri, keluarga, kerabat dll.). Akan tetapi perkara
mati ini perlu kita pelajari untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Alloh dan
menambah persiapan kita menghadap Alloh.
Nabi
pernah ditanya oleh salah seorang sohabat: “Wahai
Rasululloh, siapa orang yang paling cerdas dari pada manusia ya Rasululloh?” Nabi menjawab: “Orang yang cerdas adalah orang
yang paling baik/ bagus dalam mengingat mati dan orang yang paling bagus/ baik
persiapannya untuk menghadapi kematian.” Mereka pergi meninggalkan dunia membawa
kemulyaan, karena mendekatkan diri kepada Alloh dan kelak mereka akan
mendapatkan ni’mat Alloh di akhirat.
Lukman berkata
kepada anaknya: “Hai anakku, suatu hal
yang tidak kamu ketahui kapan datangnya itu sesuatu, maka bersiap-siaplah kamu
menghadapi sesuatu yang tidak kamu ketahui datangnya, sebelum ia mendatangi
kamu secara tiba-tiba, yaitu maut/ mati.”
Mati
dapat datang secara tiba-tiba dan tidak terduga, terkadang ada yang menghadapi
kematian tanpa diawali sakit terlebih dahulu.
Hadits
Riwayat dari Anas bin Malik RA., Rasululloh bersabda: “Siapa orang
yang suka/ senang berjumpa dengan Alloh (Maut/Mati/Meninggal Dunia), Alloh akan
senang/ suka/ cinta berjumpa/ bertemu dengannya. Dan siapa orang yang tidak
senang berjumpa dengan Alloh, maka Alloh pun tidak senang berjumpa dengannya.”
Kemudian Sohabat berkata: “Wahai Rasululloh, kami semua tidak senang dengan
kematian.” Nabi bersabda: “Itu memang
sudah menjadi watak/ tabi’at manusia, tidak menyukai akan kematian.”
Al
Imam Al Habib Abdullah Al Haddad (Sohibul Rottib) dalam kitab Nassoih
Dinniyahberkata: “Siapapun tidak
menginginkan akan kematian itu adalah sudah menjadi watak/ ta’biat manusia
(siapapun dia).”
Sudah menjadi kebiasaan kita untuk
selalu berdoa memohon kepada Alloh agar diberikan pajang umur dalam keadaan
sehat wal afiat.
Rasululloh bersabda dalam sebuah
Hadits: “Orang yang terbaik diantara
kalian adalah orang yang panjang umurnya dan bagus amalnya.”
Sudah menjadi hakekat manusia,
hampir-hampir semuanya tidak ada yang menyukai/ tidak senang akan kematian,
karena mati itu pada dasarnya sudah menyakiti. Kematian sangat sakit, kematian
tidak kurang sakit dari pada sabetan/ sayatan 300 pedang. Jadi bukan berarti
kita tidak senang akan kematian, tetapi memang itu sudah menjadi watak/ ta’biat
dari manusia.
Sayidina Umar
Ibnu Khotob
bertanya kepada salah seorang ulama: “Tolong
ceritakan kepadaku tentang kematian!” “Ya Amirulmu’minin, aku siap menceritakan
kepadamu tentang kematian. Kematian itu sama dengan cabang pohon yang banyak
durinya, cabang yang berduri itu dimasukkan kedalam perut/ tubuh seseorang,
kemudian cabang pohon tadi ditarik dengan keras. Saat ditarik maka akan
tercabik daging, isi perut dan urat-urat dari orang tadi.”
Rasululloh
menerangkan dalam sebuah Hadits: Manakala orang mu’min berada di
tengah sakatul maut (Adzalnya hampir sampai), datanglah malaikat kepadanya
membawa khabar gembira yang menerangkan keni’matan-keni’matan di Syurga yang
akan ia peroleh saat menghadap/ berjumpa dengan Alloh melalui kematian. Maka
disaat itu tidak ada yang ia inginkan melainkan agar cepat datang kematian itu
padanya, maka disaat itu Alloh suka/ senang/ ridho untuk berjumpa dengannya. Bila ia terbilang dari
orang ahli syurga, maka akan ditampakkan
kepadanya syurga. Di alam kuburpun akan terus diperlihatkan, kepadanya
dimana ia akan ditempatkan hingga hari qiamat nanti.
Sedangkan
untuk orang yang faajir atau orang yang kaafir, manakala ia mendekatai
Adzalnya/ menjelang kematiannya, maka datang malaikat yang membawa khabar yang
menakutkan kepadanya, maka disaat itu ia menangis, tidak senang/ tidak
menghendaki akan kematian, sehingga Alloh-pun tidak mau/ segan untuk berjumpa
dengan dia. Bila ia terbilang dari orang ahli neraka, maka akan ditampakkan
kepadanya neraka. Di alam kuburpun akan terus diperlihatkan, kepadanya dimana
ia akan ditempatkan hingga hari qiamat nanti.
Alloh
menjauhkan Rahmat-NYA, pandangan-NYA, kasih sayang-NYA dari orang tadi.
Makna
Hadits: “kecintaan mereka jumpa dengan
Alloh (kematian)”, menjadi penyebab bagi cintanya Alloh kepada mereka. Artinya
cinta disini, yaitu melimpahnya Karunia dan Rahmat Alloh kepada mereka.
Penjelasannya:
“Mahabbah (kecintaan)” adalah sifat Lillahi, bentuk kecintaannya bukan semacam
kecintaan seperti kita, tetapi bentuknya adalah berupa Alloh berikan
bermacam-macam Karunia. Sedangkan bentuk kecintaan hamba kepada Alloh adalah
dengan mengikuti apa perintahNYA.
Dalam
sebuah Hadits Rasululloh bersabda: “Manakala Alloh mencintai seorang hamba, Alloh
sibukkan dia dengan kecintaan-kecintaan (kerjaan-kerjaan) yang menimbulkan
cinta Alloh kepadaNYA.”
Didalam
Al Qur’an didahulukannya kata-kata: “Yuhibbuhum” (Alloh cinta kepada mereka hambaNYA),
atas “Yuhibbunahu” (mereka
cinta kepada Alloh), sebagai isyarat bahwa Alloh memberikan rasa kepada kita
kecintaan akan jumpa dengan Alloh dan Alloh timbulkan kecintaan kita kepada
Alloh.
Hadits
Riwayat dari Jaabir bin Abdillah RA.,
Rasululloh SAW. bersabda kepada para sohabat: “Silahkan/ tolong ceritakan
kepada kami tentang Bani Isroil! Karena
sesungguhnya ada pada mereka hal-hal yang aneh dan ganjil. Maka mulailah
sohabat menceritakan: Keluar sekelompok Bani Israil, hingga mereka sampai di
suatu kebun, maka mereka berkata: Andaikata kita sholat dan kita berdoa kepada
Tuhan kita disini, sehingga akhirnya Alloh dapat mengeluarkan kepada kita
sebagian orang yang telah meninggal dunia (dari alam kubur). Maka dengan
keluarnya mereka dari alam kubur, mereka dapat menceritakan kepada kita tentang
kematian. Akhirnya mereka shalat dan berdoa disitu, ketika mereka sedang
berdoa, kemudian keluarlah seorang laki-laki menampakkan kepalanya dari
kuburnya. Keadaan laki-laki tadi keluar dengan rambut yang sebagian putih dan
sebagian lagi hitam, dan ia bertanya: Apa yang kalian kehendaki dari pada kami?
Demi Alloh aku sudah meninggal dunia kurang lebih 90 tahun atau 100 tahun lalu,
dan selama 90 atau 100 tahun itu, masih belum hilang rasa sakitnya mati sampai
saat ini. Silakan kamu berdoa lagi kepada Alloh, agar mengembalikan kami ke
alam kubur, sebagaimana tadinya kami berada di alam kubur, kami takut mengalami
kematian untuk yang kedua kalinya. Dan diantara dua mata si-mayit ini ada
tanda-tanda bekas sujud (tandanya ia merupakan ahli sujud/ orang baik).”
Dari
golongan orang yang baik-baik saja mengalami begitu rasa sakitnya, apalagi bila
yang meninggal bukan dari golongan orang baik-baik.
Orang
yang sudah meninggal dunia merasa menyesal karena saat hidup di alam dunia tidak
dapat beribadah secara maksimal, dan mereka merasa iri dengan orang-orang yang
masih hidup di alam dunia: Mereka yang masih hidup di alam dunia masih dapat
kesempatan melaksanakan shalat baik yang wajib ataupun yang sunnah, tetapi kami
sudah tidak dapat melaksanakan shalat. Mereka yang ada di alam dunia masih ada
kesempatan untuk berpuasa baik yang wajib ataupun yang sunnah, tetapi kami
sudah tidak ada kesempatan lagi untuk mengerjakan puasa. Mereka yang ada di
alam dunia masih ada kesempatan untuk ber-shodaqoh dengan macam-macam shodaqoh,
tetapi kami tidak mampu lagi untu ber-shodaqoh. Mereka yang ada di alam dunia
masih ada kesempatan untuk ber-dzikir (Tasbih, Tahmid, Tahlil dll.), tetapi
kami sudah tidak mampu lagi untuk ber-dzikir. Maka mereka menyesal atas zaman/
masa yang telah mereka lalui, dulu sewaktu hidup di alam dunia mereka kurang
memanfaatkan waktunya untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Alloh dengan
bermacam-macam amal sholeh.
Keuntungannya
manakala kita memperbanyak amal sholeh di alam dunia, menuntut ilmu adalah
salah satu bentuk dari mengerjakan amal sholeh yang paling baik. Nabi
menyatakan dalam sebuah hadits: “Manakala seorang hamba (muslim), Alloh uji
dengan bala di badannya, semacam sakit. Kemudian Alloh berfirman kepada malaikat,
Alloh memerintahkan kepada malaikat: “Tulis wahai malaikat amal-amal sholeh
yang lazim mereka kerjakan dahulu, mereka melakukan amal sholeh (seperti:
mengaji dll.), saat ini mereka tidak lagi mampu mengerjakan amal sholeh seperti
dahulu (karena sakit), maka catat ini sebagai amal sholeh untuk mereka.”
Amal
sholeh yang sudah lazim kita lakukan/ kerjakan sewaktu kita sehat (semacam:
Mengaji, Shalat Dhuha, Shalat Tahajut, Dzikir dll.), manakala nanti di saat
kita sakit dan kita tidak mampu lagi mengerjakannya, maka Malaikat Alloh
perintahkan untuk tetap mencatatnya sebagai amal sholeh. Seperti saat ini kita
rutin mengaji, maka manakala nanti kita sakit dan tidak lagi dapat hadir di
majlis ilmu, maka pahala dari mengaji akan terus mengalir kepada kita.
Jika
Alloh sembuhkan ia punya penyakit, maka Alloh sucikan ia punya badan dari pada
dosa-dosa. Andaikan jika Alloh cabut nyawanya, maka Alloh ampuni dosa-dosanya
dan Alloh Rahmati dia. Itulah keuntungan dari orang yang berbuat amal sholeh di
saat ia sehat di alam dunia.
Menyiapkan
diri dengan perbuatan amal-amal sholeh dan menjauhkan diri dari amal-amal yang
tidak ada nilai pahalanya, bahkan dapat menjadi dosa, karena kita tidak ada
yang tahu kapan mati akan datang menjemput kita.
Sungguh
Baginda Nabi Muhammad SAW. sudah menerangkan tentang sakitnya mati dan getirnya
mati. Nabi sengaja menerangkan kepada umatnya tentang dahsyatnya penderitaan
mati dan pahit getirnya mati sebagai nasehat bagi umatnya, agar mereka
bersiap-siap untuk menghadapi kematian dengan jalan mengerjakan bermacam-macam
amal sholeh. Dan dia harus sabar dengan segala penderitaan/ kesulitan/
kesusahan hidup di dunia.
Sabar
atas segala penderitaan/ kesulitan dunia (seperti sakit, miskin dll.), lebih
mudah/ ringan bila dibandingkan dengan dahsyat/ sakitnya mati. Betapapun
sakitnya penderitaan orang di alam dunia masih lebih ringan dari pada sakitnya
sewaktu nyawa di cabut dari tubuh/ badan kita. Sedahsyat-dahsyatnya penderitaan
di alam dunia masih lebih ringan dari pada sakitnya saat sakaratul maut. Karena
sakitnya penderitaan mati itu adalah bagian dari pada adzab akhirat. Bagi orang
yang selalu beramal sholeh dan menjauhi segala larangan Alloh, maka tidak akan
merasakan sakitnya mati. Karena sebelum Adzal menjemputnya, malaikat sudah memperlihatkan
kenikimatan-kenikmatan yang akan ia terima sebagai balasan dari amal sholeh
yang sudah dikerjakannya, sehingga saat nyawanya dicabut dari tubuhnya, ia
tidak merasakan sakit.
Hadits
Riwayat dari Abdillah bin Miswar Al
Hasyimy RA.: Dalam sebuah Hikayat ada seseorang berziarah ke satu kubur dan
dia shalat dua rakaat di dekat kubur, dan setelah shalat ia berbaring dan
akhirnya tertidur, dalam tidurnya dia bermimpi, dia melihat orang yang di kubur
di maqam yang ia jiarahi. Orang yang di dalam maqam berkata: “Hai orang yang
berziarah kepadaku, kamu lakukan shalat 2 rakaat, kamu lakukan ziarah kubur,
berbuat amal-amal sholeh, tetapi kamu tidak tahu manfaat dari pada amal ibadah
yang kamu lakukan di alam dunia. Kami tahu keuntungan-keuntungan dari orang
yang berbuat amal-amal sholeh, tetapi kami tidak lakukan itu semua, tidak ada
semangat/ gairah untuk melakukan itu semua. Demi Alloh, sungguh 2 rakaat yang
tertulis dalam lembaran catatan amal ibadahku, jauh lebih aku sukai dari pada
dunia beserta isi-isinya. Tetapi aku tidak tahu saat itu, sehingga aku abaikan,
aku lalaikan ibadah-ibadah sunnah. Beruntung kamu lakukan meskipun kamu tidak
tahu.”
Hadits
Riwayat Abdillah bin Miswar Al Hasyimy
RA.: Datang seseorang kepada Nabi kita Muhammad SAW. lelaki ini berkata:
“Aku datang kepadamu dengan tujuan agar kau mengajarkan kepadaku tentang
ilmu-ilmu yang pelik dan aneh.” Nabi berkata: “Ya siap. Apa yang kamu sudah
lakukan pada pokok-pokok ilmu?”
Kewajiban pertama bagi kita sebagai
seorang muslim adalah mempelajari Ilmu Tauhid.
Orang
tersebut balik bertanya kepada Nabi: “Apa itu pokok-pokok ilmu ya Rasulloh?”
Nabi menjawab: “Apakah kamu mengenal Tuhan?”
Sebelum kita mengajarkan kepada
anak-anak kita tentang kewajiban-kewajiban
agama, maka ajarkan kepada mereka tentang Ilmu Tauhid, perkenalkan
terlebih dahulu kepada mereka siapa itu Tuhan? Agar tidak ada keraguan pada
mereka sedikitpun juga. Perkenalkan sifat-sifat Alloh, baik yang WAJIB,
MUSTAHIL dan yang JAIS.
“Ya,
aku kenal aku punya Tuhan, kenal bermacam-macam sifatnya.” Nabi kembali
bertanya: “Apa yang kamu sudah lakukan dalam menjalankan haq-haq Alloh? (Alloh
wajib disembah dengan tulus ikhas tanpa pamih)” Dia menjawab: “Masya Alloh, apa
yang Alloh kehendaki sudah aku lakukan.” Nabi kembali bertanya: “Apakah kamu
tahu tentang mati?” “Ya, aku tahu tentang kematian.” Nabi kembali bertanya:
“Apa yang kamu siapkan untuk menghadapi kematian?” Orang tersebut menjawab: “Masya Alloh, Apa
yang Alloh kehendaki (haq-haq Alloh) sudah aku lakukan.” Nabi kemudian berkata:
“Silahkan kau pergi tinggalkan aku, kau lanjutkan perjuangan kamu ibadah kepada
Alloh. Lakukan yang terbaik untuk menghadapi kematian sampai saatnya kematian
mendatangi kamu. Jika kamu sudah menyiapkan diri dengan melakukan hal-hal yan
terbaik dalam menghadapi kematian. Silahkan kamu datang lagi kemari, sehingga
aku dapat mengajarkan kepada engkau bermacam-macam ilmu yang pelik dan aneh.”
Setelah bertahun-tahun kemudian, orang ini baru kembali lagi datang kepada
Nabi, setelah anjuran dan nasehat Nabi ia jalankan. Maka Nabi memerintahkan
kepada orang ini: “Silahkan kau taruh kau punya tangan di atas dada kamu!
Segala sesuatu (apapun juga) yang kamu tidak senang manakala ada pada diri
kamu, maka jangan kamu senang bila berada pada orang lain. Apa yang kamu tidak
ridho ada pada diri kamu, maka jangan kamu lakukan dan senang bila terjadi pada
orang lain.”
Jika kita jatuh sakit, kita tidak
senang, maka jangan kita senang bila saudara kita ditimpa musibah atau sakit.
Jika kita jatuh miskin, kita tidak senang, maka jangan kita merasa senang bila
saudara kita jatuh miskin. Bila kita digunjing/ dibicarakan orang kita tidak
senang, maka jangan kita menggunjing orang. Kita dipukul orang kita tidak
senang, maka jangan kita pukul orang. Kita dikhiyanati orang kita tidak senang,
maka jangan kita mengkhianati orang. Kita tidak senang bila kita jatuh susah,
maka jangan kita senang bila saudara kita yang muslim jatuh susah. Kita tidak
senang bila usaha kita pailit/ bangkrut, maka jangan kita senang bila ada
saudara kita yang muslim mengalami pailit/bangkrut usahanya.
Nabi pernah lewat di depan jenazah,
Nabi berkata: “Hamba Alloh yang mu’min apabila meninggal dunia, dia senang
karena istirahat dari penderitaan dunia.” Setiap hari kita kerja mencari nafkah
untuk keluarga, capai, letih, panas, kehujanan, sakit, menderita yang kita
rasakan. Tetapi manakala seorang mu’min meninggal dunia, maka dia lepas dari
penderitaan tersebut. Dia senang dan terbebas dari keletihan dalam mencari
nafkah. “Maut/ Mati adalah istirahat bagi seorang mu’min.”
Orang yang faajir, yaitu orang yang
banyak bermaksiat/ dzolim/ durhaka kepada Alloh, suka mengganggu tetangga yang
beribadah kepada Alloh, maka manakala ia meninggal, hamba-hamba Alloh
mengucapkan: “Allhamdulillah.” Hamba
Alloh merasa senang dan gembira karena meninggalnya orang yang faajir. Contoh
dari orang yang faajir adalah ia tidak merasa senang dan merasa terganggu
dengan keberadaan pengajian dan pembagunan sarana keagamaan, kegiatan keagamaan
semacam maulid, tetapi ia merasa senang dan tidak merasa terganggu/ terusik
dengan adanya perjudian dan mabuk-mabukan di lingkungannya. Saatnya ia
meninggal, orang yang merasa disusahkan olehnya akan merasa gembira dengan
kematiannya. Kematian dari orang yang suka mengganggu kehidupan orang (jahat),
maka bukan hanya hamba Alloh yang merasa senang atas kematiannya, tetapi juga
Negara/ polisi karena tidak lagi dipusingkan dengan keberadaannya yang
mengganggu stabilitas keamanan, dan binatangpun senang, karena aman dari
gangguannya.
“Apa
saja yang kamu senang berada pada diri kamu, maka kamu juga merasa senang bila
berada pada saudara kamu.”
Berbagi pengalaman hidup kepada
sesama saudara muslim, bagaimana cara kita dalam meraih kesuksesan dalam usaha.
Berusaha dengan sungguh-sungguh, banyak berdoa kepada Alloh, banyak meminta doa
kepada orang-orang sholeh. Jangan kita merasa kesuksesan yang kita peroleh
tidak ada doa dibalik orang-orang sholeh. Jangan merasa angkuh dan sombong,
karena dibalik usaha kita yang sungguh-sungguh, di situ juga ada doanya
orang-orang sholeh.
“Ini
termasuk dalam ilmu-ilmu yang pelik. Maka Nabi menerangkan: Sesungguhnya
menyiapkan diri dari kematian, terbilang bagian dari pokok-pokok ilmu. Maka
yang paling layak (utama) adalah dengan mempersiapkan diri dalam menghadapi
kematian.”
Hadits
Riwayat Abdillah bin Miswar Al Hasyimy
RA.: Nabi membaca sebuah ayat Al Qur’an: “Siapa orang yang Alloh kehendaki memberikan hidayah kepadanya, niscaya
Alloh lapangkan ia punya dada untuk dapat memeluk/ menerima Islam. Dan siapa orang yang Alloh kehendaki untuk
menyesatkannya, Alloh jadikan ia punya dada sempit sehingga dia tidak dapat
memeluk/ menerima Islam.” Kemudian Nabi berkata: “Apabila cahaya (nur) Islam masuk ke dalam hati seseorang, maka menjadi
lapang/ terbuka ia punya dada.” Shohabat bertanya: “Ya Rasul, apa ada tanda/
ciri dari cahaya (nur) Islam sudah masuk ke hati seseorang?” “Ya, ada
tanda-tandanya manakala cahaya Islam sudah masuk ke dada seseorang, yaitu dia
mulai menjauh dari pada dunia yang penuh dengan tipuan, dia menuju kepada
negeri akhirat.”
Ia
tidak bergelimang dengan kehidupan dunia, tidak seluruh waktunya ia habiskan
untuk mencari/ mengejar dunia. Dia membagi waktunya untuk mencari dunia dan
untuk mempersiapkan bekal untuk kematiannya. Dia menyiapkan diri untuk
menghadapi kematian sebelum datangnya kematian. Dia mengerjakan bermacam-macam
amal ibadah untuk persiapan bekalnya dalam mengahadapi kematian.
Hadits
Riwayat dari Ammar bin Maimun,
Rasululloh bersabda: Nabi berkata dan menasehati kepada seseorang: “Kerjakan/
lakukan 5 hal/ perkara sebelum datangnya 5 hal/ perkara:
1. Masa Mudamu Sebelum Datang Masa Tuamu
Manfaatkan masa muda kamu untuk
beribadah kepada Alloh, gunakan waktu muda kamu untuk menuntut ilmu. Sampai
saatnya nanti kita akan menjadi tua, jangan kita terlena dengan masa muda
sehingga terus bergelimang dengan perbuatan dosa, melakukan hal-hal yang tidak
ada manfaatnya.
2. Masa Sehatmu Sebelum Datang Masa Sakitmu
Saat ini kita dalam kondisi sehat,
tetapi sampai saatnya nanti kita akan jatuh sakit, mau tidak mau itu sudah
menjadi Sunnatulloh. Meskipun kita berusaha keras menjaga/ merawat kita punya
tubuh dengan baik, pada saatnya akan sakit juga. Manfaatkan waktu sehatmu untuk
beribadah kepada Alloh, sebelum datangnya waktu sakit.
3. Masa Senggangmu/ Luangmu Sebelum Datang Masa
Sempitmu/ Sibukmu
Kita rasakan semakin tua kita semakin
sibuk, padahal tenaga kita semakin berkurang, tidak selincah/ segesit dulu
lagi. Untuk itu mesti dimanfaatkan masa senggang kita sebelum nanti datang masa
sibuk kita.
4. Masa Kayamu Sebelum Datang Masa Miskinmu
Saat masih kaya manfaatkan untuk
beramal/ bershodaqoh, jangan pelit/ kikir untuk membantu perjuangan Islam dan
membantu orang yang perlu untuk dibantu sebelum kemiskinan mendatangi kita.
5. Masa Hidupmu Sebelum Datang Matimu
Manfaatkan hidup kita di alam dunia
untuk beribadah dan mengerjakan bermacam-macam amal ibadah sebelum Adzal
menjemput kita. Sampai saatnya kita mati, kita tidak dapat lagi beribadah
kepada Alloh.
Nabi
sudah menghimpun dari 5 perkara ini ilmu yang banyak. Hadits ini begitu
singkat/ simpel, tetapi terdapat banyak ilmu di dalamnya.
1. Seorang
lelaki ataupun perempuan yang mampu melakukan amal-amal sholeh di masa mudanya
yang tidak mampu dia lakukan pada masa tuanya. Pada masa muda manfaatkan waktu
untuk mengaji/ belajar/ menuntut ilmu dan melakukan amal-amal sholeh, karena
disaat tua kita sudah tidak sanggup/ sempat untuk malakukannya lagi.
2. Seorang
laki-laki ataupun perempuan yang mampu melakukan amal-amal sholeh di saat ia
sehat yang tidak mampu ia lakukan pada saat ia sedang sakit. Jika seseorang di
saat ia muda sudah terbiasa berbuat maksiat, maka ia tidak mampu untuk
menghentikan dan mencegah diri dari berbuatan-perbuatan maksiat di masa tuanya.
3. Maka selayaknya
dituntut untuk anak-anak muda bahwa untuk membiasakan diri melakukan amal-amal
kebajikan, memanfaatkan waktu luangnya untuk menuntut ilmu dan beribadah kepada
Alloh, agar mudah baginya melakannya di masa tuanya. Di masa muda biasa
mengerjakan Shalat Sunnah Rawatib, Dhuha, Tahajud dan lain-lain, maka nanti
disaat tua menjadi ringan/ tidak sulit baginya untuk mengerjakannya karena
sudah terbiasa. Ambil kesempatan/ manfaatkan kesehatanmu sebelum datang
sakitmu. Karena orang yang sehat, segala kepentingan/ urusannya akan dapat ia
jalankan. Tidak dibatasi oleh keadaan, baik dari kondisi badannya ataupun
hartanya. Apabila sudah terkena sakit, maka akan sulit baginya untuk berbuat
toat. Ambil kesempatan di waktu sehatnya untuk berbuat toat kepada Alloh.
4. Terbatas ia
punya kekuasaannya daripada hartanya, tidak dapat leluasa menggunakan hartanya,
yang dapat dimanfaatkannya hanya sekedar sepertiganya saja. Apabila ia dalam kondisi sakit (menjelang sakaratul maut),
maka ia tidak boleh mengeluarkan sembarangan uang, hanya sepertiganya saja yang
masih boleh ia manfaatkan/ digunakan.
Sa’ad
bin Abi Waqos
saat ia sedang sakit, Nabi menjenguknya, ia berkata kepada Nabi: “Wahai Rasul,
aku wasiatkan semua hartaku untuk shodaqoh dalam perjuangan keagamaan.” Kata
Nabi: “Tidak boleh. Kamu tidak boleh mewasiatkan semua harta kamu untuk
perjuangan keagamaan.” Sa’ad berkata lagi: “Jika begitu dua-pertiganya saja Ya
Rasul.” “Tidak boleh.” “Setengahnya Ya
Rasul.” “Tidak boleh.” “Jika begitu sepertiganya saja Ya Rasul.” Kemudian Nabi
menjawab: “Sepertiga-pun sudah banyak. Sungguh jika kamu tinggalkan kau punya
keluargamu dalam keadaan kecukupan, hal itu jauh lebih baik dari pada kau
tinggalkan keluargamu dalam keadaan susah. ” Nabi berkata: “Alloh bershodaqoh
kepada kamu, Alloh masih memberikan kesempatan kepada kamu untuk dapat meraih kesempatan
sebanyak-banyaknya untuk dapat beramal dengan sepertiga harta kamu.”
“Sungguh seseorang yang shodaqoh di
masa hidupnya/ sehatnya hanya 1 dirham saja, jauh lebih baik baginya dari pada
ia shodaqoh 100 dirham di saat ia sudah mati. (Misalkan: dia berwasiat kepada
keluarganya apabila disaat ia meninggal, maka shodaqohkan sebanyak 100 dirham).
Manusia Alloh ciptakan ia punya watak dasarnya adalah kikir, siapa orang yang
dapat keluar dari sifat kikirnya tersebut dengan jalan riyadhoh, maka ia akan
selamat. Lihatlah anak bayi, saat ia lahir ke alam dunia tangannya terkepal,
dan manusia disaat ia meninggal dunia tangannya terlepas, ini menandakan bahwa
manusia mempunyai sifat dasar kikir. Kita mesti melawan sifat kekikiran tadi.
5. Dimasa kita
masih hidup dan sehat gunakan waktu yang ada untuk beribadah kepada Alloh,
jangan kita lengah dan lalai. Dalam kisah ada seorang raja yang bernama
Iskandar Zulkarnaen, Raja dari Masedonia(wilayah Balkan). Kekuasaannya luas
biasa luas, pada saat ia ingin memperluas kekuasaannya, ia terserang sakit
(demam), ahli medis dan dokternya berupaya untuk menyembuhkannya, akan tetapi
pada akhirnya ia meninggal karena penyakitnya. Jauh sebelum kematian
menjemputnya, dia telah berwasiat kepada keluaraga dan bala tentaranya: “Wahai
keluargaku, ajudanku, balatentaraku, apabila aku meninggal dunia (berpulang ke
Rahmatulloh), bawa aku ke negriku dan tolong sebelum kau kuburkan aku arak aku,
bawa berkeliling aku punya badan/ jenazah dan keluarkan aku punya dua tangan
dari kurung batang/ keranda yang membawa jenazahku. Agar rakyat/ manusia tahu
bahwa aku orang yang kaya raya di alam dunia, hidup serba kecukupan. Tetapi
manakala aku meninggal dunia tidak ada yang aku bawa sesuatu, melainkan hanya
tulang-belulang dan kulit saja yang aku bawa.
Ambil
kesempatan/ manfaatkan kesempatan di saat senggangmu sampai saatnya nanti pada
masa kesibukanmu. Disaat senggang manfaatkan waktu untuk ibadah kepada Alloh,
untuk mempersiapkan bekal kita menuju negeri akhirat.
Malam
hari adalah masa senggang kita, hendaknya manfaat waktu tersebut untuk
beribadah kepada Alloh. Sedangkan siang umumnya kita sibuk untuk mencari nafkah
dan mencari ilmu. Maka dituntut kita sebagai seorang mu’min (Hamba Alloh) untuk
memanfaatkan waktu senggangnya, hendaknya ia melaksanakan shalat di malam hari
(Qiyamul Lail).
Pada
siang hari kita sibuk mencari nafkah, meskipun untuk keperluan mencari duniawi,
tetapi manakala kita niatkan untuk ibadah kepada Alloh, untuk menafkahi
keluarga, maka hal itu ada ganjaran pahalanya. Apabila di musim-musim seperti
ini (musim semi/ musim hujan), maka manfaatkan waktu untuk kita melaksanakan
puasa sunnah, karena tidak berat untuk melaksanakan puasa di musim semacam ini,
lain halnya bila di musim kemarau/ panas.
Musim
semi/ musim hujan adalah kesempatan bagi mu’min memanfaatkan waktu untuk
menanam dan ibadah guna menghadapi masa-masa di musim panas. Bila musim semi
waktu malamnya lebih panjang, sehingga kita dapat memanfaatkan waktu malam
untuk beribadah kepada Alloh. Dan waktu siangnya lebih pendek, sehingga kita
dapat manfaatkan untuk melaksanakan puasa-puasa sunnah, sehingga puasa kita
terasa lebih ringan.
Seorang
Pujangga Islam mengatakan: “Laksanakan
segera kebaikan-kebaikan (jangan ditunda), kebaikan yang terbaik adalah yang
segera dilaksanakan.” Umur,
kesehatan dan kesempatan yang ada, segera manfaatkan untuk beribadah kepada
Alloh. Segala kebaikan yang dapat kita lakukan, segera kerjakan, jangan
ditunda-tunda. Dunia tidak akan pernah cukup untuk memenuhi semua keinginan
kita. Dunia seperti air garam (air laut), semakin diminum, maka semakin terasa
hausnya. Apabila kamu berada di pagi hari jangan tunda sampai sere hari, dan
apabila kamu berada di sore hari jangan tunda sampai pagi hari. Manfaatkan
waktu semaksimal mungkin untuk beribadah kepada Alloh.
Tidak
setiap saat kamu mempunyai waktu dan kemampuan untuk dapat beribadah kepada
Alloh. Ada saatnya kamu akan jatuh sakit, sehingga tidak lagi mampu untuk
beribadah kepada Alloh, maka selagi badan kamu sehat, manfaatkan waktu tersebut
untuk memperbanyak amal ibadah kepada Alloh. Disaat sehat kita mampu untuk
melaksanakan shalat malam, duduk mengaji dan ibadah-ibadah lainnya, tetapi
disaat sakit, kita tidak mampu lagi untuk melakukan itu semua. Alhamdulillah
kita bersyukur kepada Alloh, kita dapat memanfaatkan waktu muda kita, waktu
senggang kita dan waktu sehat kita untuk dapat duduk mengaji menuntut ilmu, dan
melaksanakan ibadah-ibadah lainnya kepada Alloh.
Masa
lalu yang sudah lewat tidak dapat kembali, mungkin masa lalu kita kurang kita
manfaatkan untuk ibadah kepada Alloh. Maka jadikan masa lalu tersebut sebagai
bahan renungan untuk kita mengkoreksi diri, agar kita dapat memperbaiki diri
kita, sehingga kita dapat memanfaatkan waktu yang ada sama kita saat ini untuk
mencari bekal sebanyak-banyaknya untuk menghadap kepada Alloh SWT.
Dalam
sebuah Hadits Rasululloh bersabda: “Siapa orang yang di pagi hari sehat
badannya, aman dalam dirinya, aman dalam perjalanannya, aman dalam rumah
tangganya, dan ada makanan untuk dia makan pada hari itu saja, seolah-olah
sudah terhimpun baginya dunia, maka patut disyukuri atas ni’mat semacam itu.”
Musim
semi bagi seorang mu’min, dia dapat bersenang-senang pada saat itu, dia dapat
makan, minum, bersantai. Banyak waktu luang yang dapat dimanfaatkannya untuk
beribadah kepada Alloh. Si-mu’min dalam musim semi tidak merasakan beratnya
puasa di siang hari, karena siang harinya lebih pendek dan udaranya sejuk
(tidak panas).
Malam
pada musim semi lebih panjang, jangan kau pendekkan malam yang panjang di musim
semi tadi dengan tidur kamu. Hanya dimanfaatkan untuk tidur dari ba’da Isya
sampai masuk waktu Shubuh. Hendaknya kau manfaatkan waktu yang panjang di malam
hari tadi untuk beribadah kepada Alloh.
Siang
pada musim semi terang benderang, jangan kau keruhkan/ kotori siang yang terang
benderang tadi dengan dengan dosa-dosa kamu.
Masa
kaya kamu, saat kamu masih dalam kondisi sehat, manfaatkan untuk banyak
bershodaqoh, apabila menjelang kematian/ diakhir hayat kamu, kamu tidak dapat
lagi bebas/ leluasa mengeluarkan harta/ uang sebanyak yang yang kamu mau,
karena ada aturan agama yang membatasinya.
Sekaya
apapun seseorang dapat menjadi bangkrut/ miskin juga, manakala dia tidak dapat
mengelola hartanya, dia tidak dapat mensyukuri apa yang Alloh berikan
kepadanya, dan tidak memanfaatkan kekayaannya untuk beribadah kepada Alloh.
Apabila
kamu ridho/ senang dengan apa yang Alloh berikan kepada kamu berupa makanan,
maka manfaatkan kesempatan itu untuk memenuhi keinginan kamu atas makanan
(untuk menjaga kesehatan kamu), asal jangan samapai berlebihan (melampaui
batas) dan jangan kamu berharap-harap atas apa yang ada di tangan manusia
(mengharapkan pemberian orang), padahal kamu mampu untuk membelinya dengan uang
yang ada pada kamu.
Manfaatkan
hidup kamu sebelum mati kamu, sekarang kita masih hidup, maka manfaatkan waktu
hidup kita untuk beribadah kepada Alloh. Bagaimanpun kita memelihara/ merawat
kesehatan kita punya diri, pada saatnya mati pasti akan datang juga.
Selama
dia hidup (lelaki ataupun perempuan),
dia dapat melakukan bermacam-macam amal, dia dapat berpuasa, mengaji,
membaca Qur’an, berdzikir, Qiyamul Lail dan melakukan amal kebaikan lainnya.
Setelah dia mati, maka putus ia punya amal, tidak dapat lagi melakukan
bermacam-macam amal ibadah. Maka dituntut sepatutnya bagi seorang mu’min untuk
memanfaatkan hari-hari hidupnya di alam dunia, jangan sampai dia menyia-nyiakan
hari-harinya hidup di alam dunia yang fana ini berlalu begitu saja, tanpa ada
tambahan pahala dari amal-amal ibadah yang dikerjakannya, sebagai bekalnya
untuk menuju ke alam barzah (kubur) dan alam akhirat.
Pada
saatnya nanti di akhirat, orang-orang yang kurang dalam pahala amal kebajikan/
kebaikannya akan meminta kepada Alloh: “Kembalikan kami ke alam dunia, agar
kami dapat melakukan amal-amal yang belum kami kerjakan di alam dunia.” Alloh berkata kepada mereka: “KAMI sudah
panjangkan usia kamu, sudah cukup bagi orang yang mau berfikir. Sudah datang
peringatan-peringatan atas kamu (menurunnya kesehatan, pendengaran dan
penglihatan yang mulai berkurang, memutihnya rambut dsb.)”
Dalam
sebuah Hadits Riwayat dari Annas bin Maliq, Rasululloh bersabda: “Manakala
Alloh memberikan ujian/ cobaan kepada badan dari si-mu’min dengan satu bala,
maka Alloh berkata kepada malaikat-malaikatnya: “Tulis baginya amal-amal
sholehnya yang dulu dapat ia lakukan pada masa sehatnya.” Andaikan Alloh sembuhkan kembali ia punya
badannya, maka Alloh bersihkan/ sucikan dari dosa-dosanya. Andaikan Alloh cabut
nyawanya (tidak sempat lagi ia beramal), maka Alloh ampuni segala dosanya.
Itulah
keuntungan dari orang-orang yang melazimkan berbuat amal kebaikan disaat ia
masih sehat/ hidupnya. Meskipun mereka sudah berada di alam qubur dan tidak lagi dapat berbuat amal,
tetapi catatan amal dan pahalanya akan terus mengalir kepadanya.
Tsabit Al
Bantani
(seorang tabi’in), dia meninggal dunia, setelah dikuburkan, ada seorang
sahabatnya mencari barang miliknya, kuat dugaannya barang yang dicarinya
tersebut masuk ke dalam kubur Tsabit Al Bantani. Maka sahabatnya tersebut
segera mengali kubur dari Tsabit Al Bantani, dan saat digali dia mendapati
bahwa Tsabit Al Bantani sedang dalam posisi shalat Qiyamul Lail di dalam
kuburnya. Maka sahabatnya tersebut segera menutup kembali kubur tersebut dan
melupakan barangnya yang hilang dan ia segera menemui keluarga dari Tsabit Al
Bantani. Anak dari Tsabit Al Bantani bercerita, bahwa ayahnya tidak banyak
melakukan amal-amal ibadah yang lain, ibadah yang disukainya adalah mengerjakan
Shalat Qiyamul Lail tidak kurang dari 50 tahun ia melakukan amalan tersebut,
dan dalam doanya setiap malam sambil menangis ia memohon kepada Alloh: “Ya Rab,
apabila aku dapat meminta sesutau kepadaMU, maka berikan aku kesempatan agar
aku dapat melakukan ibadah Qiyamul Lail di alam kuburku.” Sahabat dari Tsabit
Al Bantani ini berkata kepada anak dari Tsabit Al Bantani: “Alloh mengabulkan
doa kamu punya ayah, aku melihat ia sedang shalat di dalam kuburnya.”
Berkata
Hakim Al Farisi (dalam bahasa
Persi): “Manakala kamu masih kecil
(anak-anak), maka kamu bermain dengan anak-anak. Dan manakala kamu sudah
menjadi pemuda, maka kamu lalai dengan permainan (banyak kesibukan, lalai untuk
ibadah kepada Alloh). Dan Manakala kamu sudah tua maka kamu akan menjadi lemah.
Kapan kamu akan berbuat mencari bekal (ibadah) untuk menghadap kepada Alloh
SWT.?”
Kamu
tidak akan mampu beribadah kepada Alloh setelah kamu mati. Hadits Nabi: “Sungguh shodaqoh seorang manusia di saat
hidupnya 1 dirham saja, lebih baik nilainya dari pada ia shodaqoh di saat ia
telah mati.” Misalkan sebelum ia
mati ia berwasiat kepada ahli warisnya (kelurganya), apabila ia mati maka
berikan shodaqoh kepada si-fulan atau membantu pembangunan masjid dll. Nilai
shodaqoh yang dikeluarkan setelah ia mati, nilainya jauh lebih kecil bila
dibandingkan dengan shodaqoh yang dikeluarkannya saat ia masih sehat/ hidup.
“Kamu
dapat bersungguh-sungguh beribadah di saat kamu hidup, dan kamu dapat berbuat
semaksimal mungkin (bersiap-siap) untuk kedatangannya malaikat maut. Kamu harus
siap pada setiap waktu akan datangnya malakat maut sewaktu-waktu.” Dalam sebuah syair: “Selalu ingat mati jangan
putus-putus, maka lupa mengingat mati adalah kesesatan yang nyata.” Kita dapat
lupa dengan kematian, tetapi malakat maut tidak akan lalai dengan kematian
kamu, malaikat maut selalu mengintai dan mengawasi kita, hingga pada saatnya
mencabut nyawa kita.
Hadits
Riwayat dari Syaidina Ali RA.: Nabi SAW. pernah melihat Malaikat
Maut berada di atas kepala seorang laki-laki dari bangsa Anshor, Nabi berkata
kepada Malaikat Maut: “Hai Malaikat Maut, berlaku lemah-lembutlah (jangan kau
bersikap kasar) kepada sohabatku, ini sohabatku seorang mu’min. Malaikat Maut
berkata: “Demi Alloh wahai Muhammad SAW., sesunggunya aku akan mencabut nyawa
anak Adam, manakala ada suara jeritan dari pada keluarganya, maka aku akan
berkata kepada orang yang menjerit tadi: “jeritan apa itu? Maka aku berkata:
Demi Alloh, hai keluarga dari orang yang akan meninggal ini, aku tidak akan
menzolimi dia (aku akan berlaku lemah-lembut), ini hanya perintah Alloh. Tidak
ada yang aku tunda adzalnya, dan tidak ada yang aku percepat adzalnya, semuanya
aku lakukan atas perintah Alloh. Ana tidak mempunyai salah dalam mencabut nyawa
ini, semuanya atas perintah Alloh. Jika kamu ridho (hai keluarga dari orang
yang meninggal ini) dengan apa yang Alloh perlakukan terhadap kamu, maka Alloh
akan berikan pahala. Jika kamu tidak terima ( tidak ridho/ marah/ resah dan
gelisah) karena keluarga kamu dicabut nyawanya, maka kamu telah berdosa kepada
Alloh. Tidak ada celah/ jalan bagi kamu untuk mengingkari/ menyalahi
perbuatanku. Tidak ada satu penghuni rumahpun juga yang terbuat dari bulu domba
ataupun terbuat dari tanah liat di daratan ataupun di lautan, melainkan aku
liat dan perhatikannya setiap hari. Aku memandang kepada kamu (Hamba Alloh)
setiap hari semalam sebanyak 5 kali, sehingga aku tahu benar yang kecil dari
pada mereka, yang besar dari pada mereka. Sampai-sampai aku lebih mengenal
mereka dari pada mereka mengenal diri mereka
sendiri.
Ja’far bin
Muhammad
(seorang Ulama), berpendapat: Bahwa Malaikat Izrail (Malaikat Maut) memandang
kita (lelaki/ perempuan, tua/ muda) sebanyak 5 kali dalam sehari semalam pada
waktu-waktu shalat. Manakala setiap hari Malaikat Maut melihat kita saat kita
sedang shalat (termasuk orang yang menjaga shalat yang 5 waktu), maka saat dia
melihat kita sedang sakaratul maut dia mendekat kepada kita dan mengusir
setan-setan yang sedang berupaya menyesatkan iman kita (Setan akan mengganggu
iman kita sampai ke alam kubur). Malaikat Maut akan mengajarkan kepada kita
Kalimat Tauhid: “Laaillahaaillalloh
Muhammadarrasululloh.”
Demi
Alloh Ya Muhammad SAW.(Malaikat Izrail bersumpah): “Andaikata Aku ini akan
mencabut nyawa satu ekor nyamuk saja, aku tidak akan sanggup/ mampu untuk
mencabut nyawanya sampai Alloh mengizinkan aku untuk mencabutnya. Tidak ada
yang dapat mati melainkan sesuai dengan ketentuanNYA.
Nabi
melihat sekelompok orang sedang banyak tertawa, Nabi berkata kepada mereka: “Seandainya kamu banyak mengingat sesuatu
yang akan melenyapkan kelezatan, pasti kamu tidak akan sempat (tidak punya
luang waktu) untuk melakukan apa yang aku lihat (yaitu banyak tertawa).
Perbanyak oleh kamu mengingat-ingat sesuatu yang dapat memutuskan segala
kenikmatan-kenikmatan/ kelezatan-kelezatan hidup, yakni Al maut (kematian). ”
Banyak tertawa membuat hati kita
mati, tercela dalam agama kita orang yang banyak tertawa dan hal itu
menunjukkan bahwa orang yang banyak tertawa adalah orang yang kurang
akalnya.
“Sesungguhnya
kematian itu adalah kebun dari kebun-kebunnya Syurga atau lubang dari
lubang-lubangnya neraka jahanam.”
Jadi kubur itu ada dua kemungkinan,
menjadi kebun syurga bagi orang Sholihin dan lubang neraka bagi orang-orang
Kafir, Fasiqin dan lainnya.
Abu Said berkata: “Tidak ada tempat bagi seseorang setelah
kematiannya yang akan ditempatinya, kecuali yang ia bangun sebelum
kematiannya.”
Bangunan yang dibangunnya dari
amal-amal sholeh yang dikerjakannya sebelum kematian menjemputnya. Manakala di
masa hidupnya dia banyak mengerjakan amal-amal ibadah yang Alloh ridhoi, maka
disitu dia akan menempati tempat yang nyaman di kebun dari kebun-kebunnya
Syurga. Manakala dia bangun bangunan tersebut dengan bermacam-macam kejahatan
dan maksiat-maksiat, maka sungguh sangat rugi bagi mereka. Jangan kita terlena
dengan gemerlapnya dunia, seolah-olah kita tidak akan mati, lebih baik kita
menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk menghadapi kematian.
Dalam
sebuah Hadits Rasululloh bersabda: “Bersiap-siaplah kamu bagi sesuatu yang
tidak boleh tidak akan kamu hadapi, kematian adalah sesuatu waktu yang pasti
bagi seorang hamba.
Dalam
riwayat Hadits yang lain, Rasululloh bersabda: “Bersiap-siaplah dengan
amal-amal taqwa (dengan ketaqwaan), sesungguhnya kamu tidak tahu manakala
datangnya malam, apakah kamu yakin dapat hidup sampai waku Shubuh?”
-
Berapa
banyak orang yang tertawa padahal kain kafan untuknya sedang dijahit?
-
Berapa
banyak orang yang sehat, mati tanpa mengalami sakit?
-
Berapa
banyak orang yang sakit (puluhan tahun), tetapi masih tetap hidup? Jadi kita tidak dapat menerka dan menduga
berapa umur kita.
-
Berapa
banyak anak kecil yang diharapkan usianya panjang, tetapi sudah dimasukkan ke
dalam kubur yang gelap. Diharapkan usianya panjang, ternyata sudah meninggal
dunia saat masih kecil. Jadi mati tidak kenal umur, tidak kenal sehat, mati
akan tetap datang secara tiba-tiba.
Berkata
Syaidina Umar RA. kepada Ka’ab Al Ahbari (seorang Ulama Yahudi
yang masuk Islam): “Ya Ka’ab, tolong ceritakan kepada kami tentang kematian.
Kematian itu sama seperti pohon duri dan yang dimasukan pohon duri tadi ke
dalam perut anak Adam (manusia). Kemudian tiap-tiap duri yang berada di batang
pohon tadi mengambil urat dari orang tadi. Setelah dimasukkan ke dalam perut
dan menancap di macam-macam urat syaraf, maka ditariklah pohon duri tadi oleh
seorang yang sangat kuat tenaganya, maka akan putuslah urat yang terputus yang
ada di dalam perut manusia dan tetaplah urat yang tetap yang tinggal di dalam
perut (urat yang tidak terputus). Jadi terputuslah sebagian urat-urat yang berada
di dalam perut manusia dan ada sebagian yang tidak terputus yang tetap tinggal
di dalam perut.
Itulah
ilustrasi/ gambaran dari sakitnya sakaratul maut.
Rasululloh
penah menggambarkan akan sakitnya sakaratul-maut itu seukuran 300 sabetan
pedang. Sesungguhnya sakitnya mati yang paling ringan adalah sama kedudukannya
seperti duri yang di masukkan ke dalam bulu domba yang halus, tidaklah keluar
itu duri dari bulu domba yang halus tadi melainkan ikut bersamanya bulu domba
yang terkoyak.
Syaidina Ali
KW.
berkata: “Demi Alloh yang nyawaku berada
dalam genggamannya, sungguh 1.000 sabetan pedang lebih ringan dari pada aku
mati di atas tempat tidurku.”
Pada
saat Nabi Muhammad SAW. menghadapai sakaratul maut, di sampingnya ada segelas
air, kemudian Nabi memasukkan tangannya kedalam gelas yang berisi air tadi,
kemudian beliau usapkan kepada dia punya mukanya. Nabi berdoa: “Ya Alloh,
ringankan sakitnya sakaratul mautku ini.” Saidatuna Fatimah melihat ayahnya
merasakan sakit saat menghadapi sakaratul maut, ia berucap: “Aduh aku merasa
sakit, karena sakitnyanya engkau.” Nabi berkata: “Setelah ini tidak ada rasa
sakit lagi.” Itulah gambaran dari sakitnya mati. Untuk itu mati yang tiba-tiba/
mendadak adalah suatu kesenangan bagi seorang mu’min dan suatu penyesalan yang
luar biasa atas orang yang faajir.
Dalam
suatu riwayat, saat Nabi Ibrahim AS.
meninggal dunia, Alloh berkata kepada Nabi Ibrahim AS.: “Bagaimana kau mendapati sakitnya mati hai Ibrahim?” Nabi Ibrahim
menjawab: “Sakitnya mati semacam/ sama seperti tusukan sate yang terbuat dari
besi yang dimasukkan ke dalam bulu yang halus dan basah kemudian ditarik,
sehingga robek bulu yang halus tadi.” Alloh berkata: “AKU (kata Alloh) sudah
ringankan atas kamu rasa sakitnya mati.” Sudah Alloh ringankan saja masih
terbayang akan dahsyatnya sakaratul maut, bagaimana bila Alloh tidak ringankan?
Sufyaan
Atsaury,
manakala ada orang menyebutkan tentang kematian di sisinya, maka dia tidak
dapat berbuat apa-apa selama beberapa hari. Dia tidak dapat memberikan
pelajaran-pelajaran, dia tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan, orang
tidak dapat meminta fatwa tentang hukum-hukum kepadanya, meminta tuntunan,
sehingga orang tidak dapat mengambil manfaat darinya. Padahal Sufyan Atsaury
adalah seorang Mudztahid Mutlaq yang paling tua dari sekian Mahzab. Imam Abu
Hanifah berada jauh dibawahnya. Karena saking takutnya akan kematian, sehingga
dia tidak dapat produktif mengajar dan memberikan fatwa selama beberapa hari,
manakala ada yang bertanya kepadanya tentang suatu permasalahan, maka dia
menjawab: “Aku tidak tahu.”
Berkata
Hakim, ada 3 hal yang tidak boleh dilupakan oleh orang yang waras aqalnya,
yaitu:
1. Dunia ini Fana
Dunia ini akan binasa, tidak
langgeng/ tidak lestari/ tidak abadi. Akan berubah suasana dunia, tidak
selamanya kita akan hidup senang, ada saatnya kita akan susah. Tidak selamanya
kita sehat, ada saatnya kita akan sakit. Tak selamanya kita hidup, ada saatnya
kita akan mati. Kita tidak boleh lupa bahwa dunia ini akan terus berubah-ubah.
2. Kematian
Tidak ada yang dapat menolak akan
datangnya kematian, setiap makhluk hidup pasti akan mengalami yang namanya
mati.
3. Bencana/ Mala petaka/ Penyakit
Tidak ada jaminan/ garansi keamanan
bagi kita, bahwa kita akan terhindar dari
bencana alam, mala petaka, penyakit dll. Tidak ada yang dapat menjamin
bahwa kita akan sehat terus, kita harus siap untuk menghadapi hal-hal semacam
ini.
Berkata
Hathim Al Ashom (seorang Ulama
Sufi): “Ada 4 hal yang tidak dapat di ketahui kadar/ nilai dari ke-4 hal ini
melainkan dengan 4 hal juga:
1. Nilai Masa Muda Tidak Ada Yang Tahu Melainkan
Orang Tua.
Saat masih muda diabaikan nilai
kesehatan dan kemudaannya. Tidak dimanfaatkan untuk ibadah kepada Alloh dan
menuntut ilmu. Tidak ada yang mengetahui ni’matnya masa muda kecuali
orang-orang tua. Gunakan masa muda untu hal-hal yang bermanfaat, jangan
digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat seperti begadang dll.
Penyakit-penyakit satu persatu sudah mulai mendatangi kita pada masa tua.
2. Nilai Keselamatan Tidak Dapat Diketahui/
Disadari Kecuali Oleh Orang Yang Kena
Bala/ Musibah.
Pada saat tertimpa bala/ musibah,
baru disadari betapa ni’matnya keselamatan. Pada saat sehat dia tidak merasakan
ni’matnya sehat. Tetapi pada saat terkena bala/ musibah dia baru menyadari
betapa ni’matnya keselamatan.
3. Nilai Sehat Tidak Ada Yang Mengetahui Kecuali
Orang Yang Sakit
Orang yang sehat tidak menyadari
ni’matnya sehat, tetapi setelah ia sakit baru ia menyadari betapa ni’matnya
sehat. Untuk itu hendaknya kita jaga kesehatan dan manfaatkan kesehatan
tersebut untuk beribadah kepada Alloh SWT.
4. Nilai Hidup Tidak Dapat Disadarinya Kecuali Oleh
Orang Yang Telah Mati
Orang yang mati baru sadar betapa
ni’matnya di saat hidup. Setelah meninggal dia menyesal tidak dapat lagi
beribadah dan beramal sholeh.
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang
al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar