Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Wasiat-Wasiat Alloh (Bagian ke-2)
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Orang yang beraqal juga mampu membagi
waktu hidupnya dalam sehari atas 4 bagian waktu:
1. Satu waktu
digunakannya untuk bermunajat, berdoa, dan berziqir kepada Tuhannya. Menjelang
shubuh kita bangun untuk shalat, dzikir, dan amalan-amalan ibadah lainnya.
Jangan kita habis waktu kita hanya untuk mencari dunia, dunia hanya sesaat, dan
dunia adalah kesenangan yang menipu.
2.
Satu saat lagi digunakannya untuk menghisab diri,
merenung, mengkalkulasi diri, usia sudah sekian tahun, amal ibadah apa yang
sudah kita lakukan sebagai bekal untuk menghadap kepada Alloh SWT. Setelah kita
hisab/ perhitungkan amal kita, kemudian kita segera bertobat kepada Alloh atas
segala dosa yang kita lakukan di masa lalu
dan segera meninggalkan dosa-dosa yang pernah kita kerjakan. Setelah
bertobat maka segera mengerjakan amal-amal sholeh di sisa-sisa umur kita. Alloh berfirman: “Taqwalah kepada Alloh dan hendaknya setiap jiwa memperhatikan dan
memilih apa yang akan dia bawa untuk bekal di hari kemudian.”
3. Satu saat
lagi digunakan untuk mengunjungi kawan-kawannya ataupun saudara-saudaranya,
apalagi kawan-kawannya adalah “ahlil ilim”, orang sholeh, orang yang dapat
mengajak kepada kebaikan, orang yang dapat menunjukkan/ memperlihatkan
kekurangan diri kita. Kita terkadang dalam hidup ada kekurangan kita, tetapi
kita tidak dapat melihat kekurangan diri kita tersebut, dari kawan/ saudara
kita itulah yang akan menunjukan kepada kita kekurangan-kekurangan kita.
Misalkan ada orang kaya yang berteman dengan orang sholeh, maka orang sholeh
dapat menunjukkan kepada orang kaya tersebut, bagaimana cara orang kaya
tersebut dalam menunaikan zakatnya. Seperti yang banyak sekarang orang fahami,
mengeluarkan zakat setiap bulan. Dalam Islam tidak dikenal adanya zakat bulanan
atapun zakat profesi. Ada sebagian orang yang salah dalam pengertiannya, mereka
mengeluarkan zakat tiap bulan untuk membantu faqir miskin, itu bukan termasuk
zakat, tetapi hanya sekedar infaq semata. Setiap orang mesti ada pemandunya,
sehingga kita tahu kelemahan dari ilmu kita. Terus menjalin silaturahmi kepada
mereka, jangan putuskan hubungan yang sudah ada. Kita mesti bersyukur
mendapatkan teman seperti mereka, yang berani dan tulus membimbing kita ke
jalan kebaikan.
4. Satu saat
lagi digunakan untuk melakukan keinginannya (syahwatnya). Kita sebagai manusia
ada keinginan untuk beristirahat, bersenang-senang dengan keluarga, dan
lain-lain. Berikan waktu bagi nafsu/ keinginan kita yang mubahah (boleh-boleh
saja), agar tidak timbul kejenuhan. Jangan selalu fokus terus pada kesibukan
rutinitas pekerjaan kita, tanpa mengikuti kehendak dirinya yang mubahah (bukan
yang haram), sehingga pada akhirnya timbul kejenuhan dan pada akhirnya
ditinggalkan semua kebaikan-kebaikan yang telah rutin dikerjakannya.
Dalam kitab Taurot, Alloh berfirman: “Hai
Manusia, jangan kamu lemah (bermalas-malas) berdiri di hadapan Alloh (dalam
keadaan Shalat), AKU (Alloh) yang akan menghampirkan diri kepada kamu, jika
kamu mau menghadap (shalat/ munajat) kepadaKU. Dalam keadan ghoib kamupun dapat
melihat cahayaKU.” Bagi waktu kita,
setelah mengerjakan shalat yang wajib, sediakan waktu juga untuk
mengerjakan shalat-shalat yang sunnah, seperti qiyamul lail, taubah, dhuha
dan lain sebagainya.
Dalam sebagian kitab yang Alloh
turunkan, dalam kitab Zabur, Alloh berfirman: “Hai manusia, AKU ciptakan kamu
untuk beribadah kepadaKU.”
Meskipun yang kita kerjakan sifatnya
dunia, tetapi niatkan untuk ibadah, seperti mencari nafkah untuk keluarga,
membantu tetangga, membayar sekolah anak, membantu kepeluan agama dan lain
sebagainya, maka niatkan itu semua untuk ibadah kepada Alloh, sehingga apa yang
kita kerjakan semuanya mendapatkan ganjaran pahala dari Alloh. Jangan kita
sia-siakan waktu hidup di dunia untuk bermain-main, hidup di dunia tidak lama,
jangan hanya kita gunakan untuk bersenang-senang saja. Waktu yang sudah berlalu
tidak akan kembali, belum tentu umur kita sampai untuk mencapai dengan apa yang
kita inginkan/ harapkan/ angan-angankan. Manfaatkan waktu sewaktu kita masih
hidup, masih sehat, dan masih luang waktu. Karena suatu saat nanti, pasti kita
akan merasakan kesehatan semakin berkurang (semakin lemah) dan waktu semakin
terasa sempit (sibuk). Sekarang waktunya kita masih sehat, manfaatkan waktu
untuk beribadah kepada Alloh.
Alloh menjamin rizki kita, “Tidak ada binatang yang melata di alam
permukaan bumi ini melainkan Alloh jamin rizkinya.” Jangan kita buat diri kita lelah untuk
mencari dunia, cari hanya sekedar untuk kebutuhan diri, anak dan istri dan
untuk perjuangan agama. Jangan sampai waktu kita habis untuk mencari dunia,
sehingga tidak ada waktu kita untuk beribadah kepada Alloh. Alloh menjamin
rizki kita, tetapi Alloh tidak menjamin kita masuk Syurga. Tidak ada kewajiban
bagi Alloh memasukkan kita ke Syurga. Terkadang orang tua khawatir bila
memasukkan anaknya ke pondok pesantren salaf (hanya khusus membaca kitab dan
mempelajari ilmu agama saja), mereka khawatir dengan masa depan anaknya,
bagaimana nanti bila ingin kerja? Mana ijazahnya? Berarti mereka tidak yakin
dengan jaminan dari Alloh.
Alloh
berfirman:
“Hai anak Adam (manusia), cari AKU (Alloh),
pasti kau akan dapati AKU. Bila kamu sudah mendapatkan AKU (Alloh), maka kau
akan mendapatkan apa yang kau mau. Jika kamu tidak mencari AKU, maka akan
hilang segala sesuatu dari kamu. Maka AKU-lah Zat yang paling layak kamu cintai
dari segala sesuatu. ”
Pelajari ilmu-ilmu Alloh nanti kau
akan dapati itu Alloh, bagaimana Alloh? Bagaimana sifat-sifat Alloh? Mana yang
Wajib, mana yang Mustahil dan mana yang Ja’iz ? Cari Alloh dengan jalan kita
ibadah kepada Alloh, kita riyadhoh, pasti kita akan menemukan Alloh. Dapat kita
baca di Koran-koran (Republika), cerita pengalaman tentang mu’alaf yang mencari Alloh, sehingga
pada akhirnya mereka menjadi muslim yang taat. Bila kita mau mencari Alloh,
maka nanti akan mendapatkan Inayah Alloh. Setelah kita mendapatkan Alloh, maka
apa yang kita mau akan kita dapatkan, segala hajat kita akan terpenuhi, Alloh
akan memberikan jalan/ kesempatan/ kemudahan bagi kita. Bila kita tidak mencari
Alloh, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Sehingga saatnya kita pulang
ke Rahmatullah, kita tidak mempunyai bekal amal untuk di bawa ke hadapan Alloh.
Semua (anak, istri, orang tua dan
lain-lain), harus di bawah kecintaan kita kepada Alloh. Alloh harus di atas
segalanya, Alloh-lah yang paling layak dicintai dari segala sesuatu.
Alloh
berfirman:
“Wahai anak Adam (manusia), AKU lah Alloh
yang menyatakan bagi sesuatu: Kun faya kun. Taati AKU, maka kamupun dapat
menyatakan bagi sesuatu: Kun faya kun.”
Dengan ucapan “Kun faya kun” maka
segala sesuatu yang Alloh kehendaki maka akan terjadi. Untuk menciptakan/
mengadakan sesuatu Alloh tidak memerlukan waktu, lain halnya dengan manusia
yang membutuhkan waktu. Bila kita mentaati Alloh, maka Alloh akan memberikan
kita karomah (kekuatan, penglihatan, pendengaran), sehingga apa yang kita
inginkan dapat segera terwujud. Penglihatan dan pendengaran kita tidak
terhalang oleh dinding ataupun jarak. Bila antara kita dengan Alloh sudah tidak
ada pengahalang/ hijab, maka sangat mudah bagi kita berpindah dari satu tempat
ke tempat lain hanya dengan sekejapan mata.
Ada cerita di zaman dahulu, saat
masih dalam kondisi negara kita masih di jajah oleh Belanda, Al Habib Mustofa
Al Bahar untuk menghindari dari sergapan tentara Balanda dan beliau ingin
menyebrangi sungai, pohon kelapa tiba-tiba tunduk dan menjadi jembatan bagi
beliau untuk dapat menyebrangi sungai tersebut. Dan karomah lain dari Al Habib
Mustofa Al Bahar adalah saat tentara Belanda menembak beliau, tidak terdengar
suara tembakan tetapi yang terlihat hanya kepulan asap saja. Sedangkan karomah dari Kyai Nur Ali, apabila beliau di
tembak oleh tentara Belanda, maka hanya terdengar suara letupan senjata, tetapi
peluru tidak mengenai badan beliau. Itulah karomah-karomah orang alim di zaman
dahulu, tidak ada hal yang mustahil dapat terjadi di zaman ini, bila kita mau
dan berusaha untuk mendekatkan diri kepada Alloh SWT.
Kita
harus waspada (jangan lengah) terhadap Iman-Islam kita dan anak-cucu (keluarga)
kita dan Iman-Islam sahabat-sahabat kita. Alloh memerintahkan kepada kita
hambanya, agar selalu waspada jangan sampai kehilangan Iman-Islam kita. Insya Alloh
kita saat ini masih hidup di tengah-tengah lingkungan majlis-majlis ilmu,
terselamatkan Iman-Islam kita dari kekufuran, kemunafiqan dan lain-lainya.
Karena kita selalu mendapatkan tuntunan melalui kitab-kitab yang dikarang oleh
ulama-ulama Syalaf kita. Yang harus kita pikirkan dan waspadai adalah anak dan
cucu kita ke depan, setelah kita masuk ke alam kubur, bagaimana Iman-Islam
mereka? Biar ada pandangan kita ke depan, jangan hanya memikirkan urusan dunia
saja. Kita harus waspada banyak program-program terselubung yang akan merusak
Iman dari Umat Islam.
Nabi Yaqub AS. disaat akan
menghembuskan nafas yang terakhir, beliau mengumpulkan anak-anaknya seraya
berkata: “Apa yang kalian akan sembah
setelah aku tidak ada di alam dunia ini? Anak-anaknya (yang sudah mendapatkan
pendidikan agama dari ayahnya) menjawab: “Wahai ayah, engkau tidak usah
khawatir, kami akan tetap menyembah Tuhanmu (menjalankan Toriqoh yang kamu
jalankan dahulu), Tuhan bapak-bapak kamu, Tuhan kakek-kakek kamu dan Nabi-Nabi
sebelum kamu Nabi Ibrahim, Ismail dan Ishaq.”
Nabi
Yaqub AS. sangat khawatir, resah dan gelisah ia punya hati, andaikata ia sudah
tidak ada di alam dunia, bagaimana ke-Imanan anak-anaknya? Amaliah
anak-anaknya? Toriqoh anak-anaknya? Apakah sama dengan Toriqoh dan Amaliah yang
dijalankan olehnya. Bila anbiya ada rasa khawatir, tentunya kita harus lebih
khawatir lagi.
Alloh
berfirman kepada Nabi Musa AS.:“Hai Musa,
jauhkan/ hindari dari kamu dunia, tempat tinggal/ berkumpulnya orang-orang
zholim, dunia bukan tempat yang layak untuk kamu. Silahkan ambil sesuai
kebutuhan kamu dan keluarkan keinginan kamu dari pada dunia.”
Yang
disebut dunia adalah yang lebih dari kebutuhan kita, jadi apa yang kita cari
untuk mencukupi kebutuhan nafkah anak dan istri, maka itu bukan termasuk dunia.
Zuhud
adalah kau meninggalkan sesuatu yang kau tidak butuhkan dari pada dunia
sekalipun itu halal. Kesempatan dan peluang ada untuk mendapatkan
sebanyak-banyaknya, tetapi karena melebihi dari kebutuhannya, maka tidak
diambilnya. Dunia halalnya saja ada hisabnya (perhitungannya) dan haramnya ada
adzabnya (siksanya). Orang bila sudah di hisab, berarti ia sudah mendapatkan
hukuman dari Alloh.
Jangan
ada keinginan mendapatkan dunia sebanyak-banyaknya, pisahkan hati kamu dari
pada dunia. Silahkan capai dunia sehingga dunia ada dalam genggamanmu, tetapi
jangan taruh dunia dalam hati kamu. Seburuk-buruknya tempat adalah dunia.
Dunia Alloh
berikan kepada orang yang Alloh sukai/ cintai dan dunia juga Alloh berikan
kepada orang yang tidak Alloh sukai/ cintai. Kepada orang mu’min Alloh berikan dunia dan
kepada orang kafirpun Alloh berikan dunia. Sedangkan untuk agama/ ilmu, tidak
semua orang Alloh berikan agama/ ilmu, kecuali kepada orang-orang yang Alloh
sukai/ cintai dari pada orang-orang baik.
Dalam Hadits
yang lain, Nabi bersabda: “Alloh
bagi diantara kamu, ahlaq-ahlaq kamu, sebagaimana Alloh membagikan rizky
diantara kamu. Siapa orang yang Alloh berikan agama menjadi pedoman/ pegangan
hidupnya, maka berarti orang itu telah Alloh sukai/ cintai-NYA.”
Dalam Hadits
Qudsy, Alloh berfirman: “Hai dunia,
siapa orang yang berkhidmat/ melayani AKU (Alloh), maka layani dia. Dan siapa
orang yang berkhidmat kepadamu (dunia), maka perbudak dia.”
Orang
yang berkidmat kepada Alloh dengan jalan beribadah kepada Alloh dan menjauhi
larangannya, maka dunia akan melayani dan mencukupi kebutuhan mereka. Sedangkan
orang yang berkhidmat kepada dunia, orientasinya hanya untuk mencari dan
menumpuk dunia, maka mereka akan diperbudak oleh dunia dengan jalan fikirannya
hanya fokus untuk terus mencari harta yang belum di dapatnya dan berusaha keras
agar harta yang telah didapatnya tersebut tidak lepas/ hilang darinya.
Alloh
berfirman kepada Nabi Musa AS.: “Hai Musa,
sesungguhnya AKU (Alloh) ini selalu mengintai/ mengawasi orang-orang yang
zholim, hingga AKU ambil tindakan dari orang zholim tadi untuk orang yang di
zholiminya.”
Alloh
akan mengambil tindakan kepada orang yang zholim atas sesuatu apapun juga yang
dilakukannya/ diambilnya untuk dikembalikan kepada orang yang telah di
zholiminya.
Alloh
berfirman kepada Nabi Musa AS.: “Hai Musa,
bila kamu melihat dan menyaksikan kekayaan sudah datang kepada seseorang, maka
katakan kepadanya itu adalah suatu dosa yang dipercepat siksaannya di alam
dunia. Sebaliknya bila kamu melihat kefaqiran datang kepada seseorang, maka katakan
kepadanya selamat datang dengan lambangnya orang-orang sholeh.”
Bila
kekayaan sudah datang menghampiri seseorang, maka itu adalah dosa yang
dipercepat siksanya di alam dunia. Tetapi yang dimaksud kekayaan (dunia) disini
adalah kekayaan yang melebihi dari kebutuhan kita. Jadi silahkan cari dunia
sebanyak-banyaknya, tetapi selebihnya dari kebutuhan kita, kita salurkan kepada
faqir-miskin dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang membutuhkan bantuan. Jadikan
dunia hanya ada di kantong/ saku, dan jangan memasukan dunia ke dalam hati.
Jadi yang dimaksud “dosa yang dipercepat siksanya di alam dunia” adalah: bagi
orang-orang yang diberikan kekayaan tetapi dia tidak bisa mengelolanya dengan
baik sehingga semakin kaya ia semakin pelit, tidak mau mengeluarkan zakat dan
berinfaq kepada yang membutuhkan.
Banyak
orang-orang sholeh yang diberikan kekayaan, ia tidak pelit untuk menyalurkannya
kembali kepada orang-orang yang membutuhkan. Nabi tidak takut umatnya menjadi
orang faqir, tetapi yang Nabi takutkan bila umatnya berlomba-lomba mencari
dunia, karena dikhawatirkan akan terbang keimanannya.
Hadist Nabi: “Kebinasaan umatku pada 2 (dua) hal saja
yaitu meninggalkan menuntut ilmu dan menumpuk-numpuk harta.”
Menuntut
ilmu tidak mau, tetapi mencari harta tidak kenal waktu, yang tidak ada di cari,
yang sudah ada digenggamnya kuat-kuat agar tidak lepas.
Jangan
kita menghimpun-himpun harta, karena dalam harta kita ada haqnya orang-orang
tidak mampu (faqir/miskin). Menghimpun harta dapat membuat keras hati kita,
tidak mau mengikuti tuntunan Alloh dan Rasul-Nya, dan tidak mau dekat kepada
ulama-ulama Sholihin.
Alloh
berfirman kepada Nabi Musa AS.: “Hai Musa,
jangan kau lupa kau menyebut/ mengingat (Dzikir) kepada AKU (Alloh), disaat
orang lupa/ tidak mengingat kepada AKU, maka akan timbul banyak dosa-dosa.”
Disaat
orang tidak mengingat (Dzikir) kepada Alloh, maka akan timbul banyak dosa-dosa.
Bila kita terus ingat kepada Alloh tentunya kita akan terhindar dari berbuat
dosa.
Alloh
berfirman kepada Nabi Musa AS.: “Hai Musa,
katakan oleh kamu kepada orang-orang yang zholim, jangan dia ingat kepadaKU,
manakala mereka mengingat AKU tetapi terus berbuat zholim, AKU akan ingat
mereka dengan laknatKU. AKU (Alloh) telah sumpah pada DIRIKU, untuk menyebut
orang yang menyebut AKU dan mengingat orang yang mengingat AKU. ”
Bila
dia mengingat Alloh tetapi dia tetap berbuat zholim, maka berarti dia telah
melecehkan/ menghina Alloh. Maka bila mereka dzikir kepada Alloh, maka Alloh
laknat mereka. Karena disamping ia berdzikir kepada Alloh, disaat yang sama ia
juga terus berbuat zholim.
Alloh
mewahyukan kepada sebagian Nabi-Nabi-Nya AS.: “Hai NabiKU katakan kepada kaummu/ umatmu, jangan mereka memasuki
(bergabung) di tempat-tempat musuh-musuhKU, dan jangan memakai pakaian
musuh-musuhKU, dan jangan menaiki kendaraan musuh-musuhKU dan jangan memakan
makanan musuh-musuhKU, maka pada akhirnya mereka akan menjadi musuh-musuhKU
sebagaimana musuh-musuhKU.”
Jangan
kita bergabung dengan orang-orang yang menjadi musuh Alloh. Musuh-musuh Alloh
dapat kita kenali, seperti mereka yang berada di Parlemen, mereka yang menetang
diberlakukannya UU tentang Anti Pornografi, UU tentang Peredaran Minuman Keras,
UU tentang Zakat, dan Undang-Undang Syariah lainnya. Mereka yang menentang
diberlakukannya Undang-Undang Syariah yang semacam itu termasuk musuh-musuh Alloh.
Terkadang mereka menyetujui juga diberlakukannya Undang-Undang Syariah
tersebut, tetapi Undang-Undang tersebut telah mereka“kebiri” sehingga
penafsiaran hukumnya menjadi multi-tafsir, sehingga sangat sulit bagi alat
Negara (seperti Kepolisian dan Kejaksaan) untuk mengambil tindakan hukum
apabila terjadi pelanggaran.
Jangan
memakai pakaian-pakaian dari musuh-musuh Alloh. Aritnya kita jangan berprilaku/
bertindak / berbuat seperti prilaku dari musuh-musuh Alloh. Seperti memakai
pakaian-pakaian dari musuh Alloh yang tidak menutup aurot.
Jangan
kamu menaiki kendaraan dari musuh-musuh AKU, partai politik adalah termasuk
sebagai kendaraan/ alat untuk mencapai tujuan.
Jadi
kesimpulannya, jangan kita berprilaku, bertindak, bersikap, bertutur kata sama
dengan prilaku, tindakan, sikap dan tutur kata dari musuh-musuh Alloh. Karena
bila itu kita lakukan, maka pada akhirnya kita akan termasuk ke dalam golongan
dari musuh-musuh Alloh tersebut.
Alloh
mewahyukan kepada
Nabi Daud AS.: “Hai Daud jadilah kamu tentram/ tenang saat dekat dengan AKU. Dan
hendaknya kamu merasa resah dan gelisah selain dengan AKU.”
Disaat
mengingat Alloh (dzikir kepada Alloh) hendaknya kita merasa tenang/ tentram.
Dengan sebab kita dzikir kepada Alloh akan tenang kita punya hati. Disaat hati
kita sedang gundah, resah dan gelisah, maka bila kita membaca dzikir, tasbeh,
membaca Qur’an, maka hati kita akan tenang. Kita akan resah dan gelisah bila
kita bersandar kepada selain dari Alloh
Alloh
mewahyukan kepada
Nabi Daud AS.: “Hai Daud, katakan oleh kamu kepada orang-orang shidiqin, hendaknya
mereka bergembira dengan sebab dekat dengan AKU dan hendaknya mereka
bersenang-senang dengan dzikir kepada AKU.”
Orang
Shidiqin adalah orang yang sejalan antara tutur katanya dengan perbuatannya.
Orang Shidiqin kedudukan/ derajatnya setelah para Nabi-Nabi. Hendaknya kita
senang bila berada di Majlis Dzikir (Majlis Ilmu).
Alloh
mewahyukan kepada
Nabi Daud AS.: “Hai Daud, buatlah AKU ini dicintai oleh hamba-hambaKU. Daud berkata:
Wahai Tuahanku, bagaimana cara aku membuat ENGKAU dicintai dan dirindukan
oleh hamba-hambaMU? Alloh berfirman: Caranya agar mereka cinta kepada
AKU ingatkan kepada mereka akan ni’mat-ni’matKU.”
Dalam
diri kita saja banyak ni’mat-ni’mat Alloh, seperti ni’mat mata, ni’mat telinga,
dan ni’mat lainnya, bila kita menyadarinya maka kita akan bersyukur dan cinta
kepada Alloh.
Alloh
mewahyukan kepada
Nabi Daud AS.: “Hai Daud, siapa orang datang kepadaKU dengan cepat maka AKU catat dia
terbilang orang yang cermat dan bijaksana.”
Manakala
datang panggilan Alloh kepada kita untuk
ibadah kepada Alloh, seperti panggilan waktu Shalat 5 waktu, waktu mengaji,
dll. Orang yang cermat dan bijaksana dapat membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk, dan segera mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk.
Alloh
berfiman kepada Nabi Daud AS. : “Hai Daud, bila kamu melihat/ menyaksikan seorang hamba-KU yang sedang
mencari Ridho AKU, jadilah engkau pelayan baginya.” Tentunya perintah ini tidak hanya dikhususkan
kepada Nabi Daud AS. saja, melainkan juga berlaku kepada kita. Seseorang yang
sedang menuntut ilmu termasuk ibadah dalam mencari Keridhoan Alloh, maka
jadilah engkau sebagai khodamnya, layani kebutuhannya/ keperluannya. Orang yang
menuntut ilmu termasuk orang yang jihad di jalan Alloh, siapa orang yang
membatu orang yang sedang jihad, berarti dia turut ber-jihad di jalan Alloh
pula. Misalkan ada orang yang tidak mampu, tetapi ia mempunyai keingan yang
kuat dalam menuntut ilmu, bila kita ada kelebihan harta, maka bantu mereka
dalam menyediakan kitabnya, biayanya dan lain-lainnya. Bila kita membantu
mereka, maka kita akan mendapatkan pahala jihad pula, sama seperti pahala orang
yang jihad dalam menuntut ilmu tersebut. Apalagi saat ini ulama-ulama semakin
banyak berkurang, maka investasi akhirat bagi orang-orang kaya adalah dengan
mengambil orang-orang dari kampung-kampung untuk di didik di Pondok-Pondok
Tradisional/ Syalaf untuk mendalami ilmu-ilmu agama, agar pada saatnya nanti
mereka dapat meneruskan ‘estafet’ perjuangan ulama-ulama sebelumnya, paling
tidak kita dapat menitipkan anak-anak dan cucu kita untuk menuntut ilmu kepada
mereka. Saat ini banyak orang-orang yang kurang pandai dan mengerti dalam
membaca kitab-kitab. Banyak mubaligh-mubaligh di podium begitu berapi-api dalam
menyampaikan ceramah, tetapi terkadang salah dalam menyampaikan/ menafsirkan
Ayat-ayat Qur’an dan Hadist Nabi, hal ini dikarenakan kurangnya ilmu
mereka.
Alloh
berfiman kepada Nabi Daud AS. : “Hai Daud, jangan kau bertanya/ belajar
tentang AKU (Ilmu-ilmu Alloh) kepada orang alim yang sudah dibuat mabuk
oleh dunia.” Jangan kita belajar
Tauhid, Fiqih, dan ilmu-ilmu lainnya kepada orang alim yang hati dan fikirannya
selalu tertuju kepada dunia.
Hadist Nabi
yang diriwayatkan oleh Jabier RA. : “Jangan kamu duduk/ menuntut ilmu kepada sembarang orang alim.” Lihat bagaimana Bawaannya, bagaimana
Toriqohnya, bagaimana Aqidahnya dan lain-lainnya. Kecuali kepada orang alim
yang mengajak kamu dari 5 perkara menuju kepada 5 perkara:
1. Dari Syaq (ragu) Menuju Kepada Yaqin.
Pada awalnya kita ragu tentang aqidah
dan permasalah-permasalahan lainnya yang menyangkut agama seperti tentang
Tauhid, Fiqih dan lain sebagainya. Bila setelah kita duduk di majlisnya, maka
semakin bertambah ke-yaqin-an kita, tentang hukum-hukum Islam ataupun tentang
Aqidah dan permasalah-permasalahan agama lainnya. Ulama dan orang alim yang
semacam ini yang wajib dan perlu kita tuntut ilmunya. Meskipun kita sudah dapat
membaca kitab, akan tetapi terkadang kita masih ragu dengan pemahaman kita
sendiri, untuk itu kita perlu mendatangi ulama-ulama lain, kita cocokan
pemahaman kita dengan pemahaman dari ulama-ulama lain. Alloh menyatakan:
“Diantara orang alim pasti ada yang lebih alim lagi.”
2. Dari Riya Menuju Ikhlas.
Dari bermacam-macam ibadah yang kita
kerjakan selalu diselubungi oleh sifat Riya, ingin dipuji/ dilihat/ didengar
orang amal ibadah yang kita kerjakan. Setelah kita duduk mengaji kepada ulama
tersebut, dia mengajak kita untuk meninggalkan Riya menuju kepada keikhlasan
dalam mengerjakan bermacam-macam ibadah kepada Alloh.
3. Dari Cendrung Kepada Dunia menuju Sifat Juhud
Dari semula kita yang cendrung kepada
dunia menuju kepada sifat Juhud, menerima apa adanya sehingga kita tidak
memfokuskan waktu dan tenaga kita hanya untuk mengejar urusan dunia.
4. Dari Sifat Qibir (Sombong) Menuju Sifat Tawadhu
(Rendah Hati)
Setelah kita menuntut ilmu kepadanya,
Ulama tersebut mengajak kita untuk menjauhi sifat Qibir (Angkuh/ Sombong)
menuju kepada sifat Tawadhu (Rendah hati). Ulama semacam ini yang membentuk
watak kita dari yang tidak baik menjadi baik, ulama-ulama semacam ini yang
mesti kita tuntut ilmunya.
5. Dari ‘Addawah (Perselisihan) Menuju Nasihah
(Tulus Hati)
Ulama yang dapat meredam kita punya
perselisihan/ pertengakaran/ perbedaan pendapat antara kita dengan saudara
kita, sehingga kita berprilaku tulus bathin dan hati kita, serta dapat
menerimanya sebagai ketentuan dari Alloh.
Bila
kita menemukan ulama yang sudah mabuk dengan urusan dunia, jangan kita tuntut
ilmunya, jangan bertanya kepadanya tentang permasalahan-permasalahan agama.
Mareka akan memberikan jalan shaq (keraguan) dari jalan menuju kepada Alloh.
Apa yang disampaikannya justru akan menyesatkan kita dari jalan Alloh. Mereka
adalah “pembegal-pembegal” (perampok/ penyamun) hamba-hamba Alloh yang akan
menuju kepada jalan menuju kepada Alloh SWT.
Dalam
suatu riwayat, disebutkan dalam sebagian hadits, ada seseorang yang selalu
mulajamah mendampingi Nabi Alloh Musa AS. hingga dia dapat mengambil banyak
ilmu dari Nabi Musa AS. Setelah dia menjadi alim, mulailah dia berda’wah dan
pada awal da’wahnya dia selalu mengatakan: “Nabi Musa Kalimullah telah
mengatakan pendapat kepada kami….” Sehingga pada suatu saatnya dia menjadi
orang yang kaya raya, dan setelah sekian lama dia tidak mendampingi lagi Nabi
Musa AS., Nabi Musa bertanya tentang keberadaan orang tersebut. Pada akhirnya
datanglah seorang laki-laki kepada Nabi Alloh Musa AS. dengan membawa/ menarik
seekor babi dengan menggunakan tambang berwarna hitam. Nabi Musa AS. bertanya
kepada lelaki yang membawa babi tersebut: “Mengapa engkau membawa seekor babi
di hadapanku? Dan apakah engkau mengetahui keberadaan dari orang yang dahulu
sering mendampingi/ menyertai kemana aku berda’wah.” Lelaki tersebut menjawab
pertanyaan Nabi Musa AS.: “Ya, aku mengetahui keberadaan orang tersebut. Inilah
orang yang yang dahulu selalu mendampingi da’wahmu, sambil ia menunjuk kepada
babi yang dibawa bersamanya.” Nabi Alloh Musa memohon kepada Alloh: “Wahai Alloh, kembalikanlah
orang ini kepada bentuknya semula, agar aku dapat bertanya kepadanya: “Apa
sebabnya ia dapat menjadi babi, padahal ia selalu mendampingi aku dalam
berda’wah? Kemudian Alloh mewahyukan kepada Nabi Musa: “Hai Musa, andaikata
engkau meminta kepada AKU, sebagaimana apa-apa yang telah di minta oleh Nabi
Adam AS. dan Nabi-nabi setelahnya (bertawashul), maka pasti AKU tidak akan
mengembalikan orang tersebut kepada kondisi/ keadaan seperti semula. Tetapi AKU
akan memberitahukan kepadamu tentang sebab orang ini AKU hukum menjadi seekor
babi, karena dia mencari dunia dengan jalan agama.” Agama dijadikannya sebagai
alat untuk mencari keduaniaan.
Jangan
kita menuntut ilmu kepada sembarangan ulama, carilah ilmu kepada ulama-ulama
Sholihin. Nabi bersabda: “Ilmu itu sebagai pegangan/ agama, lihatlah
dari siapa kau akan mengambill ilmu.” Dalam hadist yang lain Nabi bersabda: “Umatku akan selalu berada dalam kebaikan
selama ia mau mengambil ilmu dari leluhur-leluhur mereka.” Kita dapat melihat apa yang diajarkannya
dengan melihat siapa gurunya (lihat sanad dari guru-gurunya), tetapi liat pula
ajaran yang dibawanya (track recordnya saat ini), apabila ajaran yang dibawanya
menyimpang dari apa yang diajarkan oleh gurunya atau dia sudah mabuk dengan
urusan dunia, maka jangan ikuti/ ambil ilmu darinya. Tetapi bila ia masih
istiqomah mengikuti ajaran dari guru-gurunya, maka ikuti dia atau ambil ilmu
darinya.
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari
isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib
Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi
motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar