Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Wasiat-Wasiat Alloh (Bagian ke-1)
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Datangnya
wasiat-wasiat Alloh ini berupa Hadits-Hadits Qudsy (Firman Alloh) dan
Hadits-Hadits Shoheh yang diriwayatkan oleh para Sohabat-Sohabat Nabi.
Dalam
sebuah Hadits Qudsy Rasululloh bersabda:
“Ya hamba-hamba KU sesungguhnya AKU
haramkan perbuatan aniaya/ zholim atas diri-KU. Dan AKU jadikan itu kezholiman
diantara kamu diharamkan, untuk itu jangan diantara kamu saling zholim
men-zholimi.” Alloh yang memiliki
segala-galanya, termasuk diri kita, mengharamkan zat-NYA (diri-NYA) untuk
berbuat zholim. Padahal dapat/ sah saja bagi Alloh bertindak sekendak hatinya,
dan apa yang dilakuannya tidak dapat dikatakan zholim. Orang yang sejak lahir
hingga wafatnya (puluhan tahun) terus beribadah kepada Alloh di alam dunia,
hingga saatnya Alloh masukkan dia ke dalam neraka, maka itu boleh-boleh/
sah-sah saja, dan Alloh tidak dapat dikatakan zholim atas perbuatan-NYA
tersebut. Tidak ada kewajiban bagi Alloh memasukkan hamba-NYA ke dalam syurga
sekalipun ia ahli ibadah. Kita ini milik Alloh (Haq Alloh), maka tidak dapat
dikatakan zholim bila Alloh berbuat sekendak-NYA atas apa yang menjadi
milik-NYA.
Haram
bagi kita berbuat zholim terhadap sesama makhluk Alloh, baik kepada sesama
manusia, kepada binatang ataupun kepada makhluk Alloh lainnya. Untuk itulah
jangan kalian saling berbuat zholim kepada sesama makhluk Alloh.
Kita
dilarang menzholimi dalam bentuk apapun juga, seperti menzholimi dalam bentuk
fisik, kejiwaan dan harta serta menzholimi dalam bentuk apapun juga. Tidak
boleh saling menzholimi antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan
binatang dan antara binatang dengan binatang.
Dalam
Hadits Riwayat Muslim dan Tirmizi, Nabi
bersabda: “Nanti akan ditunaikan
haq-haq masing-masing kepada ahlinya pada hari Qiyamat.” Sampai saatnya nantinya di hari Qiamat akan
diadakan Qishoosh bagi kambing-kambing yang tidak bertanduk yang di zholimi
oleh kambing-kambing yang bertanduk di alam dunia. Nanti Alloh akan
memerintahkan kepada kambing yang tidak bertanduk untuk membalas (Qishoosh)
perbuatan zholim yang dilakukan kambing yang bertanduk di alam dunia. Kepada
binatang saja Alloh akan memberikan kesempatan Qishoosh, apalagi bila perbutan
zholim dilakukan kepada sesama manusia. Doanya orang yang di zholimi Alloh
terima sekalipun dia orang kafir.
Dalam
suatu riwayat Rasululloh pernah bertanya kepada para sohabat-sohabatnya, “Wahai para sohabat apabila ada diantara
kalian yang bernah aku sakiti di alam dunia, maka silahkan ambil Qishoosh/
balasanya sebelum aku mendapatkan balasan di hari Qiamat kelak.” Ada satu orang diantara para sohabat yang
menunjuk tangannya. “Aku wahai Rasul, Aku
pernah kau sakiti, maka berikan kepada aku kesempatan untuk berbuat Qishoosh/
balasan atas perbuatanmu itu.”
Sohabat-sohabat yang lain mendengar perkataan sohabat yang satu ini
begitu marah, karena mereka tidak sampai hati melihat Nabi di sakiti. Nabi
melarang sohabat-sohabat yang lain untuk marah, biarkan dia mengambil haqnya
atas aku. “Wahai Rasul, saat aku terkena
cambukmu aku dalam keadaan tidak mengenakan pakaian/ baju sama sekali, maka aku
minta kepadamu untuk membuka juga pakaian yang kau pakai.” Rasululloh menuruti permintaan sohabat
tersebut, terlihatlah kulit Rasululloh yang begitu putih. Setelah melihat Rasululloh
membuka pakaiannya, sohabat tersebut membuang cambuknya dan segera memeluk
tubuh dari Rasul dan menciumnya. Sohabat tersebut tidak bertujuan untuk
mengmbil Qishoosh kepada Rasululloh, tetapi ia ingin mengambil baroqah dari
jasad/ tubuh Rasululloh, kulit ketemu kulit. Dari Hadits ini dapat difahami
bahwa Rasululloh saja tidak mau di Qishoosh di hari Qiamat.
Dalam
Hadits yang lain Rasululloh bersabda:
“Siapa orang yang mengambil sedikit saja
tanah orang lain dengan cara zholim, nanti tanah yang diambilnya itu akan di
kalungkan di lehernya di Hari Qiamat hingga 7 lapis bumi.” Jangankan tanah yang diambilnya
bermeter-meter, sekedar satu jengkal saja ada perhitungannya di Hari Qiamat
kelak.
Nabi Daud AS.
suatu saat bermunajat kepada Alloh SWT.: “Ya Rabbi, Siapakah hamba-MU yang paling KAU sukai?” Kemudian Alloh berfirman:”Wahai Daud, hamba-KU yang paling AKU sukai, yaitu orang yang hatinya
taqwa (hatinya bersih dari hal-hal yang tidak baik), dua tangannya bersih dari perbuatan ke-zholiman (tidak menyakiti atau mengambil haq orang
lain, seorang muslim yaitu selamatnya orang muslim lainnya dari kejahatan
tangan dan lidahnya), dia tidak berjalan
di tengah-tengah orang dengan namimah (mengadu domba orang), gunung dapat sirna/ bergeser dari tempatnya,
tapi dia punya prinsip hidupnya/ aqidahnya tidak dapat digeser oleh apapun
juga, orang ini cinta pada AKU dan dia juga cinta kepada orang yang cinta
kepada AKU dan diapun mendorong kecintaan orang kepada AKU” (mengajak orang
untuk cinta kepada Alloh dengan jalan mengerjakan dan menyebarkan Syariat-NYA).
Dalam
suatu riwayat di zaman Nabi Musa AS.
ada seorang laki-laki lemah dari Bani Israil, dia mempunyai banyak anggota
keluarga, untuk menafkahi keluarganya dengan jalan menjala/ memancing ikan.
Suatu saat ia menjala/ memancing ikan, terjaringlah dalam jaringnya ikan yang
besar. Ia sangat bergembira dan ia membawa ikan besar tersebut ke pasar untuk
di jual guna menafkahi keluarganya. Dalam perjalanannya ke pasar ia dihadang
oleh seorang penyamun/ perampok, dan ikan tersebut di rampas oleh penyamun.
Lelaki yang lemah tersebut berusaha untuk mempertahankan ikan yang dimilikinya.
Perampok tersebut memukul dengan menggunakan kayu yang dipegangnya ke arah
kepala dari si pemancing dengan pukulan yang menyakitkan, maka berhasillah di
rampas ikan tersebut oleh si-perampok. Si pemancing yang di zholimi (di rampas
ikannya) kemudian berdoa kepada Alloh: “Ya
Tuhanku, KAU ciptakan aku dalam keadaan lemah, KAU ciptakan orang ini dalam
keadaan kuat dan gagah, ambil untukku balasan (Haq-ku) dari orang ini segera di
alam dunia karena dia telah menzholimi aku, aku tidak sabar menunggu
tindakan-MU di akhirat nanti.”
Kemudian perampok ini pergi membawa ikan hasil rampasan ke rumahnya, dia
menyuruh istrinya untuk memasak ikan hasil rampasan tersebut. Setelah matang
ikan tersebut di hidangkan oleh istrinya di atas meja makan. Saat akan di
makan, ikan yang sudah di masak tersebut membuka mulutnya dan menggigit jari
dari si-perampok, sehingga perampok tersebut hilang kesadarannya. Kemudian
perampok tadi datang menjumpai dokter/ tabib untuk menyembuhkan luka gigitan
ikan tersebut. Setelah di periksa, dokter/ tabib menyarankan dia harus memotong
jari tangannya agar racun akibat gigitan ikan tersebut tidak menjalar ke
telapak tangannya. Perampok tadi menyetujui memotong jarinya. Setelah di potong
jarinya, ternyata sakitnya berpindah ke telapak tangannya. Tabib menyarankan
agar dia memotong hingga telapak tangannya, sehingga racun tidak menyebar ke
tempat yang lain. Setelah di potong pergelangan tangannya, ternyata sakitnya
semakin parah, racun telah menjalar ke bagian lengan tangannya. Sehingga ia
terus memotong tangannya, tetapi rasa sakitnya tidak juga hilang. Pada akhirnya
dia keluar berkelana tanpa tujuan, sambil berdoa semoga Alloh hilangkan
penyakit yang menimpa dia. Dia menjumpai sebuah pohon dan dia beristirahat
disana hingga akhirnya ia tertidur. Dalam tidurnya ia mendengar satu ucapan: “Hai hamba yang malang, sampai kapan engkau
akan potong anggota badan kamu? Silahkan kau datangi orang yang kau zholimi
dahulu dengan jalan kau rampas ikannya, minta ridho dari dia.” Disaat itu juga ia terbangun dari tidurnya,
dan dia pikirkan dan renungkan itu permasalahan. Dalam hatinya ia berkata: “Ya,
pernah aku berbuat zholim kepada seseorang pemancing ikan, aku pukul kepalanya
dengan kayu, kemudian aku rampas ikan dari tangannya.” Akhirnya dia masuk ke
kota, dia bertanya dimana rumah dari si pemancing ikan? Akhirnya dia bertemu
dengan pemancing ikan, dan dia meminta maaf dan ridhonya atas kesalahannya
dimasa lalu, serta dia memberikan sejumlah uang untuk membayar harga ikan yang
telah dirampasnya. Kemudian perampok ini bertobat kepada Alloh atas perbuatan
yang tidak baik. Maka ridho-lah si-pemancing atas kesalahan dari si-perampok.
Setelah itu maka si-perampok tadi tidak merasakan sakit lagi dari penyakit yang
dialaminya. Kemudian si-perampok tadi tidur di atas tempat tidurnya dengan
tobat yang betul-betul tobat. Dan pada hari kedua Alloh datangi dia dengan
Kelembutan dan Rahmat Alloh, dan Alloh kembalikan lagi tangan seperti semula.
Maka
turunlah wahyu kepada Nabi Musa AS.: “Hai
Musa, demi Keagungan dan Kebesaran-KU. Andaikata orang yang telah berbuat
zholim itu tidak datang kepada orang yang telah di zholiminya untuk meminta
ridho, pasti AKU akan adzab dia meskipun panjang usianya.”
Dari
kisoh diatas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa Alloh tidak tinggal diam
terhadap ke-zholiman yang dilakukan kepada sesama makhluk Alloh. Jangan sampai
kita merasa gagah, kuat, ada beking, sehingga kita dapat berbuat/ bertindak
semaunya. Ingat Alloh tidak akan tinggal diam dan Alloh tidak lalai terhadap
perbuatan orang-orang yang berbuat zholim. Peringatan juga untuk orang yang
berprofesi sebagai Satpol PP, hendaknya jalankan tugasnya dengan baik, jangan
sampai berbuat zholim dengan merampas barang dagangan orang dan memukul orang
dengan dengan sekendak hatinya. Silahkan jalankan tugas untuk menjaga ketertiban
masyarakat, tetapi dengan cara-cara yang manusiawi, jangan sampai melampaui
batas (berbuat zholim).
Dalam Hadits
Qudsy yang lain, berfirman: “Hai
hamba-hambaKU semua kalian ini sesat, kecuali orang-orang yang AKU berikan
petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-KU, apabila kamu minta petunjuk
kepada-KU pasti AKU berikan petunjuk kepada kamu.” Kita semuanya pada asalnya sesat, karena
petunjuk Alloh-lah sehingga kita dapat berada di tempat-tempat baik semacam
majlis ilmu ini. Kita ini sudah tergolong orang-orang yang mendapatkan
petunjuk, sehingga kita dapat meluangkan waktu kita untuk dapat duduk di majlis
ilmu semacam ini, untuk menunut ilmu syariat. Tinggal kita mohon kepada Alloh,
agar Alloh tetapkan Hidayah yang sudah ada pada kita. Adakalanya orang setelah
mendapatkan ujian yang bermacam-macam suka nyasar, sehingga datang ke
tempat-tempat yang tidak benar, maka pada akhirnya yang masuk adalah setan,
bukan tuntunan Alloh.
“Hai
hamba-hambaKU kalian semuanya lapar, kecuali orang yang AKU beri makan, maka mintalah
makan (ridzky) kepada-KU, maka AKU beri makan.” Minta ridzky
kepada Alloh, jangan lari ke dukun. Bila suatu saat kita mendapatkan kesulitan
ekonomi, maka bermunajatlah kepada Alloh, mendekatkan diri kepada Alloh,
intropeksi diri, Insya Alloh, Alloh akan memberikan petunjuk. Jika lari ke
dukun, duit habis, tidak ada hasil, malah bertambah pusing kita.
“Hai
hamba-hamba-KU kalian semuanya telanjang (tanpa pakaian), kecuali orang yang
AKU berikan pakaian, maka mintalah pakaian kepada-KU.” Mintalah semau apa yang kita butuhkan kepada Alloh,
meskipun hanya tali terompah (sandal) kita yang putus.
“Hai
hamba-hambaKU kalian semuanya bersalah di siang hari dan di malam hari dan AKU
ZAT yang mengampuni semua dosa, minta ampun kepada AKU, pasti AKU ampuni kamu.” Kita banyak berbuat salah dan Ma’siyat kepada
Alloh, dosa apapun juga dan sebanyak apapun juga Alloh akan ampuni dosa kita
bila kita mau memohon ampun kepada-NYA. Bila seseorang mengalami kemunduran
dalam usahanya, tidak lancar rezkinya, itu karena ada perbuatan dosa yang
dilakukannya tanpa di sadarinya, maka instropeksi diri dan segera meninggalkan
dosa itu dan segeralah bertobat kepada Alloh.
“Hai
hamba-hambaKU kalian bagaimanapun tidak akan sanggup memberi manfaat kepada KU
dan kamu juga tidak dapat membahayakan AKU.” Jangankan memberi manfaat kepada Alloh,
kepada sesama manusiapun kita tidak dapat memberi manfaat.
“Hai
hamba-hambaKU andaikata orang-orang yang pertama kali hidup di zaman dulu yang
mendahului kamu adalah orang yang paling taqwa diantara kamu, dan kemudian kamu
orang yang hidup di akhir dunia, manusia-nya, jin-nya, mereka semua memiliki
hati yang sama laksana seorang yang paling taqwa tersebut, maka itu semua tidak
menambahkan sedikitpun juga KemulyaanKU.” Ketaqwaan dari semua manusia
dari zaman dahulu hingga akhir zaman, maka tidak akan menambahkan Kerajaan dan
Kemulyaan Alloh sedikitpun juga.
“Hai
hamba-hambaKU andaikata ada seseorang yang pertama kali hidup di zaman dahulu
yang mendahului kamu adalah sejahat-jahatnya manusia, dan kemudian kamu orang
yang hidup di akhir dunia, manusia-nya, jin-nya, mereka semua memiliki hati
yang sama dengan orang yang hatinyanya jahat tersebut, maka itu semua tidak
mengurangi sedikitpun juga KemulyaanKU.”
Kejahatan dari semua manusia dari zaman dahulu hingga akhir zaman, maka
semuanya itu tidak akan mengurangi Kemulyaan Alloh sedikitpun juga.
Hendaknya
kita berhati-hati dalam bertindak, pandai-pandai mengkalkulasi diri,
instropeksi diri, jangan sembarangan berbuat. Bila hendak berbuat sesuatu
hendaknya timbang dengan timbangan Syara (agama), jika di timbang/ di nilai
cukup baik, maka segera laksanakan, jika di timbang tidak baik, hendaknya
segera jauhkan/ tinggalkan. Karena segala amal kita besar ataupun kecil, banyak
ataupun sedikit, akan diperhitungkan apalagi amal-amal yang tidak baik.
“Siapa orang
yang mendapatkan kebaikan dari pada amal-amalnya, hendaknya dia memuji kepada Alloh.” Mengucapkan pujian kepada Alloh secara lisan,
anggota badan dan hati. Jika kita pandai-pandai memuji, maka kita akan termasuk
orang-orang yang awal di panggil ke syurga. “Orang
yang pertama kali di panggil ke syurga adalah orang yang paling banyak memuji
kepada Alloh.” Pujian atas anugrah
ni’mat yang Alloh berikan kepadanya.
Siapa
orang yang mendapatkan selain kebaikan, maka jangan sesalkan dan menyalahkan
orang, maka hendaknya dia menyalahkan diri sendiri.
Nabi bersabda
dalam sebuah Hadits Qudsy: Alloh memerintahkan kepadaku (Muhammad): “Hendaknya kamu wahai umat-umatku, rendah
hatilah kamu (jangan angkuh/ jangan sombong), hingga tidak ada lagi seseorang
yang menyombongkan diri atas orang
lainnya, dan tidak ada lagi seseorang yang menzholimi atas orang lainnya .”
Nabi Musa AS. pernah bertanya
kepada Alloh: “Kapan dan dimana aku
dikatakan men-zholimi KAMU wahai Alloh?” Alloh berfirman: “Jika kamu
menyakiti orang yang susah yang sedang luka hatinya, maka disitulah kamu
menzholimi AKU.”
Oleh
karena itu jangan sampai kita menzholimi orang dan melukai hati orang lain,
apalagi bila orang tersebut dalam keadaan sedang susah.
Sombong
adalah salah satu sifat yang tidak baik, Sifat Sombong adalah Rid’da
(selendang) Alloh, hanya Alloh yang berhaq menggunakannya, kita tidak berhaq
melakukan kesombongan kepada siapapun juga apapun posisi kita. Sealim-alimnya
orang tetap harus rendah hati, sekaya-kayanya orang tetap harus rendah hati,
setinggi-tingginya jabatan seseorang tetap harus rendah hati.
Salah
satu alamat orang yang akan celaka hidupnya di dunia dan di akhirat adalah:
tambah ilmu tambah sombong, tambah harta tambah kikir.
Dalam sebuah
Hadits Qudsy Alloh berkata: “AKU benci pada tiga hal, tapi kebencianKU pada
tiga hal ini jauh lebih AKU benci lagi. AKU benci pada orang-orang yang ba’hil/
kikir, tetapi kebencianKU kepada orang kaya yang kikir/ pelit lebih dahsyat
lagi. AKU benci kepada orang-orang yang angkuh/ sombong, tetapi kebencianKU
kepada orang miskin yang sombong lebih dahsyat lagi. AKU benci kepada
orang-orang fasiq (suka berbuat ma’syiat), tetapi kebencianku kepada orang tua
yang fasiq lebih dahsyat lagi. AKU senang/ suka/ cinta pada tiga hal, tetapi
kesenanganKU pada tiga hal ini lebih AKU senangi lagi. AKU senang dengan orang
yang murah tangan (dermawan/ tidak perlu diminta), tetapi kesenanganKU kepada
orang faqir yang murah tangan jauh lebih dahsyat lagi. AKU senang dengan orang
yang tawadhu, tetapi kesenanganKU kepada orang kaya yang tawadhu jauh lebih
dahsyat lagi. AKU senang dengan orang yang rajin beribadah, tetapi kesenanganKU
kepada anak mudah yang rajin beribadah jauh lebih dahsyat lagi.”
Terkadang
ada orang yang karena menjaga kehormatan dirinya, maka dia tidak mau meminta
bantuan kepada orang lain meskipun dia butuh bantuan. Suatu saat ada seorang
pengemis datang kepada Syaidina Ali KA., saat Syaidina Ali KA. memandang wajah
pengemis tersebut, pengemis tersebut terlihat berubah warna mukanya karena
sanggat malunya. Syaidina Ali sangat mengetahui bahwa pengemis ini sangat
membutuhkan bantuan, tetapi karena malunya ia tidak dapat berkata-kata,
Syaidina Ali tidak bertanya apa hajad dari orang ini, dia hanya berkata:
“Silahkan kau tulis hajadmu kepadaku dipermukaan bumi (di atas tanah), sehingga
aku tidak melihat hajadmu dari wajahmu. Kemudian pengemis tersebut menuliskan
hajadnya di tanah: “Sudah tidak ada
sesuatu apapun juga yang dapat aku jual untuk 1 dirham saja, pandangmu ke
wajahku sudah memadai sehingga tidak perlu aku hinakan lagi bahwa aku sangat
membutuhkan bantuanmu, tidak ada harta yang dapat aku jual hanya tinggal harga
diriku yang aku jaga dan tidak akan aku jual kepada siapapun juga, engkaulah
wahai Ali sebaik-baiknya pembeli.” Syaidina Ali KA., berkata: “Kau segera datang kepadaku, maka segera
pula datang kebaikanku kepadamu. Andaikata kau tidak datang sekarang, aku tidak
akan mengurangi hajadmu, aku akan penuhi hajad kamu sebanyak-banyaknya. Ambil
yang sedikit dari padaku, anggaplah engkau tidak pernah menjual sesuatu yang
kau jaga (harga dirimu) kepadaku.”
Jangan
sampai ada orang datang kepada kita dalam keadaan susah dan butuh bantuan, kita
tidak segera memberikan apa yang menjadi hajadnya, tetapi malah ditanya untuk
apa? Ada keperluan apa? Ditanya bermacam-macam, diberikan nasehat/ jalan keluar
tetapi tidak segera diberikan bantuan. Jangan banyak bertanya, apalagi sampai
melukai hatinya, segera penuhi hajadnya.
Nabi bersabda: Dalam
tidurku aku berjumpa dan melihat Alloh, Alloh berkata: “Ya Muhammad…Nabi menyambut panggilan Alloh dengan “Labayk”. Bila kamu
shalat lima waktu ataupun shalat lainnya, katakan oleh kamu: “Wahai Alloh,
aku mohon kepadaMU agar aku diberikan kemampuan untuk dapat melakukan
kebaikan-kebaikan, dan diberikan kemampuan untuk meninggalkan hal-hal yang mun’kar dan cinta kepada orang-orang miskin, bila KAMU
ingin memberikan suatu fitnah (ujian/ bala/ cobaan), maka cabut nyawaku
kembalikan kepadaMU dalam keadaan tidak terkena fitnah. ”
Nabi bersabda
dalam sebuah Hadits Qudsy: “Hai
manusia, bangun/ bangkitlah kamu
menghadap kepadaKU, maka AKU akan balas dengan berjalan menuju ke arahmu.
Silahkan berjalan menuju AKU, maka AKU akan berlari menuju ke arahmu. Hai anak
adam, sebut AKU (dengan membaca dzikir/ wirid) satu saat saja di awal nahar
(siang) dan satu saat lagi di akhir nahar, maka AKU cukupi kebutuhanmu diatara
dua waktu itu. Hai manusia, jangan sampai kau lalai/ tidak mampu untuk shalat 4
rakaat di awal nahar (Shalat Dhuha), AKU akan cukupi segala kebutuhanmu sampai
akhir nahar .”
Sekurang-kurangnya
bacalah diawal pagi: “HasbunAlloh
wanni’mal waqil ni’mal mawla wanni’mannasir”, sebanyak 100 kali.
Rahmat
Alloh lebih cepat datang kepada kita, dibandingkan usaha kita menuju kepada
Rahmat Alloh.
Biasanya
suatu amalan yang bersifat keduniaan/ materi, orang akan rajin mengerjakannya,
seperti Shalat Dhuha, membaca Surah Al Waqiah dan lain-lain.
Alloh
mewahyukan kepada Nabi Adam AS.: “Ada 4 macam sifat, pada 4 macam
sifat/ perkara ini ada himpunan kebaikan-kebaikan untuk kamu dan untuk
anak-anak kamu. Satu macam/ satu hal untuk-KU, satu macam lagi untuk kamu dan
anak-anak kamu, satu macam lagi yang ada antara AKU dan antara kamu dan satu
macam lagi yang ada antara engkau dengan hamba-hambaKU.
1. Satu perkara (sifat)
untukKU (Alloh)
Hendaknya kamu beribadah kepadaKU.
Kita tidak menghambakan diri kepada manusia ataupun kepada makhluk Alloh
lainnya, tetapi hanya menghambakan diri kepada Alloh semata. Kamu tidak
mensekutukan AKU kepada apapun juga, entah itu kepada manusia, binatang, harta,
jabatan ataupun makhluk-makhluk lainnya.
2. Satu perkara (sifat)
untuk kamu dan anak-anak kamu
Amal kamu keuntungannya untuk kamu,
amal kamu kembali kepada kamu dan manfaatnya untuk kamu. Hidup di dunia tidak
lama, jika kita beramal sholeh itu untuk diri kita sendiri. Kita mengerjakan
amal sholeh seperti menuntut ilmu (suatu amal sholeh yang tidak dapat
dibandingkan dengan amal apapun juga), shodaqoh, qiyamul lail, membaca dzikir
dan mengerjakan ibadah-ibadah lainnya, manfaatnya untuk dirinya sendiri. Jika
kita berbuat baik, maka kebaikan itu akan kembali kepada kita. Demikian pula
jika kita berbuat kejahatan, maka kejahatan itu akan kembali kepada kita. Bukan
kembali kepada Alloh dan bukan kembali kepada orang tua, tetapi kembali kepada
diri kita sendiri.
3. Satu perkara
(sifat) antara AKU (Alloh) dan antara kamu (Hamba Alloh).
Hendaknya kita sebagai hamba juga
berdoa kepada Alloh disamping kita ikhtiar. Kamu sebagai hamba ada kewajiban
berdoa kepada Alloh. Banyak anjuran dari Alloh dan Rasulnya untuk selalu berdoa
kepada Alloh. Dan AKU (kata Alloh) mempunyai kewajiban untuk mengabulkan/
merespon memperkenankan kamu punya doa. Kewajiban disini bukan kewajiban Syar’i
kepada hambanya, tetapi hanya merupakan kewajiban moral saja. Alloh tidak
mempunyai kewajiban apa-apa kepada hambanya, tetapi hanya kewajiban moral
semata. Alloh akan menerima kita punya doa selama kita ikhlas dalam berdoa.
4. Satu perkara
(sifat) antara kamu dengan hamba-hambaKU (Alloh)
Kamu perlakukan/ pergauli mereka
(hamba-hamba Alloh) dengan sesuatu yang kamu suka jika mereka memperlakukan/
mempergauli kamu dengan itu. Apa yang kita inginkan/ sukai, baik dari prilaku
ataupun sikap orang lain kepada kita, maka itulah yang kita lakukan kepada
hamba-hamba Alloh yang lain. Kita senang orang lain menghormati, menghargai dan
membantu kita, maka pergauli mereka (hamba Alloh) seperti itu juga.
Untuk berteman/ bersahabat ada
tuntunannya, hendaknya kita bergaul/ berteman dengan orang yang bertaqwa kepada
Alloh dan orang yang menguasai/ memahami ilmu agama, agar kita mendapatkan tuntunan
dari mereka. Jangan kita berkawan dengan orang yang bodoh, sehingga kita
menjadi ikut bodoh. Dan jangan berkawan dengan orang fasiq, sehingga kita akan
ikut/ terbawa dengan perilaku mereka.
Dalam sebuah Hadits Rasululloh bersabda: “Tidak
ada seorang sohabat yang menemani sobatnya walau hanya sesaat disiang hari,
melainkan Alloh akan tuntut tentang persahabatannya itu di hari Qiamat.” Apakah disaat bersahabat itu ditegakan
haq-haq Alloh, atau disia-siakannya? Misalkan temannya tidak shalat ataupun tidak
menutup aurot, ini merupan haq Alloh, maka kita wajib mengingatkannya. Jadi
jangan asal bersahabat, tetapi kita harus tegakkan haq-haq Alloh.
Dalam
hadist yang lain Nabi bersabda: “Pasti
mendapatkan kecintaanku bagi orang-orang yang saling bercinta-cintaan
(bersahabat) dijalanku, berteman karena aku, saling berkunjung karena aku,
saling meng-infaq-kan/ mendermakan hartanya karena aku.”
Dalam Suhuf Ibrahim AS. : “Atas
orang yang beraqal (cerdas/ waras aqalnya), dia harus pandai-pandai mengontrol
lisannya.” Lisanmu adalah singa
kamu, bila kamu tidak pandai mengendalikannya maka dia akan menerkammu.
Hendaknya tahan kita punya lidah, jangan menuruti hawa nafsu kita, tanpa
memperhatikan apakah ucapan kita melukai hati orang lain atau tidak?
Nabi
bersabda:
“Beruntung orang yang menahan kelebihan
dari pada omongannya dan beruntung orang yang mengeluarkan kelebihan hartanya.”
Orang yang ber-aqal, menahan dia
punya lidah. Dia pun arif dan bijak di zamannya. Zaman sekarang ini tidak sama
dengan zaman orang-orang tua kita dulu. Dahulu kita meninggalkan anak di rumah
aman dari pengaruh-pengaruh negative, tetapi sekarang anak kita tinggal di
rumah penuh dengan resiko, banyak tontonan yang terkadang tidak layak untuk di
tonton, baik dari televisi maupun dari internet. Kemajuan tekhnologi dapat
membahayakan kita dan anak kita bila kita tidak dapat mengelolanya dengan baik.
Habib Abdullah Al Haddad berkata: “Di zaman ini (zaman beliau), yang mun’kar
jadi ma’ruf dan yang ma’ruf jadi
mun’kar.”
Jangan mencari perbedaan-perbedaan
masalah yang ada di antara kita sesama umat Islam, tetapi cari persamaannya.
Jangan saling menghujat, tetapi cari persamaannya. Tantangan-tangan yang kita
hadapi sebagai umat Islam cukup berat, tangangan yang dapat merusak ahlaq dan
aqidah anak-anak kita, untuk itu sebagai ustadz, mualimin, da’i harus dapat mengedepankan persamaan-persamaan
diantara kita Umat Islam. Tapi yang disayangkan orang-orang di luar sana yang
tidak sejalan/ sefaham dengan kita,
banyak mengkritik/ menghujat/ menyalahkan
amaliyah (ibadah) yang kita kerjakan sehari-hari. Kita selaku Ahlusunnah
Waljama’ah, kita lebih arif, karena kita mempunyai panduan/ pedoman, kita dapat
membaca kitab “Mizanul Qubro”, yang membahas mengenai perbedaan-perbedaan furuiyah.
Sehingga kita dapat mensikapi adanya perbedaan-perbedaan dalam masalah
furuiyah, sehingga kita lebih arif tidak menyela/ menyalahkan ibadah orang
lain. Kita hanya dalam posisi bertahan bukan dalam posisi menyerang. Kita hanya
memposisikan mempertahankan diri memberikan pengertian kepada umat dan itu pun
harus dengan cara bijak.
Ada buku yang ditulis oleh seorang
pemerhati Islam di Asia Pasific khususnya di Indonesia, dia memuji Prof. Dr.
Idham Cholid, Ketua Suriyah PBNU. Pengarang tersebut memuji Idham Cholid, dia
mengatakan bahwa Prof. Dr. Idham Cholid adalah manusia untuk sepanjang zaman/
masa, di zaman Orde Lama dia dapat ikuti, NU memposisikan diri membela umat
Islam melawan kaum komunis sebelum kelompok-kelompok yang lain bergerak
memusuhi faham komunis. Di zaman Orde Baru ia terus masih dibutuhkan, dan ia
terus dapat di pakai sampai akhir hayatnya, sehingga mendapatkan gelar pahlawan
nasional. Dia memposisikan diri sebagai “pemain” yang selalu aman, sehingga
dapat mengikuti suasana tanpa mengorbankan aqidahnya/ keyakinannya.
Hendaknya kita bersikap arif, ajarkan
kepada anak-anak kita tentang aqidah, ahlaq dan lainnya, jangan sampai mabuk
dengan urusan keduniaan. Karena anak-anak kita hidup bukan di zaman kita,
artinya tidak sama antara zaman kita dengan zaman anak-anak kita.
Bersungguh-sungguh dalam segala
urusannya, disaat menuntut ilmu kita harus bersungguh-sungguh, disaat
menyebarkan ilmu kitapun harus bersungguh-sungguh, jangan karena sakit sedikit
meninggalkan tugas kewajiban mengajar. Jangan berkaca kepada orang yang sudah
lanjut usia, kita yang masih muda harus mempunyai semangat dan
bersungguh-sungguh baik dalam belajar ataupun mengajar.
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar