Selasa, 18 Agustus 2015

TASAWUF - Wasiat-Wasiat Alloh (Bagian ke-1)



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Wasiat-Wasiat Alloh (Bagian ke-1)
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Datangnya wasiat-wasiat Alloh ini berupa Hadits-Hadits Qudsy (Firman Alloh) dan Hadits-Hadits Shoheh yang diriwayatkan oleh para Sohabat-Sohabat Nabi.
Dalam sebuah Hadits Qudsy Rasululloh bersabda: “Ya hamba-hamba KU sesungguhnya AKU haramkan perbuatan aniaya/ zholim atas diri-KU. Dan AKU jadikan itu kezholiman diantara kamu diharamkan, untuk itu jangan diantara kamu saling zholim men-zholimi.”  Alloh yang memiliki segala-galanya, termasuk diri kita, mengharamkan zat-NYA (diri-NYA) untuk berbuat zholim. Padahal dapat/ sah saja bagi Alloh bertindak sekendak hatinya, dan apa yang dilakuannya tidak dapat dikatakan zholim. Orang yang sejak lahir hingga wafatnya (puluhan tahun) terus beribadah kepada Alloh di alam dunia, hingga saatnya Alloh masukkan dia ke dalam neraka, maka itu boleh-boleh/ sah-sah saja, dan Alloh tidak dapat dikatakan zholim atas perbuatan-NYA tersebut. Tidak ada kewajiban bagi Alloh memasukkan hamba-NYA ke dalam syurga sekalipun ia ahli ibadah. Kita ini milik Alloh (Haq Alloh), maka tidak dapat dikatakan zholim bila Alloh berbuat sekendak-NYA atas apa yang menjadi milik-NYA.

Haram bagi kita berbuat zholim terhadap sesama makhluk Alloh, baik kepada sesama manusia, kepada binatang ataupun kepada makhluk Alloh lainnya. Untuk itulah jangan kalian saling berbuat zholim kepada sesama makhluk Alloh.
Kita dilarang menzholimi dalam bentuk apapun juga, seperti menzholimi dalam bentuk fisik, kejiwaan dan harta serta menzholimi dalam bentuk apapun juga. Tidak boleh saling menzholimi antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan binatang dan antara binatang dengan binatang.

Dalam Hadits Riwayat Muslim dan Tirmizi, Nabi bersabda: “Nanti akan ditunaikan haq-haq masing-masing kepada ahlinya pada hari Qiyamat.”  Sampai saatnya nantinya di hari Qiamat akan diadakan Qishoosh bagi kambing-kambing yang tidak bertanduk yang di zholimi oleh kambing-kambing yang bertanduk di alam dunia. Nanti Alloh akan memerintahkan kepada kambing yang tidak bertanduk untuk membalas (Qishoosh) perbuatan zholim yang dilakukan kambing yang bertanduk di alam dunia. Kepada binatang saja Alloh akan memberikan kesempatan Qishoosh, apalagi bila perbutan zholim dilakukan kepada sesama manusia. Doanya orang yang di zholimi Alloh terima sekalipun dia orang kafir.

Dalam suatu riwayat Rasululloh pernah bertanya kepada para sohabat-sohabatnya, “Wahai para sohabat apabila ada diantara kalian yang bernah aku sakiti di alam dunia, maka silahkan ambil Qishoosh/ balasanya sebelum aku mendapatkan balasan di hari Qiamat kelak.”  Ada satu orang diantara para sohabat yang menunjuk tangannya. “Aku wahai Rasul, Aku pernah kau sakiti, maka berikan kepada aku kesempatan untuk berbuat Qishoosh/ balasan atas perbuatanmu itu.”  Sohabat-sohabat yang lain mendengar perkataan sohabat yang satu ini begitu marah, karena mereka tidak sampai hati melihat Nabi di sakiti. Nabi melarang sohabat-sohabat yang lain untuk marah, biarkan dia mengambil haqnya atas aku. “Wahai Rasul, saat aku terkena cambukmu aku dalam keadaan tidak mengenakan pakaian/ baju sama sekali, maka aku minta kepadamu untuk membuka juga pakaian yang kau pakai.”  Rasululloh menuruti permintaan sohabat tersebut, terlihatlah kulit Rasululloh yang begitu putih. Setelah melihat Rasululloh membuka pakaiannya, sohabat tersebut membuang cambuknya dan segera memeluk tubuh dari Rasul dan menciumnya. Sohabat tersebut tidak bertujuan untuk mengmbil Qishoosh kepada Rasululloh, tetapi ia ingin mengambil baroqah dari jasad/ tubuh Rasululloh, kulit ketemu kulit. Dari Hadits ini dapat difahami bahwa Rasululloh saja tidak mau di Qishoosh di hari Qiamat.

Dalam Hadits yang lain Rasululloh bersabda: “Siapa orang yang mengambil sedikit saja tanah orang lain dengan cara zholim, nanti tanah yang diambilnya itu akan di kalungkan di lehernya di Hari Qiamat hingga 7 lapis bumi.”  Jangankan tanah yang diambilnya bermeter-meter, sekedar satu jengkal saja ada perhitungannya di Hari Qiamat kelak.

Nabi Daud AS. suatu saat bermunajat kepada Alloh SWT.: “Ya Rabbi, Siapakah hamba-MU yang paling KAU sukai?”  Kemudian Alloh berfirman:”Wahai Daud, hamba-KU yang paling AKU sukai, yaitu orang yang hatinya taqwa (hatinya bersih dari hal-hal yang tidak baik), dua tangannya bersih dari perbuatan ke-zholiman  (tidak menyakiti atau mengambil haq orang lain, seorang muslim yaitu selamatnya orang muslim lainnya dari kejahatan tangan dan lidahnya), dia tidak berjalan di tengah-tengah orang dengan namimah (mengadu domba orang), gunung dapat sirna/ bergeser dari tempatnya, tapi dia punya prinsip hidupnya/ aqidahnya tidak dapat digeser oleh apapun juga, orang ini cinta pada AKU dan dia juga cinta kepada orang yang cinta kepada AKU dan diapun mendorong kecintaan orang kepada AKU” (mengajak orang untuk cinta kepada Alloh dengan jalan mengerjakan dan menyebarkan Syariat-NYA).

Dalam suatu riwayat di zaman Nabi Musa AS. ada seorang laki-laki lemah dari Bani Israil, dia mempunyai banyak anggota keluarga, untuk menafkahi keluarganya dengan jalan menjala/ memancing ikan. Suatu saat ia menjala/ memancing ikan, terjaringlah dalam jaringnya ikan yang besar. Ia sangat bergembira dan ia membawa ikan besar tersebut ke pasar untuk di jual guna menafkahi keluarganya. Dalam perjalanannya ke pasar ia dihadang oleh seorang penyamun/ perampok, dan ikan tersebut di rampas oleh penyamun. Lelaki yang lemah tersebut berusaha untuk mempertahankan ikan yang dimilikinya. Perampok tersebut memukul dengan menggunakan kayu yang dipegangnya ke arah kepala dari si pemancing dengan pukulan yang menyakitkan, maka berhasillah di rampas ikan tersebut oleh si-perampok. Si pemancing yang di zholimi (di rampas ikannya) kemudian berdoa kepada Alloh: “Ya Tuhanku, KAU ciptakan aku dalam keadaan lemah, KAU ciptakan orang ini dalam keadaan kuat dan gagah, ambil untukku balasan (Haq-ku) dari orang ini segera di alam dunia karena dia telah menzholimi aku, aku tidak sabar menunggu tindakan-MU di akhirat nanti.”  Kemudian perampok ini pergi membawa ikan hasil rampasan ke rumahnya, dia menyuruh istrinya untuk memasak ikan hasil rampasan tersebut. Setelah matang ikan tersebut di hidangkan oleh istrinya di atas meja makan. Saat akan di makan, ikan yang sudah di masak tersebut membuka mulutnya dan menggigit jari dari si-perampok, sehingga perampok tersebut hilang kesadarannya. Kemudian perampok tadi datang menjumpai dokter/ tabib untuk menyembuhkan luka gigitan ikan tersebut. Setelah di periksa, dokter/ tabib menyarankan dia harus memotong jari tangannya agar racun akibat gigitan ikan tersebut tidak menjalar ke telapak tangannya. Perampok tadi menyetujui memotong jarinya. Setelah di potong jarinya, ternyata sakitnya berpindah ke telapak tangannya. Tabib menyarankan agar dia memotong hingga telapak tangannya, sehingga racun tidak menyebar ke tempat yang lain. Setelah di potong pergelangan tangannya, ternyata sakitnya semakin parah, racun telah menjalar ke bagian lengan tangannya. Sehingga ia terus memotong tangannya, tetapi rasa sakitnya tidak juga hilang. Pada akhirnya dia keluar berkelana tanpa tujuan, sambil berdoa semoga Alloh hilangkan penyakit yang menimpa dia. Dia menjumpai sebuah pohon dan dia beristirahat disana hingga akhirnya ia tertidur. Dalam tidurnya ia mendengar satu ucapan: “Hai hamba yang malang, sampai kapan engkau akan potong anggota badan kamu? Silahkan kau datangi orang yang kau zholimi dahulu dengan jalan kau rampas ikannya, minta ridho dari dia.”  Disaat itu juga ia terbangun dari tidurnya, dan dia pikirkan dan renungkan itu permasalahan. Dalam hatinya ia berkata: “Ya, pernah aku berbuat zholim kepada seseorang pemancing ikan, aku pukul kepalanya dengan kayu, kemudian aku rampas ikan dari tangannya.” Akhirnya dia masuk ke kota, dia bertanya dimana rumah dari si pemancing ikan? Akhirnya dia bertemu dengan pemancing ikan, dan dia meminta maaf dan ridhonya atas kesalahannya dimasa lalu, serta dia memberikan sejumlah uang untuk membayar harga ikan yang telah dirampasnya. Kemudian perampok ini bertobat kepada Alloh atas perbuatan yang tidak baik. Maka ridho-lah si-pemancing atas kesalahan dari si-perampok. Setelah itu maka si-perampok tadi tidak merasakan sakit lagi dari penyakit yang dialaminya. Kemudian si-perampok tadi tidur di atas tempat tidurnya dengan tobat yang betul-betul tobat. Dan pada hari kedua Alloh datangi dia dengan Kelembutan dan Rahmat Alloh, dan Alloh kembalikan lagi tangan seperti semula.
Maka turunlah wahyu kepada Nabi Musa AS.: “Hai Musa, demi Keagungan dan Kebesaran-KU. Andaikata orang yang telah berbuat zholim itu tidak datang kepada orang yang telah di zholiminya untuk meminta ridho, pasti AKU akan adzab dia meskipun panjang usianya.”
Dari kisoh diatas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa Alloh tidak tinggal diam terhadap ke-zholiman yang dilakukan kepada sesama makhluk Alloh. Jangan sampai kita merasa gagah, kuat, ada beking, sehingga kita dapat berbuat/ bertindak semaunya. Ingat Alloh tidak akan tinggal diam dan Alloh tidak lalai terhadap perbuatan orang-orang yang berbuat zholim. Peringatan juga untuk orang yang berprofesi sebagai Satpol PP, hendaknya jalankan tugasnya dengan baik, jangan sampai berbuat zholim dengan merampas barang dagangan orang dan memukul orang dengan dengan sekendak hatinya. Silahkan jalankan tugas untuk menjaga ketertiban masyarakat, tetapi dengan cara-cara yang manusiawi, jangan sampai melampaui batas (berbuat zholim).

Dalam Hadits Qudsy yang lain, berfirman: “Hai hamba-hambaKU semua kalian ini sesat, kecuali orang-orang yang AKU berikan petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-KU, apabila kamu minta petunjuk kepada-KU pasti AKU berikan petunjuk kepada kamu.”  Kita semuanya pada asalnya sesat, karena petunjuk Alloh-lah sehingga kita dapat berada di tempat-tempat baik semacam majlis ilmu ini. Kita ini sudah tergolong orang-orang yang mendapatkan petunjuk, sehingga kita dapat meluangkan waktu kita untuk dapat duduk di majlis ilmu semacam ini, untuk menunut ilmu syariat. Tinggal kita mohon kepada Alloh, agar Alloh tetapkan Hidayah yang sudah ada pada kita. Adakalanya orang setelah mendapatkan ujian yang bermacam-macam suka nyasar, sehingga datang ke tempat-tempat yang tidak benar, maka pada akhirnya yang masuk adalah setan, bukan tuntunan Alloh.

“Hai hamba-hambaKU kalian semuanya lapar, kecuali orang yang AKU beri makan, maka mintalah makan (ridzky) kepada-KU, maka AKU beri makan.” Minta ridzky kepada Alloh, jangan lari ke dukun. Bila suatu saat kita mendapatkan kesulitan ekonomi, maka bermunajatlah kepada Alloh, mendekatkan diri kepada Alloh, intropeksi diri, Insya Alloh, Alloh akan memberikan petunjuk. Jika lari ke dukun, duit habis, tidak ada hasil, malah bertambah pusing kita.

“Hai hamba-hamba-KU kalian semuanya telanjang (tanpa pakaian), kecuali orang yang AKU berikan pakaian, maka mintalah pakaian kepada-KU.”  Mintalah semau apa yang kita butuhkan kepada Alloh, meskipun hanya tali terompah (sandal) kita yang putus.

“Hai hamba-hambaKU kalian semuanya bersalah di siang hari dan di malam hari dan AKU ZAT yang mengampuni semua dosa, minta ampun kepada AKU, pasti AKU ampuni kamu.”  Kita banyak berbuat salah dan Ma’siyat kepada Alloh, dosa apapun juga dan sebanyak apapun juga Alloh akan ampuni dosa kita bila kita mau memohon ampun kepada-NYA. Bila seseorang mengalami kemunduran dalam usahanya, tidak lancar rezkinya, itu karena ada perbuatan dosa yang dilakukannya tanpa di sadarinya, maka instropeksi diri dan segera meninggalkan dosa itu dan segeralah bertobat kepada Alloh.

“Hai hamba-hambaKU kalian bagaimanapun tidak akan sanggup memberi manfaat kepada KU dan kamu juga tidak dapat membahayakan AKU.”   Jangankan memberi manfaat kepada Alloh, kepada sesama manusiapun kita tidak dapat memberi manfaat.

“Hai hamba-hambaKU andaikata orang-orang yang pertama kali hidup di zaman dulu yang mendahului kamu adalah orang yang paling taqwa diantara kamu, dan kemudian kamu orang yang hidup di akhir dunia, manusia-nya, jin-nya, mereka semua memiliki hati yang sama laksana seorang yang paling taqwa tersebut, maka itu semua tidak menambahkan sedikitpun juga KemulyaanKU.” Ketaqwaan dari semua manusia dari zaman dahulu hingga akhir zaman, maka tidak akan menambahkan Kerajaan dan Kemulyaan Alloh sedikitpun juga.

“Hai hamba-hambaKU andaikata ada seseorang yang pertama kali hidup di zaman dahulu yang mendahului kamu adalah sejahat-jahatnya manusia, dan kemudian kamu orang yang hidup di akhir dunia, manusia-nya, jin-nya, mereka semua memiliki hati yang sama dengan orang yang hatinyanya jahat tersebut, maka itu semua tidak mengurangi sedikitpun juga KemulyaanKU.”  Kejahatan dari semua manusia dari zaman dahulu hingga akhir zaman, maka semuanya itu tidak akan mengurangi Kemulyaan Alloh sedikitpun juga. 

Hendaknya kita berhati-hati dalam bertindak, pandai-pandai mengkalkulasi diri, instropeksi diri, jangan sembarangan berbuat. Bila hendak berbuat sesuatu hendaknya timbang dengan timbangan Syara (agama), jika di timbang/ di nilai cukup baik, maka segera laksanakan, jika di timbang tidak baik, hendaknya segera jauhkan/ tinggalkan. Karena segala amal kita besar ataupun kecil, banyak ataupun sedikit, akan diperhitungkan apalagi amal-amal yang tidak baik.

“Siapa orang yang mendapatkan kebaikan dari pada amal-amalnya, hendaknya dia memuji kepada Alloh.”  Mengucapkan pujian kepada Alloh secara lisan, anggota badan dan hati. Jika kita pandai-pandai memuji, maka kita akan termasuk orang-orang yang awal di panggil ke syurga. “Orang yang pertama kali di panggil ke syurga adalah orang yang paling banyak memuji kepada Alloh.”  Pujian atas anugrah ni’mat yang Alloh berikan kepadanya.
Siapa orang yang mendapatkan selain kebaikan, maka jangan sesalkan dan menyalahkan orang, maka hendaknya dia menyalahkan diri sendiri.

Nabi bersabda dalam sebuah Hadits Qudsy: Alloh memerintahkan kepadaku (Muhammad): “Hendaknya kamu wahai umat-umatku, rendah hatilah kamu (jangan angkuh/ jangan sombong), hingga tidak ada lagi seseorang yang menyombongkan diri  atas orang lainnya, dan tidak ada lagi seseorang yang menzholimi atas orang lainnya .”
Nabi Musa AS. pernah bertanya kepada Alloh: “Kapan dan dimana aku dikatakan men-zholimi KAMU wahai Alloh?” Alloh berfirman: “Jika kamu menyakiti orang yang susah yang sedang luka hatinya, maka disitulah kamu menzholimi AKU.”
Oleh karena itu jangan sampai kita menzholimi orang dan melukai hati orang lain, apalagi bila orang tersebut dalam keadaan sedang susah.

Sombong adalah salah satu sifat yang tidak baik, Sifat Sombong adalah Rid’da (selendang) Alloh, hanya Alloh yang berhaq menggunakannya, kita tidak berhaq melakukan kesombongan kepada siapapun juga apapun posisi kita. Sealim-alimnya orang tetap harus rendah hati, sekaya-kayanya orang tetap harus rendah hati, setinggi-tingginya jabatan seseorang tetap harus rendah hati.
Salah satu alamat orang yang akan celaka hidupnya di dunia dan di akhirat adalah: tambah ilmu tambah sombong, tambah harta tambah kikir.

Dalam sebuah Hadits Qudsy Alloh berkata: “AKU benci pada tiga hal, tapi kebencianKU pada tiga hal ini jauh lebih AKU benci lagi. AKU benci pada orang-orang yang ba’hil/ kikir, tetapi kebencianKU kepada orang kaya yang kikir/ pelit lebih dahsyat lagi. AKU benci kepada orang-orang yang angkuh/ sombong, tetapi kebencianKU kepada orang miskin yang sombong lebih dahsyat lagi. AKU benci kepada orang-orang fasiq (suka berbuat ma’syiat), tetapi kebencianku kepada orang tua yang fasiq lebih dahsyat lagi. AKU senang/ suka/ cinta pada tiga hal, tetapi kesenanganKU pada tiga hal ini lebih AKU senangi lagi. AKU senang dengan orang yang murah tangan (dermawan/ tidak perlu diminta), tetapi kesenanganKU kepada orang faqir yang murah tangan jauh lebih dahsyat lagi. AKU senang dengan orang yang tawadhu, tetapi kesenanganKU kepada orang kaya yang tawadhu jauh lebih dahsyat lagi. AKU senang dengan orang yang rajin beribadah, tetapi kesenanganKU kepada anak mudah yang rajin beribadah jauh lebih dahsyat lagi.” 

Terkadang ada orang yang karena menjaga kehormatan dirinya, maka dia tidak mau meminta bantuan kepada orang lain meskipun dia butuh bantuan. Suatu saat ada seorang pengemis datang kepada Syaidina Ali KA., saat Syaidina Ali KA. memandang wajah pengemis tersebut, pengemis tersebut terlihat berubah warna mukanya karena sanggat malunya. Syaidina Ali sangat mengetahui bahwa pengemis ini sangat membutuhkan bantuan, tetapi karena malunya ia tidak dapat berkata-kata, Syaidina Ali tidak bertanya apa hajad dari orang ini, dia hanya berkata: “Silahkan kau tulis hajadmu kepadaku dipermukaan bumi (di atas tanah), sehingga aku tidak melihat hajadmu dari wajahmu. Kemudian pengemis tersebut menuliskan hajadnya di tanah: “Sudah tidak ada sesuatu apapun juga yang dapat aku jual untuk 1 dirham saja, pandangmu ke wajahku sudah memadai sehingga tidak perlu aku hinakan lagi bahwa aku sangat membutuhkan bantuanmu, tidak ada harta yang dapat aku jual hanya tinggal harga diriku yang aku jaga dan tidak akan aku jual kepada siapapun juga, engkaulah wahai Ali sebaik-baiknya pembeli.”  Syaidina Ali KA., berkata: “Kau segera datang kepadaku, maka segera pula datang kebaikanku kepadamu. Andaikata kau tidak datang sekarang, aku tidak akan mengurangi hajadmu, aku akan penuhi hajad kamu sebanyak-banyaknya. Ambil yang sedikit dari padaku, anggaplah engkau tidak pernah menjual sesuatu yang kau jaga (harga dirimu) kepadaku.”
Jangan sampai ada orang datang kepada kita dalam keadaan susah dan butuh bantuan, kita tidak segera memberikan apa yang menjadi hajadnya, tetapi malah ditanya untuk apa? Ada keperluan apa? Ditanya bermacam-macam, diberikan nasehat/ jalan keluar tetapi tidak segera diberikan bantuan. Jangan banyak bertanya, apalagi sampai melukai hatinya, segera penuhi hajadnya.

Nabi bersabda: Dalam tidurku aku berjumpa dan melihat Alloh, Alloh berkata: “Ya Muhammad…Nabi menyambut panggilan Alloh dengan “Labayk”. Bila kamu shalat lima waktu ataupun shalat lainnya, katakan oleh kamu: “Wahai Alloh, aku mohon kepadaMU agar aku diberikan kemampuan untuk dapat melakukan kebaikan-kebaikan, dan diberikan kemampuan untuk meninggalkan hal-hal yang mun’kar  dan cinta kepada orang-orang miskin, bila KAMU ingin memberikan suatu fitnah (ujian/ bala/ cobaan), maka cabut nyawaku kembalikan kepadaMU dalam keadaan tidak terkena fitnah. ”

Nabi bersabda dalam sebuah Hadits Qudsy: “Hai manusia, bangun/ bangkitlah  kamu menghadap kepadaKU, maka AKU akan balas dengan berjalan menuju ke arahmu. Silahkan berjalan menuju AKU, maka AKU akan berlari menuju ke arahmu. Hai anak adam, sebut AKU (dengan membaca dzikir/ wirid) satu saat saja di awal nahar (siang) dan satu saat lagi di akhir nahar, maka AKU cukupi kebutuhanmu diatara dua waktu itu. Hai manusia, jangan sampai kau lalai/ tidak mampu untuk shalat 4 rakaat di awal nahar (Shalat Dhuha), AKU akan cukupi segala kebutuhanmu sampai akhir nahar .”
Sekurang-kurangnya bacalah diawal pagi: “HasbunAlloh wanni’mal waqil ni’mal mawla wanni’mannasir”,  sebanyak 100 kali.

Rahmat Alloh lebih cepat datang kepada kita, dibandingkan usaha kita menuju kepada Rahmat Alloh.
Biasanya suatu amalan yang bersifat keduniaan/ materi, orang akan rajin mengerjakannya, seperti Shalat Dhuha, membaca Surah Al Waqiah dan lain-lain.  

Alloh mewahyukan kepada Nabi Adam AS.: “Ada 4 macam sifat, pada 4 macam sifat/ perkara ini ada himpunan kebaikan-kebaikan untuk kamu dan untuk anak-anak kamu. Satu macam/ satu hal untuk-KU, satu macam lagi untuk kamu dan anak-anak kamu, satu macam lagi yang ada antara AKU dan antara kamu dan satu macam lagi yang ada antara engkau dengan hamba-hambaKU.
1.    Satu perkara (sifat) untukKU (Alloh)
Hendaknya kamu beribadah kepadaKU. Kita tidak menghambakan diri kepada manusia ataupun kepada makhluk Alloh lainnya, tetapi hanya menghambakan diri kepada Alloh semata. Kamu tidak mensekutukan AKU kepada apapun juga, entah itu kepada manusia, binatang, harta, jabatan  ataupun makhluk-makhluk lainnya.
2.    Satu perkara (sifat) untuk kamu dan anak-anak kamu
Amal kamu keuntungannya untuk kamu, amal kamu kembali kepada kamu dan manfaatnya untuk kamu. Hidup di dunia tidak lama, jika kita beramal sholeh itu untuk diri kita sendiri. Kita mengerjakan amal sholeh seperti menuntut ilmu (suatu amal sholeh yang tidak dapat dibandingkan dengan amal apapun juga), shodaqoh, qiyamul lail, membaca dzikir dan mengerjakan ibadah-ibadah lainnya, manfaatnya untuk dirinya sendiri. Jika kita berbuat baik, maka kebaikan itu akan kembali kepada kita. Demikian pula jika kita berbuat kejahatan, maka kejahatan itu akan kembali kepada kita. Bukan kembali kepada Alloh dan bukan kembali kepada orang tua, tetapi kembali kepada diri kita sendiri.
3.    Satu perkara (sifat) antara AKU (Alloh) dan antara kamu (Hamba Alloh).
Hendaknya kita sebagai hamba juga berdoa kepada Alloh disamping kita ikhtiar. Kamu sebagai hamba ada kewajiban berdoa kepada Alloh. Banyak anjuran dari Alloh dan Rasulnya untuk selalu berdoa kepada Alloh. Dan AKU (kata Alloh) mempunyai kewajiban untuk mengabulkan/ merespon memperkenankan kamu punya doa. Kewajiban disini bukan kewajiban Syar’i kepada hambanya, tetapi hanya merupakan kewajiban moral saja. Alloh tidak mempunyai kewajiban apa-apa kepada hambanya, tetapi hanya kewajiban moral semata. Alloh akan menerima kita punya doa selama kita ikhlas dalam berdoa.
4.    Satu perkara (sifat) antara kamu dengan hamba-hambaKU (Alloh)
Kamu perlakukan/ pergauli mereka (hamba-hamba Alloh) dengan sesuatu yang kamu suka jika mereka memperlakukan/ mempergauli kamu dengan itu. Apa yang kita inginkan/ sukai, baik dari prilaku ataupun sikap orang lain kepada kita, maka itulah yang kita lakukan kepada hamba-hamba Alloh yang lain. Kita senang orang lain menghormati, menghargai dan membantu kita, maka pergauli mereka (hamba Alloh) seperti itu juga.
Untuk berteman/ bersahabat ada tuntunannya, hendaknya kita bergaul/ berteman dengan orang yang bertaqwa kepada Alloh dan orang yang menguasai/ memahami ilmu agama, agar kita mendapatkan tuntunan dari mereka. Jangan kita berkawan dengan orang yang bodoh, sehingga kita menjadi ikut bodoh. Dan jangan berkawan dengan orang fasiq, sehingga kita akan ikut/ terbawa dengan perilaku mereka.

Dalam sebuah Hadits Rasululloh bersabda: “Tidak ada seorang sohabat yang menemani sobatnya walau hanya sesaat disiang hari, melainkan Alloh akan tuntut tentang persahabatannya itu di hari Qiamat.”  Apakah disaat bersahabat itu ditegakan haq-haq Alloh, atau disia-siakannya? Misalkan temannya tidak shalat ataupun tidak menutup aurot, ini merupan haq Alloh, maka kita wajib mengingatkannya. Jadi jangan asal bersahabat, tetapi kita harus tegakkan haq-haq Alloh.

Dalam hadist yang lain Nabi bersabda: “Pasti mendapatkan kecintaanku bagi orang-orang yang saling bercinta-cintaan (bersahabat) dijalanku, berteman karena aku, saling berkunjung karena aku, saling meng-infaq-kan/ mendermakan hartanya karena aku.”

Dalam Suhuf Ibrahim AS. : “Atas orang yang beraqal (cerdas/ waras aqalnya), dia harus pandai-pandai mengontrol lisannya.”  Lisanmu adalah singa kamu, bila kamu tidak pandai mengendalikannya maka dia akan menerkammu. Hendaknya tahan kita punya lidah, jangan menuruti hawa nafsu kita, tanpa memperhatikan apakah ucapan kita melukai hati orang lain atau tidak?
Nabi bersabda: “Beruntung orang yang menahan kelebihan dari pada omongannya dan beruntung orang yang mengeluarkan kelebihan hartanya.”

Orang yang ber-aqal, menahan dia punya lidah. Dia pun arif dan bijak di zamannya. Zaman sekarang ini tidak sama dengan zaman orang-orang tua kita dulu. Dahulu kita meninggalkan anak di rumah aman dari pengaruh-pengaruh negative, tetapi sekarang anak kita tinggal di rumah penuh dengan resiko, banyak tontonan yang terkadang tidak layak untuk di tonton, baik dari televisi maupun dari internet. Kemajuan tekhnologi dapat membahayakan kita dan anak kita bila kita tidak dapat mengelolanya dengan baik. Habib Abdullah Al Haddad berkata: “Di zaman ini (zaman beliau), yang mun’kar jadi ma’ruf  dan yang ma’ruf jadi mun’kar.”  

Jangan mencari perbedaan-perbedaan masalah yang ada di antara kita sesama umat Islam, tetapi cari persamaannya. Jangan saling menghujat, tetapi cari persamaannya. Tantangan-tangan yang kita hadapi sebagai umat Islam cukup berat, tangangan yang dapat merusak ahlaq dan aqidah anak-anak kita, untuk itu sebagai ustadz, mualimin, da’i harus  dapat mengedepankan persamaan-persamaan diantara kita Umat Islam. Tapi yang disayangkan orang-orang di luar sana yang tidak sejalan/ sefaham  dengan kita, banyak mengkritik/ menghujat/ menyalahkan  amaliyah (ibadah) yang kita kerjakan sehari-hari. Kita selaku Ahlusunnah Waljama’ah, kita lebih arif, karena kita mempunyai panduan/ pedoman, kita dapat membaca kitab “Mizanul Qubro”, yang membahas mengenai perbedaan-perbedaan furuiyah. Sehingga kita dapat mensikapi adanya perbedaan-perbedaan dalam masalah furuiyah, sehingga kita lebih arif tidak menyela/ menyalahkan ibadah orang lain. Kita hanya dalam posisi bertahan bukan dalam posisi menyerang. Kita hanya memposisikan mempertahankan diri memberikan pengertian kepada umat dan itu pun harus dengan cara bijak.

Ada buku yang ditulis oleh seorang pemerhati Islam di Asia Pasific khususnya di Indonesia, dia memuji Prof. Dr. Idham Cholid, Ketua Suriyah PBNU. Pengarang tersebut memuji Idham Cholid, dia mengatakan bahwa Prof. Dr. Idham Cholid adalah manusia untuk sepanjang zaman/ masa, di zaman Orde Lama dia dapat ikuti, NU memposisikan diri membela umat Islam melawan kaum komunis sebelum kelompok-kelompok yang lain bergerak memusuhi faham komunis. Di zaman Orde Baru ia terus masih dibutuhkan, dan ia terus dapat di pakai sampai akhir hayatnya, sehingga mendapatkan gelar pahlawan nasional. Dia memposisikan diri sebagai “pemain” yang selalu aman, sehingga dapat mengikuti suasana tanpa mengorbankan aqidahnya/ keyakinannya.

Hendaknya kita bersikap arif, ajarkan kepada anak-anak kita tentang aqidah, ahlaq dan lainnya, jangan sampai mabuk dengan urusan keduniaan. Karena anak-anak kita hidup bukan di zaman kita, artinya tidak sama antara zaman kita dengan zaman anak-anak kita.

Bersungguh-sungguh dalam segala urusannya, disaat menuntut ilmu kita harus bersungguh-sungguh, disaat menyebarkan ilmu kitapun harus bersungguh-sungguh, jangan karena sakit sedikit meninggalkan tugas kewajiban mengajar. Jangan berkaca kepada orang yang sudah lanjut usia, kita yang masih muda harus mempunyai semangat dan bersungguh-sungguh baik dalam belajar ataupun mengajar.


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar