Senin, 10 Agustus 2015

TASAWUF - Syukur Atas Ni’mat Dari Alloh



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Syukur Atas Ni’mat Dari Alloh
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Hendaklah kamu mensyukuri atas segala sesuatu yang Alloh anugrahkan kepada kamu. Syukuri apa yang ada pada kita, maka akan mendatangkan/ memancing apa yang tidak ada pada kita. Syukuri rezki yang ada pada kita, maka akan mendatangkan rezki yang tidak ada pada kita.

Alloh tidak akan mengadzab kamu jika kamu pandai bersyukur kepada Alloh. Ni’mat Alloh yang ada pada kita sekecil apapun hendaknya kita syukuri. Jangan dipandang nilainya, tetapi lihat siapa yang memberi ni’mat itu kepada kita.

Sebagian Anbiya bertanya kepada Alloh tentang Bal’afif Ba’ud, seorang yang doa selalu di kabulkan oleh Alloh, Alloh memberikannya karomah dan tanda-tanda kebesaran Alloh. Sebagian Anbiya bertanya, mengapa ia sampai terusir dari Rahmat Alloh? Alloh menjawab, bahwa pada suatu hari dia tidak mensyukuri atas anugrah yang Alloh berikan kepadanya. Andaikata ia mau mensyukuri atas apa yang Alloh berikan atas ayat-ayat dan karomat sekali saja, pasti Alloh tidak akan cabut ni’mat yang ada padanya.

Baik apa yang ada pada kamu dari pada ni’mat Alloh baik yang pada zohirnya ataupun bahtinnya, pada agama kamu, dunia kamu, semuanya dari Alloh, sehingga tidak ada kesombongan dalam diri kita.

Alloh berfirman: “Apa saja yang ada padamu (dari pada ni’mat) itu semuanya dari Alloh yang wajib kita syukuri.”  Alloh memberikan ni’mat-ni’mat yang banyak sekali kepadamu yang kamu tidak sanggup untuk menghitungnya apalagi mensyukurinya. Sebanyak apapun kita mensyukuri ni’mat Alloh, tidak akan bisa terpenuhi kewajiban syukur kita kepada Alloh. Andaikata kamu mau menghitung-menghitung ni’mat Alloh, pasti kamu tidak dapat menghitungnya.

Andaikata seorang fakir/miskin dan ia sakit dari pada orang yang meng-esa-kan Alloh (ahli iman/orang Islam), dia mau merenung dari apa-apa yang Alloh berikan kepadanya dari ni’mat-ni’mat, pasti akan menyibukkan dia untuk mensyukuri ni’mat Iman yang Alloh anugrahkan kepada dia. Sehingga ia dapat tahan terhadap kesusahan yang menimpa pada dirinya.

Nabi Isa AS. suatu saat melewati suatu perkampungan, dia mendengar ada orang yang merintih menahan sakit, Nabi Isa menemuinya dan bertanya kepada orang tersebut: Apa yang membuatnya mengeluh? Orang tersebut menjawab: “Aku ini mengalami sakit dan miskin pula.” Dan Nabi Isa mengetahui bahwa orang tersebut tidak beriman kepada Alloh. Kemudian Nabi Isa berkata: “Sabar atas ujian yang menimpa kamu.” Kemudian Nabi Isa melanjutkan lagi perjalanan, tidak beberapa jauh ia mendengar kembali suara orang merintih, Nabi Isa bertanya kepada orang tersebut, mengapa ia merintih? Orang yang ditanya menjawab: “Aku sedang sakit dan aku miskin.” Nabi Isa berkata: “Kamu beruntung, kamu sakit dan miskin, tetapi kamu masih mempunyai iman kepada Alloh, ada orang yang mengalami sakit, miskin dan ia tidak beriman kepada Alloh.”  Nabi Isa melanjutkan kembali perjalanannya, kemudian dia mendengar kembali orang yang merintih kesakitan, Nabi Isa bertanya kepadanya apa yang menyebabkan ia merintih? Orang yang ditanya menjawab: “Aku sedang sakit.” Nabi Isa berkata: “Kamu beruntung, kamu hanya mengalami sakit dan kamu tidak miskin serta ada iman di dada kamu.”

Ibnu Samak ( ia hidup di zaman Khalifah Abbasiyah), ia selalu membawa kendi air kemanapun ia pergi, Khalifah berkata: “Tolong beri nasehat aku.” Ibnu Samak berkata: “Andaikata engkau sedang mengalami kehausan dan bila engkau tidak minum, niscaya kamu akan mati dan tidak akan diberikan air kepada kamu kecuali kamu mau mengeluarkan seluruh harta yang ada pada kamu, bagaimana sikap kamu? Khalifah berkata: “Pasti aku akan keluarkan seluruh hartaku untuk mendapatkan air tersebut.” Ibu Samak berkata kembali: “Andaikata tidak akan diberikan air kepada kamu melainkan kamu harus menyerahkan tahta dan kekuasaan kamu, bagaimana sikap kamu? Khalifah berkata: “Aku akan tinggalkan tahta dan kekuasaanku demi seteguk air.” Logikanya tanpa air ia akan mati dan jika ia mati maka tidak manfaat harta dan tahta yang dimilikinya.
Kita tidak merasa bahwa kita dapat menikmati begitu banyak air, tanpa harus di tukar dengan harta dan jabatan kita, tetapi apakah kita telah bersyukur atas ni’mat air yang Alloh berikan kepada kita? Itulah nilai salah satu ni’mat yang Alloh berikan kepada kita. Sehingga tidak perlu kita berbangga dengan harta dan jabatan serta apapun juga, bila tidak dapat menyamai ni’mat seteguk air.
Disini dapat diketahui bahwa ni’mat Alloh kepada si hamba pada seteguk air, saat ia sedang mengalami kehausan lebih besar dari pada seluruh harta dan kerajaan dunia beserta isinya. Hal ini yang dapat mendorong syukur kita atas ni’mat yang Alloh berikan kepada kita.

Syukur terjadinya dengan anggota badan, kita dapat bersyukur kepada Alloh dengan jalan hadir di majlis ilmu untuk mempelajari ilmu-ilmu Alloh dan Rasulnya, beribadah kepada Alloh dan melakukan amal-amal sholeh lainnya. Sedangkan memuji letaknya pada lisan.

Hendaknya kamu mencurahkan/ menggerakkan segala kemampuan kamu dalam mensyukuri tuhan kamu dan mengakui ketidak mampuan kamu atas kewajiban yang berlaku atas kamu dalam mensyukuri ni’mat-ni’mat Alloh. Masih banyak ni’mat-ni’mat Alloh yang belum kita syukuri, dan kita harus akui itu. Jangan merasa puas dengan syukur yang telah kita lakukan.

Hendaknya kamu ketahui bahwa syukur itu adalah sebab untuk kekalnya ni’mat yang ada pada kita. Ni’mat yang ada pada kita bila kita syukuri, maka akan tetap berada pada kita. Gunakan semua ni’mat dari Alloh untuk beribadah kepada Alloh. Maksiat-maksiat yang kita lakukan akan menghilangkan ni’mat yang ada pada kita. Jangan berhenti bersyukur kepada Alloh, karena Alloh sangat cepat tindakannya/ siksanya. Syukur itu sebagai wasilah/ sarana untuk mendapatkan ni’mat-ni’mat yang belum ada pada kita.
Alloh tidak akan mencabut ni’mat kepada orang-orang yang selalu mensyukuri ni’mat-ni’matNya. Bila tidak di syukuri, maka Alloh akan cabut ni’matnya tanpa ia sadari. 

Firman Alloh: “Alloh tidak akan merobah ni’mat yang ada pada seseorang, sehingga mereka merobah ni’mat yang ada padi dirinya.” Akan tetapi di luar sana ada yang menafsirkan firman Alloh sebagai berikut: “Alloh tidak akan merubah nasib seseorang, sebelum orang tersebut merobah nasibnya sendiri.”
Pada hal dalam kenyataannya tidak ada seorangpun yang dapat merobah nasibnya dan nasib orang lain. Karena bila ada orang yang dapat merubah nasib, maka tidak ada orang yang miskin di dunia ini.
Bila mereka mengingkari ni’mat Alloh, maka Alloh akan mengadzab mereka.

Gunakan oleh kamu rizki-rizki yang halal yang Alloh berikan dan bersyukurlah kamu kepada Alloh. Rizki yang Alloh berikan ada rizki yang halal, rizki yang makruh dan rizki yang haram. Sebagaimana perkataan dari Ibnu Zubat: “Alloh memberikan rizki yang halal kepada makhluknya, Alloh-pun memberikan pula rizki yang makruh dan rizki yang haram.”

Gunakan hanya rizki yang halal yang Alloh berikan kepada kita, jangan kita gunakan rizki yang makruh apalagi yang haram. Dan bersyukurlah kepada Alloh atas rizki-rizki yang Alloh anugrahkan kepada kita, apapun rizki itu bentuknya, jangan dilihat dari nilainya, tetapi lihat siapa yang memberikan rizki tersebut. Alloh berfirman: “Syukur mengikat apa yang ada pada kita dan dapat pula menarik apa yang tidak ada pada kita.”

Suatu saat ada seseorang yang mengeluh kepada orang sholeh tentang kefakirannya. Dia menampakkan kesusahan dia punya hati, dia mengeluh akan kesulitan ekonominya, sulitnya dia punya rizki yang Alloh berikan kepadanya. Kemudian orang sholeh tersebut berkata: “Apakah kamu senang andaikata Alloh ciptakan kamu dalam keadaan buta, tetapi kamu memiliki uang sebanyak 10.000 dirham?” Orang tersebut menjawab: “Tidak.” Apakah kamu senang bila kamu diciptakan dalam keadaan bisu, tetapi kamu memiliki uang sebanyak 10.000 dirham?” Orang tersebut kembali menjawab: “Tidak.” Apakah kamu senang bila Alloh ciptakan kamu dalam keadaan tidak memiliki 2 tangan, tetapi kamu memiliki uang 20.000 dirham?” Orang tersebut kembali menjawab: “Tidak.” Apakah kamu mau memiliki uang 10.000 dirham, tetapi kamu tidak memiliki akal (gila)?” Orang tersebut kembali menjawab: “Tidak.” Orang Sholeh kembali berkata: “Apakah kamu tidak malu, mengeluhkan tentang Tuhanmu kepada aku selaku hambanya? Apakah kamu tidak menyadari betapa banyak anugrah ni’mat yang Alloh berikan kepada kamu, ni’mat melihat, ni’mat berbicara, ni’mat memiliki tangan, ni’mat memiliki akal dan ni’mat-ni’mat lainnya, sedangkan kamu tidak bersyukur atas semua ni’mat tersebut.”

Alloh berfirman: “Makan oleh kamu dari rizki yang Alloh berikan kepada kamu dan bersyukurlah atas rizki yang kamu terima.”  Gunakan rizki dari Alloh untuk keperluan nafkah kita, selebihnya gunakan berinfaq ataupun bershodaqoh ke jalan yang Alloh ridhoi.

Hendaknya kamu jadikan lidah yang selalu dzikir kepada Alloh dan hati yang selalu bersyukur kepada Alloh serta jasad yang sabar dalam mendapatkan bala.
Iman ada 2 bagian, yaitu Sabar dan Syukur. Disaat kita mendapat ni’mat kita bersyukur kepada Alloh. Dan disaat mendapat ujian dan bala dari Alloh kita sabar.

Hendaknya kamu bersyukur kepada Alloh atas ni’mat-ni’mat yang khusus yang Alloh anugrahkan kepada kita berupa ilmu, karena dengan ilmu kita dapat memperoleh kekayaan dan juga ni’mat berupa kesehatan dan ni’mat-ni’mat lainnya yang banyak macamnya. Dan kamu juga harus mensyukuri atas ni’mat-ni’mat yang umum yang Alloh anugrahkan kepada kita seperti ni’mat Alloh mengutus rasul-rasul (sehingga kita mengenal Alloh dan RasulNya, kita tahu mana yang harus dikerjakan dan mana yang tidak boleh dikerjakan), ni’mat diturunkannya kitab-kitab, Alloh mengangkat langit dan mengamankan bumi.

Sungguh aneh urusan orang mu’min, semua urusannya baik, yang Alloh tidak berikan kepada umat-umatNya yang lain. Si-mu’min jika mendapatkan kebaikan dia bersyukur kepada Alloh dan itu ada ganjaran/pahlanya yang Alloh berikan. Jika ia mendapatkan kesusahan dia sabar dan itu juga ada ganjaran/ pahlanya.

Dalam suatu riwayat ada 2 malaikat yang bertemu di langit, malaikat yang satu berkata bahwa aku berada di arah timur dan aku diperintahkan Alloh untuk memasukkan/ memendam harta dari seorang mu’min yang kaya kedalam bumi. Dan malaikat yang satunya lagi berkata, bahwa aku ditugaskan oleh Alloh untuk mengambil/ mengangkat harta yang kamu pendam kedalam bumi untuk diberikan/ diserahkan ke rumah seorang mu’min yang fakir. Mendengar pembicaraan kedua malaikat tadi, datang malaikat Ridwan (penjaga Syurga), dia berkata: aku mempunyai riwayat/ cerita yang lebih aneh lagi dibandingkan dengan cerita kalian berdua, Alloh memerintahkan aku untuk membangun 2 buah gedung di Syurga, 1 satu untuk orang kaya yang faqir mendadak dan 1 lagi untuk orang faqir yang kaya mendadak. Tiga malaikat tersebut bertanya kepada Alloh, “Ya Rabbi tolong perlihatkan kepada kami apa yang menyebabkan Engkau memberikan kemulyaan kepada kedua orang ini?” Alloh menjawab: “Orang yang memiliki kekayaan tatkala di amblaskan/ dibenamkan dia punya harta kekayaannya dia sabar. Dia mensikapi kejadian itu dengan mengucapkan: “Segala puji bagi Alloh yang telah menyebabkan aku ridho atas segala taqir dan ketentuanNya.” Adapun orang yang faqir yang diberikan kekayaan kepadanya tidak menjadi sombong atas harta yang dia dapatkan, dia malah bersyukur kepada Alloh karena mendapatkan kekayaan mendadak dan ia berkata: “Segala puji bagi Alloh yang menyebabkan aku tidak butuh kepada makhluk selain kepadaNya.” Orang yang sabar dan orang yang syukur kedua-duanya mendapatkan Syurga dari Alloh SWT.

Dalam suatu riwayat ada seorang buta yang menikah dengan seorang perempuan, dalam suatu pertemuan, si buta memandang ia punya istri dan tertawa. Istrinya melihat kejadian itu bertanya kepada suaminya yang buta: “Mengapa kamu tertawa?” Si buta berkata: “Aku bersyukur karena aku mendapatkan istri yang cantik seperti kamu.” Si-istri menjawab: “Engkau dan aku akan masuk syurga, aku adalah wanita yang paling cantik di negeri ini, dan aku sabar mendapatkan seorang suami yang buta dan jelek seperti kamu.” Orang yang Sabar dan Syukur tempatnya di Syurga.

Sumber pokok dari syukur itu adalah hati kita mengetahui betul akan ni’mat-ni’mat yang Alloh anugarahkan kepada kita. Kita menyadari betul bahwa semua ni’mat itu berasal dari Alloh SWT. Semua ni’mat yang ada pada kita tidak akan sampai sedikitpun juga kepada kita hanya dengan kekuatan dan upaya/usaha kita, tanpa adanya Tuntunan dan Rahmat Alloh SWT.

Puncak syukur kita kepada Alloh, bahwa kamu mentaati Alloh dengan segala ni’mat yang Alloh anugarahkan kepada kamu (ni’mat kesehatan kamu syukuri dengan beribadah kepada Alloh, ni’mat kekayaan kamu syukuri dengan jalan kamu infaq-kan dan kamu shodaqohkan di jalan Alloh, ni’mat anak kita jaga dan kita didik untuk mengenal dan beribadah kepada Alloh dan ni’mat-ni’mat lainnya).

Bila kamu tidak taati Alloh, maka kamu telah meninggalkan Syukur atas ni’mat-ni’mat yang Alloh anugrahkan kepada kamu. Bila kamu gunakan ni’mat-ni’mat yang Alloh berikan untuk bermaksiat kepada Alloh, maka kamu telah terjerembab/ jatuh kedalam kufur ni’mat. Disaat itulah akan berganti ni’mat-ni’mat Alloh dengan siksa/ adzab Alloh. Jika orang yang bermaksiat kepada Alloh, tetapi tetap Alloh berikan kepadanya ni’mat kekayaan, ni’mat kesehatan, dan ni’mat-ni’mat lainnya, maka sesungguhnya dia sedang diulur oleh Alloh dan pada akhirnya akan di adzab oleh Alloh SWT. Kami akan menarik mereka secara berangsur-angsur menuju ke arah kebianasaan dari arah yang mereka tidak sadari dan tidak ketahui. Sesungguhnya kami tunda adzab Kami kepada mereka sehingga membutakan mereka. Dalam sebuat Hadist Rasululloh bersabda: “Sungguh Alloh akan menangguhkan adzab bagi si-zholim sehingga saat Alloh meng-adzab mereka, mereka tidak akan lepas dari adzab tadi.”

Ketahui oleh kamu sesungguhnya banyak memuji Alloh dengan jalan kita bergembira dalam hati kita atas ni’mat-ni’mat yang Alloh anugrahkan kepada kita. Tanpa kita banyak berusaha, Alloh telah banyak memberikan ridzki kepada kita, diberikan kenikmatan hidup, diberikan kesehatan, padahal ibadah kita kurang, usaha kita kurang, tetapi Alloh tetap memberikan bermacam-macam ni’mat. Sehingga terkadang tidak masuk dalam logika kita, gaji tidak seberapa tetapi kita dapat menafkahi anak, istri, bahkan cucu kita. Jika dihitung secara metematis terlihat tidak cukup, tetapi ternyata kita dapat mencukupinya bahkan terkadang ada kelebihan. Hal inilah yang wajib kita syukuri, bukan karena kepandaian/ kepintaran kita, tetapi semata-mata karunia dari Alloh SWT.

Jangan sampai ni’mat-ni’mat Alloh yang ada pada kita membuat kita menjadi sombong/ angkuh, membuat kita menjadi mengecilkan/ menyepelekan orang. Ni’mat-ni’mat Alloh adalah wasilah/sarana untuk mencapai kedekatan kita kepada Alloh. Dengan adanya harta kita bisa menunaikan ibadah haji/ umroh, bershodaqoh, infaq, waqaf, menyantuni faqir/miskin, menyantuni anak yatim dll. Dengan harta berlebih yang ada pada kita, kita dapat cheq up dan control kesehatan sehingga kita dapat meningkatkan ibadah kita kepada Alloh. Apabila kondisi fisik kita kurang sehat, kurang uang tentunya kita tidak dapat berbuat banyak.

Syech Imam At Tabrani berkata: “Kita tidak dapat berusaha/ bekerja tanpa harta.”  Ingin menunaikan ibadah haji perlu harta, hanya mimpi/angan-angan  jika ingin menunaikan ibadah haji tanpa uang.

Ni’mat-ni’mat yang ada pada kita adalah sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kita kepada Alloh. Atau ni’mat-ni’mat itu adalah menunjukkan innayah/ pertolongan Alloh kepada hamba-hambanya.

Membesarkan/ Mengagungkan ni’mat dari Alloh dengan jalan kita bersyukur atas itu ni’mat sekalipun ni’mat itu kecil tetapi kita anggap besar. Jangan pandang kecilnya itu ni’mat, tetapi pandang siapa yang memberi itu ni’mat.

Jika seorang perempuan diberikan uang belanja oleh suaminya sedikit, jangan katakan sedikit ataupun kurang, gunakan saja apa yang diberikan suami, karena pada hakekatnya apa yang diberikan suami adalah ridzki dari Alloh. Dan sebagai suami juga jangan terlalu banyak menuntut.

Seperti yang ramai saat ini tentang demo buruh, hendaknya sebagai buruh jangan menuntut terlalu berlebihan, syukuri apa yang telah Alloh berikan. Hidup di dunia ini tidak akan pernah merasa cukup, bila kita tidak pandai bersyukur kepada Alloh.

Alloh berfirman kepada sebagian nabi-nabinya: “Bila AKU berikan kepada kamu satu biji-bijian yang sudah dimakan ulat, ketahuilah oleh kamu itu berarti AKU sudah ingat kepada kamu dari itu ni’mat, maka syukurilah AKU atas itu ni’mat.”

Ketahuilah bahwa menceritakan ni’mat-ni’mat yang ada pada kita dari Alloh (tahadush bi ni’mah) dibolehkan, asalkan tidak keluar dari pada sesuatu yang dapat menimbulkan dugaan bahwa kita mensucikan diri kita, seolah-olah kita orang suci, orang bersih. Bagus bila bisa tahadush bi ni’mah, asalkan dapat terkontrol, pasang niat yang baik jangan sampai timbul seolah-olah kita mensucikan diri atau membersihkan diri. Misalkan dia menceritakan bahwa dia  menjumpai Malam Lailatul Qodar, dia merasa mempunyai derajat dan kedudukan yang tinggi di sisi Alloh, hendaknya dalam ‘tahadush bi ni’mah’ kita ‘control’ hati kita agar tidak timbul seolah-olah kita mensucikan diri atau membersihkan diri kita.

Memakai pakaian yang bagus juga termasuk tahadush bi ni’mah dan juga dapat menunjukkan bahwa kita orang mampu, sehingga pada saatnya datang orang meminta bantuan kepada kita, mereka tidak salah alamat. Tetapi harus control kita punya diri agar jangan sampai timbul kesombongan, Alloh lebih mengetahui siapa orang yang bertaqwa kepadaNya.

Membersihkan diri kita dalam urusan keagamaan, seolah diri kita ikhlas, tahadush bi ni’mah, banyak bershodaqoh, dengan tujuan untuk sum’ah, hal ini sangat berbahaya. Boleh saja kita banyak bershodaqoh/ memberi bantuan  dengan tujuan untuk menarik/memancing orang agar mengikuti jejak kita, tetapi jangan sampai menimbulkan sifat-sifat tidak terpuji.  

Jagan sampai kita menceritakan tentang keduniaan yang ada pada kita sehingga menimbulkan kebanggan tentang apa-apa yang ada pada kita dalam urusan keduniaan sehingga lupa dari mana asal itu ni’mat.

Menceritakan bahwa kita suka bangun malam dengan tujuan tahadush bi ni’mah, boleh-boleh saja, asalkan jangan sampai timbul adanya dugaan/ sangkakaan bahwa kita mensucikan/ membersihkan diri. Amal bergantung pada niat kita. Asalkan kita mempunyai niat yang baik Insya Alloh kita terpelihara dari melencengnya kita punya hati dari perilaku yang tidak baik. Semua kebaikan ada pada jejak ‘salaful sholeh’ (orang-orang sholeh) dalam segala keadaan sehingga kita selamat dunia akhirat. Tetapi jangan tertipu dengan kelompok atau orang yang saat ini banyak mengaku sebagai salaful sholeh, karena bisa jadi mereka adalah dari golongan Wahabi.


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

1 komentar: