Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Syukur Atas Ni’mat Dari Alloh
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Hendaklah
kamu mensyukuri atas segala sesuatu yang Alloh anugrahkan kepada kamu. Syukuri
apa yang ada pada kita, maka akan mendatangkan/ memancing apa yang tidak ada
pada kita. Syukuri rezki yang ada pada kita, maka akan mendatangkan rezki yang
tidak ada pada kita.
Alloh
tidak akan mengadzab kamu jika kamu pandai bersyukur kepada Alloh. Ni’mat Alloh
yang ada pada kita sekecil apapun hendaknya kita syukuri. Jangan dipandang
nilainya, tetapi lihat siapa yang memberi ni’mat itu kepada kita.
Sebagian
Anbiya bertanya kepada Alloh tentang Bal’afif Ba’ud, seorang yang doa selalu di
kabulkan oleh Alloh, Alloh memberikannya karomah dan tanda-tanda kebesaran Alloh.
Sebagian Anbiya bertanya, mengapa ia sampai terusir dari Rahmat Alloh? Alloh
menjawab, bahwa pada suatu hari dia tidak mensyukuri atas anugrah yang Alloh
berikan kepadanya. Andaikata ia mau mensyukuri atas apa yang Alloh berikan atas
ayat-ayat dan karomat sekali saja, pasti Alloh tidak akan cabut ni’mat yang ada
padanya.
Baik
apa yang ada pada kamu dari pada ni’mat Alloh baik yang pada zohirnya ataupun
bahtinnya, pada agama kamu, dunia kamu, semuanya dari Alloh, sehingga tidak ada
kesombongan dalam diri kita.
Alloh
berfirman: “Apa saja yang ada padamu
(dari pada ni’mat) itu semuanya dari Alloh yang wajib kita syukuri.” Alloh memberikan ni’mat-ni’mat yang banyak
sekali kepadamu yang kamu tidak sanggup untuk menghitungnya apalagi
mensyukurinya. Sebanyak apapun kita mensyukuri ni’mat Alloh, tidak akan bisa
terpenuhi kewajiban syukur kita kepada Alloh. Andaikata kamu mau menghitung-menghitung
ni’mat Alloh, pasti kamu tidak dapat menghitungnya.
Andaikata
seorang fakir/miskin dan ia sakit dari pada orang yang meng-esa-kan Alloh (ahli
iman/orang Islam), dia mau merenung dari apa-apa yang Alloh berikan kepadanya
dari ni’mat-ni’mat, pasti akan menyibukkan dia untuk mensyukuri ni’mat Iman
yang Alloh anugrahkan kepada dia. Sehingga ia dapat tahan terhadap kesusahan
yang menimpa pada dirinya.
Nabi
Isa AS. suatu saat melewati suatu perkampungan, dia mendengar ada orang yang
merintih menahan sakit, Nabi Isa menemuinya dan bertanya kepada orang tersebut:
Apa yang membuatnya mengeluh? Orang tersebut menjawab: “Aku ini mengalami sakit
dan miskin pula.” Dan Nabi Isa mengetahui bahwa orang tersebut tidak beriman
kepada Alloh. Kemudian Nabi Isa berkata: “Sabar atas ujian yang menimpa kamu.”
Kemudian Nabi Isa melanjutkan lagi perjalanan, tidak beberapa jauh ia mendengar
kembali suara orang merintih, Nabi Isa bertanya kepada orang tersebut, mengapa
ia merintih? Orang yang ditanya menjawab: “Aku sedang sakit dan aku miskin.”
Nabi Isa berkata: “Kamu beruntung, kamu sakit dan miskin, tetapi kamu masih
mempunyai iman kepada Alloh, ada orang yang mengalami sakit, miskin dan ia
tidak beriman kepada Alloh.” Nabi Isa
melanjutkan kembali perjalanannya, kemudian dia mendengar kembali orang yang
merintih kesakitan, Nabi Isa bertanya kepadanya apa yang menyebabkan ia
merintih? Orang yang ditanya menjawab: “Aku sedang sakit.” Nabi Isa berkata:
“Kamu beruntung, kamu hanya mengalami sakit dan kamu tidak miskin serta ada
iman di dada kamu.”
Ibnu
Samak ( ia hidup di zaman Khalifah
Abbasiyah), ia selalu membawa kendi air kemanapun ia pergi, Khalifah berkata:
“Tolong beri nasehat aku.” Ibnu Samak berkata: “Andaikata engkau sedang
mengalami kehausan dan bila engkau tidak minum, niscaya kamu akan mati dan
tidak akan diberikan air kepada kamu kecuali kamu mau mengeluarkan seluruh
harta yang ada pada kamu, bagaimana sikap kamu? Khalifah berkata: “Pasti aku
akan keluarkan seluruh hartaku untuk mendapatkan air tersebut.” Ibu Samak
berkata kembali: “Andaikata tidak akan diberikan air kepada kamu melainkan kamu
harus menyerahkan tahta dan kekuasaan kamu, bagaimana sikap kamu? Khalifah
berkata: “Aku akan tinggalkan tahta dan kekuasaanku demi seteguk air.”
Logikanya tanpa air ia akan mati dan jika ia mati maka tidak manfaat harta dan
tahta yang dimilikinya.
Kita
tidak merasa bahwa kita dapat menikmati begitu banyak air, tanpa harus di tukar
dengan harta dan jabatan kita, tetapi apakah kita telah bersyukur atas ni’mat
air yang Alloh berikan kepada kita? Itulah nilai salah satu ni’mat yang Alloh
berikan kepada kita. Sehingga tidak perlu kita berbangga dengan harta dan
jabatan serta apapun juga, bila tidak dapat menyamai ni’mat seteguk air.
Disini
dapat diketahui bahwa ni’mat Alloh kepada si hamba pada seteguk air, saat ia
sedang mengalami kehausan lebih besar dari pada seluruh harta dan kerajaan
dunia beserta isinya. Hal ini yang dapat mendorong syukur kita atas ni’mat yang
Alloh berikan kepada kita.
Syukur
terjadinya dengan anggota badan, kita dapat bersyukur kepada Alloh dengan jalan
hadir di majlis ilmu untuk mempelajari ilmu-ilmu Alloh dan Rasulnya, beribadah
kepada Alloh dan melakukan amal-amal sholeh lainnya. Sedangkan memuji letaknya
pada lisan.
Hendaknya
kamu mencurahkan/ menggerakkan segala kemampuan kamu dalam mensyukuri tuhan
kamu dan mengakui ketidak mampuan kamu atas kewajiban yang berlaku atas kamu
dalam mensyukuri ni’mat-ni’mat Alloh. Masih banyak ni’mat-ni’mat Alloh yang
belum kita syukuri, dan kita harus akui itu. Jangan merasa puas dengan syukur
yang telah kita lakukan.
Hendaknya
kamu ketahui bahwa syukur itu adalah sebab untuk kekalnya ni’mat yang ada pada
kita. Ni’mat yang ada pada kita bila kita syukuri, maka akan tetap berada pada
kita. Gunakan semua ni’mat dari Alloh untuk beribadah kepada Alloh.
Maksiat-maksiat yang kita lakukan akan menghilangkan ni’mat yang ada pada kita.
Jangan berhenti bersyukur kepada Alloh, karena Alloh sangat cepat tindakannya/
siksanya. Syukur itu sebagai wasilah/ sarana untuk mendapatkan ni’mat-ni’mat
yang belum ada pada kita.
Alloh
tidak akan mencabut ni’mat kepada orang-orang yang selalu mensyukuri
ni’mat-ni’matNya. Bila tidak di syukuri, maka Alloh akan cabut ni’matnya tanpa
ia sadari.
Firman
Alloh: “Alloh tidak akan merobah ni’mat yang ada pada seseorang, sehingga
mereka merobah ni’mat yang ada padi dirinya.” Akan tetapi di luar sana ada yang
menafsirkan firman Alloh sebagai berikut: “Alloh tidak akan merubah nasib
seseorang, sebelum orang tersebut merobah nasibnya sendiri.”
Pada
hal dalam kenyataannya tidak ada seorangpun yang dapat merobah nasibnya dan
nasib orang lain. Karena bila ada orang yang dapat merubah nasib, maka tidak
ada orang yang miskin di dunia ini.
Bila
mereka mengingkari ni’mat Alloh, maka Alloh akan mengadzab mereka.
Gunakan
oleh kamu rizki-rizki yang halal yang Alloh berikan dan bersyukurlah kamu
kepada Alloh. Rizki yang Alloh berikan ada rizki yang halal, rizki yang makruh
dan rizki yang haram. Sebagaimana perkataan dari Ibnu Zubat: “Alloh memberikan
rizki yang halal kepada makhluknya, Alloh-pun memberikan pula rizki yang makruh
dan rizki yang haram.”
Gunakan
hanya rizki yang halal yang Alloh berikan kepada kita, jangan kita gunakan
rizki yang makruh apalagi yang haram. Dan bersyukurlah kepada Alloh atas
rizki-rizki yang Alloh anugrahkan kepada kita, apapun rizki itu bentuknya,
jangan dilihat dari nilainya, tetapi lihat siapa yang memberikan rizki
tersebut. Alloh berfirman: “Syukur
mengikat apa yang ada pada kita dan dapat pula menarik apa yang tidak ada pada
kita.”
Suatu
saat ada seseorang yang mengeluh kepada orang sholeh tentang kefakirannya. Dia
menampakkan kesusahan dia punya hati, dia mengeluh akan kesulitan ekonominya,
sulitnya dia punya rizki yang Alloh berikan kepadanya. Kemudian orang sholeh
tersebut berkata: “Apakah kamu senang andaikata Alloh ciptakan kamu dalam
keadaan buta, tetapi kamu memiliki uang sebanyak 10.000 dirham?” Orang tersebut
menjawab: “Tidak.” Apakah kamu senang bila kamu diciptakan dalam keadaan bisu,
tetapi kamu memiliki uang sebanyak 10.000 dirham?” Orang tersebut kembali
menjawab: “Tidak.” Apakah kamu senang bila Alloh ciptakan kamu dalam keadaan
tidak memiliki 2 tangan, tetapi kamu memiliki uang 20.000 dirham?” Orang
tersebut kembali menjawab: “Tidak.” Apakah kamu mau memiliki uang 10.000
dirham, tetapi kamu tidak memiliki akal (gila)?” Orang tersebut kembali
menjawab: “Tidak.” Orang Sholeh kembali berkata: “Apakah kamu tidak malu,
mengeluhkan tentang Tuhanmu kepada aku selaku hambanya? Apakah kamu tidak menyadari
betapa banyak anugrah ni’mat yang Alloh berikan kepada kamu, ni’mat melihat,
ni’mat berbicara, ni’mat memiliki tangan, ni’mat memiliki akal dan
ni’mat-ni’mat lainnya, sedangkan kamu tidak bersyukur atas semua ni’mat
tersebut.”
Alloh
berfirman:
“Makan oleh kamu dari rizki yang Alloh
berikan kepada kamu dan bersyukurlah atas rizki yang kamu terima.” Gunakan rizki dari Alloh untuk keperluan
nafkah kita, selebihnya gunakan berinfaq ataupun bershodaqoh ke jalan yang Alloh
ridhoi.
Hendaknya
kamu jadikan lidah yang selalu dzikir kepada Alloh dan hati yang selalu
bersyukur kepada Alloh serta jasad yang sabar dalam mendapatkan bala.
Iman
ada 2 bagian, yaitu Sabar dan Syukur. Disaat kita mendapat ni’mat kita
bersyukur kepada Alloh. Dan disaat mendapat ujian dan bala dari Alloh kita
sabar.
Hendaknya
kamu bersyukur kepada Alloh atas ni’mat-ni’mat yang khusus yang Alloh
anugrahkan kepada kita berupa ilmu, karena dengan ilmu kita dapat memperoleh
kekayaan dan juga ni’mat berupa kesehatan dan ni’mat-ni’mat lainnya yang banyak
macamnya. Dan kamu juga harus mensyukuri atas ni’mat-ni’mat yang umum yang Alloh
anugrahkan kepada kita seperti ni’mat Alloh mengutus rasul-rasul (sehingga kita
mengenal Alloh dan RasulNya, kita tahu mana yang harus dikerjakan dan mana yang
tidak boleh dikerjakan), ni’mat diturunkannya kitab-kitab, Alloh mengangkat
langit dan mengamankan bumi.
Sungguh
aneh urusan orang mu’min, semua urusannya baik, yang Alloh tidak berikan kepada
umat-umatNya yang lain. Si-mu’min jika mendapatkan kebaikan dia bersyukur
kepada Alloh dan itu ada ganjaran/pahlanya yang Alloh berikan. Jika ia
mendapatkan kesusahan dia sabar dan itu juga ada ganjaran/ pahlanya.
Dalam
suatu riwayat ada 2 malaikat yang bertemu di langit, malaikat yang satu berkata
bahwa aku berada di arah timur dan aku diperintahkan Alloh untuk memasukkan/
memendam harta dari seorang mu’min yang kaya kedalam bumi. Dan malaikat yang
satunya lagi berkata, bahwa aku ditugaskan oleh Alloh untuk mengambil/
mengangkat harta yang kamu pendam kedalam bumi untuk diberikan/ diserahkan ke
rumah seorang mu’min yang fakir. Mendengar pembicaraan kedua malaikat tadi,
datang malaikat Ridwan (penjaga Syurga), dia berkata: aku mempunyai riwayat/
cerita yang lebih aneh lagi dibandingkan dengan cerita kalian berdua, Alloh
memerintahkan aku untuk membangun 2 buah gedung di Syurga, 1 satu untuk orang
kaya yang faqir mendadak dan 1 lagi untuk orang faqir yang kaya mendadak. Tiga
malaikat tersebut bertanya kepada Alloh, “Ya Rabbi tolong perlihatkan kepada
kami apa yang menyebabkan Engkau memberikan kemulyaan kepada kedua orang ini?” Alloh
menjawab: “Orang yang memiliki kekayaan tatkala di amblaskan/ dibenamkan dia
punya harta kekayaannya dia sabar. Dia mensikapi kejadian itu dengan
mengucapkan: “Segala puji bagi Alloh yang telah menyebabkan aku ridho atas
segala taqir dan ketentuanNya.” Adapun orang yang faqir yang diberikan kekayaan
kepadanya tidak menjadi sombong atas harta yang dia dapatkan, dia malah
bersyukur kepada Alloh karena mendapatkan kekayaan mendadak dan ia berkata:
“Segala puji bagi Alloh yang menyebabkan aku tidak butuh kepada makhluk selain
kepadaNya.” Orang yang sabar dan orang yang syukur kedua-duanya mendapatkan
Syurga dari Alloh SWT.
Dalam
suatu riwayat ada seorang buta yang menikah dengan seorang perempuan, dalam
suatu pertemuan, si buta memandang ia punya istri dan tertawa. Istrinya melihat
kejadian itu bertanya kepada suaminya yang buta: “Mengapa kamu tertawa?” Si
buta berkata: “Aku bersyukur karena aku mendapatkan istri yang cantik seperti
kamu.” Si-istri menjawab: “Engkau dan aku akan masuk syurga, aku adalah wanita
yang paling cantik di negeri ini, dan aku sabar mendapatkan seorang suami yang
buta dan jelek seperti kamu.” Orang yang Sabar dan Syukur tempatnya di Syurga.
Sumber
pokok dari syukur itu adalah hati kita mengetahui betul akan ni’mat-ni’mat yang
Alloh anugarahkan kepada kita. Kita menyadari betul bahwa semua ni’mat itu
berasal dari Alloh SWT. Semua ni’mat yang ada pada kita tidak akan sampai
sedikitpun juga kepada kita hanya dengan kekuatan dan upaya/usaha kita, tanpa
adanya Tuntunan dan Rahmat Alloh SWT.
Puncak
syukur kita kepada Alloh, bahwa kamu mentaati Alloh dengan segala ni’mat yang Alloh
anugarahkan kepada kamu (ni’mat kesehatan kamu syukuri dengan beribadah kepada Alloh,
ni’mat kekayaan kamu syukuri dengan jalan kamu infaq-kan dan kamu shodaqohkan
di jalan Alloh, ni’mat anak kita jaga dan kita didik untuk mengenal dan
beribadah kepada Alloh dan ni’mat-ni’mat lainnya).
Bila
kamu tidak taati Alloh, maka kamu telah meninggalkan Syukur atas ni’mat-ni’mat
yang Alloh anugrahkan kepada kamu. Bila kamu gunakan ni’mat-ni’mat yang Alloh
berikan untuk bermaksiat kepada Alloh, maka kamu telah terjerembab/ jatuh
kedalam kufur ni’mat. Disaat itulah akan berganti ni’mat-ni’mat Alloh dengan
siksa/ adzab Alloh. Jika orang yang bermaksiat kepada Alloh, tetapi tetap Alloh
berikan kepadanya ni’mat kekayaan, ni’mat kesehatan, dan ni’mat-ni’mat lainnya,
maka sesungguhnya dia sedang diulur oleh Alloh dan pada akhirnya akan di adzab
oleh Alloh SWT. Kami akan menarik mereka secara berangsur-angsur menuju ke arah
kebianasaan dari arah yang mereka tidak sadari dan tidak ketahui. Sesungguhnya
kami tunda adzab Kami kepada mereka sehingga membutakan mereka. Dalam sebuat Hadist Rasululloh bersabda: “Sungguh Alloh akan menangguhkan adzab bagi
si-zholim sehingga saat Alloh meng-adzab mereka, mereka tidak akan lepas dari
adzab tadi.”
Ketahui
oleh kamu sesungguhnya banyak memuji Alloh dengan jalan kita bergembira dalam
hati kita atas ni’mat-ni’mat yang Alloh anugrahkan kepada kita. Tanpa kita
banyak berusaha, Alloh telah banyak memberikan ridzki kepada kita, diberikan
kenikmatan hidup, diberikan kesehatan, padahal ibadah kita kurang, usaha kita
kurang, tetapi Alloh tetap memberikan bermacam-macam ni’mat. Sehingga terkadang
tidak masuk dalam logika kita, gaji tidak seberapa tetapi kita dapat menafkahi
anak, istri, bahkan cucu kita. Jika dihitung secara metematis terlihat tidak
cukup, tetapi ternyata kita dapat mencukupinya bahkan terkadang ada kelebihan.
Hal inilah yang wajib kita syukuri, bukan karena kepandaian/ kepintaran kita,
tetapi semata-mata karunia dari Alloh SWT.
Jangan
sampai ni’mat-ni’mat Alloh yang ada pada kita membuat kita menjadi sombong/
angkuh, membuat kita menjadi mengecilkan/ menyepelekan orang. Ni’mat-ni’mat Alloh
adalah wasilah/sarana untuk mencapai kedekatan kita kepada Alloh. Dengan adanya
harta kita bisa menunaikan ibadah haji/ umroh, bershodaqoh, infaq, waqaf,
menyantuni faqir/miskin, menyantuni anak yatim dll. Dengan harta berlebih yang
ada pada kita, kita dapat cheq up dan control kesehatan sehingga kita dapat
meningkatkan ibadah kita kepada Alloh. Apabila kondisi fisik kita kurang sehat,
kurang uang tentunya kita tidak dapat berbuat banyak.
Syech Imam At
Tabrani
berkata: “Kita tidak dapat berusaha/
bekerja tanpa harta.” Ingin
menunaikan ibadah haji perlu harta, hanya mimpi/angan-angan jika ingin menunaikan ibadah haji tanpa uang.
Ni’mat-ni’mat
yang ada pada kita adalah sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kita kepada Alloh.
Atau ni’mat-ni’mat itu adalah menunjukkan innayah/ pertolongan Alloh kepada
hamba-hambanya.
Membesarkan/
Mengagungkan ni’mat dari Alloh dengan jalan kita bersyukur atas itu ni’mat
sekalipun ni’mat itu kecil tetapi kita anggap besar. Jangan pandang kecilnya
itu ni’mat, tetapi pandang siapa yang memberi itu ni’mat.
Jika
seorang perempuan diberikan uang belanja oleh suaminya sedikit, jangan katakan
sedikit ataupun kurang, gunakan saja apa yang diberikan suami, karena pada
hakekatnya apa yang diberikan suami adalah ridzki dari Alloh. Dan sebagai suami
juga jangan terlalu banyak menuntut.
Seperti
yang ramai saat ini tentang demo buruh, hendaknya sebagai buruh jangan menuntut
terlalu berlebihan, syukuri apa yang telah Alloh berikan. Hidup di dunia ini
tidak akan pernah merasa cukup, bila kita tidak pandai bersyukur kepada Alloh.
Alloh
berfirman
kepada sebagian nabi-nabinya: “Bila AKU
berikan kepada kamu satu biji-bijian yang sudah dimakan ulat, ketahuilah oleh
kamu itu berarti AKU sudah ingat kepada kamu dari itu ni’mat, maka syukurilah
AKU atas itu ni’mat.”
Ketahuilah
bahwa menceritakan ni’mat-ni’mat yang ada pada kita dari Alloh (tahadush bi
ni’mah) dibolehkan, asalkan tidak keluar dari pada sesuatu yang dapat
menimbulkan dugaan bahwa kita mensucikan diri kita, seolah-olah kita orang
suci, orang bersih. Bagus bila bisa tahadush
bi ni’mah, asalkan dapat terkontrol, pasang niat yang baik jangan sampai
timbul seolah-olah kita mensucikan diri atau membersihkan diri. Misalkan dia
menceritakan bahwa dia menjumpai Malam
Lailatul Qodar, dia merasa mempunyai derajat dan kedudukan yang tinggi di sisi Alloh,
hendaknya dalam ‘tahadush bi ni’mah’ kita ‘control’ hati kita agar tidak timbul
seolah-olah kita mensucikan diri atau membersihkan diri kita.
Memakai
pakaian yang bagus juga termasuk tahadush bi ni’mah dan juga dapat menunjukkan
bahwa kita orang mampu, sehingga pada saatnya datang orang meminta bantuan
kepada kita, mereka tidak salah alamat. Tetapi harus control kita punya diri
agar jangan sampai timbul kesombongan, Alloh lebih mengetahui siapa orang yang
bertaqwa kepadaNya.
Membersihkan
diri kita dalam urusan keagamaan, seolah diri kita ikhlas, tahadush bi ni’mah,
banyak bershodaqoh, dengan tujuan untuk sum’ah, hal ini sangat berbahaya. Boleh
saja kita banyak bershodaqoh/ memberi bantuan
dengan tujuan untuk menarik/memancing orang agar mengikuti jejak kita,
tetapi jangan sampai menimbulkan sifat-sifat tidak terpuji.
Jagan
sampai kita menceritakan tentang keduniaan yang ada pada kita sehingga
menimbulkan kebanggan tentang apa-apa yang ada pada kita dalam urusan keduniaan
sehingga lupa dari mana asal itu ni’mat.
Menceritakan
bahwa kita suka bangun malam dengan tujuan tahadush bi ni’mah, boleh-boleh
saja, asalkan jangan sampai timbul adanya dugaan/ sangkakaan bahwa kita
mensucikan/ membersihkan diri. Amal bergantung pada niat kita. Asalkan kita
mempunyai niat yang baik Insya Alloh kita terpelihara dari melencengnya kita
punya hati dari perilaku yang tidak baik. Semua kebaikan ada pada jejak
‘salaful sholeh’ (orang-orang sholeh) dalam segala keadaan sehingga kita
selamat dunia akhirat. Tetapi jangan tertipu dengan kelompok atau orang yang
saat ini banyak mengaku sebagai salaful sholeh, karena bisa jadi mereka adalah
dari golongan Wahabi.
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tazkirah yang sangat bermenafaat. Sabar + Syukur = Bahagia
BalasHapus