Senin, 10 Agustus 2015

TASAWUF - Ridho Dengan Ketentuan Alloh (Bagian-1)



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Ridho Dengan Ketentuan Alloh (Bagian-1)
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Hendaknya kamu Ridho dengan Qodho (hukum/ ketentuan) Alloh, baik yang manis (baik) ataupun yang pahit (buruk), harus kita terima apa adanya. Karena Ridho dari Qodho (ketentuan) Alloh adalah semulya-mulyanya buah/ hasil dari Mahabbah dan Ma’rifah. Jika sudah timbul Mahabbah dan Ma’rifah, maka timbullah Ridho dengan ketentuan/ hukum Alloh.

Sepahit apapun ketentuan Alloh yang menimpa kita, harus kita terima dengan ikhlas, tanpa ada perasaan resah dan gelisah. Jadi tidak perlu dipertanyakan lagi, apabila ketentuan Alloh sudah menimpa kita. Kenapa begini? Kurang apa aku?, ibadahku cukup, macam-macam amal sholeh telah aku kerjakan, ternyata qodho/ ketentuan Alloh yang tidak menyenangkanku mendatangiku.

Sebagian Salaf berkata: “Andaikata aku punya badan digunting/ dipotong, dengan bermacam-macam alat potong, ketentuan tadi lebih aku sukai daripada aku menyatakan sesuatu dari qodho yang telah Alloh tentukan, coba tidak Alloh tentukan hukum ini/ketentuan ini.” Jadi mereka lebih senang sesuatu yang menyakiti diri mereka daripada mereka mengatakan: Coba Alloh tidak tentukan hukum/ ketentuan menimpa mereka. Sepahit apapun Qodho Alloh yang menimpa kita, pasti ada hikmahnya.

Sebagian Ahli Ibadah mengatakan: Aku ini pernah melakukan satu dosa (yang menurut pandangannya) besar, karena kejadian itu aku terus menangis tidak kurang dari 60 tahun dan aku telah beribadah sungguh-sungguh dalam rangka tobat kepada Alloh. Ada yang bertanya apa itu dosa besar yang telah kamu lakukan, sehingga kamu menangis hingga 60 tahun? Aku berkata suatu kali atas kejadian yang menimpa diriku, “coba jangan/tidak terjadi”. Artinya dia tidak menerima/ ridho atas ketentuan Alloh yang menimpa dirinya. Akibat kesalahannya tersebut yang dia anggap sebagai dosa besar, maka dia bertobat dengan menangis dan beribadah dengan sungguh-sungguh selama 60 tahun.

Jangan suka ‘mengkambing-hitamkan’ seseorang atas kejadian yang tidak menyenangkan yang terjadi pada kita, terima saja ketentuan Alloh, dibalik kejadian tersebut cepat atau lambat hikmah pasti akan terlihat.

Diantara perilaku orang yang cinta adalah dia ridho/ senang atas perbutan orang yang dicintainya. Jika kita cinta pada seseorang, maka kita rela dan senang dengan apa yang dilakukan orang yang kita cintai tersebut. Jika dia cinta kepada Alloh, maka pasti ridho dengan qodho yang Alloh tentukan untuknya, baik manis ataupun pahit, enak ataupun tidak enak.

Dalam suatu riwayat ada sekelompok orang menjumpai Syech Imam Sibli Rachimakumullahutaala, seorang waliyullah. Syech Imam Sibli bertanya kepada mereka yang datang, siapa antum? Mereka menjawab: “Aku ini adalah pecinta-pecinta kamu.” Imam Sibli menghadapi orang yang menyatakan cinta kepadanya, kemudian Imam Sibli melemparkan kepada mereka dengan bermacam-macam batu. Pada akhirnya orang-orang tersebut lari meninggalkan Imam Sibli untuk menghindari dari lemparan batu. Meihat perbutan mereka, Imam Sibli berkata: “Kenapa kalian ini berlari menghindar dari aku saat aku lempar batu kepada kalian, padahal kalian tadi menyatakan cinta kepada aku, padahal buktu bahwa orang yang mengaku cinta maka dia akan ridho dengan apa yang diperbuat/ dilakukan orang yang dicintainya. Apapun dan bagaimanapun orang yang dicintainya dia akan ridho, ternyata cinta kalian adalah palsu, begitu aku lempar kalian dengan batu, kalian segera lari menghindar. Apabila kalian benar-benar adalah pecinta-pecinta aku, pasti kalian tidak akan menghindar/ menjauh dari bala/ cobaan yang aku timpakan kepada kamu.”

“Siapa orang yang tidak ridho dengan ketentuan AKU dan dia tidak sabar atas bala yang AKU timpakan kepadanya, silahkan dia mencari Tuhan selain AKU.” (ini bukan merupakan kata perintah tetapi ancaman dari Alloh).

Berkata Nabi Daud AS. kepada anaknya Nabi Sulaiman AS. : Dibuktikan ke taqwaan seorang mu’min kepada Tuhannya dengan tiga (3) hal:
1.    Bagus tawaqalnya terhadap sesuatu yang belum ia capai/ dapati.
2.    Bagus ridhonya terhadap ujian/ bala/ musibah yang datang padanya.
3.    Bagus kesabarannya atas sesuatu yang luput dari padanya.

Nabi bersabda: “Sesungguhnya Alloh SWT., bila DIA mencintai satu kaum (sekelompok orang), DIA memberikan bala/ cobaan/ ujian/ bencana/ malapetaka kepada mereka.”  Bila Alloh mencintai suatu kaum, maka Alloh akan menguji mereka dengan bermacam-macam cobaan yang tidak menyenangkan mereka, siapa orang yang ridho dengan ujian Alloh, maka Alloh ridho dengan dia, dan siapa orang yang tidak senang dan murka atas ujian yang Alloh timpakan kepadanya, maka untuknya pun murka Alloh.

Ini suatu bukti bahwa bila Alloh mencintai suatu kaum, maka Alloh akan memberikan ujian kepadanya berupa sakit ataupun ujian-ujian lainnya yang memberatkan kita. Dalam suatu riwayat Nabi Muhammad SAW. pernah meminang seorang perempuan untuk dijadikan istrinya, menjelang hari ‘H’-nya, si-calon mertua karena sangat senang putrinya di pinang oleh Nabi, dia berkata kepada Nab Muhammad SAW.: “Ya Rasululloh, anak perempuanku banyak, sejak lahir semua anakku mengalami bermacam-macam sakit, tetapi anak perempuanku yang satu ini, yang akan menjadi istrimu ini, sejak dari lahir tidak pernah mengalami sakit hingga sekarang.”  Nabi sejak mendengar calon istrinya tidak pernah mengalami sakit sejak lahir, maka Nabi batalkan pernikahannya. Karena Nabi berpendapat bahwa Alloh tidak cinta kepada perempuan ini, karena bila Alloh cinta pada suatu kaum, maka Alloh pasti memberikan bala dan ujian kepadanya. Bila ia ridho terhadap ujian dari Alloh, maka akan naik derajatnya. Semakin sering ia mendapatkan ujian dan ia ridho, maka semakin tinggi derajatnya. Lain halnya dengan kita, jika kita ingin menikah dengan seorang perempuan maka kita mencari tahu entah itu dengan jalan periksa ke dokter atau dengan bertanya apakah perempuan calon istri kita mempunyai riwayat penyakit? Apabila kita ketahui calon istri kita ada atau sering mengalami sakit, pasti kita tidak jadi menikahinya. Tetapi Nabi lain, perempuan yang tidak pernah sakit, malah Nabi tolak untuk menjadi istrinya, karena hal ini menandakan bahwa Alloh tidak senang kepada perempuan ini.

Imam Gozali berkata: “Tidak ada di alam dunia ini yang lebih baik dari apa yang sudah terjadi.”  Jadi apa yang sudah terjadi terhadap diri kita, sepahit apapun itu adalah yang terbaik, dibalik itu pasti ada hikmahnya. Bila kita ridho, lambat laun pasti akan terlihat hikmahnya, maka ambil hikmahnya supaya menjadi enak kita punya hidup. Hidup di dunia tidak lama, banyak bermacam-macam ujian dan cobaan, terima itu semua dengan ridho sebagai bentuk toat kita kepada Alloh.

Bila mendapatkan bala/ musibah tidak perlu resah, gelisah dan mengeluh kesana-kemari. Pada umumnya manusia bila mendapatkan masalah/ musibah akan mengeluh kesana-kemari, tetapi bila mendapatkan ni’mat akan diam seribu bahasa. Bila kita mendapatkan ni’mat boleh kita menceritakan kepada orang lain sebagai “tahadus bi ni’mah” (rasa syukur) terhadap ni’mat yang Alloh berikan. Akan tetapi disaat kita mengalami susah jangan kita mengeluh kesana-kemari.

Nabi menyatakan: Diantara macam-macam cara pengagungan kita kepada Alloh, yaitu kita mengenal haq-haq Alloh, disaat sakit jangan mengeluh tentang sakit kita kepada orang dan jangan suka sebut-sebut musibah yang menimpa kita kepada orang lain, redam saja, rasakan sendiri, adukan semuanya kepada Alloh nanti Alloh yang akan memberikan jalan keluarnya.

Wajib bagi kita sebagai seorang mu’min, hendaknya tahu dan meyakinkan  bahwa:
-        Alloh-lah yang memberikan petunjuk dan Alloh-pulalah yang menyesatkan siapapun juga. Kita dapat duduk di majlis semacam ini adalah hidayah/ petunjuk dari Alloh. Tidak ada yang dapat memberikan hidayah kecuali Alloh, hidayah tidak ada di tangan Malaikat, Nabi, para mursalin, apalagi di tangan manusia biasa. Hidayah ini mahal, Alhamdulillah kita mendapatkan hidayah, semoga Alloh memelihara hidayah kita dan terus meningkatkan hidayah yang ada pada kita.
-        Alloh yang membuat orang bahagia, dan Alloh pula yang membuat orang sengsara. Semuanya Alloh yang menentukan, tidak ada campur tangan manusia disini.
-        Alloh yang mendekatkan dan Alloh pula yang menjauhkan sesuatu kepada kita. Ada yang dekat jodohnya dan adapula yang jauh jodohnya. Ada yang sudah cukup umur dan sudah berupaya tetapi belum juga datang jodohnya, tetapi ada pula yang baru beranjak dewasa sudah ketemu jodohnya. Hal ini jangan diartikan lain-lain, ini semata-mata datangnya dari Alloh.
-        Alloh yang memberikan dan Alloh pula yang mencegah. Kita diberikan kesehatan oleh Alloh, diberikan rizki oleh Alloh, ada yang mudah rizkinya dan adapula yang susah rizkinya, ada yang berhasil usahanya dan adapula yang tidak berhasil usahanya padahal ia sudah berusaha secara maksimal dengan seluruh kepandaian yang dimilikinya, tetapi apa yang diinginkan belum tercapai.
-        Alloh yang mengangkat dan Alloh pula yang merendahkan derajat seseorang. Ada yang mulya, ada yang kurang mulya, ada yang hina, semuanya Alloh yang atur, karena semuanya ada hikmahnya.
-        Alloh yang memberikan manfaat dan Alloh pula yang membahayakan seseorang.

Jika kita meyakini ini semua, maka hidup kita akan tenang, tidak resah, tidak gelisah, tidak ada rasa takut, semua Alloh yang tentukan. Jika kau sudah tahu dan sadari itu semuanya, setelah itu kamu beriman dan meyakini, maka yang wajib atas kamu adalah jangan kamu membantah dan menantang Alloh pada sesuatu apapun juga dari perbuatan dan tindakan Alloh atas diri kita. Apa yang terjadi pada diri kita, hendaknya kita terima dan ridho. Misalkan Alloh tentukan kita miskin, Alloh tentukan kita jadi orang jahil, Alloh tentukan kita sering sakit, maka hendaknya kita terima itu semua, jangan suka dibantah apa yang sudah menjadi ketentuan Alloh baik secara zohir (nyata dengan ucapan) ataupun secara bahtin. Seperti ucapan: “Kurang apa ibadah dan kurang apa syukur kita kepada Alloh?” Hal ini menandakan seakan-akan kita menolak apa yang Alloh sudah tentukan bagi kita.

Ada berbagai macam ucapan yang membangkang kepada Alloh, diantaranya:
-        Mengapa ini bisa terjadi? Managementnya sudah hebat, tenaga ahli yang berpengalaman sudah ditempatkan disitu, ternyata usahanya terus menurun dan mengakibatkan usahanya menjadi bangkrut/ pailit dan lain sebagainya, sehingga kita bertanya: “Mengapa ini bisa terjadi?”
-        Mengapa terjadi begini? Coba begitu. Mengapa sampai jatuh sakit? Coba bila tidak sakit.
-        Dengan sebab dosa apakah yang diperbuat, sehingga si-fulan mendapatkan adzab/ kesusahan/ penderitaan seperti itu?

Dalam suatu riwayat Nabi Daud AS., sedang berada di tempat beribadahnya, ia
sedang membaca kitab Zabur. Tiba-tiba Nabi Daud AS. melihat ada seekor cacing/ ulat/ belatung sedang menggeliat di tanah. Di dalam hatinya (tidak sampai diucapkan) terlintas fikiran: Apa yang Alloh kehendaki (manfaat) dari ini cacing? Padahal sangat menjijikan. Alloh Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, apa yang ada dalam lintasan hati seseorang. Alloh mengizinkan cacing ini berbicara kepada Nabi Daud AS.: “Ya Nabi Alloh, Alloh ilhamkan kepadaku (perintahkan aku) untuk membaca: “SubhanAlloh, Wal Hamdulillah, WalaillahaillAlloh Wa Allohu Akbar” sebanyak 1.000 kali setiap hari pada siang hari. Jadi tidak sia-sia, tasbihnya menguntungkan bagi makhluk Alloh lainnya. Adapun pada malam hari Alloh perintahkan aku membaca Sholawat: “Allohumma Sholli ala Muhammadin Nabiyil Ummi Waalaalihi Wasohbihi Wassalam.” Sebanyak 1.000 kali. Kemudian cacing itu berkata: “Hai Nabi Alloh Daud AS., apa yang kau baca di siang dan malam hari sehingga aku dapat mengambil faedah/ pelajaran dari kamu? Menyesalah Nabi Daud AS., karena dia telah menghina cacing yang menjijikan tadi, diapun bertobat kepada Alloh dan bertawaqal kepada Alloh.

Dalam suatu kitab ada seorang raja yang mengingkari ‘munfasa’ (semacam kecoa), untuk apa Alloh menciptakan kecoa, serangga yang menjijikan, apa manfaatnya ini kecoa? Sepintas tidak ada manfaatnya. Pada suatu saat ia jatuh sakit, dokter-dokter dan tabib-tabib tidak ada yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Akhirnya ia mendapatkan petunjuk melalui mimpinya, bahwa ia disuruh datang menemui seseorang untuk mendapatkan petunjuk cara mengobati penyakitnya. Akhirnya orang tersebut memberikan petunjuk kepada raja, bahwa cara mengobati penyakitnya hanya satu cara, yaitu tidak lain dari ‘munfasa’ (kecoa). Dengan cara kecoa (munfasa) itu di bakar hingga hangus, kemudian tumbuk kecoa yang telah hangus tadi hingga menjadi bubuk dan kau taburkan pada lukamu, maka nantinya lukamu akan sembuh. Itulah Alloh bukakan hikmah dari ‘munfasa’ yang tadinya dia ingkari.

Ada cerita yang pernah kita dengar saat kita masih sekolah, tentang seseorang yang menilai bahwa Alloh tidak berlaku adil. Ia melihat buah semangka yang begitu besar tetapi ia lihat batang dari pohon semangka itu begitu kecil, disamping itu ia melihat pohon yang begitu besar tetapi buahnya kecil-kecil. Ia menilai Alloh tidak berlaku adil, buah semangka yang besar tentunya membutuhkan batang pohon yang cukup besar untuk menopang buahnya. Sedangkan pohon yang buahnya kecil-kecil, tentunya tidak membutuhkan batang yang besar. Pada akhirnya ia beristirahat hingga tertidur di bawah pohon besar tersebut, tiba-tiba buah pohon yang kecil itu jatuh menimpa mukanya sehingga ia terbangun. Ia kaget dan ia mengucapkan rasa syukur kepada Alloh, ia segera menyadari kekeliruannya, karena pohon yang besar tersebut buahnya tidak sebesar buah semangka, jika pohon tersebut buahnya sebesar buah semangka, tentunya sudah rusak dia punya muka.

Jadi jangan pertanyakan apa yang Alloh ciptakan dan apa yang terjadi di alam dunia ini, semuanya haq Alloh. Tanamkan dalam diri kita keyakinan bahwa setiap yang terjadi pasti ada hikmahnya, semua yang terjadi adalah kehendak Alloh semata, jadi jangan percaya dengan dukun-dukun, serahkan semuanya kepada Alloh SWT.

Siapakah gerangan orang yang lebih bodoh dari pada orang-orang yang memprotes/ menantang Alloh dalam kerajaannya? Dan menantangnya pula dalam kekuasaannya? Jika ada yang malakukannya, memprotes apa yang menjadi hukum/ keputusan Alloh, maka dialah orang yang paling bodoh. Mempertanyakan apa yang Alloh lakukan terhadap siapapun ataupun terhadap diri kita, maka dialah yang paling bodoh. Apapun yang terjadi pada diri kita, sepahit apapun juga, hendaknya kita terima dan ridho, itulah yang paling baik. Misalkan banyak kebaikan yang telah kita lakukan, tetapi musibah terus menimpa kita, jangan mempertanyakan, disitu ada hikmah dan rahasia Alloh.

Padahal orang yang menantang Alloh tadi sadar dan tahu, bahwa sesungguhnya Alloh SWT. lah yang menyendiri dalam menciptakannya dan tidak ada kekuatan dari manapun juga dan siapapun juga yang mempunyai andil dalam  menciptakan/ melakukan sesuatu.

Alloh yang memerintahkan segala sesuatu. Alloh pula yang menghukumkan segala sesuatu apapun juga terhadap diri kita dan lainnya. Alloh Yang Mengatur, sebagus apapun aturan kita tetapi aturan kita tidak memberikan bekas (tidak berpengarauh apa-apa), bila Alloh tidak menghendaki, maka semua itu tidak akan berjalan, bila Alloh ridho dan pas antara aturan kita dengan aturan Alloh, maka disitu baru berjalan. Alloh yang mealakukan sesuatu dan Alloh pula yang menghukumkan apa yang dikehendaki-NYA.

Bila ada sesuatu yang menimpa diri kita, yang tidak menyenangkan diri kita, maka kembalikan kepada Alloh, jangan suka meng-“kambing-hitamkan” seseorang, apalagi sampai berobat ke dukun, ada permainan sihir disitu, jangan kita percaya dengan apa yang di katakan dukun, semua itu bohong dan tipu daya saja, tetapi sekarang ini banyak orang yang bodoh dan mudah tertipu dengan hal-hal semacam itu. Apa yang dibacanya dari ayat-ayat Al Qur’an memang benar, tetapi dibalik itu ada kekotoran dan tipu daya. Bila kita sakit hendaknya berobat ke dokter dan minta doa dengan orang-orang sholeh.

Alloh tidak dapat di tuntut dan ditanya atas suatu perkara yang sudah DIA lakukan, justru kita akan dituntut bila kita mempertanyakan apa yang sudah Alloh lakukan, apa yang kita alami hendaknya kita terima dengan ikhlas.

Ada hikayat tentang orang Sholeh yang bernama Syech Afifuddin Azahid, beliau tinggal di Negeri Mesir. Suatu saat sampailah kepada dia apa yang menimpa negeri Bagdad, tentang orang-orang kafir yang membunuh orang-orang muslimin, ribuan orang-orang muslimin mati terbunuh oleh orang-orang bangsa Tartar, hingga negeri Baghdad hancur, selama 3 ½ tahun negeri Baghdad tanpa ada khalifah/ pemerintahan. Bila suatu negeri tanpa ada pemerintahan maka akan terjadi yang kuat akan menindas yang lemah, adanya penguasa itu penting, tidak ada penguasa itu berbahaya, penguasa yang zholim itu masih lebih baik dari pada fitnah (tidak ada penguasa) yang terjadi terus-menerus. Alloh tidak mempunyai kewajiban apa-apa, sedangkan bagi kita ada suatu kewajiban dalam agama untuk membangun suatu pemerintahan yang Islami.
Orang-orang kafir yang menguasai negeri Baghdad tersebut berbuat dengan leluasa, mereka menggantungkan Al Qur’an di leher-leher anjing dan kitab-kitab karangan para Imam/ Ulama (dahulu negeri Baghdad adalah pusat keislaman dan pusat keilmuaan) di buang di sungai-sungai, sehingga karena banyaknya kitab-kitab yang dibuang di sungai laksana jembatan, orang ataupun kuda tidak akan tenggelam melewati sungai yang dalam dan luas dengan menginjak kitab-kitab tersebut. Mendengar kejadian tersebut Syech Afifuddin Azahid ingkar: “Mengapa Alloh berbuat seperti ini? Dimana letak keadilan Alloh? Banyak orang tidak berdosa, anak-anak dibunuh. Mengapa Alloh tidak bertindak dan mengizinkan semua ini terjadi? Mengapa seperti ini wahai Alloh, umat Islam dan Ulama Sholihin habis dibantai, mana janji-MU akan membantu orang-orang muslimin? Pada akhirnya dalam tidurnya Syech Afifuddin melihat seseorang laki-laki (pada hakekatnya adalah Malaikat yang Alloh utus) menyodorkan kitab/ surat kepadanya, dalam kitab/ surat itu ada 2 bait syair yang bunyinya: “Tinggalkan oleh kamu penantangan kamu terhadap hukum/ ketentuan Alloh, urusan ini bukan urusan kamu lagi, AKU pemiliknya, AKU penciptanya dan AKU yang mengatur, apapun yang AKU kehendaki maka disitu ada hikmah yang besar. Demikian pula jangan kamu mempertanyakan peredaran bintang-bintang dan planet-planet yang beredar di orbitnya, jangan kau tanyakan Alloh atas perbutan-NYA.”

Siapa orang berani menyelam ke dalam lautan samudra, maka dia akan binasa. Ketentuan dan Qodho Alloh adalah lautan samudra, jangan coba-coba masuk dengan mempertanyakan ketentuan/ qodho Alloh, yang pada akhirnya dia tidak akan menerima ketentuan/ qodho Alloh. Jangan suka ikut campur dengan apa yang sudah menjadi ketentuan Alloh, terima saja dengan ikhlas, karna pasti ada hikmah di dalamnya. Imam Gojali berkata: “Tidak ada di alam dunia ini yang lebih bagus dari pada yang sudah terjadi.”  Sepahit apapun yang terjadi pada diri kita, itu yang terbaik. Bila kita ridho menerima ketentuan Alloh, maka nanti akan terungkap hikmahnya.

Alloh yang menciptakan maka Alloh yang lebih tahu apa yang terbaik bagi hambanya, ada hamba yang lebih maslahat bila dijadikan miskin, bila Alloh jadikan ia kaya maka dia menjadi sombong/ angkuh dan akan ingkar kepada Alloh. Ada orang yang bila ia miskin maka ia akan kufur kepada Alloh, dia lebih maslahat bila dijadikan orang kaya, maka Alloh jadikan ia orang kaya.

Yang wajib atas kamu bahwa kamu yakinkan seyakin yakinnya bahwa sesungguhnya seluruh perbuatan Alloh atas diri kita terjadinya adalah suatu cara yang tidak ada yang lebih bagus dari pada itu. Kematian anak, kemerosotan usaha, dan apa saja yang tidak menyenangkan yang terjadi pada kita, harus kita I’tiqotkan/ yaqinkan bahwa itu adalah yang terbagus, dibalik itu semua pasti ada hikmahnya. Tidak ada yang lebih adil dari pada itu, tidak ada yang lebih afdol/ utama dari pada itu. Yang Alloh tentukan itu yang paling adil, itu yang paling utama dan itu yang paling sempurna. Terkadang kita tidak sabar, tidak ridho dengan apa yang telah Alloh tentukan, sehingga tersembunyi hikmah-hikmahnya.

Dalam suatu kitab, ada kisoh tentang Nabi Musa AS. yang meminta kepada Alloh, agar Alloh memperlihatkan keadilan-NYA. Akhirnya Alloh perintahkan kepada Nabi Musa AS. untuk pergi ke bawah bukit, disitu ada sungai yang airnya jernih, silahkan kau duduk di bawah pohon yang rindang. Tidak beberapa lama dari kejauhan Nabi Musa AS. melihat ada seseorang yang datang dengan mengendarai seekor kuda, ia duduk di bawah pohon yang rindang sambil menikmati suasana sungai yang airnya jernih, dia turun dari kudanya dengan membawa kantong. Selesai dia beristirahat dan menikmati keindahan alam itu, kemudian dia meninggalkan tempat tersebut. Tidak beberapa lama ada lagi yang datang ke tempat tersebut seorang yang buta. Belum seberapa jauh orang berkuda tadi pergi, ia ingat bahwa kantong yang berisi 1.000 dinnar tertinggal di bawah pohon, akhirnya dia kembali ke tempat semula. Orang yang berkuda tadi bertanya kepada orang yang buta yang kebetulan duduk di tempat yang tadi ia duduk disitu: “Hai tuan apakah engkau melihat kantong miliku?” “Tidak” “Yang berisi uang 1.000 dinnar?” “Tidak.” Karena orang buta ini ingkar (tidak mengaku), padahal tidak ada orang lain duduk disitu selain dia, maka orang berkuda itu membunuh si-buta tadi. Orang buta tentunya tidak dapat melihat ada kantong disitu, ia dapat sampai disitu saja sudah bagus. Melihat kejadian itu, Nabi Musa AS. bertanya dalam hati, apakah ini keadilan Alloh? Seorang buta yang tidak dapat melihat dan tidak mengambil kantong orang berkuda itu, tiba-tiba di bunuh. Dimana keadilan Alloh? Akhirnya Alloh turunkan Malaikat Jibril kepada Nabi Musa AS.: “Hai Musa, inilah keadilan Alloh. Suatu saat bapak dari pengendara kuda ini pernah mengambil harta dari bapaknya si-buta. Dan si-buta pernah membunuh bapak dari si-pengendara kuda. Alloh memberikan kesempatan kembalinya harta (uang 1.000 dinnar) kepada ahli waris yang berhaq yaitu si-buta, dan hukum qishospun berlaku kepada si-buta, karena dia telah membunuh bapak dari si-pengendara kuda.

Hukum ridho dengan macam-macam berbuatan Alloh kepada kita dengan cara yang global/ ringkas adalah kita I’tiqotkan apapun yang terjadi ada hikmahnya, tidak ada yang lebih bagus dari apa yang sudah terjadi.

Adapun ridho dengan cara yang rinci, adalah segala urusan yang mengkhususkan dalam diri kamu ada 2 bagian:
1.    Ketentuan/ Qodho Alloh yang cocok dengan nafsu/ keinginan diri kita, sepert sehat dan kekayaan. Kita senang bila Alloh memberikan kita sehat. Dan kita senang bila Alloh tentukan kita menjadi orang kaya.Tidak ada orang yang marah dengan pemberian/ ketentuan Alloh berupa kesehatan dan kekayaan. Jadi kedua pemberian Alloh ini cocok dengan nafsu/ keinginan kita. Kecuali dapat timbul kesal atau marah dan tidak ridho dari sudut pandangan kamu. Bila kamu melihat Alloh memberikan kepada orang yang lebih dari apa yang kamu dapatkan, maka disitu dapat timbul marah/ tidak senang dan tidak ridho dengan apa yang telah Alloh berikan atas kamu. Misalkan orang lain mendapat kekayaan/ kesehatan yang lebih dari kamu, maka akan timbul kesal/ tidak senang. Ana kaya, tapi kenapa orang lain lebih kaya dari ana? Kenapa ana tidak seperti dia? Pada dasarnya kekayaan/ kesehatan yang ada pada kita, kita terima dan senang. Tetapi jika kita melihat ke atas, melihat ada orang yang lebih kaya dan lebih sehat dari kita, maka timbul tidak ridho. Dia akan berkata: Ini orang tidak ibadah tetapi kekayaannya luar biasa, sedangkan aku ibadah dan ‘qiyamul lail’ tetapi kekayaanku begini-begini saja. Bila kita bergaul dengan orang miskin, maka akan bertambah rasa syukur kepada Alloh. Tetapi bila kita bergaul dengan orang kaya, maka rasa syukur kita akan berkurang kepada Alloh.
Maka yang wajib atas kamu disisi Alloh adalah kamu ridho dengan apa yang Alloh berikan kepada kamu dari sudut Alloh berhaq dalam kerajaan/ kekuasaannya untuk berbuat sesuai dengan apa yang IA kehendaki. Atau kamu dapat melihat dari sudut pandang yang lain, bahwa Alloh telah memilihkan sesuatu yang lebih baik untuk kamu. Jika kamu lebih dari ini, maka kamu akan lupa daratan dan pada akhirnya dapat menjadi kufur kepada Alloh.
2.    Ketentuan/ Qodho Alloh yang tidak cocok dengan nafsu/ keinginan kita, seperti musibah dan penyakit. Siapa yang senang bila mendapatkan musibah atau penyakit? Disaat kita mendapatkan musibah atau penyakit, maka haram atas kamu resah/ gelisah/ cemas, hendaknya kembalikan itu semua kepada Alloh. Tanamkan keyakinan dalam diri kita bahwa Alloh bermaksud mebersihkan dosa-dosa kita, Alloh sayang kepada kita sehingga saatnya kita pulang ke Rahmatullah, kita sudah tidak membawa dosa-dosa lagi, ambil hikmahnya disitu. Bahkan yang sempurna bagi kamu, adalah bila kamu ridho dengan apa yang menimpa kamu dan kamu pasrah kepada Alloh. Bila kamu tidak bisa ridho dan pasrah, maka hendaknya kamu sabar dan ikhlas di saat mendapatakan cobaan dan ujian. Rasululloh bersabda: “Sembahlah Alloh (ibadahlah kepada Alloh) dengan penuh ke-ridho-an. Bila kamu tidak sanggup ibadah dengan ke-ridho-an, maka dalam kesabaran atas sesuatu yang kamu tidak sukai, disitu ada kebaikan yang banyak.”


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar