Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Ridho Dengan Ketentuan Alloh (Bagian-1)
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Hendaknya
kamu Ridho dengan Qodho (hukum/ ketentuan) Alloh, baik yang manis (baik)
ataupun yang pahit (buruk), harus kita terima apa adanya. Karena Ridho dari
Qodho (ketentuan) Alloh adalah semulya-mulyanya buah/ hasil dari Mahabbah dan
Ma’rifah. Jika sudah timbul Mahabbah dan Ma’rifah, maka timbullah Ridho dengan
ketentuan/ hukum Alloh.
Sepahit
apapun ketentuan Alloh yang menimpa kita, harus kita terima dengan ikhlas,
tanpa ada perasaan resah dan gelisah. Jadi tidak perlu dipertanyakan lagi,
apabila ketentuan Alloh sudah menimpa kita. Kenapa begini? Kurang apa aku?,
ibadahku cukup, macam-macam amal sholeh telah aku kerjakan, ternyata qodho/
ketentuan Alloh yang tidak menyenangkanku mendatangiku.
Sebagian
Salaf berkata: “Andaikata aku punya badan digunting/ dipotong, dengan
bermacam-macam alat potong, ketentuan tadi lebih aku sukai daripada aku
menyatakan sesuatu dari qodho yang telah Alloh tentukan, coba tidak Alloh
tentukan hukum ini/ketentuan ini.” Jadi mereka lebih senang sesuatu yang
menyakiti diri mereka daripada mereka mengatakan: Coba Alloh tidak tentukan
hukum/ ketentuan menimpa mereka. Sepahit apapun Qodho Alloh yang menimpa kita,
pasti ada hikmahnya.
Sebagian
Ahli Ibadah mengatakan: Aku ini pernah melakukan satu dosa (yang menurut
pandangannya) besar, karena kejadian itu aku terus menangis tidak kurang dari
60 tahun dan aku telah beribadah sungguh-sungguh dalam rangka tobat kepada Alloh.
Ada yang bertanya apa itu dosa besar yang telah kamu lakukan, sehingga kamu
menangis hingga 60 tahun? Aku berkata suatu kali atas kejadian yang menimpa
diriku, “coba jangan/tidak terjadi”. Artinya dia tidak menerima/ ridho atas
ketentuan Alloh yang menimpa dirinya. Akibat kesalahannya tersebut yang dia
anggap sebagai dosa besar, maka dia bertobat dengan menangis dan beribadah
dengan sungguh-sungguh selama 60 tahun.
Jangan
suka ‘mengkambing-hitamkan’ seseorang atas kejadian yang tidak menyenangkan
yang terjadi pada kita, terima saja ketentuan Alloh, dibalik kejadian tersebut
cepat atau lambat hikmah pasti akan terlihat.
Diantara
perilaku orang yang cinta adalah dia ridho/ senang atas perbutan orang yang
dicintainya. Jika kita cinta pada seseorang, maka kita rela dan senang dengan
apa yang dilakukan orang yang kita cintai tersebut. Jika dia cinta kepada Alloh,
maka pasti ridho dengan qodho yang Alloh tentukan untuknya, baik manis ataupun
pahit, enak ataupun tidak enak.
Dalam
suatu riwayat ada sekelompok orang menjumpai Syech Imam Sibli
Rachimakumullahutaala, seorang waliyullah. Syech Imam Sibli bertanya kepada
mereka yang datang, siapa antum? Mereka menjawab: “Aku ini adalah pecinta-pecinta
kamu.” Imam Sibli menghadapi orang yang menyatakan cinta kepadanya, kemudian
Imam Sibli melemparkan kepada mereka dengan bermacam-macam batu. Pada akhirnya
orang-orang tersebut lari meninggalkan Imam Sibli untuk menghindari dari
lemparan batu. Meihat perbutan mereka, Imam Sibli berkata: “Kenapa kalian ini
berlari menghindar dari aku saat aku lempar batu kepada kalian, padahal kalian
tadi menyatakan cinta kepada aku, padahal buktu bahwa orang yang mengaku cinta
maka dia akan ridho dengan apa yang diperbuat/ dilakukan orang yang
dicintainya. Apapun dan bagaimanapun orang yang dicintainya dia akan ridho,
ternyata cinta kalian adalah palsu, begitu aku lempar kalian dengan batu,
kalian segera lari menghindar. Apabila kalian benar-benar adalah pecinta-pecinta
aku, pasti kalian tidak akan menghindar/ menjauh dari bala/ cobaan yang aku
timpakan kepada kamu.”
“Siapa orang
yang tidak ridho dengan ketentuan AKU dan dia tidak sabar atas bala yang AKU
timpakan kepadanya, silahkan dia mencari Tuhan selain AKU.” (ini bukan
merupakan kata perintah tetapi ancaman dari Alloh).
Berkata
Nabi Daud AS. kepada anaknya Nabi Sulaiman AS. : Dibuktikan ke taqwaan seorang
mu’min kepada Tuhannya dengan tiga (3) hal:
1. Bagus
tawaqalnya terhadap sesuatu yang belum ia capai/ dapati.
2. Bagus
ridhonya terhadap ujian/ bala/ musibah yang datang padanya.
3. Bagus
kesabarannya atas sesuatu yang luput dari padanya.
Nabi bersabda: “Sesungguhnya Alloh SWT., bila DIA mencintai
satu kaum (sekelompok orang), DIA memberikan bala/ cobaan/ ujian/ bencana/
malapetaka kepada mereka.” Bila Alloh
mencintai suatu kaum, maka Alloh akan menguji mereka dengan bermacam-macam
cobaan yang tidak menyenangkan mereka, siapa orang yang ridho dengan ujian Alloh,
maka Alloh ridho dengan dia, dan siapa orang yang tidak senang dan murka atas
ujian yang Alloh timpakan kepadanya, maka untuknya pun murka Alloh.
Ini
suatu bukti bahwa bila Alloh mencintai suatu kaum, maka Alloh akan memberikan
ujian kepadanya berupa sakit ataupun ujian-ujian lainnya yang memberatkan kita.
Dalam suatu riwayat Nabi Muhammad SAW. pernah meminang seorang perempuan untuk
dijadikan istrinya, menjelang hari ‘H’-nya, si-calon mertua karena sangat
senang putrinya di pinang oleh Nabi, dia berkata kepada Nab Muhammad SAW.: “Ya Rasululloh,
anak perempuanku banyak, sejak lahir semua anakku mengalami bermacam-macam
sakit, tetapi anak perempuanku yang satu ini, yang akan menjadi istrimu ini,
sejak dari lahir tidak pernah mengalami sakit hingga sekarang.” Nabi sejak mendengar calon istrinya tidak
pernah mengalami sakit sejak lahir, maka Nabi batalkan pernikahannya. Karena
Nabi berpendapat bahwa Alloh tidak cinta kepada perempuan ini, karena bila Alloh
cinta pada suatu kaum, maka Alloh pasti memberikan bala dan ujian kepadanya.
Bila ia ridho terhadap ujian dari Alloh, maka akan naik derajatnya. Semakin
sering ia mendapatkan ujian dan ia ridho, maka semakin tinggi derajatnya. Lain
halnya dengan kita, jika kita ingin menikah dengan seorang perempuan maka kita
mencari tahu entah itu dengan jalan periksa ke dokter atau dengan bertanya
apakah perempuan calon istri kita mempunyai riwayat penyakit? Apabila kita
ketahui calon istri kita ada atau sering mengalami sakit, pasti kita tidak jadi
menikahinya. Tetapi Nabi lain, perempuan yang tidak pernah sakit, malah Nabi
tolak untuk menjadi istrinya, karena hal ini menandakan bahwa Alloh tidak
senang kepada perempuan ini.
Imam Gozali berkata: “Tidak ada di alam dunia ini yang lebih baik
dari apa yang sudah terjadi.” Jadi
apa yang sudah terjadi terhadap diri kita, sepahit apapun itu adalah yang
terbaik, dibalik itu pasti ada hikmahnya. Bila kita ridho, lambat laun pasti
akan terlihat hikmahnya, maka ambil hikmahnya supaya menjadi enak kita punya
hidup. Hidup di dunia tidak lama, banyak bermacam-macam ujian dan cobaan,
terima itu semua dengan ridho sebagai bentuk toat kita kepada Alloh.
Bila
mendapatkan bala/ musibah tidak perlu resah, gelisah dan mengeluh
kesana-kemari. Pada umumnya manusia bila mendapatkan masalah/ musibah akan
mengeluh kesana-kemari, tetapi bila mendapatkan ni’mat akan diam seribu bahasa.
Bila kita mendapatkan ni’mat boleh kita menceritakan kepada orang lain sebagai
“tahadus bi ni’mah” (rasa syukur) terhadap ni’mat yang Alloh berikan. Akan
tetapi disaat kita mengalami susah jangan kita mengeluh kesana-kemari.
Nabi
menyatakan: Diantara macam-macam cara pengagungan kita kepada Alloh, yaitu kita
mengenal haq-haq Alloh, disaat sakit jangan mengeluh tentang sakit kita kepada
orang dan jangan suka sebut-sebut musibah yang menimpa kita kepada orang lain,
redam saja, rasakan sendiri, adukan semuanya kepada Alloh nanti Alloh yang akan
memberikan jalan keluarnya.
Wajib
bagi kita sebagai seorang mu’min, hendaknya tahu dan meyakinkan bahwa:
-
Alloh-lah
yang memberikan petunjuk dan Alloh-pulalah yang menyesatkan siapapun juga. Kita
dapat duduk di majlis semacam ini adalah hidayah/ petunjuk dari Alloh. Tidak
ada yang dapat memberikan hidayah kecuali Alloh, hidayah tidak ada di tangan Malaikat,
Nabi, para mursalin, apalagi di tangan manusia biasa. Hidayah ini mahal,
Alhamdulillah kita mendapatkan hidayah, semoga Alloh memelihara hidayah kita
dan terus meningkatkan hidayah yang ada pada kita.
-
Alloh
yang membuat orang bahagia, dan Alloh pula yang membuat orang sengsara.
Semuanya Alloh yang menentukan, tidak ada campur tangan manusia disini.
-
Alloh
yang mendekatkan dan Alloh pula yang menjauhkan sesuatu kepada kita. Ada yang
dekat jodohnya dan adapula yang jauh jodohnya. Ada yang sudah cukup umur dan
sudah berupaya tetapi belum juga datang jodohnya, tetapi ada pula yang baru
beranjak dewasa sudah ketemu jodohnya. Hal ini jangan diartikan lain-lain, ini
semata-mata datangnya dari Alloh.
-
Alloh
yang memberikan dan Alloh pula yang mencegah. Kita diberikan kesehatan oleh Alloh,
diberikan rizki oleh Alloh, ada yang mudah rizkinya dan adapula yang susah
rizkinya, ada yang berhasil usahanya dan adapula yang tidak berhasil usahanya
padahal ia sudah berusaha secara maksimal dengan seluruh kepandaian yang
dimilikinya, tetapi apa yang diinginkan belum tercapai.
-
Alloh
yang mengangkat dan Alloh pula yang merendahkan derajat seseorang. Ada yang
mulya, ada yang kurang mulya, ada yang hina, semuanya Alloh yang atur, karena
semuanya ada hikmahnya.
-
Alloh
yang memberikan manfaat dan Alloh pula yang membahayakan seseorang.
Jika
kita meyakini ini semua, maka hidup kita akan tenang, tidak resah, tidak
gelisah, tidak ada rasa takut, semua Alloh yang tentukan. Jika kau sudah tahu
dan sadari itu semuanya, setelah itu kamu beriman dan meyakini, maka yang wajib
atas kamu adalah jangan kamu membantah dan menantang Alloh pada sesuatu apapun
juga dari perbuatan dan tindakan Alloh atas diri kita. Apa yang terjadi pada diri
kita, hendaknya kita terima dan ridho. Misalkan Alloh tentukan kita miskin, Alloh
tentukan kita jadi orang jahil, Alloh tentukan kita sering sakit, maka
hendaknya kita terima itu semua, jangan suka dibantah apa yang sudah menjadi
ketentuan Alloh baik secara zohir (nyata dengan ucapan) ataupun secara bahtin.
Seperti ucapan: “Kurang apa ibadah dan kurang apa syukur kita kepada Alloh?”
Hal ini menandakan seakan-akan kita menolak apa yang Alloh sudah tentukan bagi
kita.
Ada
berbagai macam ucapan yang membangkang kepada Alloh, diantaranya:
-
Mengapa
ini bisa terjadi? Managementnya sudah hebat, tenaga ahli yang berpengalaman
sudah ditempatkan disitu, ternyata usahanya terus menurun dan mengakibatkan
usahanya menjadi bangkrut/ pailit dan lain sebagainya, sehingga kita bertanya:
“Mengapa ini bisa terjadi?”
-
Mengapa
terjadi begini? Coba begitu. Mengapa sampai jatuh sakit? Coba bila tidak sakit.
-
Dengan
sebab dosa apakah yang diperbuat, sehingga si-fulan mendapatkan adzab/
kesusahan/ penderitaan seperti itu?
Dalam
suatu riwayat Nabi Daud AS., sedang berada di tempat beribadahnya, ia
sedang
membaca kitab Zabur. Tiba-tiba Nabi Daud AS. melihat ada seekor cacing/ ulat/
belatung sedang menggeliat di tanah. Di dalam hatinya (tidak sampai diucapkan)
terlintas fikiran: Apa yang Alloh kehendaki (manfaat) dari ini cacing? Padahal
sangat menjijikan. Alloh Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, apa yang ada dalam
lintasan hati seseorang. Alloh mengizinkan cacing ini berbicara kepada Nabi
Daud AS.: “Ya Nabi Alloh, Alloh ilhamkan kepadaku (perintahkan aku) untuk
membaca: “SubhanAlloh, Wal Hamdulillah, WalaillahaillAlloh Wa Allohu Akbar”
sebanyak 1.000 kali setiap hari pada siang hari. Jadi tidak sia-sia, tasbihnya
menguntungkan bagi makhluk Alloh lainnya. Adapun pada malam hari Alloh
perintahkan aku membaca Sholawat: “Allohumma Sholli ala Muhammadin Nabiyil Ummi
Waalaalihi Wasohbihi Wassalam.” Sebanyak 1.000 kali. Kemudian cacing itu
berkata: “Hai Nabi Alloh Daud AS., apa yang kau baca di siang dan malam hari
sehingga aku dapat mengambil faedah/ pelajaran dari kamu? Menyesalah Nabi Daud
AS., karena dia telah menghina cacing yang menjijikan tadi, diapun bertobat
kepada Alloh dan bertawaqal kepada Alloh.
Dalam
suatu kitab ada seorang raja yang mengingkari ‘munfasa’ (semacam kecoa), untuk
apa Alloh menciptakan kecoa, serangga yang menjijikan, apa manfaatnya ini
kecoa? Sepintas tidak ada manfaatnya. Pada suatu saat ia jatuh sakit,
dokter-dokter dan tabib-tabib tidak ada yang dapat menyembuhkan penyakitnya.
Akhirnya ia mendapatkan petunjuk melalui mimpinya, bahwa ia disuruh datang
menemui seseorang untuk mendapatkan petunjuk cara mengobati penyakitnya.
Akhirnya orang tersebut memberikan petunjuk kepada raja, bahwa cara mengobati
penyakitnya hanya satu cara, yaitu tidak lain dari ‘munfasa’ (kecoa). Dengan
cara kecoa (munfasa) itu di bakar hingga hangus, kemudian tumbuk kecoa yang
telah hangus tadi hingga menjadi bubuk dan kau taburkan pada lukamu, maka
nantinya lukamu akan sembuh. Itulah Alloh bukakan hikmah dari ‘munfasa’ yang
tadinya dia ingkari.
Ada
cerita yang pernah kita dengar saat kita masih sekolah, tentang seseorang yang
menilai bahwa Alloh tidak berlaku adil. Ia melihat buah semangka yang begitu
besar tetapi ia lihat batang dari pohon semangka itu begitu kecil, disamping
itu ia melihat pohon yang begitu besar tetapi buahnya kecil-kecil. Ia menilai Alloh
tidak berlaku adil, buah semangka yang besar tentunya membutuhkan batang pohon
yang cukup besar untuk menopang buahnya. Sedangkan pohon yang buahnya
kecil-kecil, tentunya tidak membutuhkan batang yang besar. Pada akhirnya ia
beristirahat hingga tertidur di bawah pohon besar tersebut, tiba-tiba buah
pohon yang kecil itu jatuh menimpa mukanya sehingga ia terbangun. Ia kaget dan
ia mengucapkan rasa syukur kepada Alloh, ia segera menyadari kekeliruannya,
karena pohon yang besar tersebut buahnya tidak sebesar buah semangka, jika
pohon tersebut buahnya sebesar buah semangka, tentunya sudah rusak dia punya
muka.
Jadi
jangan pertanyakan apa yang Alloh ciptakan dan apa yang terjadi di alam dunia
ini, semuanya haq Alloh. Tanamkan dalam diri kita keyakinan bahwa setiap yang
terjadi pasti ada hikmahnya, semua yang terjadi adalah kehendak Alloh semata,
jadi jangan percaya dengan dukun-dukun, serahkan semuanya kepada Alloh SWT.
Siapakah
gerangan orang yang lebih bodoh dari pada orang-orang yang memprotes/ menantang
Alloh dalam kerajaannya? Dan menantangnya pula dalam kekuasaannya? Jika ada
yang malakukannya, memprotes apa yang menjadi hukum/ keputusan Alloh, maka
dialah orang yang paling bodoh. Mempertanyakan apa yang Alloh lakukan terhadap
siapapun ataupun terhadap diri kita, maka dialah yang paling bodoh. Apapun yang
terjadi pada diri kita, sepahit apapun juga, hendaknya kita terima dan ridho,
itulah yang paling baik. Misalkan banyak kebaikan yang telah kita lakukan,
tetapi musibah terus menimpa kita, jangan mempertanyakan, disitu ada hikmah dan
rahasia Alloh.
Padahal
orang yang menantang Alloh tadi sadar dan tahu, bahwa sesungguhnya Alloh SWT.
lah yang menyendiri dalam menciptakannya dan tidak ada kekuatan dari manapun
juga dan siapapun juga yang mempunyai andil dalam menciptakan/ melakukan sesuatu.
Alloh
yang memerintahkan segala sesuatu. Alloh pula yang menghukumkan segala sesuatu
apapun juga terhadap diri kita dan lainnya. Alloh Yang Mengatur, sebagus apapun
aturan kita tetapi aturan kita tidak memberikan bekas (tidak berpengarauh
apa-apa), bila Alloh tidak menghendaki, maka semua itu tidak akan berjalan,
bila Alloh ridho dan pas antara aturan kita dengan aturan Alloh, maka disitu
baru berjalan. Alloh yang mealakukan sesuatu dan Alloh pula yang menghukumkan
apa yang dikehendaki-NYA.
Bila
ada sesuatu yang menimpa diri kita, yang tidak menyenangkan diri kita, maka
kembalikan kepada Alloh, jangan suka meng-“kambing-hitamkan” seseorang, apalagi
sampai berobat ke dukun, ada permainan sihir disitu, jangan kita percaya dengan
apa yang di katakan dukun, semua itu bohong dan tipu daya saja, tetapi sekarang
ini banyak orang yang bodoh dan mudah tertipu dengan hal-hal semacam itu. Apa
yang dibacanya dari ayat-ayat Al Qur’an memang benar, tetapi dibalik itu ada
kekotoran dan tipu daya. Bila kita sakit hendaknya berobat ke dokter dan minta
doa dengan orang-orang sholeh.
Alloh
tidak dapat di tuntut dan ditanya atas suatu perkara yang sudah DIA lakukan,
justru kita akan dituntut bila kita mempertanyakan apa yang sudah Alloh
lakukan, apa yang kita alami hendaknya kita terima dengan ikhlas.
Ada
hikayat tentang orang Sholeh yang bernama Syech Afifuddin Azahid, beliau
tinggal di Negeri Mesir. Suatu saat sampailah kepada dia apa yang menimpa
negeri Bagdad, tentang orang-orang kafir yang membunuh orang-orang muslimin,
ribuan orang-orang muslimin mati terbunuh oleh orang-orang bangsa Tartar,
hingga negeri Baghdad hancur, selama 3 ½ tahun negeri Baghdad tanpa ada
khalifah/ pemerintahan. Bila suatu negeri tanpa ada pemerintahan maka akan
terjadi yang kuat akan menindas yang lemah, adanya penguasa itu penting, tidak
ada penguasa itu berbahaya, penguasa yang zholim itu masih lebih baik dari pada
fitnah (tidak ada penguasa) yang terjadi terus-menerus. Alloh tidak mempunyai
kewajiban apa-apa, sedangkan bagi kita ada suatu kewajiban dalam agama untuk
membangun suatu pemerintahan yang Islami.
Orang-orang
kafir yang menguasai negeri Baghdad tersebut berbuat dengan leluasa, mereka
menggantungkan Al Qur’an di leher-leher anjing dan kitab-kitab karangan para
Imam/ Ulama (dahulu negeri Baghdad adalah pusat keislaman dan pusat keilmuaan)
di buang di sungai-sungai, sehingga karena banyaknya kitab-kitab yang dibuang
di sungai laksana jembatan, orang ataupun kuda tidak akan tenggelam melewati
sungai yang dalam dan luas dengan menginjak kitab-kitab tersebut. Mendengar
kejadian tersebut Syech Afifuddin Azahid ingkar: “Mengapa Alloh berbuat seperti
ini? Dimana letak keadilan Alloh? Banyak orang tidak berdosa, anak-anak
dibunuh. Mengapa Alloh tidak bertindak dan mengizinkan semua ini terjadi?
Mengapa seperti ini wahai Alloh, umat Islam dan Ulama Sholihin habis dibantai,
mana janji-MU akan membantu orang-orang muslimin? Pada akhirnya dalam tidurnya
Syech Afifuddin melihat seseorang laki-laki (pada hakekatnya adalah Malaikat
yang Alloh utus) menyodorkan kitab/ surat kepadanya, dalam kitab/ surat itu ada
2 bait syair yang bunyinya: “Tinggalkan oleh
kamu penantangan kamu terhadap hukum/ ketentuan Alloh, urusan ini bukan urusan
kamu lagi, AKU pemiliknya, AKU penciptanya dan AKU yang mengatur, apapun yang
AKU kehendaki maka disitu ada hikmah yang besar. Demikian pula jangan kamu mempertanyakan
peredaran bintang-bintang dan planet-planet yang beredar di orbitnya, jangan
kau tanyakan Alloh atas perbutan-NYA.”
Siapa
orang berani menyelam ke dalam lautan samudra, maka dia akan binasa. Ketentuan
dan Qodho Alloh adalah lautan samudra, jangan coba-coba masuk dengan
mempertanyakan ketentuan/ qodho Alloh, yang pada akhirnya dia tidak akan
menerima ketentuan/ qodho Alloh. Jangan suka ikut campur dengan apa yang sudah
menjadi ketentuan Alloh, terima saja dengan ikhlas, karna pasti ada hikmah di
dalamnya. Imam Gojali berkata: “Tidak ada di alam dunia ini yang lebih
bagus dari pada yang sudah terjadi.”
Sepahit apapun yang terjadi pada diri kita, itu yang terbaik. Bila kita
ridho menerima ketentuan Alloh, maka nanti akan terungkap hikmahnya.
Alloh
yang menciptakan maka Alloh yang lebih tahu apa yang terbaik bagi hambanya, ada
hamba yang lebih maslahat bila dijadikan miskin, bila Alloh jadikan ia kaya
maka dia menjadi sombong/ angkuh dan akan ingkar kepada Alloh. Ada orang yang
bila ia miskin maka ia akan kufur kepada Alloh, dia lebih maslahat bila
dijadikan orang kaya, maka Alloh jadikan ia orang kaya.
Yang
wajib atas kamu bahwa kamu yakinkan seyakin yakinnya bahwa sesungguhnya seluruh
perbuatan Alloh atas diri kita terjadinya adalah suatu cara yang tidak ada yang
lebih bagus dari pada itu. Kematian anak, kemerosotan usaha, dan apa saja yang
tidak menyenangkan yang terjadi pada kita, harus kita I’tiqotkan/ yaqinkan
bahwa itu adalah yang terbagus, dibalik itu semua pasti ada hikmahnya. Tidak
ada yang lebih adil dari pada itu, tidak ada yang lebih afdol/ utama dari pada
itu. Yang Alloh tentukan itu yang paling adil, itu yang paling utama dan itu
yang paling sempurna. Terkadang kita tidak sabar, tidak ridho dengan apa yang
telah Alloh tentukan, sehingga tersembunyi hikmah-hikmahnya.
Dalam
suatu kitab, ada kisoh tentang Nabi Musa AS. yang meminta kepada Alloh, agar Alloh
memperlihatkan keadilan-NYA. Akhirnya Alloh perintahkan kepada Nabi Musa AS.
untuk pergi ke bawah bukit, disitu ada sungai yang airnya jernih, silahkan kau
duduk di bawah pohon yang rindang. Tidak beberapa lama dari kejauhan Nabi Musa
AS. melihat ada seseorang yang datang dengan mengendarai seekor kuda, ia duduk
di bawah pohon yang rindang sambil menikmati suasana sungai yang airnya jernih,
dia turun dari kudanya dengan membawa kantong. Selesai dia beristirahat dan
menikmati keindahan alam itu, kemudian dia meninggalkan tempat tersebut. Tidak
beberapa lama ada lagi yang datang ke tempat tersebut seorang yang buta. Belum
seberapa jauh orang berkuda tadi pergi, ia ingat bahwa kantong yang berisi
1.000 dinnar tertinggal di bawah pohon, akhirnya dia kembali ke tempat semula.
Orang yang berkuda tadi bertanya kepada orang yang buta yang kebetulan duduk di
tempat yang tadi ia duduk disitu: “Hai tuan apakah engkau melihat kantong
miliku?” “Tidak” “Yang berisi uang 1.000 dinnar?” “Tidak.” Karena orang buta
ini ingkar (tidak mengaku), padahal tidak ada orang lain duduk disitu selain
dia, maka orang berkuda itu membunuh si-buta tadi. Orang buta tentunya tidak
dapat melihat ada kantong disitu, ia dapat sampai disitu saja sudah bagus.
Melihat kejadian itu, Nabi Musa AS. bertanya dalam hati, apakah ini keadilan Alloh?
Seorang buta yang tidak dapat melihat dan tidak mengambil kantong orang berkuda
itu, tiba-tiba di bunuh. Dimana keadilan Alloh? Akhirnya Alloh turunkan
Malaikat Jibril kepada Nabi Musa AS.: “Hai Musa, inilah keadilan Alloh. Suatu
saat bapak dari pengendara kuda ini pernah mengambil harta dari bapaknya
si-buta. Dan si-buta pernah membunuh bapak dari si-pengendara kuda. Alloh
memberikan kesempatan kembalinya harta (uang 1.000 dinnar) kepada ahli waris
yang berhaq yaitu si-buta, dan hukum qishospun berlaku kepada si-buta, karena
dia telah membunuh bapak dari si-pengendara kuda.
Hukum
ridho dengan macam-macam berbuatan Alloh kepada kita dengan cara yang global/
ringkas adalah kita I’tiqotkan apapun yang terjadi ada hikmahnya, tidak ada
yang lebih bagus dari apa yang sudah terjadi.
Adapun
ridho dengan cara yang rinci, adalah segala urusan yang mengkhususkan dalam
diri kamu ada 2 bagian:
1. Ketentuan/ Qodho Alloh yang cocok dengan nafsu/
keinginan diri kita,
sepert sehat dan kekayaan. Kita senang bila Alloh memberikan kita sehat. Dan
kita senang bila Alloh tentukan kita menjadi orang kaya.Tidak ada orang yang
marah dengan pemberian/ ketentuan Alloh berupa kesehatan dan kekayaan. Jadi
kedua pemberian Alloh ini cocok dengan nafsu/ keinginan kita. Kecuali dapat
timbul kesal atau marah dan tidak ridho dari sudut pandangan kamu. Bila kamu melihat
Alloh memberikan kepada orang yang lebih dari apa yang kamu dapatkan, maka
disitu dapat timbul marah/ tidak senang dan tidak ridho dengan apa yang telah Alloh
berikan atas kamu. Misalkan orang lain mendapat kekayaan/ kesehatan yang lebih
dari kamu, maka akan timbul kesal/ tidak senang. Ana kaya, tapi kenapa orang
lain lebih kaya dari ana? Kenapa ana tidak seperti dia? Pada dasarnya kekayaan/
kesehatan yang ada pada kita, kita terima dan senang. Tetapi jika kita melihat
ke atas, melihat ada orang yang lebih kaya dan lebih sehat dari kita, maka
timbul tidak ridho. Dia akan berkata: Ini orang tidak ibadah tetapi kekayaannya
luar biasa, sedangkan aku ibadah dan ‘qiyamul lail’ tetapi kekayaanku
begini-begini saja. Bila kita bergaul dengan orang miskin, maka akan bertambah
rasa syukur kepada Alloh. Tetapi bila kita bergaul dengan orang kaya, maka rasa
syukur kita akan berkurang kepada Alloh.
Maka yang wajib atas kamu disisi Alloh
adalah kamu ridho dengan apa yang Alloh berikan kepada kamu dari sudut Alloh berhaq
dalam kerajaan/ kekuasaannya untuk berbuat sesuai dengan apa yang IA kehendaki.
Atau kamu dapat melihat dari sudut pandang yang lain, bahwa Alloh telah
memilihkan sesuatu yang lebih baik untuk kamu. Jika kamu lebih dari ini, maka
kamu akan lupa daratan dan pada akhirnya dapat menjadi kufur kepada Alloh.
2. Ketentuan/ Qodho Alloh yang tidak cocok dengan
nafsu/ keinginan kita,
seperti musibah dan penyakit. Siapa yang senang bila mendapatkan musibah atau
penyakit? Disaat kita mendapatkan musibah atau penyakit, maka haram atas kamu
resah/ gelisah/ cemas, hendaknya kembalikan itu semua kepada Alloh. Tanamkan
keyakinan dalam diri kita bahwa Alloh bermaksud mebersihkan dosa-dosa kita, Alloh
sayang kepada kita sehingga saatnya kita pulang ke Rahmatullah, kita sudah
tidak membawa dosa-dosa lagi, ambil hikmahnya disitu. Bahkan yang sempurna bagi
kamu, adalah bila kamu ridho dengan apa yang menimpa kamu dan kamu pasrah
kepada Alloh. Bila kamu tidak bisa ridho dan pasrah, maka hendaknya kamu sabar
dan ikhlas di saat mendapatakan cobaan dan ujian. Rasululloh bersabda: “Sembahlah Alloh (ibadahlah kepada Alloh)
dengan penuh ke-ridho-an. Bila kamu tidak sanggup ibadah dengan ke-ridho-an,
maka dalam kesabaran atas sesuatu yang kamu tidak sukai, disitu ada kebaikan
yang banyak.”
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar