Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Cinta Kepada Alloh
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Hendaknya
kamu tanamkan kecintaan kepada Alloh. Bukan hanya ucapan di lisan, bukan
sekedar basa-basi, tetapi hingga menjadikan Alloh SWT. lebih kau cintai dari
pada selain Dia. Hal ini dapat kita realisasikan/ wujudkan dengan jalan riyadoh
(melatih diri). Kecintaan kita kepada orang tua, anak, istri, kekayaan,
jabatan, usaha dan harta kita harus di bawah kecintaan kita kepada Alloh.
Kecintaan
kita kepada Alloh harus terus kita tingkatkan, sebelumnya kecintaan kita kepada
Alloh melebihi kecintaan kita kepada selain-Nya. Hingga kecintaan kita terus
meningkat menjadi tidak ada orang yang kau cintai hanya Alloh SWT. dan plus
Rasulnya Baginda Nabi Muhammad SAW. tentunya. Mungkin hanya 1 dalam 1 milyar
orang yang dapat berbuat semacam ini. Ada seorang sohabat yang pernah
mengatakan kepada Rasululloh: “Wahai Rasululloh, aku akan tebus keselamatanmu
dengan nyawa ibu dan bapakku. Jika sudah sampai pada maqom semacam ini (maqom
fana), seperti Yazid Al Bustomi, tidak ada yang dilihatnya hanya Alloh saja,
yang lain tidak ada (sirna), bahkan dia tidak melihat dirinya ada. Inilah maqom
yang paling tinggi, perlu bermacam-macam proses untuk mencapai maqom ini. Ada
70 tahapan proses yang harus kita kerjakan dan lalui untuk mencapai maqom ini.
Untuk
mencapai maqom tersebut, setidaknya kita riyadoh dan berdoa dengan doa dari Nabi Daud AS. dalam sebuah Hadist Riwayat Tirmizi, disebutkan: “Allohumma innii as’aluka hubbaka wa hubba
man yuhibbuka wal ‘amalal lazii yubbaligunii hubbaka. Allohummaj’al hubbaka
ahabba illayya min nafsi wal ahlii wa malli wa minnal maai’l baari”
Artinya:
“Ya Alloh aku mohon agar aku diberikan
kecintaan kepada-Mu, dan kecintaan kepada orang yang mencintai-Mu
(anbiya-anbiya, ulama-ulama sholihin), dan aku mohon juga amal (kerjaan/ibadah)
yang dapat mengantarkan diriku mencintai-Mu. Ya Alloh, jadikanlah kecintaanku kepada-Mu lebih aku
sukai dari pada kecintaanku pada diriku sendiri dan keluargaku (anak dan istriku
) dan hartaku serta dari air yang dingin .” Bacalah sehabis sholat, sebagai
sarana untuk mendapatkan cinta kita kepada Alloh melebihi kecintaan kita kepada
siapapun dan apapun juga.
Sebab
adanya kecintaan kita kepada seseorang, adakalanya disebabkan adanya
kesempurnaan pada diri seseorang tersebut. Sempurna pada rupanya, sempurna pada
ahlaqnya, tinggi ilmunya, ketawadhuannya, keramahannya, ia tidak angkuh dan
tidak sombong meskipun ia kaya dan lain-lainnya atau kita mendapatkan pemberian
bantuan darinya, hal ini manusiawi, tidak dikatakan kita materalistis,
banyaknya pemberiannya menimbulkan kecintaan kita kepadanya.
Jika
kamu terbilang orang yang cinta kepada seseorang karena kesempurnaannya, maka
kesempurnaan, keindahan, keagungan hanya semata-mata milik Alloh yang tidak ada
orang yang bersekutu kepadanya. Tidak ada yang sama bahkan melebihi dari
kesempurnaan, keindahan dan keagungan Alloh SWT.
Dan
apa yang tampak dipermukaan sebagian makhluk Alloh, ada sebagian makhluk yang
kita lihat kesempurnaan dan keindahan fisiknya dari manusia ataupun selain
manusia seperti hewan ataupun benda-benda lainnya, maka Alloh yang
menyempurnakan dan memperindah itu semua. Jika kita terlihat sempurna di mata
manusia, maka bukan kita yang membuatnya tetapi Alloh yang semata-mata membuat
kita terlihat sempurna, bukan dari kepandaian dan usaha kita. Alloh yang
menaruh di hati-hati orang sehingga orang menghargai kita.
Alloh
bukan sekedar menyempurnakan dan memperindah, tetapi Alloh juga yang
mengadakan/ menciptakan itu makhluk. Bagi kita lebih mudah untuk menyempurnakan
dari pada mengadakan/ menciptakan, tetapi bagi Alloh sama saja menyempurnakan
atau menciptakan sangat mudah bagi-Nya. Alloh yang menciptakan seluruh makhluk
dan alam semesta ini tanpa ada contoh sebelumnya.
Andaikata
Alloh tidak menganugrahkan menciptakan adanya kita atau makhluk lainnya, maka
tidak ada kita ataupun makhluk lainnya di alam dunia ini. Karena Alloh
ciptakan, maka adalah kita dan seluruh isi alam dunia ini. Andaikata Alloh
tidak menganugrahkan sesuatu dari pada ciptaannya keindahan, maka tidak indah
dia. Andaikata Alloh tidak menganugrahkan kesempurnaan, maka tidak sempurna
dia. Dan andaikata Alloh tidak menganugrahkan keagungan, maka akan hina dia.
Jika
kamu terbilang orang yang cinta kepada seseorang karena pemberiannya, banyak
memberikan bantuan (dermawan), dukungan, perhatian dan lain-lainya kepada kita,
sehingga jatuhlah hati kita dan selalu mendoakannya. Maka kamu tidak melihat
kebaikan, kamu tidak menyaksikan suatu pemberian, kamu juga tidak melihat kedermawanan
dan kamu tidak melihat pemberi ni’mat atas kamu dan seluruh makhluk lainnya,
melainkan Alloh yang menganugrahkan itu semuanya. Kebaikan, bantuan, dan
kedermawanan seseorang kepada kita hanya asbab saja, sesungguhnya itu semua
karunia dan anugrah Alloh kepada kita. Dalam sebuah Hadist Qudsy Alloh berfirman:
“Harta adalah harta-KU, Orang-orang kaya
adalah wakil-wakil-KU, dan orang faqir adalah keluarga-KU. Andaikan ada dari
wakil-wakil-KU yang pelit/ kikir/ bahil terhadap keluarga-KU, pasti AKU akan
adzab mereka tanpa di tunda.”
Betapa
banyak kebaikan yang sudah Alloh anugrahkan/ berikan kepada kamu? Betapa banyak
pula ni’mat yang telah Alloh anugrahkan kepada kamu? Maka ingatlah bahwa Alloh
adalah Tuhan kamu, Dia yang telah menciptakan kamu, dan Alloh-lah yang telah
memberikan Hidayah kepada kamu. Ditangan Alloh kehidupan dan kematian kamu,
kapan saja kamu bisa mati, meskipun kamu telah “General Check Up” dan diketahui
tidak ada penyakit sedikitpun pada tubuh kamu, tetapi bila Alloh berkehendak
kita mati, maka matilah kita. Kita tidak tahu azal kita, bisa jadi yang
terlihat sehat tiba-tiba mati dan ada juga yang sudah bertahun-tahun terbaring
sakit ternyata masih panjang umurnya.
Alloh
yang memberi makan dan minum kamu, Alloh yang mencukupi kebutuhan kamu, Alloh
yang urus/ rawat kamu, Alloh yang tempatkan kamu di tempat atau di wilayah/
daerah yang Dia kehendaki, Alloh yang melindungi kamu. Dia dapat melihat
kejelekan kamu, tetapi dia yang menutupi kejelekan itu dari pandangan orang
lain, jika Alloh tidak tutupi kejelekan kita, maka tidak ada orang yang
tertarik dengan kita.
Kamu
minta ampun kepada Alloh, maka Alloh ampuni dosa kamu. Alloh melihat kebaikan
kamu kepada sesama makhluk Alloh, kebaikan kepada manusia, meskipun orang tidak
melihat kebaikan kamu, tetapi Alloh melihat kebaikan yang kamu kerjakan, bahkan
Alloh lipat-gandakan pahala kebaikan kamu itu hingga tidak terbatas bergantung
pada ke-ikhlasan kamu. Dan pada akhirnya Alloh tampakan itu kebaikan, meskipun
pada awalnya kita berbuat kebaikan itu secara sembunyi-sembunyi.
Imam
Ali Zaenal Abiddin, sekian tahun dia hidup di alam dunia, semasa hidupnya dia
selalu berbuat baik kepada fuqoro wal masakin yang ada disekitar Madinah, jika
waktu menjelang shubuh di saat orang masih terlelap tidur, dia mengirimkan
makanan ke depan pintu rumah-rumah faqir-miskin di sekitar Madinah.
Bertahun-tahun perbuatan baiknya tidak ada yang mengetahui, hingga pada
akhirnya orang menyadarinya pada saat setelah kematiannya. Mulai dari hari
pertama kematiannya, hingga hari berikutnya dan seterusnya tidak ada lagi yang
mengirimkan makanan ke rumah-rumah mereka, sehingga pada akhirnya mereka baru
menyadari bahwa yang selama ini mengirimkan makanan ke rumah-rumah mereka
adalah Al Imam Ali Zaenal Abiddin, disitulah Alloh tampakan kebaikan dari Imam
Ali Zaenal Abiddin. Maka dari itu jangan kita khawatir bila kita berbuat baik
tidak ada orang yang mengetahuinya, ikhlaskan kebaikan yang kita lakukan karena
Alloh, pada akhirnya nanti Alloh yang akan membuka kebaikan yang kita kerjakan.
Kau
taati Alloh dengan beribadah, duduk mengaji membutuhkan energy dan fikiran
serta waktu, tetapi tetap kita kerjakan, ilmu yang paling berat adalah ilmu
fikih, lebih banyak kesusahan kita, lebih banyak pahalanya lagi, balasan/
pahala sesuai dengan amal/ perbuatan kita.
Bermacam-macam
perintah Alloh kita taati, kita junjung di atas kepala kita, kita dapat taat
kepada Alloh tetapi jangan sombong, jangan angkuh karena itu semua taufiq dari Alloh.
Taufiq tidak ada pabriknya, taufiq tidak ada di tangan Malaikat ataupun Nabi,
taufiq hanya semata-mata dari Alloh. Taufiq Alloh ciptakan untuk membantu kita
agar kita ada kemampuan untuk beribadah kepada-Nya. Imam Busyiri berkata: “Bila
Taufiq sudah masuk ke hati kita yang keras, maka akan ringan bagi tubuh kita
untuk beribadah kepada Alloh. Mudah-mudah Alloh pelihara terus Taufiq yang
sudah ada pada kita ini.
Alloh
angkat nama kita tinggi-tinggi, sehingga kita dikenal oleh makhluk-makhluk Alloh
yang ghoib (seperti Malaikat), sehingga mereka selalu mendoakan kita. Begitupun
bila kita rajin membaca tawasul setiap hari kepada aulia-aulia, nanti saatnya
kita meninggal dunia mereka tahu, karena biasanya mereka mendapatkan kiriman
Surah Al Fatehah dari kita. Dan Alloh-lah yang menghujamkan/menanamkan di
hati-hati makhluk-makluk lainnya, agar mereka mempunyai rasa cinta/ hormat
kepada kita.
Kita
bermaksiat dan membangkang kepada Alloh atas ni’mat yang ada sama kita. Alloh
memberikan ni’mat sehat kepada kita, tetapi justru kita gunakan untuk
bermaksiat kepada Alloh. Maksiat/ kedurhakaan yang kita lakukan kepada Alloh,
tidak mencegah Alloh untuk menganugrahkan kebaikan-Nya kepada kita. Meskipun
kita bermaksiat kepada Alloh, tetapi Alloh tetap memberikan rizki dan
ni’mat-ni’mat lainnya kepada kita. Maksiat yang dilakukan oleh si-hamba tidak
mencegah Alloh untuk menganugrahkan ni’mat-Nya.
Ada
suatu kisoh tentang Nabi Ibrahim AS. dan seorang Yahudi. Nabi Ibrahim AS.
didatangi oleh seorang Yahudi, Yahudi tersebut meminta makan kepadanya, Nabi
Ibrahim AS. berkata: “Aku akan memberi kamu makan dengan syarat kamu mau
mengikuti syariat (agama) yang aku bawa.” Orang Yahudi tersebut berkata: “Aku
tidak mau mengorbankan keyakinanku hanya untuk sesuap makanan.” Akhirnya orang
Yahudi tersebut meninggalkan Nabi Ibrahim AS. Alloh Maha Tahu apa yang terjadi,
sehingga Alloh perintahkan kepada Malaikat Jibril untuk menemui Nabi Ibrahim
AS.: “Hai Ibrahim, mengapa kamu tidak memberikan makanan kepada seorang hamba
yang meminta makan kepadamu? Dengan alasan dia tidak mau mengikuti syariat
(agama) yang kamu bawa. Apakah kamu tidak tahu, dia puluhan tahun durhaka
kepada Aku, di mensekutukan Aku, menyembah selain Aku, tetapi Aku tetap
memberikan makan dan kesehatan kepadanya. Maksiat dan kedurhakaannya tidak
mencegah Aku memberikan ni’mat kepadanya, kamu yang tidak menciptakannya, tidak
memberi makannya, tetapi dia hanya meminta sedikit makan kepadamu tidak kau
berikan, dimana kebaikan kamu hai Ibrahim?” Nabi Ibrahim AS. segera sadar atas
kekeliruannya, dia segera mencari orang Yahudi tersebut dan mengajak orang
Yahudi tersebut untuk kembali ke rumahnya. Nabi Ibrahim AS., berkata: “Aku
telah di tegur oleh Tuhanku (Alloh SWT.), mengapa tidak mengabulkan permintaan
kamu, sedangkan Tuhanku yang menciptakan kamu, yang memberi makan kamu, tidak
mencegah Dia untuk memberikan kebaikan kepada kamu meskipun kamu tidak
menyembah Dia dan mensekutukan Dia.” Mendengar penjelasan dari Nabi Ibarahim
AS., pada akhirnya orang Yahudi tersebut mengucapkan dua kalimat syahadat dan
mengikuti syariat yang dibawa Nabi Ibrahim AS.
Apakah
layak dan pantas bagimu untuk mencintai yang tidak rahim kepada kamu? Inilah
Tuhan yang patut/ pantas kamu cintai. Apakah bagus kamu mendurhakai Alloh yang
Maha Rahim? Tentunya tidak bagus, Dia begitu Rahim terhadap kamu, tetapi kamu
malah mendurhakai-Nya.
Ketahuilah
oleh kamu sesungguhnya asal pokok/ dasar kecintaan (mahabbah) itu karena kita kenal kepada seseorang atau
pada sesuatu. Dengan asbab kenal, maka timbullah rasa cinta. Ada ungkapan: “tak
kenal maka tak sayang, segumpal emas disangka loyang.”
Buah
dari kecintaan yang timbul disebabkan karena kenal, maka akan timbul penyaksian
(musyahadah)/ mukasyafah. Yang paling tinggi dari mahabbah (kecintaan) adalah
musyahadah (dapat menyaksikan sesuatu yang ghoib, yang tidak dapat dilihat oleh
kasat mata biasa).
Kita
dapat melihat riwayat sejarah tentang Syechul Khabir, Al Habib Abdurrahman bin
Muhammad Assegaf, beliau sekian puluh tahun tidak dapat tidur. Ketika ditanya
mengapa dia tidak dapat tidur? Beliau menjawab: “Bagaimana mungkin aku bisa
tidur, disaat aku berbaring kearah lambung kananku, aku melihat ada Syurga,
sedangkan disaat aku berbaring ke arah lambung kiriku, aku melihat
Neraka.” Beliau ini sudah sampai pada
maqom musyahadah.
Tidak
mudah untuk mencapai maqom musyahadah, perlu kepada riyadhoh. Jika kita melihat
tempat riyadhohnya Al Habib Abdurrahman bin Muhammad Assegaf, dia mempunyai
tempat untuk riyadhoh semacam gua, dia riyadhoh disitu, bila sudah kuning
mukanya seperti mayit, maka baru ia keluar dari gua, begitu seterusnya.
Derajat
dari buah mahabbah (kecintaan) yang paling rendah adalah bahwa kecintaan kamu
kepada Alloh yang menang/ menguasai dari dalam dirimu atau hatimu. Hatinya
sudah penuh dari rasa mahabbah kepada Alloh, tidak ada satupun celah untuk
cinta kepada selain Alloh.
Cara
untuk membuktikan kebenaran kecintaan seseorang kepada Alloh, bahwa kamu tidak
merespon/ tidak mengabulkan/ tidak memenuhi ajakan dari manusia yang paling kau
cintai, bila ia mengajak kamu kepada sesuatu yang ada padanya murka Alloh dalam
melakukannya. Biasanya bila kita cinta pada seseorang, apapun yang dia minta
kita berikan. Bila kita sudah cinta pada seorang perempuan, maka harta sudah
tidak ada nilainya lagi, seberapapun besarnya akan dikorbankan untuk kekasih
yang dicintainya. Cinta itu membuat buta dan tuli. Biarpun seluruh orang
melihat kekasihnya jelek, tetapi pada pandangannya ia tetap cantik, cinta itu
buta. Apapun pendapat orang tentang kekasih yang dicintainya, dia tidak akan
mendengar, cinta itu tuli.
Jika
dia menuruti permintaan orang yang dicintainya untuk bermaksiat kepada Alloh,
maka pernyataan cintanya kepada Alloh adalah dusta.
Kamu
durhaka kepada Alloh, mengikuti permintaan dari orang yang kamu cintai padahal
disitu ada murka Alloh. Demi Alloh ini suatu pekerjaan yang aneh, kamu mengaku
cinta kepada Alloh, tetapi kamu bermaksiat kepada Alloh. Jika kau betul-betul
cinta kepada Alloh, pasti kau tidak akan durhaka kepada Alloh, kau turuti/
patuhi segala kehendak Alloh. Orang yang cinta akan turut kepada orang yang
dicintainya. Atau kamu diajak untuk meninggalkan toat (ibadah) kepada Alloh
disaat waktunya kamu beribadah kepada Alloh dan kamu dapat menolaknya dengan
tetap mengerjakan ibadah (apapun itu), maka kamu termasuk orang yang
betul-betul cinta kepada Alloh.
Derajat
yang paling tinggi dalam mahabbah ini, bahwa tidak terjadi dalam diri kamu
kecintaan selain kepada Alloh, yang ada hanya kepada Alloh saja, kecintaan
kepada yang lain tidak ada sama sekali. Orang yang semacam ini jarang/langka.
Kelanggengan (terus-menerus) bagi seseorang yang di hatinya tidak ada kecintaan
selain kepada Alloh saja, lebih jarang lagi.
Jika
sudah langgeng/ mudawamah/ lestari merasuk dalam hatinya dan tidak berobah lagi
kecintaan kepada Alloh, maka akan hilang/ sirna/ lenyap sifat ‘basyariah’ (keinsanannya/
kemanusiaannya) sama sekali. Disitulah dia akan larut/ hanyut/ tengelam dalam
mencintai Alloh. Tidak ada dalam diri orang ini rasa wujud, dia tidak melihat
keberadaan orang lain bahkan dirinya sendiri pun sudah dianggap tidak ada. Dia
sudah tidak dapat melihat dalam hatinya saudaranya, anaknya, istrinya dan
orang-orang yang dekat dengannya.
Hal
ini terbukti pada Mansyur Al Halaz yang dibunuh oleh raja yang bernama Hajaz,
karena dia sudah fana tidak dapat melihat yang lain, hanya Alloh saja. Mansyur
Al Halaz ketika ditanya siapa dirinya, dia menjawab: “Analhaqu”, karena yang
dia tahu hanya Alloh saja, dia sudah tidak mengenal dirinya, dia tidak melihat
yang lain hanya Alloh saja dan dia termasuk Alloh. Karena raja takut akan
menjadi fitnah dan merusak keimanan bagi umat, maka dia dibunuh. Imam Gozali
berkata dalam kitabnya, andaikata aku hidup di zamannya, maka aku akan tarik
itu pedang untuk menyelamatkan nyawa/ leher dari Mansyur Al Halaz. Karena dia
tidak salah, dia tidak menyimpang, dan dia tidak kafir.
Jika
orang yang tidak mengerti dan mendalami ilmu-ilmu kewalian ini, maka hal
semacam ini dianggap musyrik, padahal ia sudah “Istiggroq” (sudah larut/
tengelam), baginya yang lain sudah tidak ada lagi, kecuali Alloh saja. Inilah
maqom yang paling tinggi yaitu Istiggoq/ musyahadah/ fana sudah tidak ingat
apa-apa lagi, yang ada hanya Alloh saja. Melihat pohon Alloh, melihat apapun Alloh,
yang lain sudah tidak terlihat baginya.
Dalam
suatu riwayat Nabi Alloh Isa AS. berjumpa dengan seorang pemuda yang sedang
menyiram pohon, pemuda ini meminta kepada Nabi Isa AS. untuk mendoakannya:
“Wahai Nabi Alloh Isa, tolong doakan aku, agar Alloh berkenan memberikan
kepadaku kecintaan kepada-Nya sebesar/ seberat 1 zaroh (biji sawi) saja.” Nabi Isa AS. berkata: “Kamu tidak akan mampu/
sanggup menerima kecintaan kepada Alloh seberat 1 zaroh saja. Pemuda tersebut
berkata lagi: “Jika tidak dapat 1 zaroh, cukup
½ zaroh saja.” Kemudian Nabi Isa AS. berdoa: “Ya Rab,
tanamkan kepada ini pemuda dalam hatinya kecintaan kepada-Mu ½
zaroh saja.” Setelah didoakan, Nabi Isa tinggalkan itu pemuda. Setelah
beberapa lama, Nabi Isa AS. lewat kembali di tempat pemuda tersebut, ternyata
pemuda tersebut sudah tidak ada ditempat yang dulu dijumpainya. Akhirnya Nabi
Isa AS. berdoa kepada Alloh agar dipertemukan kembali dengan pemuda yang dulu
meminta kepadanya untuk didoakan. Alloh memberikan petunjuk, bahwa pemuda
tersebut berada di antara gunung-gunung. Nabi Alloh Isa mendapati pemuda
tersebut sedang berdiri di sebuah batu yang besar dan Nabi Isa melihat pemuda
tersebut sedang mengangkat matanya kearah langit. Kemudian Nabi Isa memberi
salam kepada tersebut, tapi salam Nabi Isa tidak dijawab oleh pemuda tersebut.
Sampai Nabi Isa berkata: “Saya Nabi Alloh Isa yang mendoakan kamu dahulu.” Alloh
mewahyukan kepada Nabi Isa: “Bagaimana mungkin hai Isa, dia mau mendengar
kata-kata manusia, orang yang sudah masuk dalam hatinya kecintaan kepada-KU
walau hanya ½ zaroh saja. Demi Zat-KU, demi Kebesaran dan
Keperkasaan-KU wahai Isa, andaikata kau potong ia dengan gergaji, dia tidak
akan merasakan sakitnya dan dia tidak akan tahu bahwa dirinya kau potong.
Ketahui
oleh kamu bahwa kecintaan kita kepada Rasul, kecintaan kita kepada seluruh
Nabi-Nabi, kecintaan kita kepada Malaikat-Malaikat, kecintaan kita kepada
hamba-hamba Alloh yang Sholeh, dan apapun yang dapat membantu kita untuk
berbuat toat kepada Alloh. Siapa saja dan apa saja yang dapat membuat dia toat
kepada Alloh, itu terbilang sebagai rasa cinta kepada Alloh. Sumber utamanya
kecintaan kita adalah kepada Alloh, jadi tidak salah bila bila kita cinta
kepada Rasul, Anbiya, Malaikat dan orang-orang sholeh, karena semua kecintaan
kita itu bersumber dari kecintaan kita kepada Alloh.
Nabi Muhammad
SAW. bersabda:
“Cintai oleh kamu Alloh demi segala
ni’mat yang telah Dia anugrahkan kepada kamu, Cintai aku demi cintamu kepada Alloh,
dan cintai oleh kamu keluargaku, keturunanku (anak & cucuku = Habaib/Sayid
& Syarifah/Syaro’if) demi cintamu kepadaku.” Cinta kita kepada Rasul adalah dusta semata,
jika kita tidak cinta kepada zuriat/keturunannya. Cinta kepada zuriat tidak
melihat alim atau tidak alim, meskipun ada zuriat yang bodoh sekalipun kita
tetap menaruh kecintaan kepada mereka. Alloh pun tidak mensyaratkan mencintai
zuriat yang alim atau tidak alim, alim atau tidak alim tetap kita ada kewajiban
cinta kepada mereka.
Ada Hadist
Nabi tentang zuriat Rasul, yaitu: “Aku
tinggalkan kepada kamu dua pusaka, selama kamu berpegang pada dua pusaka ini
maka kamu tidak akan sesat selama-lamanya, Kitabullah Al Qur’an dan keturuanku
(anak/cucuku).”
Akan
tetapi sekarang di akhir zaman sudah mulai ada orang yang alergi dari kalangan
ustadz ataupun mualimin, mereka takut bila umat sering mendengar hadist semacam
ini, maka umat menjadi kurang cinta dan hormat kepada mereka, mereka takut umat
lebih cinta kepada zuriat Rasul dibandingkan mereka. Mereka merasa tersisihkan
pengaruhnya, padahal ulama-ulama dahulu (seperti: Kyai Abdul Rojak Ma’mun, Kyai
Zaini Muhazir, Kyai Mursidi dll.), mereka sering dalam setiap ceramahnya selalu
mengingatkan umat tentang kewajiban menaruh kecintaan kepada Zuriat Rasul.
Terkadang saat pembahasan kitab mengenai Mahabbah/ Kecintaan kepada Zuriat
Rasul, pembahasannya dilewatkan, mereka tidak menganggap penting. Padahal
mereka bukan dari golongan anti zuriat semacam wahabi, melainkan dari golongan
Ahlusunnah semacam kita. Mudah-mudahan penyakit semacam ini tidak masuk dalam
diri kita, tidak menjadi rugi bila kita menaruh kecintaan kepada Zuriat Rasul,
kita akan selamat dunia dan akhirat.
Pada Hadist
yang lain, Rasululloh bersabda: “Ajarkan
anak kamu tiga hal, ajarkan Cinta kepada Nabinya, ajarkan Cinta kepada
keturunan (Zuriat) Nabi, dan ajarkan
Tilawatil dan Qiroatil Qur’an.” Hadist ini ada dalam kitab “Hubba Ahlil Bait” karangan Syech Muhammad
Zaki Al Yamani (Mantan Menteri Perminyakan Arab Saudi). Akibat kitab
karangannya tersebut, pada akhirnya ia dilengserkan oleh pemerintah Arab Saudi.
Dalam sebuah
Hadist Qudsy, Alloh berfirman: “Pasti
akan mendapatkan kecintaan-Ku (kata Alloh) bagi orang yang saling bercinta
karena (dijalan) Aku, Orang yang duduk bersama saling berbincang-bincang karena
(dijalan) Aku, Orang yang saling berkunjung (ziaroh) karena (dijalan) Aku,
Orang yang mau saling berkorban (harta ataupun lainnya) karena (dijalan) Aku.”
Bagi
Mahabbah (kecintaan) yang benar ada alamat/ tanda-tandanya, yaitu: yang paling
tinggi kedudukannya adalah sempurnanya pengikutan kita kepada sunah-sunah Rasul
(adab, tutur kata, perilaku Rasul). Nabi tidak pernah keluar kata-kata melainkan
yang bagus-bagus, Nabi tidak pernah mengucap kata-kata yang tidak baik (semacam
anjing, setan dll.) Perilaku Nabi juga tidak pernah menonjolkan diri, tutur
katanya santun.
Akan
tetapi orang sekarang senang dengan orang yang kontroversi, orang yang berpenampilan dan tutur katanya yang
aneh-aneh, mereka menganggapnya sebagai wali. Dahulu ada kyai yang
kontroversial yang perilakunya dan kata-katanya aneh dan menyimpang, yang haram
dianggap halal, dia menghalalkan bunga bank, sehingga ketua Syuro NU (KH. Ali
Yafi) menolaknya dan keluar dari Kepengurusan PB NU, padahal sudah izma’
konsensus dari para ulama yang sepakat mengharamkan bunga bank. Agama yang
semula tidak ada di zaman Orde Lama dan Orde Baru, tetapi di zaman dia
dibolehkan. Padahal salah bila menganggap orang semacam ini sebagai wali, ada
rumusan untuk orang dapat dikatakan sebagai wali. Dalam kitab Jami Karamatul
Awliya karangan Syech Yusuf (sebanyak 4 jilid), membahas mengenai perilaku dari
para Waliyullah.
Alloh
berfirman:
“Katakan olehmu wahai Muhammad, bila kamu
benar-benar cinta kepada Alloh ikuti syariat(agama)ku (Nabi Muhammad SAW.),
baru Alloh akan cinta kepada kamu.” Sebagaimana kecintaan kita kepada Alloh,
begitu juga kecintaan kita kepada Rasul. Semakin banyak kecintaan kita kepada Alloh,
maka semakin banyak kecintaan kita kepada Rasul.
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar