Senin, 10 Agustus 2015

TASAWUF - Cinta Kepada Alloh



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Cinta Kepada Alloh
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Hendaknya kamu tanamkan kecintaan kepada Alloh. Bukan hanya ucapan di lisan, bukan sekedar basa-basi, tetapi hingga menjadikan Alloh SWT. lebih kau cintai dari pada selain Dia. Hal ini dapat kita realisasikan/ wujudkan dengan jalan riyadoh (melatih diri). Kecintaan kita kepada orang tua, anak, istri, kekayaan, jabatan, usaha dan harta kita harus di bawah kecintaan kita kepada Alloh.

Kecintaan kita kepada Alloh harus terus kita tingkatkan, sebelumnya kecintaan kita kepada Alloh melebihi kecintaan kita kepada selain-Nya. Hingga kecintaan kita terus meningkat menjadi tidak ada orang yang kau cintai hanya Alloh SWT. dan plus Rasulnya Baginda Nabi Muhammad SAW. tentunya. Mungkin hanya 1 dalam 1 milyar orang yang dapat berbuat semacam ini. Ada seorang sohabat yang pernah mengatakan kepada Rasululloh: “Wahai Rasululloh, aku akan tebus keselamatanmu dengan nyawa ibu dan bapakku. Jika sudah sampai pada maqom semacam ini (maqom fana), seperti Yazid Al Bustomi, tidak ada yang dilihatnya hanya Alloh saja, yang lain tidak ada (sirna), bahkan dia tidak melihat dirinya ada. Inilah maqom yang paling tinggi, perlu bermacam-macam proses untuk mencapai maqom ini. Ada 70 tahapan proses yang harus kita kerjakan dan lalui untuk mencapai maqom ini.

Untuk mencapai maqom tersebut, setidaknya kita riyadoh dan berdoa dengan doa dari Nabi Daud AS. dalam sebuah Hadist Riwayat Tirmizi, disebutkan: “Allohumma innii as’aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka wal ‘amalal lazii yubbaligunii hubbaka. Allohummaj’al hubbaka ahabba illayya min nafsi wal ahlii wa malli wa minnal maai’l baari”
Artinya: “Ya Alloh aku mohon agar aku diberikan kecintaan kepada-Mu, dan kecintaan kepada orang yang mencintai-Mu (anbiya-anbiya, ulama-ulama sholihin), dan aku mohon juga amal (kerjaan/ibadah) yang dapat mengantarkan diriku mencintai-Mu. Ya Alloh,   jadikanlah kecintaanku kepada-Mu lebih aku sukai dari pada kecintaanku pada diriku sendiri dan keluargaku (anak dan istriku ) dan hartaku serta dari air yang dingin .” Bacalah sehabis sholat, sebagai sarana untuk mendapatkan cinta kita kepada Alloh melebihi kecintaan kita kepada siapapun dan apapun juga.

Sebab adanya kecintaan kita kepada seseorang, adakalanya disebabkan adanya kesempurnaan pada diri seseorang tersebut. Sempurna pada rupanya, sempurna pada ahlaqnya, tinggi ilmunya, ketawadhuannya, keramahannya, ia tidak angkuh dan tidak sombong meskipun ia kaya dan lain-lainnya atau kita mendapatkan pemberian bantuan darinya, hal ini manusiawi, tidak dikatakan kita materalistis, banyaknya pemberiannya menimbulkan kecintaan kita kepadanya.

Jika kamu terbilang orang yang cinta kepada seseorang karena kesempurnaannya, maka kesempurnaan, keindahan, keagungan hanya semata-mata milik Alloh yang tidak ada orang yang bersekutu kepadanya. Tidak ada yang sama bahkan melebihi dari kesempurnaan, keindahan dan keagungan Alloh SWT.

Dan apa yang tampak dipermukaan sebagian makhluk Alloh, ada sebagian makhluk yang kita lihat kesempurnaan dan keindahan fisiknya dari manusia ataupun selain manusia seperti hewan ataupun benda-benda lainnya, maka Alloh yang menyempurnakan dan memperindah itu semua. Jika kita terlihat sempurna di mata manusia, maka bukan kita yang membuatnya tetapi Alloh yang semata-mata membuat kita terlihat sempurna, bukan dari kepandaian dan usaha kita. Alloh yang menaruh di hati-hati orang sehingga orang menghargai kita.

Alloh bukan sekedar menyempurnakan dan memperindah, tetapi Alloh juga yang mengadakan/ menciptakan itu makhluk. Bagi kita lebih mudah untuk menyempurnakan dari pada mengadakan/ menciptakan, tetapi bagi Alloh sama saja menyempurnakan atau menciptakan sangat mudah bagi-Nya. Alloh yang menciptakan seluruh makhluk dan alam semesta ini tanpa ada contoh sebelumnya.

Andaikata Alloh tidak menganugrahkan menciptakan adanya kita atau makhluk lainnya, maka tidak ada kita ataupun makhluk lainnya di alam dunia ini. Karena Alloh ciptakan, maka adalah kita dan seluruh isi alam dunia ini. Andaikata Alloh tidak menganugrahkan sesuatu dari pada ciptaannya keindahan, maka tidak indah dia. Andaikata Alloh tidak menganugrahkan kesempurnaan, maka tidak sempurna dia. Dan andaikata Alloh tidak menganugrahkan keagungan, maka akan hina dia.

Jika kamu terbilang orang yang cinta kepada seseorang karena pemberiannya, banyak memberikan bantuan (dermawan), dukungan, perhatian dan lain-lainya kepada kita, sehingga jatuhlah hati kita dan selalu mendoakannya. Maka kamu tidak melihat kebaikan, kamu tidak menyaksikan suatu pemberian, kamu juga tidak melihat kedermawanan dan kamu tidak melihat pemberi ni’mat atas kamu dan seluruh makhluk lainnya, melainkan Alloh yang menganugrahkan itu semuanya. Kebaikan, bantuan, dan kedermawanan seseorang kepada kita hanya asbab saja, sesungguhnya itu semua karunia dan anugrah Alloh kepada kita. Dalam sebuah Hadist Qudsy Alloh berfirman: “Harta adalah harta-KU, Orang-orang kaya adalah wakil-wakil-KU, dan orang faqir adalah keluarga-KU. Andaikan ada dari wakil-wakil-KU yang pelit/ kikir/ bahil terhadap keluarga-KU, pasti AKU akan adzab mereka tanpa di tunda.”

Betapa banyak kebaikan yang sudah Alloh anugrahkan/ berikan kepada kamu? Betapa banyak pula ni’mat yang telah Alloh anugrahkan kepada kamu? Maka ingatlah bahwa Alloh adalah Tuhan kamu, Dia yang telah menciptakan kamu, dan Alloh-lah yang telah memberikan Hidayah kepada kamu. Ditangan Alloh kehidupan dan kematian kamu, kapan saja kamu bisa mati, meskipun kamu telah “General Check Up” dan diketahui tidak ada penyakit sedikitpun pada tubuh kamu, tetapi bila Alloh berkehendak kita mati, maka matilah kita. Kita tidak tahu azal kita, bisa jadi yang terlihat sehat tiba-tiba mati dan ada juga yang sudah bertahun-tahun terbaring sakit ternyata masih panjang umurnya.

Alloh yang memberi makan dan minum kamu, Alloh yang mencukupi kebutuhan kamu, Alloh yang urus/ rawat kamu, Alloh yang tempatkan kamu di tempat atau di wilayah/ daerah yang Dia kehendaki, Alloh yang melindungi kamu. Dia dapat melihat kejelekan kamu, tetapi dia yang menutupi kejelekan itu dari pandangan orang lain, jika Alloh tidak tutupi kejelekan kita, maka tidak ada orang yang tertarik dengan kita.

Kamu minta ampun kepada Alloh, maka Alloh ampuni dosa kamu. Alloh melihat kebaikan kamu kepada sesama makhluk Alloh, kebaikan kepada manusia, meskipun orang tidak melihat kebaikan kamu, tetapi Alloh melihat kebaikan yang kamu kerjakan, bahkan Alloh lipat-gandakan pahala kebaikan kamu itu hingga tidak terbatas bergantung pada ke-ikhlasan kamu. Dan pada akhirnya Alloh tampakan itu kebaikan, meskipun pada awalnya kita berbuat kebaikan itu secara sembunyi-sembunyi.

Imam Ali Zaenal Abiddin, sekian tahun dia hidup di alam dunia, semasa hidupnya dia selalu berbuat baik kepada fuqoro wal masakin yang ada disekitar Madinah, jika waktu menjelang shubuh di saat orang masih terlelap tidur, dia mengirimkan makanan ke depan pintu rumah-rumah faqir-miskin di sekitar Madinah. Bertahun-tahun perbuatan baiknya tidak ada yang mengetahui, hingga pada akhirnya orang menyadarinya pada saat setelah kematiannya. Mulai dari hari pertama kematiannya, hingga hari berikutnya dan seterusnya tidak ada lagi yang mengirimkan makanan ke rumah-rumah mereka, sehingga pada akhirnya mereka baru menyadari bahwa yang selama ini mengirimkan makanan ke rumah-rumah mereka adalah Al Imam Ali Zaenal Abiddin, disitulah Alloh tampakan kebaikan dari Imam Ali Zaenal Abiddin. Maka dari itu jangan kita khawatir bila kita berbuat baik tidak ada orang yang mengetahuinya, ikhlaskan kebaikan yang kita lakukan karena Alloh, pada akhirnya nanti Alloh yang akan membuka kebaikan yang kita kerjakan.

Kau taati Alloh dengan beribadah, duduk mengaji membutuhkan energy dan fikiran serta waktu, tetapi tetap kita kerjakan, ilmu yang paling berat adalah ilmu fikih, lebih banyak kesusahan kita, lebih banyak pahalanya lagi, balasan/ pahala sesuai dengan amal/ perbuatan kita.

Bermacam-macam perintah Alloh kita taati, kita junjung di atas kepala kita, kita dapat taat kepada Alloh tetapi jangan sombong, jangan angkuh karena itu semua taufiq dari Alloh. Taufiq tidak ada pabriknya, taufiq tidak ada di tangan Malaikat ataupun Nabi, taufiq hanya semata-mata dari Alloh. Taufiq Alloh ciptakan untuk membantu kita agar kita ada kemampuan untuk beribadah kepada-Nya. Imam Busyiri berkata: “Bila Taufiq sudah masuk ke hati kita yang keras, maka akan ringan bagi tubuh kita untuk beribadah kepada Alloh. Mudah-mudah Alloh pelihara terus Taufiq yang sudah ada pada kita ini.

Alloh angkat nama kita tinggi-tinggi, sehingga kita dikenal oleh makhluk-makhluk Alloh yang ghoib (seperti Malaikat), sehingga mereka selalu mendoakan kita. Begitupun bila kita rajin membaca tawasul setiap hari kepada aulia-aulia, nanti saatnya kita meninggal dunia mereka tahu, karena biasanya mereka mendapatkan kiriman Surah Al Fatehah dari kita. Dan Alloh-lah yang menghujamkan/menanamkan di hati-hati makhluk-makluk lainnya, agar mereka mempunyai rasa cinta/ hormat kepada kita.

Kita bermaksiat dan membangkang kepada Alloh atas ni’mat yang ada sama kita. Alloh memberikan ni’mat sehat kepada kita, tetapi justru kita gunakan untuk bermaksiat kepada Alloh. Maksiat/ kedurhakaan yang kita lakukan kepada Alloh, tidak mencegah Alloh untuk menganugrahkan kebaikan-Nya kepada kita. Meskipun kita bermaksiat kepada Alloh, tetapi Alloh tetap memberikan rizki dan ni’mat-ni’mat lainnya kepada kita. Maksiat yang dilakukan oleh si-hamba tidak mencegah Alloh untuk menganugrahkan ni’mat-Nya.

Ada suatu kisoh tentang Nabi Ibrahim AS. dan seorang Yahudi. Nabi Ibrahim AS. didatangi oleh seorang Yahudi, Yahudi tersebut meminta makan kepadanya, Nabi Ibrahim AS. berkata: “Aku akan memberi kamu makan dengan syarat kamu mau mengikuti syariat (agama) yang aku bawa.” Orang Yahudi tersebut berkata: “Aku tidak mau mengorbankan keyakinanku hanya untuk sesuap makanan.” Akhirnya orang Yahudi tersebut meninggalkan Nabi Ibrahim AS. Alloh Maha Tahu apa yang terjadi, sehingga Alloh perintahkan kepada Malaikat Jibril untuk menemui Nabi Ibrahim AS.: “Hai Ibrahim, mengapa kamu tidak memberikan makanan kepada seorang hamba yang meminta makan kepadamu? Dengan alasan dia tidak mau mengikuti syariat (agama) yang kamu bawa. Apakah kamu tidak tahu, dia puluhan tahun durhaka kepada Aku, di mensekutukan Aku, menyembah selain Aku, tetapi Aku tetap memberikan makan dan kesehatan kepadanya. Maksiat dan kedurhakaannya tidak mencegah Aku memberikan ni’mat kepadanya, kamu yang tidak menciptakannya, tidak memberi makannya, tetapi dia hanya meminta sedikit makan kepadamu tidak kau berikan, dimana kebaikan kamu hai Ibrahim?” Nabi Ibrahim AS. segera sadar atas kekeliruannya, dia segera mencari orang Yahudi tersebut dan mengajak orang Yahudi tersebut untuk kembali ke rumahnya. Nabi Ibrahim AS., berkata: “Aku telah di tegur oleh Tuhanku (Alloh SWT.), mengapa tidak mengabulkan permintaan kamu, sedangkan Tuhanku yang menciptakan kamu, yang memberi makan kamu, tidak mencegah Dia untuk memberikan kebaikan kepada kamu meskipun kamu tidak menyembah Dia dan mensekutukan Dia.” Mendengar penjelasan dari Nabi Ibarahim AS., pada akhirnya orang Yahudi tersebut mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengikuti syariat yang dibawa Nabi Ibrahim AS.

Apakah layak dan pantas bagimu untuk mencintai yang tidak rahim kepada kamu? Inilah Tuhan yang patut/ pantas kamu cintai. Apakah bagus kamu mendurhakai Alloh yang Maha Rahim? Tentunya tidak bagus, Dia begitu Rahim terhadap kamu, tetapi kamu malah mendurhakai-Nya.

Ketahuilah oleh kamu sesungguhnya asal pokok/ dasar kecintaan (mahabbah)  itu karena kita kenal kepada seseorang atau pada sesuatu. Dengan asbab kenal, maka timbullah rasa cinta. Ada ungkapan: “tak kenal maka tak sayang, segumpal emas disangka loyang.”

Buah dari kecintaan yang timbul disebabkan karena kenal, maka akan timbul penyaksian (musyahadah)/ mukasyafah. Yang paling tinggi dari mahabbah (kecintaan) adalah musyahadah (dapat menyaksikan sesuatu yang ghoib, yang tidak dapat dilihat oleh kasat mata biasa).

Kita dapat melihat riwayat sejarah tentang Syechul Khabir, Al Habib Abdurrahman bin Muhammad Assegaf, beliau sekian puluh tahun tidak dapat tidur. Ketika ditanya mengapa dia tidak dapat tidur? Beliau menjawab: “Bagaimana mungkin aku bisa tidur, disaat aku berbaring kearah lambung kananku, aku melihat ada Syurga, sedangkan disaat aku berbaring ke arah lambung kiriku, aku melihat Neraka.”  Beliau ini sudah sampai pada maqom musyahadah.

Tidak mudah untuk mencapai maqom musyahadah, perlu kepada riyadhoh. Jika kita melihat tempat riyadhohnya Al Habib Abdurrahman bin Muhammad Assegaf, dia mempunyai tempat untuk riyadhoh semacam gua, dia riyadhoh disitu, bila sudah kuning mukanya seperti mayit, maka baru ia keluar dari gua, begitu seterusnya.

Derajat dari buah mahabbah (kecintaan) yang paling rendah adalah bahwa kecintaan kamu kepada Alloh yang menang/ menguasai dari dalam dirimu atau hatimu. Hatinya sudah penuh dari rasa mahabbah kepada Alloh, tidak ada satupun celah untuk cinta kepada selain Alloh.

Cara untuk membuktikan kebenaran kecintaan seseorang kepada Alloh, bahwa kamu tidak merespon/ tidak mengabulkan/ tidak memenuhi ajakan dari manusia yang paling kau cintai, bila ia mengajak kamu kepada sesuatu yang ada padanya murka Alloh dalam melakukannya. Biasanya bila kita cinta pada seseorang, apapun yang dia minta kita berikan. Bila kita sudah cinta pada seorang perempuan, maka harta sudah tidak ada nilainya lagi, seberapapun besarnya akan dikorbankan untuk kekasih yang dicintainya. Cinta itu membuat buta dan tuli. Biarpun seluruh orang melihat kekasihnya jelek, tetapi pada pandangannya ia tetap cantik, cinta itu buta. Apapun pendapat orang tentang kekasih yang dicintainya, dia tidak akan mendengar, cinta itu tuli.
Jika dia menuruti permintaan orang yang dicintainya untuk bermaksiat kepada Alloh, maka pernyataan cintanya kepada Alloh adalah dusta.

Kamu durhaka kepada Alloh, mengikuti permintaan dari orang yang kamu cintai padahal disitu ada murka Alloh. Demi Alloh ini suatu pekerjaan yang aneh, kamu mengaku cinta kepada Alloh, tetapi kamu bermaksiat kepada Alloh. Jika kau betul-betul cinta kepada Alloh, pasti kau tidak akan durhaka kepada Alloh, kau turuti/ patuhi segala kehendak Alloh. Orang yang cinta akan turut kepada orang yang dicintainya. Atau kamu diajak untuk meninggalkan toat (ibadah) kepada Alloh disaat waktunya kamu beribadah kepada Alloh dan kamu dapat menolaknya dengan tetap mengerjakan ibadah (apapun itu), maka kamu termasuk orang yang betul-betul cinta kepada Alloh.

Derajat yang paling tinggi dalam mahabbah ini, bahwa tidak terjadi dalam diri kamu kecintaan selain kepada Alloh, yang ada hanya kepada Alloh saja, kecintaan kepada yang lain tidak ada sama sekali. Orang yang semacam ini jarang/langka. Kelanggengan (terus-menerus) bagi seseorang yang di hatinya tidak ada kecintaan selain kepada Alloh saja, lebih jarang lagi.

Jika sudah langgeng/ mudawamah/ lestari merasuk dalam hatinya dan tidak berobah lagi kecintaan kepada Alloh, maka akan hilang/ sirna/ lenyap sifat ‘basyariah’ (keinsanannya/ kemanusiaannya) sama sekali. Disitulah dia akan larut/ hanyut/ tengelam dalam mencintai Alloh. Tidak ada dalam diri orang ini rasa wujud, dia tidak melihat keberadaan orang lain bahkan dirinya sendiri pun sudah dianggap tidak ada. Dia sudah tidak dapat melihat dalam hatinya saudaranya, anaknya, istrinya dan orang-orang yang dekat dengannya.

Hal ini terbukti pada Mansyur Al Halaz yang dibunuh oleh raja yang bernama Hajaz, karena dia sudah fana tidak dapat melihat yang lain, hanya Alloh saja. Mansyur Al Halaz ketika ditanya siapa dirinya, dia menjawab: “Analhaqu”, karena yang dia tahu hanya Alloh saja, dia sudah tidak mengenal dirinya, dia tidak melihat yang lain hanya Alloh saja dan dia termasuk Alloh. Karena raja takut akan menjadi fitnah dan merusak keimanan bagi umat, maka dia dibunuh. Imam Gozali berkata dalam kitabnya, andaikata aku hidup di zamannya, maka aku akan tarik itu pedang untuk menyelamatkan nyawa/ leher dari Mansyur Al Halaz. Karena dia tidak salah, dia tidak menyimpang, dan dia tidak kafir.

Jika orang yang tidak mengerti dan mendalami ilmu-ilmu kewalian ini, maka hal semacam ini dianggap musyrik, padahal ia sudah “Istiggroq” (sudah larut/ tengelam), baginya yang lain sudah tidak ada lagi, kecuali Alloh saja. Inilah maqom yang paling tinggi yaitu Istiggoq/ musyahadah/ fana sudah tidak ingat apa-apa lagi, yang ada hanya Alloh saja. Melihat pohon Alloh, melihat apapun Alloh, yang lain sudah tidak terlihat baginya.

Dalam suatu riwayat Nabi Alloh Isa AS. berjumpa dengan seorang pemuda yang sedang menyiram pohon, pemuda ini meminta kepada Nabi Isa AS. untuk mendoakannya: “Wahai Nabi Alloh Isa, tolong doakan aku, agar Alloh berkenan memberikan kepadaku kecintaan kepada-Nya sebesar/ seberat 1 zaroh (biji sawi) saja.”  Nabi Isa AS. berkata: “Kamu tidak akan mampu/ sanggup menerima kecintaan kepada Alloh seberat 1 zaroh saja. Pemuda tersebut berkata lagi: “Jika tidak dapat 1 zaroh, cukup  ½  zaroh saja.”  Kemudian Nabi Isa AS. berdoa: “Ya Rab, tanamkan kepada ini pemuda dalam hatinya kecintaan kepada-Mu  ½  zaroh saja.” Setelah didoakan, Nabi Isa tinggalkan itu pemuda. Setelah beberapa lama, Nabi Isa AS. lewat kembali di tempat pemuda tersebut, ternyata pemuda tersebut sudah tidak ada ditempat yang dulu dijumpainya. Akhirnya Nabi Isa AS. berdoa kepada Alloh agar dipertemukan kembali dengan pemuda yang dulu meminta kepadanya untuk didoakan. Alloh memberikan petunjuk, bahwa pemuda tersebut berada di antara gunung-gunung. Nabi Alloh Isa mendapati pemuda tersebut sedang berdiri di sebuah batu yang besar dan Nabi Isa melihat pemuda tersebut sedang mengangkat matanya kearah langit. Kemudian Nabi Isa memberi salam kepada tersebut, tapi salam Nabi Isa tidak dijawab oleh pemuda tersebut. Sampai Nabi Isa berkata: “Saya Nabi Alloh Isa yang mendoakan kamu dahulu.” Alloh mewahyukan kepada Nabi Isa: “Bagaimana mungkin hai Isa, dia mau mendengar kata-kata manusia, orang yang sudah masuk dalam hatinya kecintaan kepada-KU walau hanya  ½  zaroh saja. Demi Zat-KU, demi Kebesaran dan Keperkasaan-KU wahai Isa, andaikata kau potong ia dengan gergaji, dia tidak akan merasakan sakitnya dan dia tidak akan tahu bahwa dirinya kau potong.

Ketahui oleh kamu bahwa kecintaan kita kepada Rasul, kecintaan kita kepada seluruh Nabi-Nabi, kecintaan kita kepada Malaikat-Malaikat, kecintaan kita kepada hamba-hamba Alloh yang Sholeh, dan apapun yang dapat membantu kita untuk berbuat toat kepada Alloh. Siapa saja dan apa saja yang dapat membuat dia toat kepada Alloh, itu terbilang sebagai rasa cinta kepada Alloh. Sumber utamanya kecintaan kita adalah kepada Alloh, jadi tidak salah bila bila kita cinta kepada Rasul, Anbiya, Malaikat dan orang-orang sholeh, karena semua kecintaan kita itu bersumber dari kecintaan kita kepada Alloh.

Nabi Muhammad SAW. bersabda: “Cintai oleh kamu Alloh demi segala ni’mat yang telah Dia anugrahkan kepada kamu, Cintai aku demi cintamu kepada Alloh, dan cintai oleh kamu keluargaku, keturunanku (anak & cucuku = Habaib/Sayid & Syarifah/Syaro’if) demi cintamu kepadaku.”  Cinta kita kepada Rasul adalah dusta semata, jika kita tidak cinta kepada zuriat/keturunannya. Cinta kepada zuriat tidak melihat alim atau tidak alim, meskipun ada zuriat yang bodoh sekalipun kita tetap menaruh kecintaan kepada mereka. Alloh pun tidak mensyaratkan mencintai zuriat yang alim atau tidak alim, alim atau tidak alim tetap kita ada kewajiban cinta kepada mereka.

Ada Hadist Nabi tentang zuriat Rasul, yaitu: “Aku tinggalkan kepada kamu dua pusaka, selama kamu berpegang pada dua pusaka ini maka kamu tidak akan sesat selama-lamanya, Kitabullah Al Qur’an dan keturuanku (anak/cucuku).”
Akan tetapi sekarang di akhir zaman sudah mulai ada orang yang alergi dari kalangan ustadz ataupun mualimin, mereka takut bila umat sering mendengar hadist semacam ini, maka umat menjadi kurang cinta dan hormat kepada mereka, mereka takut umat lebih cinta kepada zuriat Rasul dibandingkan mereka. Mereka merasa tersisihkan pengaruhnya, padahal ulama-ulama dahulu (seperti: Kyai Abdul Rojak Ma’mun, Kyai Zaini Muhazir, Kyai Mursidi dll.), mereka sering dalam setiap ceramahnya selalu mengingatkan umat tentang kewajiban menaruh kecintaan kepada Zuriat Rasul. Terkadang saat pembahasan kitab mengenai Mahabbah/ Kecintaan kepada Zuriat Rasul, pembahasannya dilewatkan, mereka tidak menganggap penting. Padahal mereka bukan dari golongan anti zuriat semacam wahabi, melainkan dari golongan Ahlusunnah semacam kita. Mudah-mudahan penyakit semacam ini tidak masuk dalam diri kita, tidak menjadi rugi bila kita menaruh kecintaan kepada Zuriat Rasul, kita akan selamat dunia dan akhirat.

Pada Hadist yang lain, Rasululloh bersabda: “Ajarkan anak kamu tiga hal, ajarkan Cinta kepada Nabinya, ajarkan Cinta kepada keturunan (Zuriat) Nabi, dan  ajarkan Tilawatil dan Qiroatil  Qur’an.”   Hadist ini ada dalam kitab  “Hubba Ahlil Bait” karangan Syech Muhammad Zaki Al Yamani (Mantan Menteri Perminyakan Arab Saudi). Akibat kitab karangannya tersebut, pada akhirnya ia dilengserkan oleh pemerintah Arab Saudi.

Dalam sebuah Hadist Qudsy, Alloh berfirman: “Pasti akan mendapatkan kecintaan-Ku (kata Alloh) bagi orang yang saling bercinta karena (dijalan) Aku, Orang yang duduk bersama saling berbincang-bincang karena (dijalan) Aku, Orang yang saling berkunjung (ziaroh) karena (dijalan) Aku, Orang yang mau saling berkorban (harta ataupun lainnya) karena (dijalan) Aku.”

Bagi Mahabbah (kecintaan) yang benar ada alamat/ tanda-tandanya, yaitu: yang paling tinggi kedudukannya adalah sempurnanya pengikutan kita kepada sunah-sunah Rasul (adab, tutur kata, perilaku Rasul). Nabi tidak pernah keluar kata-kata melainkan yang bagus-bagus, Nabi tidak pernah mengucap kata-kata yang tidak baik (semacam anjing, setan dll.) Perilaku Nabi juga tidak pernah menonjolkan diri, tutur katanya santun.

Akan tetapi orang sekarang senang dengan orang yang kontroversi, orang yang  berpenampilan dan tutur katanya yang aneh-aneh, mereka menganggapnya sebagai wali. Dahulu ada kyai yang kontroversial yang perilakunya dan kata-katanya aneh dan menyimpang, yang haram dianggap halal, dia menghalalkan bunga bank, sehingga ketua Syuro NU (KH. Ali Yafi) menolaknya dan keluar dari Kepengurusan PB NU, padahal sudah izma’ konsensus dari para ulama yang sepakat mengharamkan bunga bank. Agama yang semula tidak ada di zaman Orde Lama dan Orde Baru, tetapi di zaman dia dibolehkan. Padahal salah bila menganggap orang semacam ini sebagai wali, ada rumusan untuk orang dapat dikatakan sebagai wali. Dalam kitab Jami Karamatul Awliya karangan Syech Yusuf (sebanyak 4 jilid), membahas mengenai perilaku dari para Waliyullah.

Alloh berfirman: “Katakan olehmu wahai Muhammad, bila kamu benar-benar cinta kepada Alloh ikuti syariat(agama)ku (Nabi Muhammad SAW.), baru Alloh akan cinta kepada kamu.”  Sebagaimana kecintaan kita kepada Alloh, begitu juga kecintaan kita kepada Rasul. Semakin banyak kecintaan kita kepada Alloh, maka semakin banyak kecintaan kita kepada Rasul. 


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar