Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Mukadimah Kitab Tanbiihul Ghofiliin
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Segala
puji bagi Alloh yang telah menunjukkan kepada kita untuk mengamalkan Kitab Al
Qur’an. Dan Alloh pun telah memberikan keutamaan kepada kita semua atas seluruh
umat Muhammad SAW. di atas umat Nabi-nabi yang lain. Pujian dan Syukur kita
kepada Alloh ini ditujukan atas tuntunan dan petunjuknya untuk kita dapat
berpegang dan mengamalkan kepada kitab-kitabnya dan kita dijadikan
seafdhol-afdholnya umat, dan dapat mendatangkan sesuatu keridhoan dari Alloh.
Bila
kita mensyukuri ni’mat Alloh yang ada pada kita, maka akan mendatangkan ni’mat
yang belum ada pada kita. Seperti kata seorang pujangga Islam: “Mensyukuri apa yang ada sama kita, akan
mendatangkan apa yang tidak ada pada kita.”
Sekecil apapun ni’mat yang ada pada kita syukuri, nantinya akan
mendatangkan ni’mat yang belum ada pada kita. Alloh tidak akan mengadzab kita
bila kita pandai bersyukur atas ni’mat yang diberikan Alloh. Syukur juga dapat mendatangkan
pemberian-pemberian (harapan, doa, rezki) Alloh yang masih terpendam/
tersimpan. Bersyukur atas ni’mat Alloh juga dapat menjadikan kita terbilang
sebagai orang-orang yang pandai bersyukur atas ni’mat-ni’matNYA. Dalam sebuat
ayat Al Qur’an Alloh berfirman: “Sangat
sedikit sekali hamba-hambaKU yang pandai bersyukur.”
Semoga
kita dijadikan orang-orang yang Arif, yang mengenal wali-waliNYA. Kita mengenal
dan percaya kepada wali-wali Alloh, kita dikenal saat kita masih hidup ataupun
saat kita telah meninggal. Kita termasuk orang-orang yang mengenal dan meyakini
akan adanya Waliyullah dan mensyukuri ni’mat-ni’mat Alloh. Kita yakini dan kita
syukuri bahwa semua ni’mat datangnya dari Alloh, bukan dari kepandaian kita,
hasil usaha kita dan ibadah kita.
Sholawat
Alloh kepada Rasululloh Muhammad SAW. Nabi yang terpilih, dan demikian pula
Sholawat dan Salam kepada keluarganya, dan demikian pula Sholawat dan Salam
kepada Sohabat-Sohabat dan seluruh Umatnya.
Berkata
seorang pakar ilmu Fiqih, pakar Hukum-Hukum Islam, dan seorang yang Zuhud
kepada Alloh, Abu Quis Ajjahid, Al Alim, Al Amil, Muhammad bin Ibrohim
Assamarqondhi Rahimatullohi Alaiih: Sesungguhnya aku tatkala aku melihat dan
menyaksikan, yang wajib atas orang yang Alloh berikan pengetahuan tentang adab,
dan diapun dapat memperhatikan dan melihat segala hikmah-hikmah,
mutiara-mutiara ilmu, nasehat-nasehat dan orang yang mengetahui biografi/
sejarah orang-orang sholeh, dan Istihadznya Al Mustahiddin, mengerahkan segala
tenaga, fikiran, dan waktunya untuk ber-Istihadz guna mendapatkan Ridho Alloh.
Sebagaimana telah diuraikan oleh Kitabullah Al Qur’an: “Serulah umat di jalan Tuhan kamu dengan hikmah dan nasehat yang baik.” Dan apa yang telah datang dari Sunnah Rasul
dari Abdullah bin Mas’ud: Nabi memilih waktu yang tepat untuk menyampaikan
nasehat yang baik kepada para Sohabatnya. Karena bila disampaikan tidak melihat
suasana, maka dikhawatirkan akan menimbulkan kejenuhan.
Dalam
kitabku ini, aku himpun sedikit saja dari nasehat-nasehat tentang
hikmah-hikmah, mutiara-mutiara kata. Pasti hal keadaannya akan memuaskan orang
yang memperhatikan kitab ini. Wasiatku bagi orang yang membaca ini kitab,
melihat dengan penuh Tadzaqur dan Tafaqur, mengingatkan dirinya, berfikir untuk
dirinya. Setelah membaca ini kitab, lihat ia punya diri, apakah dia sudah
mengingatkan akan kewajiban dirinya, apakah tingkah laku/ ahlaqnya sudah sejalan
dengan tuntunan ini kitab. Dan hendaknya ia berlaku ikhlas saat menyampaikan
dan mengingatkan umat. Karena Alloh perintahkan berlaku yang demikian itu dan
Hadits pun sudah banyak yang mengatakan seperti itu.
Berkata
sebagian Mufasir: “Jadilah kamu orang-orang
yang mengamalkan apa yang kamu ketahui/ pelajari dari kitab. Dan jadilah kamu
orang-orang yang mengamalkan apa yang kamu ajarkan kepada manusia dari kitab.” Jadilah kamu ulama-ulama yang amilin.
Hendaknya
selain kita mengajarkan orang apa yang ada di kitab, kitapun hendaknya
mengamalkan apa yang kita ajarkan kepada orang. Ilmu menjadi penyebab untuk
kita amalkan. Ilmu menuntut kita untuk kita amalkan. Karena sangat jelek/ buruk
atas si-alim (orang yang berilmu) meninggalkan amal yang ia ketahuinya. Jauh
lebih buruk lagi bahwa dia menuntun orang berbuat baik, padahal dia tidak
mengikuti apa yang dia tuntun tadi. Perumpamaan bagi orang alim yang
mengajarkan manusia, padahal dia tidak mengamalkan ilmu, sama seperti lilin
yang memberi penerangan kepada orang tetapi membahayakan/ membakar dirinya
sendiri. Kita dapat mengajarkan ilmu kepada orang, tetapi kita tidak dapat
mengamalkannya dan mengajarkan kepada anak dan keluarga kita.
Alloh
berfirman dalam Al Qur’an: “Sesungguhnya
hanya ulama-ulamalah (dari hamba Alloh) yang takut kepada Alloh.”
Dalam
ayat lain Alloh juga berfirman: “Hai
orang yang berselimut (Nabi Muhammad SAW.) Bangun kamu, tanggalkan kau punya
selimut dan berikan peringatan.”
Dalam
ayat lain Alloh juga berfirman: “Kasih peringatan/ nasehati oleh kamu, orang
dengan Al Qur’an. Karena peringatan/ nasehat tadi dapat memberi manfaat kepada
orang-orang mu’minin.
Jika
dalam ilmu Alloh dia termasuk orang mu’min, maka peringatan/ nasehat akan
bermanfaat bagi dirinya. Jika dalam ilmu Alloh dia bukan termasuk orang mu’min,
maka peringatan/ nasehat tidak akan ada manfaat bagi dirinya. Sebanyak apapun
nasehat kita, apabila dalam ilmu Alloh dia bukan termasuk orang mu’min, maka
nasehat tidak ada manfaat bagi dirinya.
Jika
manusia pada dasarnya dalam ilmu Alloh tidak bakal bahagia, orang yang bakal
masuk neraka jahanam, maka sia-sia bagi orang yang mendidiknya/ memberikan
tuntunan kepadanya, karena tidak akan berhasil. Nasehat dan didikan dari ulama,
bimbingan dari orang tuanya, tetapi bila dalam ilmu Alloh dia termasuk ahli
saqowah (akan binasa/ hancur/ celaka) di dunia dan akhirat, maka akan sia-sia
dan tidak ada manfaatnya. Buktinya Musa Assamiri yang di rawat oleh Malaikat
Jibril menjadi kafir, sedangkan Nabi Musa AS. yang di rawat oleh Fir’aun
menjadi Rasul. Di zamannya Fir’aun mendapatkan petunjuk dari ahli nujum (tukang
sihirnya), bahwa dirinya akan hancur oleh anak yang lahir dari Bani Israil.
Oleh karena itu Fir’aun memerintahkan kepada bala tentaranya untuk membunuh
semua bayi yang lahir dari kaum Bani Israil. Karena takut bayinya akan dibunuh,
maka ibu dari Musa Assamiri, menyembunyikan anaknya di atas gunung. Alloh Maha Mengetahui keadaan makhluknya yang
lemah, maka Alloh memerintahkan Malaikat Jibril AS. untuk memberikan susu
kepada bayi (Musa Assamiri) tersebut.
Sedangkan ibu dari Nabi Alloh Musa AS. menghanyutkan bayinya sehingga
sampai masuk ke Istana Fir’aun, dan pada akhirnya di rawat dan didik oleh
Fir’aun dan Istrinya. Akan tetapi pada kenyataannya Musa Assamiri yang dirawat
dan didik oleh Malaikat Jibril menjadi kafir, padahal logikanya bila yang
merawatnya adalah Jibril tentu pantasnya menjadi orang yang paling baik di alam
dunia, bukan menjadi orang kafir. Sedangkan Nabi Alloh Musa AS. yang dirawat
oleh Fir’aun menjadi Rasul, bukan menjadi kafir seperti Fir’aun.
Jadi
apapun nasehat kita dan apapun nasehat dari para Ulama Sholihin, selama Alloh
sudah tetapkan ia menjadi ahli Saqowah, maka nasehat dari siapapun juga tidak
akan ada manfaatnya dan tidak akan bergeser dia punya hati untuk mengerjakan
perbuatan baik. Nasehat baru akan bermanfaat bila Alloh sudah tetapkan atas
dirinya menjadi seorang orang mu’min.
Rasululloh
bersabda: “Berfikir 1 saat saja, nilainya
jauh lebih baik dari pada ibadah selama 1 tahun lamanya.” Misalkan kita berfikir tentang Kekuasaan Alloh
atau Ciptaan Alloh. Apalagi bila kita pusing karena menuntut dan memikirkan
tentang ilmu. “Ada dosa yang tidak dapat
dihapuskan oleh Pahala Shalat, Pahala Puasa, Pahala Zakat, Pahala Haji dan
Pahala Jihad, kecuali kita resah dan gelisah karena menuntut ilmu.” Karena ada keinginan untuk mendapatkan ilmu,
maka kita menjadi pusing dan lelah, maka gugur semua dosa-dosa kita.
Saat
ini masih dibutuhkan orang-orang yang mau berda’wah, hendaknya kita menunjukan
kebaikan diri kita terlebih dahulu sesuai dengan tuntunan kitab. Ada suatu
ungkapan: “Andaikata ada 1.000 orang yang
membangun gedung, tetapi dibalik itu ada 1 orang yang menghancurkan gedung,
maka akan hancur itu gedung.” Jadi
untuk membangun memerlukan banyak tenaga (1.000 orang), tetapi untuk
menghancurkannya hanya cukup 1 orang saja. “Bagaimana bila hanya ada 1 orang
yang membangun da’wah, sedangkan dibalik itu ada 1.000 orang yang menjegal/
tidak senang, maka akan semakin hancur da’wahnya.
“Siapa
orang tidak mau memperhatikan Hikmah-Hikmah, Nasehat-Nasehat dari Ulama
Sholihin, Toriqoh Salafus Sholeh, maka dia tidak akan berpaling (menuju) kepada
salah satu dari dua sifat, dia akan membatasi diri dan merasa cukup dengan
sedikit amal, dan dia menduga dan mengira bahwa dirinya terbilang (termasuk)
orang-orang yang berlomba-lomba dalam kebajikan. Adakalanya ia
bersunguh-sungguh mengerahkan segala kemampuan dan tenaganya untuk mendekatkan
diri kepada Alloh dan dia menganggapnya perbuatan tersebut sudah besar dalam
pandangannya, dan menganggap dirinya lebih utama dari yang lain.
Dia
mengerahkan segala kemampuan dirinya untuk mendekatkan diri kepada Alloh, tanpa
melihat sejarah dari Ulama-Ulama Sholeh, maka dia akan membesarkan,
mengutamakan dan menganggap bahwa dirinya lebih utama dari yang lainnya, maka
tidak ada nilai dari amal yang dikerjakannya di sisi Alloh. Bila ia mau melihat
dari sejarah dan tuntunan dari para Salafus Sholeh, tuntunan Alloh dan
RasulNYA, tentunya akan bertambah kegiatan dia dalam berbuat to’at, dan diapun
akan sadar bahwa dia masih lalai/ lengah/ teledor dalam mencapainya dia dalam
derajat yang tinggi di sisi Alloh.
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan
permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum,
terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:
hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar