Selasa, 18 Agustus 2015

TASAWUF - Mukadimah Kitab Tanbiihul Ghofiliin



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Mukadimah Kitab Tanbiihul Ghofiliin
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji bagi Alloh yang telah menunjukkan kepada kita untuk mengamalkan Kitab Al Qur’an. Dan Alloh pun telah memberikan keutamaan kepada kita semua atas seluruh umat Muhammad SAW. di atas umat Nabi-nabi yang lain. Pujian dan Syukur kita kepada Alloh ini ditujukan atas tuntunan dan petunjuknya untuk kita dapat berpegang dan mengamalkan kepada kitab-kitabnya dan kita dijadikan seafdhol-afdholnya umat, dan dapat mendatangkan sesuatu keridhoan dari Alloh.

Bila kita mensyukuri ni’mat Alloh yang ada pada kita, maka akan mendatangkan ni’mat yang belum ada pada kita. Seperti kata seorang pujangga Islam: “Mensyukuri apa yang ada sama kita, akan mendatangkan apa yang tidak ada pada kita.”  Sekecil apapun ni’mat yang ada pada kita syukuri, nantinya akan mendatangkan ni’mat yang belum ada pada kita. Alloh tidak akan mengadzab kita bila kita pandai bersyukur atas ni’mat yang diberikan Alloh.  Syukur juga dapat mendatangkan pemberian-pemberian (harapan, doa, rezki) Alloh yang masih terpendam/ tersimpan. Bersyukur atas ni’mat Alloh juga dapat menjadikan kita terbilang sebagai orang-orang yang pandai bersyukur atas ni’mat-ni’matNYA. Dalam sebuat ayat Al Qur’an Alloh berfirman: “Sangat sedikit sekali hamba-hambaKU yang pandai bersyukur.”

Semoga kita dijadikan orang-orang yang Arif, yang mengenal wali-waliNYA. Kita mengenal dan percaya kepada wali-wali Alloh, kita dikenal saat kita masih hidup ataupun saat kita telah meninggal. Kita termasuk orang-orang yang mengenal dan meyakini akan adanya Waliyullah dan mensyukuri ni’mat-ni’mat Alloh. Kita yakini dan kita syukuri bahwa semua ni’mat datangnya dari Alloh, bukan dari kepandaian kita, hasil usaha kita dan ibadah kita.

Sholawat Alloh kepada Rasululloh Muhammad SAW. Nabi yang terpilih, dan demikian pula Sholawat dan Salam kepada keluarganya, dan demikian pula Sholawat dan Salam kepada Sohabat-Sohabat dan seluruh Umatnya.

Berkata seorang pakar ilmu Fiqih, pakar Hukum-Hukum Islam, dan seorang yang Zuhud kepada Alloh, Abu Quis Ajjahid, Al Alim, Al Amil, Muhammad bin Ibrohim Assamarqondhi Rahimatullohi Alaiih: Sesungguhnya aku tatkala aku melihat dan menyaksikan, yang wajib atas orang yang Alloh berikan pengetahuan tentang adab, dan diapun dapat memperhatikan dan melihat segala hikmah-hikmah, mutiara-mutiara ilmu, nasehat-nasehat dan orang yang mengetahui biografi/ sejarah orang-orang sholeh, dan Istihadznya Al Mustahiddin, mengerahkan segala tenaga, fikiran, dan waktunya untuk ber-Istihadz guna mendapatkan Ridho Alloh. Sebagaimana telah diuraikan oleh Kitabullah Al Qur’an: “Serulah umat di jalan Tuhan kamu dengan hikmah dan nasehat yang baik.”  Dan apa yang telah datang dari Sunnah Rasul dari Abdullah bin Mas’ud: Nabi memilih waktu yang tepat untuk menyampaikan nasehat yang baik kepada para Sohabatnya. Karena bila disampaikan tidak melihat suasana, maka dikhawatirkan akan menimbulkan kejenuhan.

Dalam kitabku ini, aku himpun sedikit saja dari nasehat-nasehat tentang hikmah-hikmah, mutiara-mutiara kata. Pasti hal keadaannya akan memuaskan orang yang memperhatikan kitab ini. Wasiatku bagi orang yang membaca ini kitab, melihat dengan penuh Tadzaqur dan Tafaqur, mengingatkan dirinya, berfikir untuk dirinya. Setelah membaca ini kitab, lihat ia punya diri, apakah dia sudah mengingatkan akan kewajiban dirinya, apakah tingkah laku/ ahlaqnya sudah sejalan dengan tuntunan ini kitab. Dan hendaknya ia berlaku ikhlas saat menyampaikan dan mengingatkan umat. Karena Alloh perintahkan berlaku yang demikian itu dan Hadits pun sudah banyak yang mengatakan seperti itu.

Berkata sebagian Mufasir: “Jadilah kamu orang-orang yang mengamalkan apa yang kamu ketahui/ pelajari dari kitab. Dan jadilah kamu orang-orang yang mengamalkan apa yang kamu ajarkan kepada manusia dari kitab.”   Jadilah kamu ulama-ulama yang amilin.
Hendaknya selain kita mengajarkan orang apa yang ada di kitab, kitapun hendaknya mengamalkan apa yang kita ajarkan kepada orang. Ilmu menjadi penyebab untuk kita amalkan. Ilmu menuntut kita untuk kita amalkan. Karena sangat jelek/ buruk atas si-alim (orang yang berilmu) meninggalkan amal yang ia ketahuinya. Jauh lebih buruk lagi bahwa dia menuntun orang berbuat baik, padahal dia tidak mengikuti apa yang dia tuntun tadi. Perumpamaan bagi orang alim yang mengajarkan manusia, padahal dia tidak mengamalkan ilmu, sama seperti lilin yang memberi penerangan kepada orang tetapi membahayakan/ membakar dirinya sendiri. Kita dapat mengajarkan ilmu kepada orang, tetapi kita tidak dapat mengamalkannya dan mengajarkan kepada anak dan keluarga kita.

Alloh berfirman dalam Al Qur’an: “Sesungguhnya hanya ulama-ulamalah (dari hamba Alloh) yang takut kepada Alloh.”
Dalam ayat lain Alloh juga berfirman: “Hai orang yang berselimut (Nabi Muhammad SAW.) Bangun kamu, tanggalkan kau punya selimut dan berikan peringatan.”

Dalam ayat lain Alloh juga berfirman: “Kasih peringatan/ nasehati oleh kamu, orang dengan Al Qur’an. Karena peringatan/ nasehat tadi dapat memberi manfaat kepada orang-orang mu’minin.
Jika dalam ilmu Alloh dia termasuk orang mu’min, maka peringatan/ nasehat akan bermanfaat bagi dirinya. Jika dalam ilmu Alloh dia bukan termasuk orang mu’min, maka peringatan/ nasehat tidak akan ada manfaat bagi dirinya. Sebanyak apapun nasehat kita, apabila dalam ilmu Alloh dia bukan termasuk orang mu’min, maka nasehat tidak ada manfaat bagi dirinya.
Jika manusia pada dasarnya dalam ilmu Alloh tidak bakal bahagia, orang yang bakal masuk neraka jahanam, maka sia-sia bagi orang yang mendidiknya/ memberikan tuntunan kepadanya, karena tidak akan berhasil. Nasehat dan didikan dari ulama, bimbingan dari orang tuanya, tetapi bila dalam ilmu Alloh dia termasuk ahli saqowah (akan binasa/ hancur/ celaka) di dunia dan akhirat, maka akan sia-sia dan tidak ada manfaatnya. Buktinya Musa Assamiri yang di rawat oleh Malaikat Jibril menjadi kafir, sedangkan Nabi Musa AS. yang di rawat oleh Fir’aun menjadi Rasul. Di zamannya Fir’aun mendapatkan petunjuk dari ahli nujum (tukang sihirnya), bahwa dirinya akan hancur oleh anak yang lahir dari Bani Israil. Oleh karena itu Fir’aun memerintahkan kepada bala tentaranya untuk membunuh semua bayi yang lahir dari kaum Bani Israil. Karena takut bayinya akan dibunuh, maka ibu dari Musa Assamiri, menyembunyikan anaknya di atas gunung.  Alloh Maha Mengetahui keadaan makhluknya yang lemah, maka Alloh memerintahkan Malaikat Jibril AS. untuk memberikan susu kepada bayi (Musa Assamiri) tersebut.  Sedangkan ibu dari Nabi Alloh Musa AS. menghanyutkan bayinya sehingga sampai masuk ke Istana Fir’aun, dan pada akhirnya di rawat dan didik oleh Fir’aun dan Istrinya. Akan tetapi pada kenyataannya Musa Assamiri yang dirawat dan didik oleh Malaikat Jibril menjadi kafir, padahal logikanya bila yang merawatnya adalah Jibril tentu pantasnya menjadi orang yang paling baik di alam dunia, bukan menjadi orang kafir. Sedangkan Nabi Alloh Musa AS. yang dirawat oleh Fir’aun menjadi Rasul, bukan menjadi kafir seperti Fir’aun.
Jadi apapun nasehat kita dan apapun nasehat dari para Ulama Sholihin, selama Alloh sudah tetapkan ia menjadi ahli Saqowah, maka nasehat dari siapapun juga tidak akan ada manfaatnya dan tidak akan bergeser dia punya hati untuk mengerjakan perbuatan baik. Nasehat baru akan bermanfaat bila Alloh sudah tetapkan atas dirinya menjadi seorang orang mu’min.

Rasululloh bersabda: “Berfikir 1 saat saja, nilainya jauh lebih baik dari pada ibadah selama 1 tahun lamanya.”   Misalkan kita berfikir tentang Kekuasaan Alloh atau Ciptaan Alloh. Apalagi bila kita pusing karena menuntut dan memikirkan tentang ilmu. “Ada dosa yang tidak dapat dihapuskan oleh Pahala Shalat, Pahala Puasa, Pahala Zakat, Pahala Haji dan Pahala Jihad, kecuali kita resah dan gelisah karena menuntut ilmu.”  Karena ada keinginan untuk mendapatkan ilmu, maka kita menjadi pusing dan lelah, maka gugur semua dosa-dosa kita.

Saat ini masih dibutuhkan orang-orang yang mau berda’wah, hendaknya kita menunjukan kebaikan diri kita terlebih dahulu sesuai dengan tuntunan kitab. Ada suatu ungkapan: “Andaikata ada 1.000 orang yang membangun gedung, tetapi dibalik itu ada 1 orang yang menghancurkan gedung, maka akan hancur itu gedung.”  Jadi untuk membangun memerlukan banyak tenaga (1.000 orang), tetapi untuk menghancurkannya hanya cukup 1 orang saja. “Bagaimana bila hanya ada 1 orang yang membangun da’wah, sedangkan dibalik itu ada 1.000 orang yang menjegal/ tidak senang, maka akan semakin hancur da’wahnya.

“Siapa orang tidak mau memperhatikan Hikmah-Hikmah, Nasehat-Nasehat dari Ulama Sholihin, Toriqoh Salafus Sholeh, maka dia tidak akan berpaling (menuju) kepada salah satu dari dua sifat, dia akan membatasi diri dan merasa cukup dengan sedikit amal, dan dia menduga dan mengira bahwa dirinya terbilang (termasuk) orang-orang yang berlomba-lomba dalam kebajikan. Adakalanya ia bersunguh-sungguh mengerahkan segala kemampuan dan tenaganya untuk mendekatkan diri kepada Alloh dan dia menganggapnya perbuatan tersebut sudah besar dalam pandangannya, dan menganggap dirinya lebih utama dari yang lain.
Dia mengerahkan segala kemampuan dirinya untuk mendekatkan diri kepada Alloh, tanpa melihat sejarah dari Ulama-Ulama Sholeh, maka dia akan membesarkan, mengutamakan dan menganggap bahwa dirinya lebih utama dari yang lainnya, maka tidak ada nilai dari amal yang dikerjakannya di sisi Alloh. Bila ia mau melihat dari sejarah dan tuntunan dari para Salafus Sholeh, tuntunan Alloh dan RasulNYA, tentunya akan bertambah kegiatan dia dalam berbuat to’at, dan diapun akan sadar bahwa dia masih lalai/ lengah/ teledor dalam mencapainya dia dalam derajat yang tinggi di sisi Alloh.


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar