Rabu, 15 Juli 2015

TAUHID - Dua Kalimat Syahadat



Pokok Bahasan     :  TAUHID
Judul                    :  Dua Kalimat Syahadat
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Al Imam As Subuqi berkata: “Islam adalah amalan kerjaan-kerjaan badan seperti Sholat, Zakat, Puasa dan Haji. Dan Alloh tidak memandang/menerima semua itu kerjaan tanpa adanya iman.”  Jadi orang di luar agama Islam meskipun ia menjalankan ibadah selayaknya orang muslim, tanpa ada iman di dalam dirinya maka kerjaannya hanya sia-sia belaka tanpa mendapatkan pahala. Yang namanya iman adalah membenarkan dalam hati akan keberadaan Alloh. Akan tetapi hal itu tidak dipandang jika tidak mengucapkan Dua Kalamat Syahadat, baru kemudian mengamalkan ajaran-ajarannya.

Imam Nawawi dalam Syarah Muslim, telah sepakat para ahli Fiqih, Tauhid & Hadist: “Bahwa sesungguhnya orang yang membenarkan dalam hatinya beriman kepada Alloh, tanpa mengucapkan dengan lisannya meskipun ia mampu, maka ia akan menghuni neraka dan kekal di dalamnya.”

Dengan mengucapkan ikrar Dua Kalimat Syahadat, maka berlaku kepadanya hukum-hukum Islam, seperti boleh menikah dengan wanita Islam, bila meninggal maka ia berhaq dimandikan, dikafani, disholatkan dan dikuburkan dengan cara-cara agama Islam.

Bila keimanannya hanya membenarkannya dalam hati tanpa diucapkan, maka ia termasuk mu’min di akhirat, tetapi di dunia tidak dianggap sebagai mu’min. Jadi baginya tidak berlaku hukum-hukum agama Islam dan bila meninggal jasadnya tidak berhaq diperlakukan sebagaimana jasad orang muslim.

Setiap orang di luar agama Islam (Kafir) yang ingin masuk agama Islam, maka diwajibkan baginya mengucapkan Dua Kalimat Syahadat. Ada tiga pendapat Ulama dalam mengucapkan Dua Kalimat Syahadat, yaitu:
1.    Boleh diucapkan Dua Kalimat Syahadat tanpa diawali dengan kata: “Asshadu…”
2.    Pengucapan Dua Kalimat Syahadat di awali dengan kata: “Asshadu….”
3.    Kata: “Asshadu…” dapat diganti dengan persamaan katanya, seperti: “A’lamuu…”
Dari tiga pendapat tersebut di atas, maka yang lebih mu’tamat adalah pendapat yang kedua. Maka dituntut bagi kita untuk menggunakan pendapat yang mu’tamat.

Tidak syah Iman kepada Nabi sebelum beriman kepada Alloh. Dalam mengucapkan Dua Kalimat Syahadat tidak boleh terbalik. Dan diantara keduanya tidak boleh ada jeda (berhenti) terlalu lama. Sehingga pengucapan Dua Kalimat Syahadat harus tertib dan mu’alat.

Pengucapan Dua Kalimat Syahadat tidak harus dengan bahasa Arab meskipun ia lancar dan fasih dalam berbahasa Arab. Akan tetapi harus memahami apa yang diucapkannya, yaitu tidak ada yang patut disembah melainkan Alloh.

Setelah mengucapkan Dua Kalimat Syahadat, maka bagi orang kafir diwajibkan mengucapkan kalimat yang mengingkari terhadap keyakinan agama yang sebelumnya. Contoh untuk orang Nasrani/Kristen yang menyakini bahwa bahwa Nabi Isa adalah Tuhan mereka, maka setelah mengucapkan Dua Kalimat Syahadat, ia wajib mengucapkan pernyataan bahwa Nabi Isa bukan Tuhan dan Nabi Isa hanyalah utusan Alloh. Tidak menjadi muslim seorang musyrik/kafir tanpa mengucapkan kalimat di atas.

Riwayat Imam Baihaqi dari Abu Hurairoh. Datang Malaikat Maut (Malikat Izrail) mendatangi orang yang baru meninggal, kemudian Malaikat Izrail membelah anggota badan dari orang yang baru meninggal tersebut, di dalam tubuh orang tersebut tidak ditemukan amalan kebaikan. Kemudian Malaikat Izrail membelah hati orang tersebut, dan tidak juga menemukan kebaikan di dalamnya. Kemudian Malaikat Izrail melihat rahang dari orang tersebut dan didapatinya lidah orang tersebut masih menempel di langit-langit baru selesai mengucapkan kalimat tauhid: “Laa Ilaaha Illaallaah.” Dengan barokah ucapan kalimat Ikhlas tersebut, maka Alloh ampuni segala dosa-dosanya.

Hadist Riwayat Abu Daud dan Ahmad dari Mu’az: “Siapa orang yang diakhir hayatnya mengucapkan Laa Ilaaha Illaallaah  pasti masuk syurga. Agar dapat mengucapkan kalimat tauhid diakhir hayat kita, maka perlu membiasakan diri dengan memperbanyak tahlil dan dzikir.

Imam Syafi’i berkata: Aku menemui seorang uskup (pemimpin umat Nasrani) yang sedang melakukan towaf di Makkah, aku bertanya kepadanya: “Mengapa kamu mengganti agama nenek moyang kamu denga agama Islam?” Uskup tersbut menjawab: “Aku meninggalkan agama lamaku dan menggantinya dengan agama yang lebih baik yaitu agama Islam.” Kemudian aku bertanya lagi: “Mengapa bisa terjadi?” Kemudian Uskup tersebut menceritakan peristiwa yang menyebabkannya ia berpindah dari agama Nasrani (Kristen) menjadi agama Islam. Suatu hari aku naik kapal laut, saat perahu sedang berada di tengah laut kapal tersebut pecah dan aku berada di atas papan dan ombak mendorongku hingga sampai di pulau di tengah laut. Di pulau tersebut banyak terdapat tanaman buah-buahan yang rasanya manis dan lembut daging buahnya. Dan di pulau tersebut mengalir sungai yang rasa airnya tawar. Aku mengucapkan syukur atas ni’mat yang aku terima. Pada saat menjelang malam aku mengkhawatirkan keselamatanku, maka aku naik ke atas pohon. Dari atas pohon aku melihat binatang melata muncul dari dalam air menuju ke daratan. Binatang tersebut mengucapkan: “Laa Ilaaha IllaAllohul ghoffaar Muhammadur Rosulloh Nabiyul Muchtaar.” (artinya: Tiada Tuhan Selain Alloh yang Maha Pengampun dan Nabi Muhammad adalah Utusan Alloh yang terpilih). Karena takut aku berusaha lari menghindari binatang tersebut. Tapi terdengar binatang tersebut berkata: “Berhenti, jangan lari, aku tidak akan mengganggumu.” Aku berhenti dan menghampiri binatang tersebut. Kemudian binatang tersebut bertanya: “Apa agamamu?” Aku menjawab: “Agamaku Nasrani” Binatang tersebut berkata: “Celaka, engkau telah memilih agama yang salah. Kamu berada di wilayah yang dikuasai oleh jin-jin muslim, mereka akan mengganggu orang terkecuali dia beragama Islam.” Aku bertanya: “Bagaimana cara aku menjadi muslim?” Binatang tersebut berkata: “Ucapkanlah: ”Asshaduuan Laa Ilaaha Illaallaah Waashaduuana Muhammadar Rosullullaah.” Aku mengikuti ucapannya, kemudian binatang tersebut bertanya: “Apakah kamu ingin menetap disini atau ingin kembali ke negeri asalmu?” Aku menjawab: “Aku akan kembali ke negeri asalku.” Kemudian binatang tersebut berkata: “ Tunggulah disini, nanti akan ada kapal yang lewat.” Kemudian binatang tersebut meninggalkan aku dan kembali masuk ke dalam air. Belum sampai binatang tersebut menghilang ke dalam air, tak lama kemudian terlihat sebuah kapal melintasi pulau tempat aku terdampar, maka akupun segera melambaikan tangan memberi tanda agar dapat ikut dengan kapal tersebut. Di dalam kapal ternyata ada beberapa orang yang beragama Nasrani, kepada mereka aku menceritakan pengalamanku, pada akhirnya mereka tertarik untuk masuk ke dalam agama Islam.

Riwayat Syech Abdullah Alyafi’i dalam kitab Rowdattul Royahin: Dahulu ada seorang raja yang durhaka kepada Tuhannya. Kemudian ia ditangkap oleh rakyatnya. Rakyatnya bermusyawarah mencari hukuman apa yang pas untuk menghukum Raja yang dzholim tersebut. Akhirnya mereka sepakat untuk memasukkan Rajanya ke dalam tempayan yang besar dan dibawahnya ditaruh api yang berkobar. Dan mulailah Raja yang disiksa tersebut memanggil satu persatu Tuhan yang disemahnya. Tidak ada satupun Tuhan yang disembahnya dapat menolong dan memberikan manfaat kepadanya. Pada akhirnya ia mengucapkan: “Laa Ilaaha Illaallaah Maka Alloh menurunkan air hujan yang cukup lebat sehingga memadamkan api tersebut. Kemudian berhembuslah angin kencang sehingga menerbangkan tempayan besar tempat menghukum Raja. Tempayan tersebut terbang hingga sampai ke negeri lain yang penduduknya belum memeluk agama Islam.

Riwayat Syech Abi Zein Al Qurtubi: Aku mendengar pada sebagian As’ar, bahwasanya orang yang mengucapkan “Laa Ilaaha Illaallaah sebanyak 70.000 kali adalah baginya tebusan dari api neraka. Maka aku amalkan itu bacaan dengan mengaharapkan keberkahan janji, maka aku lakukan untuk keluargaku juga. Datanglah kami pada seorang pemuda khasaf yang mengetahui keadaan di Syurga dan di Neraka. Dan banyak orang (jama’ah) yang melihat keutamaan pada pemuda ini di masa kecilnya. Kami memanggil/mengundang sebagian kawan ke rumahnya dan kami makan makanan, tiba-tiba pemuda itu menjerit sehingga kami berkumpul pada dirinya. Pemuda tersebut berkata: “Wahai paman aku melihat ibuku berada di dalam neraka.” Ada keinginan dalam diriku untuk mencoba mengamalkan bacaan:  Laa Ilaaha Illaallaah sebanyak 70.000 kali bersama jama’ah yang hadir. Setelah kami selesai membaca, kemudian aku memerintahkan pemuda tersebut untuk melihat kembali keadaan ibunya. Ternyata pemuda tersebut melihat sekarang ibunya telah berada di dalam Syurga.

Rid’hah (Murtad) adalah bagian terkeji dari kekufuran. “Sesungguhnya Alloh tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selain itu, kepada orang yang Ia kehendaki.”

Dari Abi Darda: “Jangan kamu mensekutukan Alloh dengan apapun juga, sekalipun kamu dipotong-potong ataupun kamu dibakar. Dan jangan kamu meninggalkan shalat yang 5 waktu dengan sengaja, siapa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, maka telah lepas dari orang tersebut jaminan Alloh atasnya.

Siapa orang yang menyekutukan Alloh, maka orang tersebut berada pada kesesatan yang nyata. Bahwasanya orang yang menyekutukan Alloh, maka Alloh menjauhkan atasnya Syurga dan tempatnya adalah di Neraka.

Jangan kamu minum Khamer (minuman keras). Karena sesungguhnya khamer itu adalah pembuka dari kejahatan. Tidak ada obat dari khamer.

Siapa orang yang telah menukar agama, maka bunuhlah ia. Alloh tidak mengampuni dosa seseorang yang telah kufur setelah Islam selama ia tetap dalam kekufuran.

Banyak hal yang dapat menyebabkan orang menjadi kufur, diantaranya:
-        Ia menghitobkan bahwa ada benda yang dapat memberikan bantuan/pertolongan selain dari Alloh.
-        Ia mengucapkan kalimat yang membuatnya menjadi kafir, sekalipun ucapannya tersebut mustahil terjadi. Misalnya: Ia mengucapkan bila turun hujan emas, maka aku akan kafir. Dengan ucapan tersebut ia telah menjadi kafir meskipun hujan emas tidak terjadi.
-        Ia meng-i’tiqodkan bahwa alam ini khodim, karena hanya Alloh yang bersifat khodim, sedangkan alam bahru. Atau sebaliknya ia meng-i’tiqodkan bahwa Alloh bahru.
-        Ia mengingkari sifat Alloh, seperi: Alloh Maha Melihat, Alloh Maha Mendengar dll.
-        Ia mengatakan bahwa Alloh itu berwarna atau Alloh itu beranak.
-        Ia meng-i’tiqodkan bahwa shalat ada 6 waktu.
-        Ia meng-i’tiqodkan bahwa ada kewajiban puasa selain puasa Ramadhan.
-        Ia membenarkan semua agama yang ada atau meragukan kekafiran dari agama- agama selain Islam.
-        Ia bersujud kepada berhala, matahari atau benda-benda ciptaan Alloh lainnya.
-        Ia ikut beribadah menuju gereja-gereja bersama orang-orang dari golongan mereka dan memakai pakaian seperti mereka.


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar