Pokok
Bahasan : TAUHID
Judul : Dua Kalimat Syahadat
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Al
Imam As Subuqi
berkata: “Islam adalah amalan kerjaan-kerjaan badan seperti Sholat, Zakat,
Puasa dan Haji. Dan Alloh tidak memandang/menerima semua itu kerjaan tanpa
adanya iman.” Jadi orang di luar
agama Islam meskipun ia menjalankan ibadah selayaknya orang muslim, tanpa ada
iman di dalam dirinya maka kerjaannya hanya sia-sia belaka tanpa mendapatkan
pahala. Yang namanya iman adalah membenarkan dalam hati akan keberadaan Alloh.
Akan tetapi hal itu tidak dipandang jika tidak mengucapkan Dua Kalamat
Syahadat, baru kemudian mengamalkan ajaran-ajarannya.
Imam
Nawawi dalam Syarah Muslim, telah sepakat para ahli Fiqih, Tauhid &
Hadist: “Bahwa sesungguhnya orang yang membenarkan dalam hatinya beriman kepada
Alloh, tanpa mengucapkan dengan lisannya meskipun ia mampu, maka ia akan menghuni
neraka dan kekal di dalamnya.”
Dengan
mengucapkan ikrar Dua Kalimat Syahadat, maka berlaku kepadanya hukum-hukum
Islam, seperti boleh menikah dengan wanita Islam, bila meninggal maka ia berhaq
dimandikan, dikafani, disholatkan dan dikuburkan dengan cara-cara agama Islam.
Bila
keimanannya hanya membenarkannya dalam hati tanpa diucapkan, maka ia termasuk
mu’min di akhirat, tetapi di dunia tidak dianggap sebagai mu’min. Jadi baginya
tidak berlaku hukum-hukum agama Islam dan bila meninggal jasadnya tidak berhaq
diperlakukan sebagaimana jasad orang muslim.
Setiap
orang di luar agama Islam (Kafir) yang ingin masuk agama Islam, maka diwajibkan
baginya mengucapkan Dua Kalimat Syahadat. Ada tiga pendapat Ulama dalam
mengucapkan Dua Kalimat Syahadat, yaitu:
1. Boleh
diucapkan Dua Kalimat Syahadat tanpa diawali dengan kata: “Asshadu…”
2. Pengucapan
Dua Kalimat Syahadat di awali dengan kata: “Asshadu….”
3. Kata:
“Asshadu…” dapat diganti dengan persamaan katanya, seperti: “A’lamuu…”
Dari
tiga pendapat tersebut di atas, maka yang lebih mu’tamat adalah pendapat yang
kedua. Maka dituntut bagi kita untuk menggunakan pendapat yang mu’tamat.
Tidak
syah Iman kepada Nabi sebelum beriman kepada Alloh. Dalam mengucapkan Dua
Kalimat Syahadat tidak boleh terbalik. Dan diantara keduanya tidak boleh ada
jeda (berhenti) terlalu lama. Sehingga pengucapan Dua Kalimat Syahadat harus tertib
dan mu’alat.
Pengucapan
Dua Kalimat Syahadat tidak harus dengan bahasa Arab meskipun ia lancar dan
fasih dalam berbahasa Arab. Akan tetapi harus memahami apa yang diucapkannya,
yaitu tidak ada yang patut disembah melainkan Alloh.
Setelah
mengucapkan Dua Kalimat Syahadat, maka bagi orang kafir diwajibkan mengucapkan
kalimat yang mengingkari terhadap keyakinan agama yang sebelumnya. Contoh untuk
orang Nasrani/Kristen yang menyakini bahwa bahwa Nabi Isa adalah Tuhan mereka,
maka setelah mengucapkan Dua Kalimat Syahadat, ia wajib mengucapkan pernyataan
bahwa Nabi Isa bukan Tuhan dan Nabi Isa hanyalah utusan Alloh. Tidak menjadi
muslim seorang musyrik/kafir tanpa mengucapkan kalimat di atas.
Riwayat
Imam Baihaqi dari Abu Hurairoh. Datang Malaikat Maut (Malikat
Izrail) mendatangi orang yang baru meninggal, kemudian Malaikat Izrail membelah
anggota badan dari orang yang baru meninggal tersebut, di dalam tubuh orang
tersebut tidak ditemukan amalan kebaikan. Kemudian Malaikat Izrail membelah
hati orang tersebut, dan tidak juga menemukan kebaikan di dalamnya. Kemudian
Malaikat Izrail melihat rahang dari orang tersebut dan didapatinya lidah orang
tersebut masih menempel di langit-langit baru selesai mengucapkan kalimat
tauhid: “Laa Ilaaha Illaallaah.” Dengan barokah ucapan kalimat
Ikhlas tersebut, maka Alloh ampuni segala dosa-dosanya.
Hadist
Riwayat Abu Daud dan Ahmad dari Mu’az: “Siapa orang yang diakhir hayatnya
mengucapkan Laa Ilaaha Illaallaah pasti
masuk syurga. Agar dapat mengucapkan kalimat tauhid diakhir hayat kita, maka
perlu membiasakan diri dengan memperbanyak tahlil dan dzikir.
Imam
Syafi’i berkata:
Aku menemui seorang uskup (pemimpin umat Nasrani) yang sedang melakukan towaf
di Makkah, aku bertanya kepadanya: “Mengapa kamu mengganti agama nenek moyang
kamu denga agama Islam?” Uskup tersbut menjawab: “Aku meninggalkan agama lamaku
dan menggantinya dengan agama yang lebih baik yaitu agama Islam.” Kemudian aku
bertanya lagi: “Mengapa bisa terjadi?” Kemudian Uskup tersebut menceritakan
peristiwa yang menyebabkannya ia berpindah dari agama Nasrani (Kristen) menjadi
agama Islam. Suatu hari aku naik kapal laut, saat perahu sedang berada di
tengah laut kapal tersebut pecah dan aku berada di atas papan dan ombak
mendorongku hingga sampai di pulau di tengah laut. Di pulau tersebut banyak
terdapat tanaman buah-buahan yang rasanya manis dan lembut daging buahnya. Dan
di pulau tersebut mengalir sungai yang rasa airnya tawar. Aku mengucapkan
syukur atas ni’mat yang aku terima. Pada saat menjelang malam aku
mengkhawatirkan keselamatanku, maka aku naik ke atas pohon. Dari atas pohon aku
melihat binatang melata muncul dari dalam air menuju ke daratan. Binatang tersebut
mengucapkan: “Laa Ilaaha IllaAllohul ghoffaar Muhammadur Rosulloh Nabiyul
Muchtaar.” (artinya: Tiada Tuhan Selain Alloh yang Maha Pengampun
dan Nabi Muhammad adalah Utusan Alloh yang terpilih). Karena takut aku
berusaha lari menghindari binatang tersebut. Tapi terdengar binatang tersebut
berkata: “Berhenti, jangan lari, aku tidak akan mengganggumu.” Aku berhenti dan
menghampiri binatang tersebut. Kemudian binatang tersebut bertanya: “Apa
agamamu?” Aku menjawab: “Agamaku Nasrani” Binatang tersebut berkata: “Celaka,
engkau telah memilih agama yang salah. Kamu berada di wilayah yang dikuasai
oleh jin-jin muslim, mereka akan mengganggu orang terkecuali dia beragama
Islam.” Aku bertanya: “Bagaimana cara aku menjadi muslim?” Binatang tersebut
berkata: “Ucapkanlah: ”Asshaduuan Laa Ilaaha Illaallaah Waashaduuana
Muhammadar Rosullullaah.” Aku mengikuti ucapannya, kemudian binatang
tersebut bertanya: “Apakah kamu ingin menetap disini atau ingin kembali ke
negeri asalmu?” Aku menjawab: “Aku akan kembali ke negeri asalku.” Kemudian
binatang tersebut berkata: “ Tunggulah disini, nanti akan ada kapal yang
lewat.” Kemudian binatang tersebut meninggalkan aku dan kembali masuk ke dalam
air. Belum sampai binatang tersebut menghilang ke dalam air, tak lama kemudian
terlihat sebuah kapal melintasi pulau tempat aku terdampar, maka akupun segera
melambaikan tangan memberi tanda agar dapat ikut dengan kapal tersebut. Di
dalam kapal ternyata ada beberapa orang yang beragama Nasrani, kepada mereka
aku menceritakan pengalamanku, pada akhirnya mereka tertarik untuk masuk ke
dalam agama Islam.
Riwayat
Syech Abdullah Alyafi’i dalam kitab Rowdattul Royahin: Dahulu ada
seorang raja yang durhaka kepada Tuhannya. Kemudian ia ditangkap oleh
rakyatnya. Rakyatnya bermusyawarah mencari hukuman apa yang pas untuk menghukum
Raja yang dzholim tersebut. Akhirnya mereka sepakat untuk memasukkan Rajanya ke
dalam tempayan yang besar dan dibawahnya ditaruh api yang berkobar. Dan
mulailah Raja yang disiksa tersebut memanggil satu persatu Tuhan yang
disemahnya. Tidak ada satupun Tuhan yang disembahnya dapat menolong dan
memberikan manfaat kepadanya. Pada akhirnya ia mengucapkan: “Laa Ilaaha
Illaallaah” Maka Alloh
menurunkan air hujan yang cukup lebat sehingga memadamkan api tersebut.
Kemudian berhembuslah angin kencang sehingga menerbangkan tempayan besar tempat
menghukum Raja. Tempayan tersebut terbang hingga sampai ke negeri lain yang
penduduknya belum memeluk agama Islam.
Riwayat
Syech Abi Zein Al Qurtubi: Aku mendengar pada sebagian As’ar, bahwasanya orang
yang mengucapkan “Laa Ilaaha Illaallaah” sebanyak 70.000 kali adalah baginya tebusan
dari api neraka. Maka aku amalkan itu bacaan dengan mengaharapkan keberkahan
janji, maka aku lakukan untuk keluargaku juga. Datanglah kami pada seorang
pemuda khasaf yang mengetahui keadaan di Syurga dan di Neraka. Dan banyak orang
(jama’ah) yang melihat keutamaan pada pemuda ini di masa kecilnya. Kami
memanggil/mengundang sebagian kawan ke rumahnya dan kami makan makanan,
tiba-tiba pemuda itu menjerit sehingga kami berkumpul pada dirinya. Pemuda
tersebut berkata: “Wahai paman aku melihat ibuku berada di dalam neraka.” Ada
keinginan dalam diriku untuk mencoba mengamalkan bacaan: “Laa Ilaaha Illaallaah” sebanyak 70.000 kali bersama jama’ah yang
hadir. Setelah kami selesai membaca, kemudian aku memerintahkan pemuda tersebut
untuk melihat kembali keadaan ibunya. Ternyata pemuda tersebut melihat sekarang
ibunya telah berada di dalam Syurga.
Rid’hah
(Murtad) adalah bagian terkeji dari kekufuran. “Sesungguhnya Alloh tidak
mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selain itu, kepada orang yang Ia
kehendaki.”
Dari
Abi Darda: “Jangan kamu mensekutukan Alloh dengan apapun juga, sekalipun kamu
dipotong-potong ataupun kamu dibakar. Dan jangan kamu meninggalkan shalat yang
5 waktu dengan sengaja, siapa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja,
maka telah lepas dari orang tersebut jaminan Alloh atasnya.
Siapa
orang yang menyekutukan Alloh, maka orang tersebut berada pada kesesatan yang
nyata. Bahwasanya orang yang menyekutukan Alloh, maka Alloh menjauhkan atasnya
Syurga dan tempatnya adalah di Neraka.
Jangan
kamu minum Khamer (minuman keras). Karena sesungguhnya khamer itu adalah
pembuka dari kejahatan. Tidak ada obat dari khamer.
Siapa
orang yang telah menukar agama, maka bunuhlah ia. Alloh tidak mengampuni dosa
seseorang yang telah kufur setelah Islam selama ia tetap dalam kekufuran.
Banyak
hal yang dapat menyebabkan orang menjadi kufur, diantaranya:
-
Ia
menghitobkan bahwa ada benda yang dapat memberikan bantuan/pertolongan selain
dari Alloh.
-
Ia
mengucapkan kalimat yang membuatnya menjadi kafir, sekalipun ucapannya tersebut
mustahil terjadi. Misalnya: Ia mengucapkan bila turun hujan emas, maka aku akan
kafir. Dengan ucapan tersebut ia telah menjadi kafir meskipun hujan emas tidak
terjadi.
-
Ia
meng-i’tiqodkan bahwa alam ini khodim, karena hanya Alloh yang bersifat khodim,
sedangkan alam bahru. Atau sebaliknya ia meng-i’tiqodkan bahwa Alloh bahru.
-
Ia
mengingkari sifat Alloh, seperi: Alloh Maha Melihat, Alloh Maha Mendengar dll.
-
Ia
mengatakan bahwa Alloh itu berwarna atau Alloh itu beranak.
-
Ia
meng-i’tiqodkan bahwa shalat ada 6 waktu.
-
Ia
meng-i’tiqodkan bahwa ada kewajiban puasa selain puasa Ramadhan.
-
Ia
membenarkan semua agama yang ada atau meragukan kekafiran dari agama- agama
selain Islam.
-
Ia
bersujud kepada berhala, matahari atau benda-benda ciptaan Alloh lainnya.
-
Ia
ikut beribadah menuju gereja-gereja bersama orang-orang dari golongan mereka
dan memakai pakaian seperti mereka.
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar