Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Menerima dan Membalas Kebaikan Orang Mu’min
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Hendaknya
kamu merasa sedih/resah/prihatin disebabkan bala/musibah atau naiknya harga-harga
yang menimpa kaum muslimin. Menujulah kamu kepada Alloh degan berdoa, agar Alloh
mengangkat bala/musibah dan hendaknya menerima semua itu dengan ikhlas, jangan
mengeluh dan jangan membanding-bandingkan dengan orang yang tidak beriman yang
tidak mendapatkan bala/musibah. Serahkan semuanya kepada Alloh, karena kita
tidak mengetahui rahasia/hikmah dari bala/musibah yang terjadi.
Dalam
sebuah hadist Rasululloh bersabda: “Siapa orang yang tidak merasa resah/
gelisah dengan kesusahan yang menimpa orang muslim maka ia bukan termasuk
golongan kami.”
Perumpamaan
orang muslim dalam kecintaan/kesayangan kepada sesama muslim sebagaimana
perumpamaan 1 badan. Bila 1 anggota badan mengalami sakit, maka anggota badan
yang lain juga akan merasakan sakit pula. Misalnya bila gigi sedang sakit, maka
mata sulit untuk terpejam, kepala menjadi pusing dan anggota badan yang lain
juga ikut merasakan sakit.
Rasululloh
bersabda:
“Bila memberikan kepada kamu seorang
mu’min kebaikan, maka balas pemberian itu dengan menerima, menghargai, dan
mensyukuri pemberian itu dan balas kebaikannya itu dengan yang lebih baik
lagi.” “Saling memberi hadiah akan saling cinta-mencintai.”
Jika
kamu tidak mampu membalas kebaikan yang orang lain berikan atau ia terbilang
dari orang yang tidak mau menerima imbalan, maka doakan dia. Siapa orang yang
berbuat kebaikan kepada kamu satu kebaikan maka balas itu kebaikan, bila kamu
tidak dapat membalasnya maka doakan dia, sehingga kamu mengetahui bahwa kamu
telah membalas kebaikannya dengan Alloh mengabulkan doamu.
Rasululloh
bersabda:
“Andaikata aku dihadiahkan/diundang makan
dengan sedikit daging anak sapi liar atau anak kuda, maka akan aku terima
hadiannya/ undangannya.” Dari hadist
ini Rasululloh menunjukkan bahwa ia tidak ingin mengecewakan orang yang memberi
hadiah atau mengundangnya, meskipun ia tidak suka dengan hadiah atau suguhan
yang diberikan kepadanya.
Siapa
orang yang mengucapkan: “Jazakaullah Khoiron Katsiro” (Semoga Alloh membalas
kebaikanmu), sesungguhnya ia telah sampai pada puncak pujian.
Jangan
kamu sekali-kali membuat luka hati seorang muslim. “Melukai hati seorang muslim dosanya lebih besar dari pada
menghancurkan 60 Ka’bah” (hadist).
Dengan jalan kamu menolak kebaikan yang diberikan oleh orang mu’min karena
kesombongan. Padahal kamu mengetahui bahwa pada hakekatnya pemberian yang
diberikannya adalah berasal dari Alloh, ia hanya sebagai perantara yang Alloh
tundukan ia punya kaki dan dia orang yang Alloh paksa untuk datang kepadamu.
Dalam
sebuah Hadist Rasululloh bersabda: “Siapa orang yang datang padanya sesuatu
yang tanpa ia minta dan jiwanya tidak mengharapkan sesuatu pemberian, kemudian
kamu menolaknya, maka pada hakekatnya ia telah menolak pemberian Alloh.”
Dalam
menolak pemberian orang itu ada penyakit hati yang besar, yaitu kesombongan.
Pada umumnya orang diberi watak/naluri akan mengagungkan atau menganggap
waro’/zuhud dari orang yang menolak pemberian orang lain. Sebagian ahli ibadah
ada yang terdorong untuk menolak pemberian orang untuk menampakkan bahwa ia
ahli zuhud. Karena ia menginginkan kedudukan/ kehormatan disisi mereka, padahal
ia butuh dengan pemberian itu. Sebagian orang yang kwalitas keimanannya sudah
tinggi, ia menerima semua pemberian dan secara sembunyi-sembunyi diberikan lagi
kepada orang lain (disedekahkan).
Terkadang
Wajib atau Sunnah bagi kita untuk menolak pemberian orang lain, diantaranya
adalah:
Ø Orang yang
membawakan kepada kita sesuatu yang kamu ketahui/sangka dengan alamat yang kuat
bahwa makanan atau benda yang dibawanya itu adalah makanan haram atau berasal
dari uang yang haram.
Ø Datang kepada
kita orang yang membawa zakat, karena ia menduga bahwa kita termasuk orang yang
berhaq menerima zakat. Maka tolak itu pemberian atau jika ia memaksa maka
terima sebagai wakil untuk disalurkan kepada orang yang lebih berhaq
menerimanya.
Ø Orang yang
memberikan kepada kita adalah orang yang zholim (suka memalak/ merampas haq
orang), kita khawatir jika kita menerima pemberiannya maka kita akan
cinta/perhatian kepadanya. Dalam sebuah hadist Rasululloh bersabda: “Manusia
adalah budaq sahaya pada orang yang berbuat baik kepadanya.” Pada saatnya nanti kamu akan mencari
cara/upaya untuk dapat membela perilakunya yang tidak baik.
Ø Timbul
sangkaan yang kuat dalam hati kita, bila kita menerima pemberiannya, maka ia menjadi
tidak menerima nasehat-nasehat kamu yang baik-baik, maka tolak pemberiannya.
Ø Jika kamu
mengetahui maksud dari pemberiannya itu adalah untuk menyesatkan kita, maka
tolak itu pemberian. Dengan menerima pemberiannya nama kita akan menjadi
rusak/cacat. Dan dengan menerima pemberiannya maka kita khawatir akan membantu
dia dalam mengerjakan perbuatannya yang bathil.
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar