Jumat, 31 Juli 2015

TASAWUF - Menjauhi Sifat Sombong



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Menjauhi Sifat Sombong
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.




Hendaknya kamu bersifat rendah hati & tawadhu, itu terbilang dari sebagian ahlaq kaum mu’minin. Hendaknya kamu menjauhi dari sifat takabur, karena Alloh tidak suka dengan orang-orang yang bersifat takabur/sombong.

“Siapapun yang rendah hati, pasti Alloh angkat derajatnya. Dan siapa orang yang sombong, maka Alloh akan turunkan derajatnya.” (Hadist)
“Tidak akan masuk syurga seseorang yang dalam hatinya terdapat sifat sombong, walau hanya sebesar jaroh (biji sawi).”

Ada seorang sohabat yang bertanya kepada Rasululloh, bagaimana dengan orang yang selalu memakai pakaian yang bagus, apakah mereka dapat dikatakan sombong? Rasululloh menjawab: “Alloh bagus dan Alloh menyukai yang bagus-bagus.” Kesombongan bukan terletak dari pakaian, tetapi kesombongan adalah menolak kebenaran dan suka menghina orang.

Siapa orang yang memandang dirinya dengan pandangan yang tinggi (pintar, kaya, cantik dll.) dan memandang orang dengan pandangan yang rendah, maka ia terbilang orang yang sombong.

Hendaknya kita memandang lebih kepada orang lain, hal ini dapat menyingkirkan sifat sombong.
-        Bila engkau melihat orang yang masih kecil, maka katakan dalam hatimu: ia masih kecil belum ada dosa baginya, sedangkan aku telah banyak berbuat dosa/durhaka kepada Alloh.
-        Jika engaku melihat orang lebih tua, maka katakan dalam hatimu: ia telah beribadah cukup lama kepada Alloh, sedangkan aku masih sedikit ibadahnya kepada Alloh.
-        Melihat orang yang alim, maka katakan dalam hatimu: ia telah mendapatkan derajat yang tinggi disisi Alloh, sedangkan aku belum mencapainya, banyak yang ia ketahui, sedangkan sedikit sekali yang aku ketahui, sehingga mana mungkin aku mempunyai derajat yang melebihinya.
-        Melihat orang yang bodoh, maka katakan dalam hatimu: ia berbuat dosa/ durhaka kepada Alloh karena ketidak-tahuannya/ kebodohannya, sedangkan aku durhaka/berbuat dosa kepada Alloh dengan ilmuku.

Ciri-ciri orang yang rendah hati/tidak sombong:
-        Tidak mau menonjolkan diri (tidak senang dikenal orang). Terkadang orang bersikap aneh dan ganjil agar dinilai orang lain sebagai Waliyullah.
-        Cinta dan bergaul kepada orang fakir/miskin. Syaidina Hasan RA. (cucu Rasululloh) sedang berjalan mengendarai keledainya, di tepi jalan ia melihat seorang fakir sedang memunguti serpihan roti, beliau turun dari keledainya dan menjumpai orang fakir tersebut, beliau mengajak berbicara fakir tersebut sambil ikut memakan serpihan roti bersama si-fakir.
-        Menghormati haq-haq saudaranya semaksimal mungkin.
-        Menghargai orang yang melaksanakan tugasnya dan memaafkan orang yang melalaikan kewajibanya.

Adapun cirri-ciri orang sombong:
-        Senang maju di depan majlis, meskipun majlis telah penuh. Hendaknya ia sadar akan maqom/kedudukannya, bila bukan termasuk orang yang alim maka duduklah di tempat yang pantas untuk dirinya tanpa menyusahkan orang lain, tidak perlu maju dengan melangkahi orang lain.
-        Senang memuji dirinya sendiri.
-        Banyak bicara.
-        Senang membanggakan keturunannya, seperti keilmuannya dan kekayaannya. Habib Umar bin Segaf Assegaf berkata: Tidak datang hujan melainkan karena awan dan tidak datang ilmu melainkan dari kitab. Artinya: Orang tidak akan kaya hanya dari hasil warisan orang tuanya, tanpa ia mau berusaha keras untuk bekerja. Dan orang tidak akan menjadi pintar karena orang tuanya pintar, melainkan ilmu hanya dapat diperoleh dengan cara belajar.
-        Tidak mau memenuhi haq-haq saudaranya, tetapi suka menuntut haq-haqnya.


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar