Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Menjauhi Sifat Sombong
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Hendaknya
kamu bersifat rendah hati & tawadhu, itu terbilang dari sebagian ahlaq kaum
mu’minin. Hendaknya kamu menjauhi dari sifat takabur, karena Alloh tidak suka
dengan orang-orang yang bersifat takabur/sombong.
“Siapapun
yang rendah hati, pasti Alloh angkat derajatnya. Dan siapa orang yang sombong,
maka Alloh akan turunkan derajatnya.” (Hadist)
“Tidak
akan masuk syurga seseorang yang dalam hatinya terdapat sifat sombong, walau
hanya sebesar jaroh (biji sawi).”
Ada
seorang sohabat yang bertanya kepada Rasululloh, bagaimana dengan orang yang
selalu memakai pakaian yang bagus, apakah mereka dapat dikatakan sombong? Rasululloh
menjawab: “Alloh bagus dan Alloh menyukai yang bagus-bagus.” Kesombongan bukan
terletak dari pakaian, tetapi kesombongan adalah menolak kebenaran dan suka
menghina orang.
Siapa
orang yang memandang dirinya dengan pandangan yang tinggi (pintar, kaya, cantik
dll.) dan memandang orang dengan pandangan yang rendah, maka ia terbilang orang
yang sombong.
Hendaknya
kita memandang lebih kepada orang lain, hal ini dapat menyingkirkan sifat
sombong.
-
Bila
engkau melihat orang yang masih kecil, maka katakan dalam hatimu: ia masih
kecil belum ada dosa baginya, sedangkan aku telah banyak berbuat dosa/durhaka
kepada Alloh.
-
Jika
engaku melihat orang lebih tua, maka katakan dalam hatimu: ia telah beribadah
cukup lama kepada Alloh, sedangkan aku masih sedikit ibadahnya kepada Alloh.
-
Melihat
orang yang alim, maka katakan dalam hatimu: ia telah mendapatkan derajat yang
tinggi disisi Alloh, sedangkan aku belum mencapainya, banyak yang ia ketahui,
sedangkan sedikit sekali yang aku ketahui, sehingga mana mungkin aku mempunyai
derajat yang melebihinya.
-
Melihat
orang yang bodoh, maka katakan dalam hatimu: ia berbuat dosa/ durhaka kepada Alloh
karena ketidak-tahuannya/ kebodohannya, sedangkan aku durhaka/berbuat dosa
kepada Alloh dengan ilmuku.
Ciri-ciri
orang yang rendah hati/tidak sombong:
-
Tidak
mau menonjolkan diri (tidak senang dikenal orang). Terkadang orang bersikap
aneh dan ganjil agar dinilai orang lain sebagai Waliyullah.
-
Cinta
dan bergaul kepada orang fakir/miskin. Syaidina Hasan RA. (cucu Rasululloh)
sedang berjalan mengendarai keledainya, di tepi jalan ia melihat seorang fakir
sedang memunguti serpihan roti, beliau turun dari keledainya dan menjumpai
orang fakir tersebut, beliau mengajak berbicara fakir tersebut sambil ikut
memakan serpihan roti bersama si-fakir.
-
Menghormati
haq-haq saudaranya semaksimal mungkin.
-
Menghargai
orang yang melaksanakan tugasnya dan memaafkan orang yang melalaikan
kewajibanya.
Adapun
cirri-ciri orang sombong:
-
Senang
maju di depan majlis, meskipun majlis telah penuh. Hendaknya ia sadar akan
maqom/kedudukannya, bila bukan termasuk orang yang alim maka duduklah di tempat
yang pantas untuk dirinya tanpa menyusahkan orang lain, tidak perlu maju dengan
melangkahi orang lain.
-
Senang
memuji dirinya sendiri.
-
Banyak
bicara.
-
Senang
membanggakan keturunannya, seperti keilmuannya dan kekayaannya. Habib Umar bin
Segaf Assegaf berkata: Tidak datang hujan melainkan karena awan dan tidak
datang ilmu melainkan dari kitab. Artinya: Orang tidak akan kaya hanya dari
hasil warisan orang tuanya, tanpa ia mau berusaha keras untuk bekerja. Dan
orang tidak akan menjadi pintar karena orang tuanya pintar, melainkan ilmu
hanya dapat diperoleh dengan cara belajar.
-
Tidak
mau memenuhi haq-haq saudaranya, tetapi suka menuntut haq-haqnya.
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan
permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum,
terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar