Jumat, 31 Juli 2015

TASAWUF - Menghormati Ulama, Umaro dan Orang Tua



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Menghormati Ulama, Umaro dan Orang Tua
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Hendaknya kamu menghormati kaum muslimin (baik laki-laki ataupun perempuan), jangan hina kaum muslimin. Jangan kita merendahkan mereka karena melihat pakaian yang lusuh/kotor ataupun keadaan fisik mereka yang kurang enak dilihat, karena kita tidak mengetahui kemungkinan mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Alloh SWT., terutama sekali kepada orang-orang yang Alloh mulyakan seperti kaum ulama. Alloh menolak ahzab seratus rumah yang disekitarnya ada orang sholeh. (Hadist)

Ibnu Abbas berkata: “Bagi ulama ada derajat yang tingkatnya melebihi dari kaum muslimin yang biasa (tidak berilmu), jarak derajat seorang ulama dengan orang yang tidak berilmu sebanyak 700 derajat dan satu derajat jaraknya 500 tahun.”

Imam Gozali berkata: “Orang alim saat ia hidup kadang dilupakan orang, akan tetapi setelah ia wafat baru orang menyadari dan merasa kehilangan mereka karena belum sempat mengambil ilmu dari mereka.”

Rasululloh SAW. bersabda: “Ulama-ulama umatku kedudukannya lebih tinggi dari pada Nabi-nabi Bani Israil.”

Satu rokaat yang dikerjakan oleh orang alim lebih afdol nilainya bila dibandingkan dengan 1.000 rokaat yang dikerjakan oleh orang jahil (bodoh). Siapa orang yang meninggal dunia saat ia masih dalam keadaan menuntut ilmu, jarak dia dan Nabi-Nabi hanya 1 derajat. Terkadang orang yang sudah terkenal menjadi malu untuk menuntut ilmu, padahal kewajiban menuntut ilmu itu dari ayunan hingga liang kubur.

Imam Syafi’i dengan tawadhu (rendah hati) berkata: “Aku cinta dengan orang sholeh meskipun aku bukan termasuk orang sholeh. Semoga kecintaanku menjadi syafa’at untukku di akhirat kelak. Dan aku benci dengan orang yang suka berbuat maksiat, meskipun aku sama-sama suka berbuat maksiat.”

Mendengar perkataan gurunya yang tawadhu, maka Iman Ahmad bin Hambal berkata: “Engkau cinta dengan orang sholeh dan engkau bagian dari orang sholeh, dari engkau kelak syafaat akan kami dapatkan. Engakau benci dengan orang yang suka berbuat maksiat, semoga engkau dijauhi dari orang-orang yang suka berbuat maksiat.”

Setelah kewajiban menghormati ulama, maka kewajiban berikutnya adalah menghormati umaro (pemimpin), karena tanpa mereka kehidupan kita bisa kacau karena tidak ada hukum yang ditaati.

Siapa orang yang menghormati orang tua, maka dia akan dihormati saat ia memasuki usia tua. Orang yang manghormati orang tua, maka Alloh akan panjangkan umurnya sehingga saat dia tua akan ada orang yang menghormatinya. Suatu pekerjaan yang tidak menyertakan orang tua, maka tunggu akan kehancurannya. Jadikan mereka penasehat dalam suatu pekerjaan karena mereka telah banyak memperoleh pengalaman dari kehidupannya.

Bila kamu menakuti, mengejek, mengolok-olok orang tua atau memandang muslimin dengan pandangan penghinaan, itu merupakan ahlaq yang membawa kesialan dan pekerjaan yang tercela.

Dalam suatu hadist Rasululloh bersabda: “Tidak termasuk dalam golongan kami, orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan mengasihi yang lebih muda.”
Syaidina Ali mengamalkan ini hadist, dalam suatu riwayat saat beliau masih muda. Dalam riwayat tersebut disebutkan bahwa Syadina Ali sedang bergegas untuk menunaikan Shalat Subuh berjama’ah bersama Rasululloh, saat dia akan menuju ke masjid, dia melihat seorang kakek sedang berada di depannya, dia tidak berusaha mendahului orang tua tersebut, akan tetapi dia tetap berjalan di belakangnya. Setelah sampai di masjid ternyata orang tua tersebut tidak masuk ke masjid, melainkan hanya melewatinya, ternyata orang tua tersebut adalah seorang yahudi. Saat Syaidina Ali berada di dalam masjid, Syaidina Ali melihat Rasululloh dalam posisi ruku pada rakaat yang kedua, Syaidina Ali mengucapkan syukur dengan berkata: “Alhamdulillah aku masih dapat 1 rakaat berjama’ah”. Pada saat bangun dari ruku Rasululloh tidak mengucapkan: “Allohu Akbar” sebagimana biasanya, tetapi Rasululloh mengucapkan: “Samii Allohuliman Hamiddah” (Alloh mendengar orang yang memuji-Nya). Saat shalat Subuh telah selesai jama’ah yang lain bertanya kepada Rasululloh. Mereka bertanya mengapa Shalat Shubuh kali ini ruku keduanya begitu lama dan saat bangun dari ruku tidak mengucap “Allohu Akbar” seperti biasanya tetapi mengucapkan “Samii Allohuliman Hamiddah”. Rasululloh menjelaskan, bahwa saat ruku kedua Malaikat Jibril diperintahkan Alloh membentangkan sayapnya untuk  menahan rukuku dan Alloh memerintahkan aku untuk mengucapkan “Samii Allohuliman Hamiddah” saat bangkit dari ruku. Peristiwa ini terjadi karena ada seorang pemuda yang menghormati orang tua, yaitu Syaidina Ali Karma Allohu Wajhah.

“Cukuplah seseorang dikatakan jahat/tidak baik bila ia menghina saudaranya yang muslim.” (Hadist)


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar