Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Jujur Dalam Tutur Kata & Perbuatan
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Pengarang
Kitab (Al Habib Abdullah Al Haddad)
berkata: “Hendaknya kamu selalu benar dalam bertutur kata (tidak dusta) dan
menunaikan segala sesuatu yang engkau janjikan padanya.”
Syech Abdul
Qodir Al Jailani
berkata: “Aku dasari segala sesuatu yang benar dari tutur kataku.” Keutamaan
yang Alloh berikan dengan mengangkat Syech Abdul Qodir Al Jailani sebagai Wali
Qutub adalah karena sifat jujur yang dimilikinya.
Ada
suatu riwayat tentang kejujuran dari Syech Abdul Qodir Al Jailani:
Syech
Abdul Qodir Al Jailani (sebelum diangkat menjadi Wali Qutub) pada saat masih
muda ingin mengadakan perjalanan dari Makkah menuju negeri Bagdad (sekarang
dikenal dengan Negara Irak). Beliau dibekali oleh ibunya 1 uang dinnar (setara
dengan 4 gram emas), dan sebelum beliau berangkat ibunya berpesan kepadanya
agar ia selalu jujur dalam setiap tutur kata dan perbuatannya. Syech Abdul
Qodir Al Jailani berangakat bersama rombongan Arab Badui (Arab Gunung). Dalam
perjalanannya beliau dihadang oleh segerombolan perampok, seorang perampok
bertanya kepada Syech Abdul Qodir Al Jailani apa yang ia bawa? Dengan jujur
Syech Abdul Qodir Al Jailani mengatakan bahwa ia membawa 1uang dinnar. Perampok
tersebut kemudian membawa Syech Abdul Qodir Al Jailani kepada pimpinannya.
Pimpinan perampok bertanya kepada Syech Abdul Qodir Al Jailani: “Mengapa engkau
berkata jujur kepada kami, sedangkan engkau ketahui bahwa kami ini perampok?”
Syech Abdul Qodir Al Jailani berkata: “Aku takut mengingkari janjiku kepada
ibuku agar aku selalu berkata jujur.” Pimpinan perampok merasa kagum dengan
kejujuran Syech Abdul Qodir Al Jailani, kemudian pimpinan perampok berkata:
“Engkau takut mengingkari janjimu kepada ibumu, sedangkan aku begitu berani
mengingakari janji kepada Alloh, oleh karena itu saksikan atasmu bahwa saat ini
juga aku bertobat dari perbuatan maksiat yang pernah aku lakukan dengan engkau sebagai
perantaranya.” Kemudian pimpinan perampok memerintahkan anak buahnya untuk
mengembalikan semua hasil rampokkannya. Seluruh anak buah perampok juga
mengikuti jejak pimpinannya untuk melakukan tobat. Itulah efek dari kejujuran
seorang Syech Abdul Qodir Al Jailani dapat menjadikan segerombolan perampok
menjadi tobat karenanya.
Tentang
perbuatan jujur ada Qisoh lain dari Imam Al Bukhari. Dalam mengumpulkan Hadist
beliau mencari orang yang dapat meriwayatkan Hadist kepadanya. Pada saat menjumpai seseorang yang akan diambil Hadist
darinya, beliau melihat orang yang akan dijumpainya sedang berusaha memanggil
kudanya yang kabur, ia mengoyang-goyangkan kantung jubahnya seakan-akan kantong
jubanya berisi gandum untuk membujuk kudanya agar mau kembali, kudanya kemudian
terbujuk dan akhirnya kembali kepadanya, kemudian orang tersebut mengikat
kudanya. Setelah melihat kejadian tersebut Imam Al Bukhari bertanya kepada
orang tersebut, apakah benar dalam jubamu ada gandum? Orang tersebut menjawab,
tidak aku hanya membohongi agar kuda tersebut mau kembali kepadaku. Imam Al
Bukhari berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu bermaksud akan meriwayatkan
Hadist darimu, akan tetapi setelah melihat perbuatanmu yang berani membongi
kuda tersebut, maka aku urungkan niatku untuk meriwayatkan Hadist darimu.
Dengan binatang saja kamu telah berani berbohong, apalagi dengan manusia.”
Begitu
hati-hatinya seorang Imam Al Bukhari dalam memilih siapa yang akan meriwayatkan
Hadist kepadanya, tidak asal meriwayatkan saja. Beliau menyeleksi bukan hanya
isi Hadistnya saja, tetapi juga ahlak dari periwayat Hadist tersebut.
Membatalkan
janji dan berkata dusta termasuk dalam ciri-ciri dari orang munafik yang
lengkapnya ada 3 (tiga) yaitu:
1. Jika berkata
ia dusta/bohong
2. Jika berjanji
ia mengingkari
3. Jika
diamanahkan sesuatu ia khianat
Seseorang
bertanya kepada seorang ulama tentang hukum potong yang ia rasakan tidak adil.
Ia berkata kepada ulama tersebut: “Sesungguhnya tangan seseorang yang dipotong
tanpa dosa, maka orang yang memotongnya harus membayar denda sebanyak 500
dinnar. Sedangkan seorang pencuri yang mencuri hanya sebanyak setengah dinnar
(setara dengan 1 gram) harus dipotong tangannya. Ulama tersebut berkata:
“Tangan yang jujur dalam menyampaikan amanah maka dihargai, sehingga mahal nilai
tangan itu. Sedangkan tangan yang tidak amanah, maka nilainya menjadi rendah.”
Hendaknya
kamu berhati-hati dalam perbutan berdebat, karena sifat ini dapat membangkitkan
amarah di hati kita, hati jadi renggang dan menimbulkan permusuhan dan
kebencian. Apalagi debat yang dilandasi untuk mencari kemenangan bukan
kebenaran.
Jika
seseorang mendebat kamu dengan membawa kebenaran, maka hendaknya terima
kebenaran itu dengan sepenuh hati. Jika kita didebat oleh orang yang suka
berbuat maksiat, maka hendaknya jangan dilayani karena hal tersebut tidak ada
manfaatnya.
Tinggalkan
bergurau/bercanda. Jika sewaktu-waktu kamu bercanda dengan maksud untuk
menyenangkan orang muslim, maka katakan kebenaran (jangan berbohong/ berdusta)
dalam bergurau.
Baginda
Nabi juga mempunyai rasa humor, ada satu contoh gurauan Baginda Nabi kepada
seorang nenek. Ada seorang nenek yang menjumpai Nabi yang pada saat itu juga
kebetulan ada Aisyah RA., nenek tersebut meminta Nabi mendoakannya agar ia
dapat masuk syurga. Rasululloh berkata: “Di syurga tidak ada nenek-nenek.”
Setelah berkata tersebut Nabi bergegas menuju ke masjid, sekembalinya Nabi
kerumah, Aisah menceritakan bahwa nenek tersebut menangis mendengar perkataan
Nabi. Kemudian Rasululloh menjelaskan bahwa nantinya di Syurga memang tidak ada
nenek-nenek, karena mereka akan dikembalikan kembali menjadi muda.
Ada
contoh gurauan dari orang tua kita dahulu seperti: Ada seseorang yang berkata bahwa Ulama harus
disingkirkan dan tidak diperlukan lagi. Orang lain yang mendengarnya berkata
bahwa kita masih memerlukan bimbingan Ulama, padahal yang dimaksud dengan Ulama
oleh pembicara pertama adalah U-lama (huruf “oe”), bukan Ulama sebagai
pembimbing umat.
Ada
juga contoh gurauan: “Murtua harus dibuang, jangan disimpan di rumah. Yang
dimaksud orang tersebut adalah Mur yang sudah tua bukan Mertua (bukan orang tua
dari suami/istri kita).”
Jangan
kamu suka menjanjikan sesuatu bila tidak dapat memenuhi janjinya. Imam Ali
berkata: “Jangan katakan “La” setelah “Na’am”. Artinya: “Jangan katakan tidak
dapat membantu setelah sebelumnya mengatakan dapat membantu”. Lebih baik kita
katakan tidak dapat membantu tetapi saat pelaksanaannya kita datang membantu.
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar