Rabu, 15 Juli 2015

TASAWUF - Menghindari Perbutan Zholim



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Menghindari Perbutan Zholim
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


“Setiap muslim terhadap muslim lainnya haram menumpahkan darahnya, mengusik hartanya dan mengganggu kehormatannya.” (Hadist)
“Sejahat-jahatnya manusia adalah yang dijauhi manusia karena takut akan kejahatan lidahnya.” (Hadist)

“Dosa ghibah lebih dahsyat besarnya dari pada dosa zina.” (Hadist) Dosa zina hubungannya kepada Alloh, Alloh mempunyai sifat pemaaf, Alloh akan mengampuni hambanya yang benar-benar bertobat. Sedangkan dosa ghibah mempunyai sangkutan dengan manusia, menjadi sifat dasar manusia adalah sangat sulit untuk memberikan maaf.

Nabi Musa AS. berkata: “Siapa orang yang meninggal dunia dan ia sudah tobat dari dosa ghibah, maka ia orang terakhir masuk syurga. Dan siapa orang yang mati dan belum sempat tobat dari dosa ghibah, maka ia orang yang pertama masuk neraka jahanam.”

Diakhirat kelak ada seseorang yang merasa heran menerima catatan amal perbuatan baiknya begitu banyak, karena ia merasa tidak banyak berbuat amal sholeh. Kemudian ia bertanya kepada Alloh, Ya Alloh dari mana amal perbuatan baik yang begitu banyak yang ada dalam catatan amalku? Ada suara yang menjawab: catatan amal kebaikan itu adalah berasal dari orang-orang yang berbuat ghibah kepadamu sedangkan kamu tidak mengetahuinya.

Imam Syafi’i berkata: “Orang yang menjadi sahabat kita adalah bukan orang yang tersenyum dan merangkul kita saat bertemu, tetapi disaat kita tidak bersamanya ia akan mencaci dan menjelekkan kita.”

Ibnu Abbas RA. memandang cukup lama kearah Ka’bah, kemudian beliau berkata: “Alloh memulyakan kamu dan menghormati kamu, akan tetapi orang mu’min lebih mulia disisi Alloh dari pada kamu, maka menyakiti hati orang mu’min lebih besar dosanya dari pada menghancurkan 60 bangunan kamu.”

Perbuatan zholim membuat wajah kita gelap di akhirat, terutama berbuat zholim kepada sesama muslim. Alloh berfirman: “Aku haramkan perbuatan zholim atas diriKu, maka janganlah kamu saling berbuat zholim.

Qisoh: Di zaman Nabi Musa AS. ada seorang laki-laki yang miskin. Ia menafkahi anak istrinya dengan cara memancing ikan. Pada suatu hari ia mendapatkan ikan yang cukup besar, ia mempunyai niat akan menjualnya untuk dibelikan bahan makanan untuk anak istrinya. Akan tetapi di tengah jalan ia dihadang oleh seorang perampok yang bermaksud merebut ikan hasil pancingannya. Pemancing tersebut berusaha mempertahankan ikannya dengan sekuat tenaga (Orang yang mati dalam mempertahankan haq-nya jaminannya adalah mati syahid). Ternyata tenaga perampok lebih kuat darinya, perampok tersebut memukul pemancing dengan kayu dan berhasil merebut ikan. Dalam keadaan tidak berdaya pemancing tersebut berdoa kepada Alloh SWT.: “Ya Alloh Engkau ciptakan aku sebagai orang yang lemah dan Engkau ciptakan ia sebagai orang yang kuat. Ambilkan haq-ku atasnya, aku tidak sabar untuk menunggu balasannya di akhirat kelak, karena ia telah berbuat zholim atas diriku.” (Ia ingat akan janji Alloh SWT., bahwa Alloh akan  mengabulkan doa orang yang ter-zholimi).
Setelah berhasil merebut ikan dari si-pemancing, perampok tersebut membawa ikan hasil rampasan ke rumahnya dan menyuruh istrinya untuk memasak ikan tersebut. Setelah matang ikan disajikan di atas meja, saat perampok akan mengambil ikan yang sudah matang tersebut, ternyata ikan tersebut menggigit jari tangan perampok. Setelah digigit ikan, perampok tersebut merasakan badannya menjadi panas-dingin dan jari tangannya membengkak. Untuk menyembuhkan lukanya ia mendatangi seorang tabib/dokter. Berdasarkan hasil diagnosa dokter, ia harus memotong jarinya agar penyakitnya tidak menjalar kebagian tubuhnya yang lain. Setelah dokter memotong jarinya, sakitnya berpindah ke pergelangan tangannya, kemudian dokter menyarankan kembali memotong pergelangan tangannya. Setelah pergelangan tangannya di potong, sakitnya pindah lagi ke lengannya, akhirnya dokter memotong lengannya, demikian seterusnya. Dalam keadaan putus asa, ia berjalan tanpa tujuan sambil memohon kepada Tuhannya, agar dihentikan penderitaannya. Ia kemudian beristirahat di bawah pohon sampai tertidur, dalam tidurnya ada orang yang berkata kepadanya: “Sampai kapan kamu akan memotong anggota badanmu? Pergilah kamu kepada orang yang telah kamu Zholimi dan mintalah ridho darinya!” Perampok tersebut teringat akan perbuatan zholim yang telah dilakukannya kepada seorang pemancing ikan. Kemudian perampok tersebut berusaha mencari pemancing yang pernah ia zholimi. Setelah bertemu dengan pemancing tersebut ia meminta maaf sekaligus membayar ganti rugi atas ikan yang telah dirampasnya. Pemancing tersebut merasa senang menerima uang pengganti ikannya dan ia memaafkan perampok tersebut. Kemudian perampok tersebut pulang ke rumahnya dan bertobat dengan sebenar-benarnya tobat atas perbuatan zholim yang pernah dilakukannya. Alloh mengampuni dosanya dan saat ia bangun dari tidurnya, ia telah mendapatkan tangannya kembali utuh seperti semula.
Alloh berkata kepada Nabi Musa AS. : “Andaikan ia tidak meminta ridho kepada orang yang telah ia zholimi, maka Aku akan buat ia tersiksa meskipun ia panjang usianya.”

Orang yang paling pailit/bangkrut di akhirat kelak adalah orang yang membawa banyak amal kebaikan saat ia mati, tetapi disamping itu ia juga banyak berbuat zholim kepada orang lain. Sehingga amal kebaikannya habis diambil oleh orang-orang yang di zholiminya. Dan bila pahalanya telah habis, sedangkan masih ada orang yang di zhalimi belum mendapatkan balasannya, maka dosa orang yang di zhaliminya tersebut ditimpakan/ditambahkan atas dirinya.

Bila kamu pernah berbuat zholim kepada orang lain, maka beri kesempatan kepada orang yang pernah kamu zholimi untuk melakukan Qisos (membalas) atas perbuatan zholim yang pernah kamu lakukan.

Rasululloh di akhir hayatnya pernah meminta dilakukan Qisos atas dirinya. Ia bertanya kepada para Sohabat yang hadir, apakah ada yang pernah ia zholimi? (Rasululloh orang yang ma’sum/terpelihara dari dosa masih mau melakukan Qisos atas dirinya). Semua para sohabat tertunduk, terkecuali 1 orang yang bernama Ukasah, ia berdiri sambil berkata bahwa ia pernah di zholimi oleh Rasululloh dan ia menuntuk Qisos kepada Rasululloh. Sohabat yang lain sangat marah kepada Ukasah dan bersedia menggantikan Rasululloh untuk mendapatkan Qisos dari Ukasah. Rasululloh dengan bijak mencegahnya, kemudian ia bertanya kepada Ukasah, “Wahai Ukasah perbuatan zholim apa yang pernah aku lakukan terhadapmu?” Ukasah menjawab: “Aku pernah terkena cambukmu, mungkin saat itu kamu tidak sengaja melakukannya, tetapi cambukmu mengenai perutku ya Rasululloh.” Rasululloh kemudian memberikan cambuk kepada Ukasah, sambil berkata:  “Lakukan Qisos atas diriku wahai Ukasah.”  Ukasah berkata kembali kepada Rasululloh:  “Ya Rasululloh saat aku terkena cambukmu, aku dalam keadaan tidak memakai baju, maka aku minta bukalah bajumu Ya Rasululloh.”  Sohabat yang lain bertambah marah kepada Ukasah, tetapi Rasululloh kembali menenangkannya. Kemudian Rasululloh membuka bajunya sesuai permintaan Ukasah, terlihatlah kulit Rasululloh yang begitu putih. Setelah melihat Rasululloh membuka bajunya, Ukasah bukannya mulai mencambuk tetapi ia malah membuang cambuknya dan memeluk Rasululloh dengan menempelkan kulit tubuhnya ke kulit tubuh Rasululloh. Ukasah berkata: “Wahai Rasululloh aku yakin akan masuk syurga, tetapi aku tidak yakin akan dapat bersamamu di syurga nanti.” Rasululloh berkata: “Bila kalian ingin melihat orang yang begitu cintanya kepadaku maka lihatlah Ukasah. Di syurga nanti kita akan dikumpulkan bersama-sama dengan orang yang dicintainya.”

Janganlah berbuat zholim seperti merebut tanah milik orang lain meskipun hanya sejengkal saja, karena dari tanah yang sejengkal tersebut kita harus mempertanggung-jawabkannya sedalam 7 lapis tanah kedalam bumi, betapa besar dosa yang harus ditanggungnya?


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar