Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Menghindari Perbutan Zholim
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
“Setiap
muslim terhadap muslim lainnya haram menumpahkan darahnya, mengusik hartanya
dan mengganggu kehormatannya.” (Hadist)
“Sejahat-jahatnya
manusia adalah yang dijauhi manusia karena takut akan kejahatan lidahnya.”
(Hadist)
“Dosa
ghibah lebih dahsyat besarnya dari pada dosa zina.” (Hadist) Dosa zina
hubungannya kepada Alloh, Alloh mempunyai sifat pemaaf, Alloh akan mengampuni
hambanya yang benar-benar bertobat. Sedangkan dosa ghibah mempunyai sangkutan
dengan manusia, menjadi sifat dasar manusia adalah sangat sulit untuk
memberikan maaf.
Nabi
Musa AS. berkata: “Siapa orang yang meninggal dunia dan ia sudah tobat dari
dosa ghibah, maka ia orang terakhir masuk syurga. Dan siapa orang yang mati dan
belum sempat tobat dari dosa ghibah, maka ia orang yang pertama masuk neraka
jahanam.”
Diakhirat
kelak ada seseorang yang merasa heran menerima catatan amal perbuatan baiknya
begitu banyak, karena ia merasa tidak banyak berbuat amal sholeh. Kemudian ia
bertanya kepada Alloh, Ya Alloh dari mana amal perbuatan baik yang begitu
banyak yang ada dalam catatan amalku? Ada suara yang menjawab: catatan amal
kebaikan itu adalah berasal dari orang-orang yang berbuat ghibah kepadamu
sedangkan kamu tidak mengetahuinya.
Imam
Syafi’i berkata: “Orang yang menjadi sahabat kita adalah bukan orang yang
tersenyum dan merangkul kita saat bertemu, tetapi disaat kita tidak bersamanya
ia akan mencaci dan menjelekkan kita.”
Ibnu
Abbas RA. memandang cukup lama kearah Ka’bah, kemudian beliau berkata: “Alloh
memulyakan kamu dan menghormati kamu, akan tetapi orang mu’min lebih mulia
disisi Alloh dari pada kamu, maka menyakiti hati orang mu’min lebih besar
dosanya dari pada menghancurkan 60 bangunan kamu.”
Perbuatan
zholim membuat wajah kita gelap di akhirat, terutama berbuat zholim kepada
sesama muslim. Alloh berfirman: “Aku haramkan perbuatan zholim atas diriKu,
maka janganlah kamu saling berbuat zholim.
Qisoh:
Di zaman Nabi Musa AS. ada seorang laki-laki yang miskin. Ia menafkahi anak
istrinya dengan cara memancing ikan. Pada suatu hari ia mendapatkan ikan yang
cukup besar, ia mempunyai niat akan menjualnya untuk dibelikan bahan makanan
untuk anak istrinya. Akan tetapi di tengah jalan ia dihadang oleh seorang
perampok yang bermaksud merebut ikan hasil pancingannya. Pemancing tersebut
berusaha mempertahankan ikannya dengan sekuat tenaga (Orang yang mati dalam mempertahankan haq-nya jaminannya adalah mati
syahid). Ternyata tenaga perampok lebih kuat darinya, perampok tersebut
memukul pemancing dengan kayu dan berhasil merebut ikan. Dalam keadaan tidak
berdaya pemancing tersebut berdoa kepada Alloh SWT.: “Ya Alloh Engkau ciptakan
aku sebagai orang yang lemah dan Engkau ciptakan ia sebagai orang yang kuat.
Ambilkan haq-ku atasnya, aku tidak sabar untuk menunggu balasannya di akhirat
kelak, karena ia telah berbuat zholim atas diriku.” (Ia ingat akan janji Alloh
SWT., bahwa Alloh akan mengabulkan doa
orang yang ter-zholimi).
Setelah
berhasil merebut ikan dari si-pemancing, perampok tersebut membawa ikan hasil
rampasan ke rumahnya dan menyuruh istrinya untuk memasak ikan tersebut. Setelah
matang ikan disajikan di atas meja, saat perampok akan mengambil ikan yang
sudah matang tersebut, ternyata ikan tersebut menggigit jari tangan perampok.
Setelah digigit ikan, perampok tersebut merasakan badannya menjadi panas-dingin
dan jari tangannya membengkak. Untuk menyembuhkan lukanya ia mendatangi seorang
tabib/dokter. Berdasarkan hasil diagnosa dokter, ia harus memotong jarinya agar
penyakitnya tidak menjalar kebagian tubuhnya yang lain. Setelah dokter memotong
jarinya, sakitnya berpindah ke pergelangan tangannya, kemudian dokter
menyarankan kembali memotong pergelangan tangannya. Setelah pergelangan
tangannya di potong, sakitnya pindah lagi ke lengannya, akhirnya dokter
memotong lengannya, demikian seterusnya. Dalam keadaan putus asa, ia berjalan
tanpa tujuan sambil memohon kepada Tuhannya, agar dihentikan penderitaannya. Ia
kemudian beristirahat di bawah pohon sampai tertidur, dalam tidurnya ada orang
yang berkata kepadanya: “Sampai kapan kamu akan memotong anggota badanmu?
Pergilah kamu kepada orang yang telah kamu Zholimi dan mintalah ridho darinya!”
Perampok tersebut teringat akan perbuatan zholim yang telah dilakukannya kepada
seorang pemancing ikan. Kemudian perampok tersebut berusaha mencari pemancing
yang pernah ia zholimi. Setelah bertemu dengan pemancing tersebut ia meminta
maaf sekaligus membayar ganti rugi atas ikan yang telah dirampasnya. Pemancing
tersebut merasa senang menerima uang pengganti ikannya dan ia memaafkan
perampok tersebut. Kemudian perampok tersebut pulang ke rumahnya dan bertobat
dengan sebenar-benarnya tobat atas perbuatan zholim yang pernah dilakukannya. Alloh
mengampuni dosanya dan saat ia bangun dari tidurnya, ia telah mendapatkan
tangannya kembali utuh seperti semula.
Alloh
berkata kepada Nabi Musa AS. : “Andaikan ia tidak meminta ridho kepada orang yang
telah ia zholimi, maka Aku akan buat ia tersiksa meskipun ia panjang usianya.”
Orang
yang paling pailit/bangkrut di akhirat kelak adalah orang yang membawa banyak
amal kebaikan saat ia mati, tetapi disamping itu ia juga banyak berbuat zholim
kepada orang lain. Sehingga amal kebaikannya habis diambil oleh orang-orang
yang di zholiminya. Dan bila pahalanya telah habis, sedangkan masih ada orang
yang di zhalimi belum mendapatkan balasannya, maka dosa orang yang di
zhaliminya tersebut ditimpakan/ditambahkan atas dirinya.
Bila
kamu pernah berbuat zholim kepada orang lain, maka beri kesempatan kepada orang
yang pernah kamu zholimi untuk melakukan Qisos (membalas) atas perbuatan zholim
yang pernah kamu lakukan.
Rasululloh
di akhir hayatnya pernah meminta dilakukan Qisos atas dirinya. Ia bertanya
kepada para Sohabat yang hadir, apakah ada yang pernah ia zholimi? (Rasululloh orang yang ma’sum/terpelihara
dari dosa masih mau melakukan Qisos atas dirinya). Semua para sohabat tertunduk,
terkecuali 1 orang yang bernama Ukasah, ia berdiri sambil berkata bahwa ia
pernah di zholimi oleh Rasululloh dan ia menuntuk Qisos kepada Rasululloh.
Sohabat yang lain sangat marah kepada Ukasah dan bersedia menggantikan Rasululloh
untuk mendapatkan Qisos dari Ukasah. Rasululloh dengan bijak mencegahnya,
kemudian ia bertanya kepada Ukasah, “Wahai Ukasah perbuatan zholim apa yang
pernah aku lakukan terhadapmu?” Ukasah menjawab: “Aku pernah terkena cambukmu,
mungkin saat itu kamu tidak sengaja melakukannya, tetapi cambukmu mengenai
perutku ya Rasululloh.” Rasululloh kemudian memberikan cambuk kepada Ukasah,
sambil berkata: “Lakukan Qisos atas
diriku wahai Ukasah.” Ukasah berkata
kembali kepada Rasululloh: “Ya Rasululloh
saat aku terkena cambukmu, aku dalam keadaan tidak memakai baju, maka aku minta
bukalah bajumu Ya Rasululloh.” Sohabat
yang lain bertambah marah kepada Ukasah, tetapi Rasululloh kembali
menenangkannya. Kemudian Rasululloh membuka bajunya sesuai permintaan Ukasah,
terlihatlah kulit Rasululloh yang begitu putih. Setelah melihat Rasululloh
membuka bajunya, Ukasah bukannya mulai mencambuk tetapi ia malah membuang
cambuknya dan memeluk Rasululloh dengan menempelkan kulit tubuhnya ke kulit
tubuh Rasululloh. Ukasah berkata: “Wahai Rasululloh aku yakin akan masuk
syurga, tetapi aku tidak yakin akan dapat bersamamu di syurga nanti.” Rasululloh
berkata: “Bila kalian ingin melihat orang yang begitu cintanya kepadaku maka
lihatlah Ukasah. Di syurga nanti kita akan dikumpulkan bersama-sama dengan
orang yang dicintainya.”
Janganlah
berbuat zholim seperti merebut tanah milik orang lain meskipun hanya sejengkal
saja, karena dari tanah yang sejengkal tersebut kita harus
mempertanggung-jawabkannya sedalam 7 lapis tanah kedalam bumi, betapa besar
dosa yang harus ditanggungnya?
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar