Jumat, 31 Juli 2015

TASAWUF - Harapan dan Rasa Takut Kepada Alloh



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Harapan dan Rasa Takut Kepada Alloh
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Hendaknya kamu memperbanyak rasa harap (Rojaa) dari Rahmat dan ampunan serta rasa takut (Khof) kepada Alloh, karena keduanya adalah buah keyakinan yang paling mulia. Dan Alloh telah mensifatkan dengan keduanya (Rojaa & Khof) kepada hamba-hambanya yang terdahulu, yaitu para anbiya dan para sholihin.

Dalam sebuah Hadist Qudsyi, Rasululloh bersabda: “AKU (kata Alloh) ini berada dalam sangkaan hamba-KU. Hendaknya sangkaan hamba-KU apa yang menjadi harapannya.”

Alloh berfirman: “Demi keperkasaan-KU, AKU tidak akan menghimpun atas 2 rasa aman dan 2 rasa takut di dunia dan di akhirat.”  Jika ia merasa aman dengan ahzab di dunia (sehingga ia menjadi berani untuk berbuat maksiat), maka AKU akan bangkitkan ia dalam keadaan takut. Jika ia merasa takut di alam dunia, (sehingga ia merasa takut untuk berbuat maksiat), maka AKU akan berikan rasa aman saat ia dibangkitkan.

Nabi Daud AS. terkadang minum bercampur dengan air matanya karena seringnya ia menangis. Dari karena seringnya menangis pula hingga menumbuhkan rumput-rumput dan ada bekas jalan air mata di wajahnya. Dalam syariat yang dibawa Nabi Daud AS., membolehkan seseorang meminta menceraikan istrinya apabila ada seseorang yang menginginkan istrinya. Meskipun hal tersebut dibolehkan dalam syariat yang dibawa Nabi Daud AS. dan merupakan perintah dari Alloh, karena dari perempuan tersebut akan lahir Nabi Sulaiman AS.,  akan tetapi ia merasa telah berbuat suatu kesalahan. Nabi Daud AS. tidak pernah tertawa dan tidak pernah memandang langit, karena takutnya kepada Alloh.

Syaidina Umar RA. Berkata: “Seandainya nanti ada suara yang memerintahkan semua orang untuk masuk ke dalam syurga kecuali satu orang, maka aku takut akulah yang satu orang itu. Dan seandainya nanti ada suara yang memerintahkan semua orang untuk masuk ke dalam neraka kecuali satu orang, maka aku takut aku bukan orang yang satu itu.”

Syaidina Bassry berkata: “Nanti ada seseorang yang dapat keluar dari neraka jahanam setelah di siksa selama 1.000 tahun, mudah-mudahan aku adalah orang tersebut.”

Ada seorang ulama berkata kepada seekor anjing: “Andaikan aku nanti dapat selamat melewati Jembatan Sirrattol Mustaqiem, maka aku mungkin lebih mulia dari kamu (anjing). Akan tetapi jika nanti aku tidak selamat melewati Jembatan Sirrattol Mustaqiem, maka tentunya kamu (anjing) lebih mulia dari pada aku.”

Orang yang mempunyai sifat Rojaa dia akan bersegera-segera dalam berbuat kebaikan-kebaikan, tidak menunda-nunda dan sangat menjaga dari perbuatan-perbuatan toat, tidak ada perbutan toat yang luput darinya. Karena toat adalah suatu jalan menuju kepada ridho Alloh. Ia mempunyai keyakinan bahwa Alloh tidak butuh kepada semua mahluknya.

Buah dari sifat Khof (rasa takut) adalah menghindari/sangat berhati-hati dari perbuatan maksiat. Maksiat adalah jalan yang dapat menyampaikan orang pada siksa Alloh.

Semua Rojaa (harapan) yang tidak mendorong orang untuk berbuat toat dan semua Khof (takut) yang tidak mendorong orang untuk meninggalkan maksiat. Maka keduanya tertanam di hati yang tidak ada hasilnya/faedahnya, hanya sahwat semata.

Rasululloh ditanya oleh seorang Aroby: “Siapa orang yang akan menangani/menghisab semua mahluk di akhirat kelak?”  Rasululloh menjawab: “Alloh-lah yang akan menghisab semua mahluknya.”  Aroby berkata lagi: “Apakah tidak ada orang lain yang membantunya?”  Rasululloh menjawab: “Tidak, hanya Alloh saja yang menghisab seluruh mahluknya.”  Mendengar perkataan Rasululloh, Aroby tersebut tersenyum. Rasululloh merasa heran, lalu bertanya: “Mengapa engkau malah tertawa mendengar jawabanku.”  Aroby menjawab: “Alloh Maha Karim, Alloh akan memberikan ampunan di saat ada keluasan bagi-Nya untuk berbuat.”  Mendengar jawaban Aroby, Rasululloh tersenyum, Rasululloh berkata: “Alloh memang Maha Karim, Kasih Sayang dan Rahmatnya begitu luas.”

Akan tetapi jangan menjadikan kasih sayang dan rahmat Alloh, menjadikan kita lalai dan terbuai untuk terus melakukan perbuatan maksiat dan menjauh dari perbutan toat.

Menurut Hb. Abdullah Al Haddad, manusia dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1.    Golongan Manusia Yang Kembali kepada Tuhannya.Telah hilang kegelapan yang disebabkan syahwat nafsunya berganti dengan pancaran cahaya karena dekat dan toatnya kepada Alloh. Sehingga tidak ada kenikmatan hidup di dunia ini kecuali saat bermunajat kepada Alloh. Tidak ada kesenangan/ kenikmatan kecuali bila ia berhubungan dengan Alloh dengan cara beribadah kepada Alloh. Orang yang biasa beribadah di malam hari, terasa lebih lezat dari nikmatnya orang yang bermain di tempat yang disenanginya. Orang yang biasa mengaji, lebih senang duduk di tempat pengajian dibandingkan dengan tempat yang membutnya lalai kepada Alloh.
Jika kamu tidak bisa menjadi orang alim, maka hendaknya kamu mendekati perilaku mereka.
Ada seorang Sholeh berkata: “Andaikata tidak ada Sunnah Shalat Malam, maka tidak ada keinginanku hidup di alam dunia.”
Orang yang masuk dalam golongan ini dianjurkan merubah Rojaa (Harapan) & Khof (Rasa Takut) menjadi kerinduan dan kecintaan kepada Alloh.

2.    Golongan Manusia yang tidak merasa aman atas dirinya, ia takut nantinya menjadi malas untuk beribadah. Ia takut dirinya nanti lebih cendrung pada hal-hal yang Alloh haramkan. Orang semacam ini seharusnya menyelaraskan/ menyeimbangkan antara Khof dan Rojaa, sehingga antara Khof & Rojaa menjadi seperti sayap burung yang seimbang untuk terbang.
Rasululloh bertanya kepada Malaikat Jibril: “Aku melihat Mikail tidak pernah tertawa sama sekali.” Malaikat Jibril menjawab: “Sejak Alloh menciptakan Neraka Jahanam, ia tidak pernah terlihat tertawa lagi, ia takut menjadi salah satu penghuninya.”
“Apabila ditimbang dari seorang mu’min antara Khof & Rojaa-nya, maka akan terlihat seimbang atas Khof & Rojaa-nya.” (Hadist)

3.    Golongan Manusai yang mencampur-adukkan antara yang Halal dan yang Haram dan yang menguasai dirinya adalah lalai dari ibadah. Orang semacam ini layak atasnya mengunggulkan rasa takut (Khof) atas dirinya, sehingga ia menjadi takut akan berbuat maksiat, akan tetapi saat menjelang meninggal, maka perbanyaklah Rasa Rojaa (Harapan) di atas Khof (Rasa Takut).
“Jangan meninggal salah seorang diantara kamu melainkan dia membaguskan sangkaannya kepada Alloh.” (Hadist)

Nabi melihat seorang sohabat (Ibnu Zubaeir) yang sering terlihat tertawa pada setiap kesempatan. Nabi menasehati sohabat tersebut, bahwa Alloh menciptakan Syurga dan Neraka, setelah mendengar nasehat Baginda Nabi, sohabat tersebut  tidak pernah terlihat tertawa lagi hingga ia meninggal dunia.

Batasi oleh kamu Rojaa (Harapan) yang mutlak, tetapi tanamkan Rojaa yang dikaitkan/ disyaratkan dengan ibadah dan meninggalkan maksiat. Karena dengan Rojaa yang mutlak membuat orang menjadi lalai dalam beribadah dan menjadi mudah baginya untuk berbuat maksiat.

Jauhkan dari kamu sifat frustasi dari Rahmat Alloh, sebesar apapun dosa kita jangan putus asa dari Rahmat dan Ampunan Alloh. Karena dari pandangan Alloh dosa-dosa besar itu sama dengan dosa-dosa kecil. Akan tetapi jangan pula merasa aman dengan dosa-dosa yang kita perbuat. Tidak ada orang yang merasa aman dari ahzab Alloh kecuali orang-orang yang merugi. Dalam sebuah ayat Al Qur’an Alloh  berfirman: “Tidak ada orang yang putus asa dari Rahmat Alloh terkecuali orang-orang kafir.”

Frustasi dan putus asa adalah suatu ungkapan dari pada semata-matanya rasa takut di hati dan tidak adanya harapan sama sekali dari Rahmat Alloh. Sedangkan merasa aman dari ahzab Alloh adalah suatu ungkapan dari kosongnya harapan (Rojaa), sehingga berani baginya terus melakukan perbuatan maksiat.

Orang yang putus asa dari Rahmat Alloh dan merasa aman dari ahzab Alloh adalah orang yang tidak mengenal Alloh, dia pasti akan terjerembab dari meninggalkan toat kepada Alloh dan mengerjakan maksiat.

Rasululloh selalu membaca doa: “Yaa muqallibal quluubi sabbit qalbii ‘ala diinika.” 
Artinya: “Ya Alloh, Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu.”  (H.R. Tirmizi)
Sohabat Rasululloh merasa heran, karena Rasululloh merasa takut hatinya berubah, Rasululloh menjawab: “Aku berada diantara 2 jari-jari Alloh, yang sangat mudah bagi-Nya untuk membolak-balikan hatiku.”

Alloh menjamin Islam tetap ada di dunia ini sampai hari Qiamat, akan tetapi Alloh tidak menjamin Iman akan tetap berada dalam dada kita. Kita jangan merasa aman bahwa iman akan tetap ada di hati kita, jangan sampai pada akhir hidup kita, Alloh membalikan hati kita menjadi kafir, naauzuubillahi minnzallik….
Bila kita tidak mensyukuri ni’mat Iman yang ada dalam hati kita dengan selalu mengerjakan perbuatan toat dan menjauhi perbuatan maksiat, maka jangan sesali bila pada akhirnya Alloh cabut ni’mat Iman yang ada pada hati kita, yang pada akhirnya kita mati dalam keadaan kafir, sungguh sangat mudah bagi Alloh melakukan itu semua.

Nabi Yusuf AS. selalu berdoa:  “Allohumma tawaffana muslimiina waahyiinna muslimiina waalhiqnaa bishoolihiina goyro khozaayaa walaanaadimiina walaamaftuuniina birohmatika yaa arhamaarrohimiina.”
Artinya:  “Yaa Alloh matikan kami dalam keadaan Islam dan hidupkan kami dalam keadaan Islam dan kumpulkan kami bersama orang-orang sholeh, tidak ada kesedihan, tidak ada penyesalan dan tidak ada kebinasaan dengan Rahmat –Mu Yang Maha Pengasih.”

Orang yang sudah frustasi tidak mengerjakan toat kepada Alloh, karena ia berpendapat bahwa toatnya tersebut tidak membawa manfaat baginya. Sedangkan orang yang merasa aman dari ahzab Alloh, karena ia merasa bahwa maksiat yang dikerjakannya tidak akan membahayakannya. Padahal sesungguhnya maksiat adalah awal dari ke-kufur-an.

Sesaat setelah anak Rasululloh yang bernama Ibrahim dikuburkan. Rasululloh mengucapkan talqin (ini sebagai dalil bahwa Rasululloh pun mentalqinkan anaknya saat setelah dikuburkan): “Wahai anakku apabila nanti datang malaikat bertanya kepadamu, katakanlah padanya: Allohu Robbi, Rasulullohu Abbi, Islami dinni.”
Setelah selesai mengucapkan talqin, Rasululloh melihat kebelakang, Rasululloh melihat  Syaidina Umar sedang berusaha keras menahan tangis, Rasululloh bertanya: “Apa yang membuatmu menangis wahai Umar?” Syaidina Umar menjawab: “Anakmu masih kecil, ia belum baliq, catatan amalnya belum berjalan, ia belum ada dosa, sungguh belum memerlukan talqin baginya, sedangkan aku catatan amalku sudah berjalan dan tidak ada orang yang mulia sepertimu yang akan mentalqinkan aku.”
Dari sebab peristiwa tersebut turunlah ayat Al Qur’an: “….Alloh akan mengkokohkan keimanan orang muslim dan akan menyesatkan orang kafir…..”

Hati-hati oleh kamu dari pada angan-angan mendapatkan ampunan Alloh yang pada akhirnya malah memutuskan ampunan Alloh. Yaitu apa yang kamu dengar dari lidah-lidah sekelompok golongan orang yang tertipu yang berhujjah/ berdalil/ ber-argument bahwa sesungguhnya:
-        Alloh akan mengampuni baik dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya Alloh tidak butuh dengan amal-amal kita.
-        Tidak ada keuntungan atau kerugian yang Alloh terima dari amal-amal yang kita kerjakan.
-        Gudang-gudang Alloh penuh denga Rahmat Alloh, Rahmat Alloh akan mencukupi seluruh makhluk-makhluknya.
-        Maksiat yang kita lakukan tidak membuat Alloh menjadi susah.
-        Ibadah yang kita lakukan tidak menjadikan Alloh menjadi mulia atau bertambah mulia.
Perkataan yang mereka ucapkan dibarengi dengan terus melakukan perbuatan maksiat.

Syech Ibnu Jauzi berkata: “Orang yang mengharap ampunan Alloh tetapi tetap berbuat maksiat, seperti orang yang ingin memanen padi, tetapi tidak menanamnya. Atau bagai orang yang mengharapkan mempunyai anak, tetapi ia tidak menikah.”

Hadist Qudsy: “Sungguh orang yang kurang malu, orang yang mengharapkan Rahmat-Ku, tetapi ia kikir dalam berbuat toat kepada-Ku…..”

Seorang ulama berkata: “Kamu mau selamat dari murka Alloh, tetapi kamu tidak jalan melalui jalan yang telah Alloh tentukan.”



CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar