Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Harapan dan Rasa Takut Kepada Alloh
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Hendaknya
kamu memperbanyak rasa harap (Rojaa) dari Rahmat dan ampunan serta rasa takut
(Khof) kepada Alloh, karena keduanya adalah buah keyakinan yang paling mulia.
Dan Alloh telah mensifatkan dengan keduanya (Rojaa & Khof) kepada
hamba-hambanya yang terdahulu, yaitu para anbiya dan para sholihin.
Dalam
sebuah Hadist Qudsyi, Rasululloh bersabda: “AKU
(kata Alloh) ini berada dalam sangkaan hamba-KU. Hendaknya sangkaan hamba-KU
apa yang menjadi harapannya.”
Alloh
berfirman:
“Demi keperkasaan-KU, AKU tidak akan
menghimpun atas 2 rasa aman dan 2 rasa takut di dunia dan di akhirat.” Jika ia merasa aman dengan ahzab di dunia
(sehingga ia menjadi berani untuk berbuat maksiat), maka AKU akan bangkitkan ia
dalam keadaan takut. Jika ia merasa takut di alam dunia, (sehingga ia merasa
takut untuk berbuat maksiat), maka AKU akan berikan rasa aman saat ia
dibangkitkan.
Nabi Daud AS. terkadang
minum bercampur dengan air matanya karena seringnya ia menangis. Dari karena
seringnya menangis pula hingga menumbuhkan rumput-rumput dan ada bekas jalan
air mata di wajahnya. Dalam syariat yang dibawa Nabi Daud AS., membolehkan
seseorang meminta menceraikan istrinya apabila ada seseorang yang menginginkan
istrinya. Meskipun hal tersebut dibolehkan dalam syariat yang dibawa Nabi Daud
AS. dan merupakan perintah dari Alloh, karena dari perempuan tersebut akan
lahir Nabi Sulaiman AS., akan tetapi ia
merasa telah berbuat suatu kesalahan. Nabi Daud AS. tidak pernah tertawa dan
tidak pernah memandang langit, karena takutnya kepada Alloh.
Syaidina Umar
RA.
Berkata: “Seandainya nanti ada suara yang
memerintahkan semua orang untuk masuk ke dalam syurga kecuali satu orang, maka
aku takut akulah yang satu orang itu. Dan seandainya nanti ada suara yang
memerintahkan semua orang untuk masuk ke dalam neraka kecuali satu orang, maka
aku takut aku bukan orang yang satu itu.”
Syaidina
Bassry berkata: “Nanti ada seseorang yang
dapat keluar dari neraka jahanam setelah di siksa selama 1.000 tahun,
mudah-mudahan aku adalah orang tersebut.”
Ada
seorang ulama berkata kepada seekor anjing: “Andaikan
aku nanti dapat selamat melewati Jembatan Sirrattol Mustaqiem, maka aku mungkin
lebih mulia dari kamu (anjing). Akan tetapi jika nanti aku tidak selamat
melewati Jembatan Sirrattol Mustaqiem, maka tentunya kamu (anjing) lebih mulia
dari pada aku.”
Orang
yang mempunyai sifat Rojaa dia akan bersegera-segera dalam berbuat
kebaikan-kebaikan, tidak menunda-nunda dan sangat menjaga dari
perbuatan-perbuatan toat, tidak ada perbutan toat yang luput darinya. Karena toat
adalah suatu jalan menuju kepada ridho Alloh. Ia mempunyai keyakinan bahwa Alloh
tidak butuh kepada semua mahluknya.
Buah
dari sifat Khof (rasa takut) adalah menghindari/sangat berhati-hati dari
perbuatan maksiat. Maksiat adalah jalan yang dapat menyampaikan orang pada
siksa Alloh.
Semua
Rojaa (harapan) yang tidak mendorong orang untuk berbuat toat dan semua Khof
(takut) yang tidak mendorong orang untuk meninggalkan maksiat. Maka keduanya
tertanam di hati yang tidak ada hasilnya/faedahnya, hanya sahwat semata.
Rasululloh
ditanya oleh seorang Aroby: “Siapa orang
yang akan menangani/menghisab semua mahluk di akhirat kelak?” Rasululloh menjawab: “Alloh-lah yang akan menghisab semua mahluknya.” Aroby berkata lagi: “Apakah tidak ada orang lain yang membantunya?” Rasululloh menjawab: “Tidak, hanya Alloh saja yang menghisab seluruh mahluknya.” Mendengar perkataan Rasululloh, Aroby
tersebut tersenyum. Rasululloh merasa heran, lalu bertanya: “Mengapa engkau malah tertawa mendengar
jawabanku.” Aroby menjawab: “Alloh Maha Karim, Alloh akan memberikan
ampunan di saat ada keluasan bagi-Nya untuk berbuat.” Mendengar jawaban Aroby, Rasululloh
tersenyum, Rasululloh berkata: “Alloh
memang Maha Karim, Kasih Sayang dan Rahmatnya begitu luas.”
Akan
tetapi jangan menjadikan kasih sayang dan rahmat Alloh, menjadikan kita lalai
dan terbuai untuk terus melakukan perbuatan maksiat dan menjauh dari perbutan
toat.
Menurut
Hb. Abdullah Al Haddad, manusia
dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Golongan
Manusia Yang Kembali kepada Tuhannya.Telah hilang kegelapan yang disebabkan
syahwat nafsunya berganti dengan pancaran cahaya karena dekat dan toatnya
kepada Alloh. Sehingga tidak ada kenikmatan hidup di dunia ini kecuali saat
bermunajat kepada Alloh. Tidak ada kesenangan/ kenikmatan kecuali bila ia
berhubungan dengan Alloh dengan cara beribadah kepada Alloh. Orang yang biasa
beribadah di malam hari, terasa lebih lezat dari nikmatnya orang yang bermain
di tempat yang disenanginya. Orang yang biasa mengaji, lebih senang duduk di
tempat pengajian dibandingkan dengan tempat yang membutnya lalai kepada Alloh.
Jika kamu tidak bisa menjadi orang
alim, maka hendaknya kamu mendekati perilaku mereka.
Ada seorang Sholeh berkata:
“Andaikata tidak ada Sunnah Shalat Malam, maka tidak ada keinginanku hidup di
alam dunia.”
Orang yang masuk dalam golongan ini
dianjurkan merubah Rojaa (Harapan) & Khof (Rasa Takut) menjadi kerinduan
dan kecintaan kepada Alloh.
2. Golongan
Manusia yang tidak merasa aman atas dirinya, ia takut nantinya menjadi malas
untuk beribadah. Ia takut dirinya nanti lebih cendrung pada hal-hal yang Alloh
haramkan. Orang semacam ini seharusnya menyelaraskan/ menyeimbangkan antara
Khof dan Rojaa, sehingga antara Khof & Rojaa menjadi seperti sayap burung
yang seimbang untuk terbang.
Rasululloh bertanya kepada Malaikat
Jibril: “Aku melihat Mikail tidak pernah tertawa sama sekali.” Malaikat Jibril
menjawab: “Sejak Alloh menciptakan Neraka Jahanam, ia tidak pernah terlihat
tertawa lagi, ia takut menjadi salah satu penghuninya.”
“Apabila ditimbang dari seorang
mu’min antara Khof & Rojaa-nya, maka akan terlihat seimbang atas Khof &
Rojaa-nya.” (Hadist)
3. Golongan
Manusai yang mencampur-adukkan antara yang Halal dan yang Haram dan yang
menguasai dirinya adalah lalai dari ibadah. Orang semacam ini layak atasnya
mengunggulkan rasa takut (Khof) atas dirinya, sehingga ia menjadi takut akan
berbuat maksiat, akan tetapi saat menjelang meninggal, maka perbanyaklah Rasa
Rojaa (Harapan) di atas Khof (Rasa Takut).
“Jangan meninggal salah seorang
diantara kamu melainkan dia membaguskan sangkaannya kepada Alloh.” (Hadist)
Nabi
melihat seorang sohabat (Ibnu Zubaeir) yang sering terlihat tertawa pada setiap
kesempatan. Nabi menasehati sohabat tersebut, bahwa Alloh menciptakan Syurga
dan Neraka, setelah mendengar nasehat Baginda Nabi, sohabat tersebut tidak pernah terlihat tertawa lagi hingga ia
meninggal dunia.
Batasi
oleh kamu Rojaa (Harapan) yang mutlak, tetapi tanamkan Rojaa yang dikaitkan/
disyaratkan dengan ibadah dan meninggalkan maksiat. Karena dengan Rojaa yang
mutlak membuat orang menjadi lalai dalam beribadah dan menjadi mudah baginya
untuk berbuat maksiat.
Jauhkan
dari kamu sifat frustasi dari Rahmat Alloh, sebesar apapun dosa kita jangan
putus asa dari Rahmat dan Ampunan Alloh. Karena dari pandangan Alloh dosa-dosa
besar itu sama dengan dosa-dosa kecil. Akan tetapi jangan pula merasa aman
dengan dosa-dosa yang kita perbuat. Tidak ada orang yang merasa aman dari ahzab
Alloh kecuali orang-orang yang merugi. Dalam sebuah ayat Al Qur’an Alloh berfirman: “Tidak ada orang yang putus asa
dari Rahmat Alloh terkecuali orang-orang kafir.”
Frustasi
dan putus asa adalah suatu ungkapan dari pada semata-matanya rasa takut di hati
dan tidak adanya harapan sama sekali dari Rahmat Alloh. Sedangkan merasa aman
dari ahzab Alloh adalah suatu ungkapan dari kosongnya harapan (Rojaa), sehingga
berani baginya terus melakukan perbuatan maksiat.
Orang
yang putus asa dari Rahmat Alloh dan merasa aman dari ahzab Alloh adalah orang
yang tidak mengenal Alloh, dia pasti akan terjerembab dari meninggalkan toat
kepada Alloh dan mengerjakan maksiat.
Rasululloh
selalu membaca doa: “Yaa
muqallibal quluubi sabbit qalbii ‘ala diinika.”
Artinya:
“Ya Alloh, Wahai Tuhan yang
membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu.” (H.R. Tirmizi)
Sohabat
Rasululloh merasa heran, karena Rasululloh merasa takut hatinya berubah,
Rasululloh menjawab: “Aku berada diantara
2 jari-jari Alloh, yang sangat mudah bagi-Nya untuk membolak-balikan hatiku.”
Alloh
menjamin Islam tetap ada di dunia ini sampai hari Qiamat, akan tetapi Alloh
tidak menjamin Iman akan tetap berada dalam dada kita. Kita jangan merasa aman
bahwa iman akan tetap ada di hati kita, jangan sampai pada akhir hidup kita,
Alloh membalikan hati kita menjadi kafir, naauzuubillahi
minnzallik….
Bila
kita tidak mensyukuri ni’mat Iman yang ada dalam hati kita dengan selalu
mengerjakan perbuatan toat dan menjauhi perbuatan maksiat, maka jangan sesali
bila pada akhirnya Alloh cabut ni’mat Iman yang ada pada hati kita, yang pada
akhirnya kita mati dalam keadaan kafir, sungguh sangat mudah bagi Alloh
melakukan itu semua.
Nabi Yusuf
AS. selalu berdoa: “Allohumma tawaffana muslimiina waahyiinna muslimiina
waalhiqnaa bishoolihiina goyro khozaayaa walaanaadimiina walaamaftuuniina
birohmatika yaa arhamaarrohimiina.”
Artinya: “Yaa Alloh
matikan kami dalam keadaan Islam dan hidupkan kami dalam keadaan Islam dan
kumpulkan kami bersama orang-orang sholeh, tidak ada kesedihan, tidak ada
penyesalan dan tidak ada kebinasaan dengan Rahmat –Mu Yang Maha Pengasih.”
Orang
yang sudah frustasi tidak mengerjakan toat kepada Alloh, karena ia berpendapat
bahwa toatnya tersebut tidak membawa manfaat baginya. Sedangkan orang yang
merasa aman dari ahzab Alloh, karena ia merasa bahwa maksiat yang dikerjakannya
tidak akan membahayakannya. Padahal sesungguhnya maksiat adalah awal dari
ke-kufur-an.
Sesaat
setelah anak Rasululloh yang bernama Ibrahim dikuburkan. Rasululloh mengucapkan
talqin (ini sebagai dalil bahwa Rasululloh
pun mentalqinkan anaknya saat setelah dikuburkan): “Wahai anakku apabila nanti datang malaikat bertanya kepadamu,
katakanlah padanya: Allohu Robbi, Rasulullohu Abbi, Islami dinni.”
Setelah
selesai mengucapkan talqin, Rasululloh melihat kebelakang, Rasululloh melihat Syaidina Umar sedang berusaha keras menahan
tangis, Rasululloh bertanya: “Apa yang
membuatmu menangis wahai Umar?” Syaidina Umar menjawab: “Anakmu masih kecil, ia belum baliq, catatan
amalnya belum berjalan, ia belum ada dosa, sungguh belum memerlukan talqin
baginya, sedangkan aku catatan amalku sudah berjalan dan tidak ada orang yang
mulia sepertimu yang akan mentalqinkan aku.”
Dari
sebab peristiwa tersebut turunlah ayat Al Qur’an: “….Alloh akan mengkokohkan keimanan orang muslim dan akan menyesatkan
orang kafir…..”
Hati-hati
oleh kamu dari pada angan-angan mendapatkan ampunan Alloh yang pada akhirnya
malah memutuskan ampunan Alloh. Yaitu apa yang kamu dengar dari lidah-lidah
sekelompok golongan orang yang tertipu yang berhujjah/ berdalil/ ber-argument bahwa
sesungguhnya:
-
Alloh
akan mengampuni baik dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil, karena
sesungguhnya Alloh tidak butuh dengan amal-amal kita.
-
Tidak
ada keuntungan atau kerugian yang Alloh terima dari amal-amal yang kita
kerjakan.
-
Gudang-gudang
Alloh penuh denga Rahmat Alloh, Rahmat Alloh akan mencukupi seluruh
makhluk-makhluknya.
-
Maksiat
yang kita lakukan tidak membuat Alloh menjadi susah.
-
Ibadah
yang kita lakukan tidak menjadikan Alloh menjadi mulia atau bertambah mulia.
Perkataan yang mereka ucapkan dibarengi
dengan terus melakukan perbuatan maksiat.
Syech
Ibnu Jauzi
berkata: “Orang yang mengharap ampunan Alloh
tetapi tetap berbuat maksiat, seperti orang yang ingin memanen padi, tetapi
tidak menanamnya. Atau bagai orang yang mengharapkan mempunyai anak, tetapi ia
tidak menikah.”
Hadist
Qudsy:
“Sungguh orang yang kurang malu, orang
yang mengharapkan Rahmat-Ku, tetapi ia kikir dalam berbuat toat kepada-Ku…..”
Seorang ulama berkata: “Kamu mau selamat dari murka Alloh, tetapi
kamu tidak jalan melalui jalan yang telah Alloh tentukan.”
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar