Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Adab Memberikan Nasehat
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Hendaknya
bila kamu ingin menasehati seseorang tentang suatu perkara hendaknya kamu
menyepi dari keramaian (bukan di muka umum), face to face sehingga ia tidak
merasa tersinggung, lemah-lembut dalam tutur kata. Jangan kamu langsung menuju
pada permasalahannya (blak-blakan/to the point) tetapi dengan cara isyarat,
bila dengan cara tersebut nasehat kita sudah dapat sampai.
Bila
orang yang kita nasehati berkata: “Siapa orang yang menyampaikan urusan ini
kepada kamu?” Maka jangan kamu beritahu, karena itu merupakan etika, agar kamu
tidak membangkitkan permusuhan antara yang memberitahu dan orang yang kita beri
nasehat.
Jika
ia menerima nasehat kita, maka bersyukurlah kepada Alloh dan jangan
menyombongkan diri. Jika ia tidak menerima nasehat kita, maka intropeksi diri
kita, bagaimana ia tidak dapat menerima nasehat kita? Mungkin ada kekurangan
dari diri kita, sehingga ia tidak dapat menerima nasehat kita.Salahkan kita
punya diri, kemungkinan ada adab-adab nasehat yang tidak kita jalankan.
Bila
seseorang menitipkan/mengamanahkan sesuatu kepada kita baik berupa barang, uang
ataupun sekedar salam. Maka hendaknya kamu jaga itu titipan melebihi dari harta
yang kamu miliki. Hendaknya kamu tunaikan itu amanah, jangan kita hianati.
Satu-satunya ayat yang turun saat Nabi berada dalam Ka’bah adalah ayat tentang
menjaga amanah. Sedangkan ayat yang lainnya Nabi menerimanya di luar Ka’bah,
ini menunjukkan betapa pentingnya ayat tersebut.
Ada
suatu Qisoh tentang seseorang yang menjaga amanah. Ada seorang laki-laki yang
hendak menunaikan ibadah haji, sebelum ia berangkat, ada salah seorang yang
tidak pergi haji menitipkan salam kepada Baginda Rasululloh. Akhirnya laki-laki
tersebut berangakat bersama rombongan, tempat yang pertama dituju adalah
Madinah. Setelah bertemu dengan Rasululloh dan beribadah di sana, maka
rombongan melanjutkan kembali perjalanan menuju Makkah, setelah berjalan sejauh
kira-kira 4 marhalah, ia teringat dengan titipan salam temannya kepada Rasululloh
yang belum ia sampaikan. Untuk memenuhi amanah tersebut, maka ia bermaksud
kembali ke Madinah seorang diri, ia menitipkan barang bawaannya kepada rombongan.
Setelah sampai di Madinah ia menjumpai Rasululloh dan menyampaikan salam dan
permohonan doa dari temannya kepada Rasululloh. Setelah ia menunaikan amanahnya
ia bertanya kepada seseorang, kapan ada rombongan lagi yang akan berangkat ke
Makkah? Orang yang di tanya berkata, bahwa rombongan yang akan berangkat ke
Makkah berikutnya adalah 2 hari lagi. Ia bermaksud ikut dengan rombongan
berikutnya yang akan berangkat 2 hari lagi. Kemudian ia tertidur, dalam
tidurnya ia dipanggil oleh Rasululloh, “Wahai fulan siapa namamu?” Orang
laki-laki tersebut menjawab: “Namaku Abdul Khoir” Rasululloh berkata: “Tidak,
namamu adalah Abdul Wafa’ (Orang yang suka menyampaikan amanah). Kemudian Rasululloh
mendorong tubuhnya, dan setelah terbangun ia mendapati dirinya berada di
samping Ka’bah, sedangkan rombongan yang berangkat duluan belum sampai di
Makkah, sehingga ia yang menunggu rombongannya tersebut.
Itu
adalah Qisoh dari seseorang yang begitu menjaga amanah yang dititipkan
kepadanya meskipun amanah tersebut hanyalah sekedar salam, apalagi bila yang
diamanahkan kepada kita berupa uang atau barang, maka harus lebih berhati-hati
lagi dalam menjaganya.
Tidak
sempurna iman seseorang bila ia tidak menyampaikan amanah. Amanah adalah
intisarinya iman, sedangkan iman kedudukannya seperti hati di dalam badan.
Amanah
dan Rahim bergantungan di Arsh, keduanya berdoa. Amanah berdoa: “Ya Alloh aku
berlindung kepada Mu dari Khianat.” Sedangkan Rahim berdoa: “Ya Alloh aku
berlindung kepada Mu dari putusnya hubungan silaturahim.”
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar