Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Shodaqoh
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Hendaknya
kamu mengeluarkan Zakat Fitrah akan dirimu dan tiap-tiap orang yang wajib kamu
nafkahi seperti anak, istri, orang tua, pembantu dll. jika kamu mampu.
Hampir
semua orang tidak dapat lepas dari kewajiban mengeluarkan Zakat Fitrah. Seperti
yang diucapkan oleh Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad (Shohibul
Ratib), beliau berkata: “Hampir tidak mungkin dari tiap orang muslim dapat
terlepas dari kewajiban mengeluarkan Zakat Fitrah.” Misalkan orang yang tidak
mampu banyak menerima Zakat Fitrah dari orang lain, maka apabila sampai hari raya
Idul Fitri tiba ia mempunyai kelebihan bahan makanan untuk dimakan, maka disitu
ada kewajiban bagi dirinya untuk mengelurkan Zakat Fitrah.
Dalam
memberikan shodaqoh utamakan/dahulukan memberikannya kepada saudara atau
kerabat kita, dan khususkan kepada orang-orang yang baik-baik. Apa yang kita
keluarkan melalui shodaqoh pada hakekatnya tidak akan berkurang melainkan akan
bertambah, bertambah dan bertambah sesuai dengan sabda dari Baginda Nabi
Muhammad SAW.
Dan
hendaknya kamu bershodaqoh dari apa yang kamu sukai dan berat di hati kamu
untuk mengelurakannya dari harta kamu seperti uang, hewan ternak dll. Kamu
tidak akan mendapatkan pahala yang sempurna sebelum kamu dapat menginfaqkan/
menshodaqohkan dari harta kamu yang paling kamu sukai.
Terkadang
nafsu menghalangi kita untuk bershodaqoh. Dahulukan kepentingan orang lain dari
pada diri kita meskipun diri kita butuh, demikianlah ahlaq dari para sohabat Rasululloh
SAW. Sehingga kamu terbilang menjadi
orang-orang yang mut’taqien.
Sebagai
gambarannya ada satu qisoh bagaimana Syaidina Ali lebih mementingkan
kepentingan orang lain bila dibandingkan dengan kepentingan diri dan
keluarganya. Dirumah Syaidina Ali mempunyai lima orang yang harus ia nafkahi,
yaitu istrinya (Syaidatuna Fatimah), dua
anaknya (Syaidina Hasan dan Syaidina Husein), Harish dan pembantunya. Karena
tidak ada uang untuk membeli bahan makan, istrinya (SyaidatunaFatimah)
merelakan selendangnya untuk di jual, agar hasil penjualannya dapat digunakan
untuk membeli bahan makanan. Syaidina Ali
berangkat menuju pasar untuk menjual selendang Syaidatuna Fatimah,
selendang tersebut laku terjual seharga 6
dirham. Pada saat Syaidina Ali akan pulang ke rumah, beliau menjumpai orang
yang hampir mati karena kelaparan, tanpa berpikir panjang dan melupakan keadaan
keluarganya yang juga dalam kondisi kelaparan, beliau menyerahkan uang yang
hanya 6 dirham tersebut seluruhnya kepada orang yang hampir
mati karena kelaparan untuk dibelikan makanan. Kemudian Syaidina Ali kembali
melanjutkan perjalanannya menuju rumah, dalam perjalanan ia menjumpai seorang
lelaki yang sedang menuntun unta yang bagus, lelaki tersebut berkata: “Wahai
saudaraku apakah engkau ingin membeli untaku ini?” Syaidina Ali menjawab: “Ya,
akan tetapi saat ini aku tidak memiliki uang.” Orang lelaki tersebut berkata
kembali: “Aku jual unta ini kepadamu seharga 100 dirham dengan pembayaran
secara tempo, apabila engkau telah memiliki uang, baru engkau bayar kepadaku.”
Setelah ijab qobul penjualan unta tersebut, kemudian mereka berpisah. Syaidina
Ali kembali melanjutkan perjalanan, tak berapa lama beliau berjalan, beliau
berjumpa dengan seorang lelaki. Lelaki tersebut terlihat sangat tertarik dengan
unta yang sedang dibawa oleh Syaidina Ali. Lelaki tersebut berkata: “Wahai
saudaraku apakah engkau ingin menjual unta ini?” Syaidina Ali menjawab: “Ya.”
Kemudian lelaki tersebut bertanya: “Berapa kamu membeli unta ini?” Syaidina Ali
menjawab: “Aku membelinya seharga 100
dirham” (Disini terlihat kejujuran Syaidina Ali, apabila kita sebagai
pedagang sanggupkah kita berkata jujur seperti itu?) Kemudian lelaki tersebut
berkata: “Baiklah unta ini aku beli darimu seharga 160 dirham.” Setelah menerima uang pembayaran, Syaidina Ali kembali
meneruskan perjalanan, tidak berapa jauh kemudian ia kembali berjumpa dengan
orang yang menjual unta kepadanya. Lelaki tersebut berkata: “Wahai saudaraku,
aku tidak melihat unta yang aku jual kepadamu, apakah unta tersebut sudah laku
terjual?” Syaidina Ali menjawab: “Ya.” Kemudian orang lelaki tersebut berkata:
“Jika demikian tunaikan kewajibanmu kepadaku.” Syaidina Ali menyerahkan uang
sejumlah 100 dirham sesuai dengan harga yang telah disepakati. Setibanya
dirumah Syaidina Ali menceritakan peristiwa yang dialaminya hari itu kepada
istrinya. Syaidina Ali berkata: “Aku telah berdagang dengan Alloh, aku
bershodaqoh sebanyak 6 dirham dari hasil penjualan selendangmu dan Alloh
membalasnya dengan memberikan keuntungan dari hasil penjualan unta sebanyak 60
dirham (10X lipat). Syaidatuna Fatimah berkata: “Sebaiknya uang tersebut jangan
kita gunakan terlebih dahulu, kita minta pendapat dari Rasululloh mengenai hal
ini.” Setelah mendengar cerita Syaidina Ali, Rasululloh tersenyum, kemudian Rasululloh
berkata: “Hai Ali, ketahuilah bahwa engkau telah berniaga/berdagang dengan Alloh,
lelaki yang menjual untanya kepadamu adalah penjelmaan dari malaikat Jibril AS.
dan lelaki yang membeli untamu adalah penjelmaan dari Mika’il AS., dan unta
tersebut nantinya akan menjadi tunggangan Fatimah di Syurga kelak. Wahai Ali,
engaku memiliki 3 kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, engkau
mempunyai istri yang kelak akan menjadi pemimpin kaum perempuan di Syurga, dua
anak lelakimu kelak akan menjadi pemimpin pemuda di Syurga dan kamu juga
mempunyai mertua seorang Rasululloh.”
Hendaknya
kamu menyembunyikan shodaqoh yang kamu keluarkan, karena shodaqoh yang
sembunyi-sembunyi dapat memadamkan murka Alloh. Seperti yang dilakukan oleh
Syaidina Ali Zainalabiddin, beliau setiap malam menaruh makanan didepan
pintu-pintu rumah orang miskin tanpa diketahui oleh siapapun, hal ini
berlangsung hingga beliau wafat. Setelah Syaidina Ali Zainalabiddin wafat,
mereka tidak menjumpai lagi makanan di depan pintu-pintu mereka, barulah mereka
menyadari bahwa yang memberi makanan mereka selama ini adalah Syaidina Ali
Zainalabiddin.
Shodaqoh
secara sembunyi-sembunyi pahlanya 70x lipat dari pada shodaqoh yang dilakukan
secara terang-terangan, serta terhindar dari sifat Riya’ yang akan merusak amal
kita.
Jangan
kamu tinggalkan bershodaqoh dan berpagi-pagilah kamu bershodaqoh, karena
musibah/bala tidak akan melampaui/mendahului shodaqoh. Bala/musibah tidak akan
menghampiri atau tertahan dari orang yang bershodaqoh.
Jangan
kamu kecewakan sa’il (peminta-minta) meskipun kamu hanya dapat memberikan satu
butir qurma atau yang lebih kecil dari itu. Hadist Nabi: “Siapa orang yang
memutuskan hajat orang, maka Alloh akan memutuskan hajatnya di akhirat kelak.”
(Maksud dari hadist ini: Jika kita menolak permintaan orang padahal kita mampu
menunaikannya, maka Alloh akan menolak keinginannya untuk masuk syurga). Hadist
Nabi yang lain yang diriwayatkan oleh Syaidatuna Aisyah: “Hai Aisyah bebaskan
kamu punya diri dari api neraka, meskipun hanya dengan satu butir qurma.”
Dalam
satu riwayat yang lain, Syaidatuna Aisyah baru saja membeli budak, Alloh
memerintahkan Malaikat Jibril AS. untuk menjumpai Nabi dan menyatakan bahwa
budak yang baru dibeli Siti Aisyah tersebut adalah orang yang tidak baik dan ia
adalah ahli neraka (calon penghuni neraka). Mendengar perintah Alloh melalui
Malaikat Jibril, Rasululloh kemudian memerintahkan Siti Aisyah untuk melepaskan
budak tersebut. Syaidatuna Siti Aisyah memberikan satu butir qurma kepada budak
tersebut sebagai bekal di jalan. Dalam perjalanan budak tersebut memakan
separuh qurma yang diberikan Syaidatuna Siti Aisyah dan separuhnya lagi ia
sodaqohkan kepada peminta-minta. Karena shodaqoh setengah butir qurma tersebut,
murka Alloh menjadi padam sehingga membebaskannya dari api neraka. Alloh
memerintahkan kembali Malaikat Jibril AS. untuk menjumpai Rasululloh dan
memerintahkan agar menarik kembali budak yang telah dilepaskan oleh Syaidatuna
Siti Aisyah untuk kembali ke rumah.
Jika
tidak ada yang dapat diberikan kepada peminta-minta, maka hendaknya kamu tolak
dengan perkataan yang baik. Pada saat kita akan memberikan shodaqoh, tampakkan
kesenanganmu, bayangkan orang tersebut mempunyai jasa terhadap kamu karena
sebab dia kita terhindar dari bala/musibah, kita mendapatkan pahala serta harta
kita akan bertambah. Bayangkan pula bahwa kita termasuk orang yang beruntung
karena masih ada orang yang mau menerima shodaqoh yang kita berikan meskipun
nilainya kecil.
Pahala
dari sesuap nasi yang kita shodaqohkan nilainya sama dengan gunung uhud. Dalam
hadist lain, Rasululloh bersabda: “Memberikan makan orang yang kelaparan
pahalanya setara dengan membangun 1.000
masjid.”
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar