Sabtu, 06 Juni 2015

TASAWUF - Shodaqoh



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Shodaqoh
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Hendaknya kamu mengeluarkan Zakat Fitrah akan dirimu dan tiap-tiap orang yang wajib kamu nafkahi seperti anak, istri, orang tua, pembantu dll. jika kamu mampu.

Hampir semua orang tidak dapat lepas dari kewajiban mengeluarkan Zakat Fitrah. Seperti yang diucapkan oleh Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad (Shohibul Ratib), beliau berkata: “Hampir tidak mungkin dari tiap orang muslim dapat terlepas dari kewajiban mengeluarkan Zakat Fitrah.” Misalkan orang yang tidak mampu banyak menerima Zakat Fitrah dari orang lain, maka apabila sampai hari raya Idul Fitri tiba ia mempunyai kelebihan bahan makanan untuk dimakan, maka disitu ada kewajiban bagi dirinya untuk mengelurkan Zakat Fitrah.

Dalam memberikan shodaqoh utamakan/dahulukan memberikannya kepada saudara atau kerabat kita, dan khususkan kepada orang-orang yang baik-baik. Apa yang kita keluarkan melalui shodaqoh pada hakekatnya tidak akan berkurang melainkan akan bertambah, bertambah dan bertambah sesuai dengan sabda dari Baginda Nabi Muhammad SAW.

Dan hendaknya kamu bershodaqoh dari apa yang kamu sukai dan berat di hati kamu untuk mengelurakannya dari harta kamu seperti uang, hewan ternak dll. Kamu tidak akan mendapatkan pahala yang sempurna sebelum kamu dapat menginfaqkan/ menshodaqohkan dari harta kamu yang paling kamu sukai.

Terkadang nafsu menghalangi kita untuk bershodaqoh. Dahulukan kepentingan orang lain dari pada diri kita meskipun diri kita butuh, demikianlah ahlaq dari para sohabat Rasululloh SAW. Sehingga kamu  terbilang menjadi orang-orang yang mut’taqien.

Sebagai gambarannya ada satu qisoh bagaimana Syaidina Ali lebih mementingkan kepentingan orang lain bila dibandingkan dengan kepentingan diri dan keluarganya. Dirumah Syaidina Ali mempunyai lima orang yang harus ia nafkahi, yaitu istrinya (Syaidatuna Fatimah),  dua anaknya (Syaidina Hasan dan Syaidina Husein), Harish dan pembantunya. Karena tidak ada uang untuk membeli bahan makan, istrinya (SyaidatunaFatimah) merelakan selendangnya untuk di jual, agar hasil penjualannya dapat digunakan untuk membeli bahan makanan. Syaidina Ali  berangkat menuju pasar untuk menjual selendang Syaidatuna Fatimah, selendang tersebut laku terjual seharga 6 dirham. Pada saat Syaidina Ali akan pulang ke rumah, beliau menjumpai orang yang hampir mati karena kelaparan, tanpa berpikir panjang dan melupakan keadaan keluarganya yang juga dalam kondisi kelaparan, beliau menyerahkan uang yang hanya 6 dirham  tersebut seluruhnya kepada orang yang hampir mati karena kelaparan untuk dibelikan makanan. Kemudian Syaidina Ali kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah, dalam perjalanan ia menjumpai seorang lelaki yang sedang menuntun unta yang bagus, lelaki tersebut berkata: “Wahai saudaraku apakah engkau ingin membeli untaku ini?” Syaidina Ali menjawab: “Ya, akan tetapi saat ini aku tidak memiliki uang.” Orang lelaki tersebut berkata kembali: “Aku jual unta ini kepadamu seharga 100 dirham dengan pembayaran secara tempo, apabila engkau telah memiliki uang, baru engkau bayar kepadaku.” Setelah ijab qobul penjualan unta tersebut, kemudian mereka berpisah. Syaidina Ali kembali melanjutkan perjalanan, tak berapa lama beliau berjalan, beliau berjumpa dengan seorang lelaki. Lelaki tersebut terlihat sangat tertarik dengan unta yang sedang dibawa oleh Syaidina Ali. Lelaki tersebut berkata: “Wahai saudaraku apakah engkau ingin menjual unta ini?” Syaidina Ali menjawab: “Ya.” Kemudian lelaki tersebut bertanya: “Berapa kamu membeli unta ini?” Syaidina Ali menjawab: “Aku membelinya seharga 100 dirham” (Disini terlihat kejujuran Syaidina Ali, apabila kita sebagai pedagang sanggupkah kita berkata jujur seperti itu?) Kemudian lelaki tersebut berkata: “Baiklah unta ini aku beli darimu seharga 160 dirham.” Setelah menerima uang pembayaran, Syaidina Ali kembali meneruskan perjalanan, tidak berapa jauh kemudian ia kembali berjumpa dengan orang yang menjual unta kepadanya. Lelaki tersebut berkata: “Wahai saudaraku, aku tidak melihat unta yang aku jual kepadamu, apakah unta tersebut sudah laku terjual?” Syaidina Ali menjawab: “Ya.” Kemudian orang lelaki tersebut berkata: “Jika demikian tunaikan kewajibanmu kepadaku.” Syaidina Ali menyerahkan uang sejumlah 100 dirham sesuai dengan harga yang telah disepakati. Setibanya dirumah Syaidina Ali menceritakan peristiwa yang dialaminya hari itu kepada istrinya. Syaidina Ali berkata: “Aku telah berdagang dengan Alloh, aku bershodaqoh sebanyak 6 dirham dari hasil penjualan selendangmu dan Alloh membalasnya dengan memberikan keuntungan dari hasil penjualan unta sebanyak 60 dirham (10X lipat). Syaidatuna Fatimah berkata: “Sebaiknya uang tersebut jangan kita gunakan terlebih dahulu, kita minta pendapat dari Rasululloh mengenai hal ini.” Setelah mendengar cerita Syaidina Ali, Rasululloh tersenyum, kemudian Rasululloh berkata: “Hai Ali, ketahuilah bahwa engkau telah berniaga/berdagang dengan Alloh, lelaki yang menjual untanya kepadamu adalah penjelmaan dari malaikat Jibril AS. dan lelaki yang membeli untamu adalah penjelmaan dari Mika’il AS., dan unta tersebut nantinya akan menjadi tunggangan Fatimah di Syurga kelak. Wahai Ali, engaku memiliki 3 kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, engkau mempunyai istri yang kelak akan menjadi pemimpin kaum perempuan di Syurga, dua anak lelakimu kelak akan menjadi pemimpin pemuda di Syurga dan kamu juga mempunyai mertua seorang Rasululloh.”

Hendaknya kamu menyembunyikan shodaqoh yang kamu keluarkan, karena shodaqoh yang sembunyi-sembunyi dapat memadamkan murka Alloh. Seperti yang dilakukan oleh Syaidina Ali Zainalabiddin, beliau setiap malam menaruh makanan didepan pintu-pintu rumah orang miskin tanpa diketahui oleh siapapun, hal ini berlangsung hingga beliau wafat. Setelah Syaidina Ali Zainalabiddin wafat, mereka tidak menjumpai lagi makanan di depan pintu-pintu mereka, barulah mereka menyadari bahwa yang memberi makanan mereka selama ini adalah Syaidina Ali Zainalabiddin.

Shodaqoh secara sembunyi-sembunyi pahlanya 70x lipat dari pada shodaqoh yang dilakukan secara terang-terangan, serta terhindar dari sifat Riya’  yang akan merusak amal kita.

Jangan kamu tinggalkan bershodaqoh dan berpagi-pagilah kamu bershodaqoh, karena musibah/bala tidak akan melampaui/mendahului shodaqoh. Bala/musibah tidak akan menghampiri atau tertahan dari orang yang bershodaqoh.

Jangan kamu kecewakan sa’il (peminta-minta)  meskipun kamu hanya dapat memberikan satu butir qurma atau yang lebih kecil dari itu. Hadist Nabi: “Siapa orang yang memutuskan hajat orang, maka Alloh akan memutuskan hajatnya di akhirat kelak.” (Maksud dari hadist ini: Jika kita menolak permintaan orang padahal kita mampu menunaikannya, maka Alloh akan menolak keinginannya untuk masuk syurga). Hadist Nabi yang lain yang diriwayatkan oleh Syaidatuna Aisyah: “Hai Aisyah bebaskan kamu punya diri dari api neraka, meskipun hanya dengan satu butir qurma.”

Dalam satu riwayat yang lain, Syaidatuna Aisyah baru saja membeli budak, Alloh memerintahkan Malaikat Jibril AS. untuk menjumpai Nabi dan menyatakan bahwa budak yang baru dibeli Siti Aisyah tersebut adalah orang yang tidak baik dan ia adalah ahli neraka (calon penghuni neraka). Mendengar perintah Alloh melalui Malaikat Jibril, Rasululloh kemudian memerintahkan Siti Aisyah untuk melepaskan budak tersebut. Syaidatuna Siti Aisyah memberikan satu butir qurma kepada budak tersebut sebagai bekal di jalan. Dalam perjalanan budak tersebut memakan separuh qurma yang diberikan Syaidatuna Siti Aisyah dan separuhnya lagi ia sodaqohkan kepada peminta-minta. Karena shodaqoh setengah butir qurma tersebut, murka Alloh menjadi padam sehingga membebaskannya dari api neraka. Alloh memerintahkan kembali Malaikat Jibril AS. untuk menjumpai Rasululloh dan memerintahkan agar menarik kembali budak yang telah dilepaskan oleh Syaidatuna Siti Aisyah untuk kembali ke rumah.

Jika tidak ada yang dapat diberikan kepada peminta-minta, maka hendaknya kamu tolak dengan perkataan yang baik. Pada saat kita akan memberikan shodaqoh, tampakkan kesenanganmu, bayangkan orang tersebut mempunyai jasa terhadap kamu karena sebab dia kita terhindar dari bala/musibah, kita mendapatkan pahala serta harta kita akan bertambah. Bayangkan pula bahwa kita termasuk orang yang beruntung karena masih ada orang yang mau menerima shodaqoh yang kita berikan meskipun nilainya kecil.

Pahala dari sesuap nasi yang kita shodaqohkan nilainya sama dengan gunung uhud. Dalam hadist lain, Rasululloh bersabda: “Memberikan makan orang yang kelaparan pahalanya setara dengan membangun 1.000  masjid.”


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar