Sabtu, 06 Juni 2015

TASAWUF - Adab Dalam Shalat



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Adab Dalam Shalat
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Baguskan berdiri kita sewaktu shalat. Baguskan kita punya bacaan dalam shalat secara “tartil”. Jalankan adab-adab dalam shalat, sempurnakan ruku, sujud dan rukun-rukun yang lainnya, serta kerjakan sunah-sunah dalam shalat.

Menjaga diri dari pada yang menyebabkan berkurangnya nilai shalat di hadapan Alloh SWT. Bila kamu mengerjakan shalat dengan sempurna dan memelihara adab-adabnya, maka di akhirat kelak shalat kita akan menjelma menjadi makhluk yang putih, dan shalat kita akan berkata: “Semoga Alloh menjaga dan memelihara kamu sebagaimana kamu memelihara aku.”

Apabila kita tidak dapat mengerjakan shalat dengan sempurna dan tidak dapat memelihara adab-adabnya, maka di akhirat kelak shalat kita akan menjelma menjadi makhluk yang hitam dan gelap dan shalat kita akan berkata: “Semoga Alloh mengabaikan kamu sebagaimana kamu mengabaikan aku.”

Tidak ada keuntungan yang akan diperoleh seseorang apabila ia tidak dapat menghadirkan hatinya didalam shalat (tanpa memikirkan urusan-urusan lainnya).

Seorang ulama Hassan Al-Bassry berkata: Semua shalat (wajib ataupun sunnah) yang tidak “hadir/khusyu”, maka lebih dekat dengan siksa Alloh dibandingkan dengan pahala yang akan diperoleh.”

Setan sangat giat/semangat dalam membimbangkan hati seorang mu’min dari shalatnya, sampai-sampai setan ini dapat membuka segala apa-apa yang menjadi kebutuhan orang yang shalat. Setan dapat mengingatkan segala hal yang tadinya kita lupakan diluar shalat, di waktu shalat semua itu dapat teringat sehingga shalat kita tidak “khusyu”.

Apabila seseorang sudah berusaha keras untuk khusyu dalam shalatnya, akan tetapi tetap tidak dapat khusyu, maka sebagian ulama mengatakan penyebabnya dapat terjadi karena kurang sempurnanya dalam wudhu. Karena sempurnanya wudhu merupakan pangkal dari sah atau tidaknya shalat kita.

Untuk mengetahui apakah para sohabatnya dapat khusyu dalam shalat, Rasululloh pernah mengadakan sayembara di hadapan para sohabat. “Barang siapa dapat melaksanakan shalat dengan khusyu dari sejak niat sampai salam, maka aku akan berikan “ridha-ku” yang hijau ini.” Semua sohabat tidak ada yang berani mengangkat tangan, terkecuali Syaidina Ali bin Abi Thalib. Setelah Syadina Ali menyelesaikan shalatnya, Rasululloh bertanya: “Bagaimana wahai Ali, Apakah kamu dapat shalat dengan khusyu dari awal sampai akhir?” Syadina Ali menjawab: “Wahai Rasululloh, dari mulai niat sampai menjelang salam aku dapat khusyu, akan tetapi saat akan mengucapkan salam aku teringat akan ridha yang akan kau berikan.”

Jika tidak ada hasil dari yang diusahakan (ke-khusyu-an), maka bisa jadi kita keluar dari shalat dengan menanggung dosa kepada Alloh.

Cara membentengi diri kita dari godaan setan yang terkutuk, bacalah surrah: An-Naas sebelum shalat.

Dituntut bagi kita untuk tidak melazimkan/membiasakan membaca surrah tertentu setelah membaca surrah Al-Fatehah, kecuali bila syareat menganjurkannya. Misalnya ada hadist Nabi yang menganjurkan membaca surrah tertentu pada waktu shalat.

Jangan sekali-kali kamu melazimkan/membiasakan membaca surrah-surrah pendek jika kamu menjadi imam, seperti Qulya, Qulhu, Al-Falaq, An-Naas ataupun Ina’atoina.

Dalam suatu riwayat seorang sohabat yang bernama Mu’az bin Jabbar memimpin shalat berjama’ah pada suatu kaum, dalam shalat berjama’ah tersebut Mu’az membaca surrah setelah Al-Fatehah terlalu panjang sehingga ada sebagian jama’ah merasa gelisah. Kemudian jama’ah tersebut mengadukan hal tersebut kepada Bagainda Nabi. Rasululloh menegur sohabat Mu’az dengan berkata: “Wahai Mu’az, apakah engkau ingin membuat orang ‘kapok’/tidak ingin lagi melaksanakan shalat berjama’ah?”

Jadi kesimpulannya, saat kita menjadi imam janganlah membaca surrah-surrah yang pendek dan jangan pula membaca surrah-surrah yang terlampau panjang, bacalah surrah-surrah yang sedang-sedang saja seperti: Wassamsyi, Wadhuha, Syabihis dll.


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar