Sabtu, 16 Mei 2015

TAUHID - Pembahasan Mengenai Ruh, Akal & Jasad



Pokok Bahasan     :  TAUHID
Judul                    :  Pembahasan Mengenai Ruh, Akal & Jasad
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala sesuatu akan binasa pada hari Qiamat kelak. Akan tetapi beberapa ulama sudah mentaqsiskan bahwa ada sebagian makhluk Alloh yang tidak binasa, diantaranya: Ruh, tulang ekor manusia, bidadari, malaikat, surga, neraka, para anbiya (nabi-nabi), tubuh para syuhada, arash dll.

Jangan kamu membicarakan masalah ruh, karena tidak ada hadist yang membahas masalah ruh. Mendalami membahas masalah ruh hukumnya makruh. Bahkan Syech Al Junaed Al Bagdadi berkata: “Membahas masalah ruh hukumnya haram.” Bahasan cukup pada keyakinan bahwa ruh itu ada dan jangan membicarakan lebih mendalam.

Alloh telah berpesan kepada Rasululloh apabila ada yang bertanya mengenai ruh,  maka jawablah ruh adalah urusan TuhanMu.

Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa ruh orang-orang mu’min ada di halaman kubur-kubur mereka. Sedangkan ruh orang-orang kafir ada di lapisan bumi yang ke tujuh. Ada juga yang berpendapat bahwa ruh orang-orang Sholeh ada di “bi’ir Zam-zam” (Mekkah), sedangkan ruh orang-orang kufar ada di “bi’ir Hud” (Yaman).

Ada kisoh seorang laki-laki dari negeri Bagdad (Iraq) sedang mengadakan perjalanan jauh ke negeri Makkah. Setibanya di Makkah orang tersebut mencari orang alim di wilayah tersebut untuk menitipkan uangnya, musyafir tersebut bertanya kepada setiap orang di Makkah dan jawabannya selalu sama, orang selalu menyebut nama “Fulan bin Fulan” sebagai orang yang alim yang amannah. Kemudian musyafir tersebut menitipkan uangnya kepada orang alim yang bernama “Fulan bin Fulan”, tujuannya agar sewaktu dia ingin kembali ke negerinya di Bagdad maka uang titipannya tersebut dapat digunakan untuk ongkos pulang.
Beberapa lama kemudian musyafir tersebut bermaksud ingin pulang, kemudian dia mencari orang alim yang telah dititipkan uang kepadanya. Akan tetapi ternyata orang alim tersebut telah meninggal dunia, dia bertanya kepada ahli warisnya apakah si Fulan pernah berwasiat akan uang titipannya. Semua ahli waris dari Fulan tidak ada yang mendengar wasiat. Kemudian musyafir tersebut bertanya kepada orang alim yang lain yang ada di Makkah, bagaimana jalan keluar dari masalah ini. Orang alim di Makkah menyarankan agar ini mendatangi “Bi’ir Zam-zam” apabila memang orang alim tersebut meninggal dalam keadaan “Khusnul khotimah”, bertanyalah  disana maka akan ada jawaban. Apabila tidak ada jawaban, maka datanglah ke “Bi’ir Hud” tempat ruhnya orang-orang yang mati shu’ul khotimah.
Musyafir dari negri Bagdad tersebut kemudian mendatangi Bi’ir Zam-zam dan memangil-manggil nama “Fulan bin Fulan” bebearapa kali, ternyata tidak ada jawaban. Akhirnya dia mendatangi Bi’ir Hud, kemudian memanggil nama orang alim “Fulan bin Fulan”. Tidak beberapa lama terdengar suara orang alim yang bernama Fulan bin Fulan menjawab panggilan. Orang alim tersebut berkata bahwa uang yang dititipkan kepadanya ada didalam tanah di bawah tempat tidurnya, datanglah pada keluarganya dan minta diambilkan.
Musafir dari Bagdad ini merasa heran mengapa orang yang dianggap alim oleh penduduk Makkah ternyata ruhnya ada di tempat orang-orang yang mati su’ul khotimah. Orang alim tersebut berkata sebabnya ia mati su’ul khotimah, akibat kesibukannya sehingga ia melupakan saudaranya yang perempuan yang hidup dalam kesusahan, ia tidak bersilaturahmi kepada saudara perempuannya tersebut dan tidak memberikan bantuan kepadanya, sehingga Alloh menghukumnya mati dalam keadaan su’ul khotimah. Nauzubillahi min zaliq.
Mudah-mudahan kisoh diatas dapat di jadikan I’tibar bagi kita semua, amien…

Pembahasan tentang akal sama dengan pembahasan tentang ruh dari sudut pembicaraan. Pembahasan tentang keduanya ada hilafiyah ulama ada sebagian ulama yang membolehkan untuk membahasnya secara mendalam, tetapi adapula sebagian ulama yang menutupnya untuk tidak membahasnya lebih mendalam.

Akal menurut Logot (bahasa) artinya mecegah. Orang yang mempunyai akal akan tercegah dirinya dari mengerjakan perbuatan yang tidak baik. Akal dapat mencegah orang dari perbuatan yang menyimpang dari jalan yang lurus.

Apabila dibandingkan antara Ilmu dengan Akal, maka yang lebih mulya adalah Ilmu  dibandingkan Akal. Karena Ilmu merupakan salah satu dari sifat Alloh SWT. yaitu “alimun” bukan “aqlun”.

Apabila ada yang berpendapat bahwa akal lebih mulya dari pada ilmu dengan berdalil kepada hadist Nabi, maka sesungguhnya dalil yang digunakannya adalah hadist palsu.

Cahaya (Nur) dari akal ada di dalam hati, cahaya tersebut memancar sampai ke otak, sebagaimana pendapat dari Imam Syafi’i dan Imam Maliki. Akan tetapi ada sebagian ulama fiqih yang berpendapat bahwa letak akal ada di dalam otak.

Persoalan: Azab dan Ni’mat Kubur
Ada beberapa golongan manusia yang akan terbebas dari pertanyaan Malaikat Munkar dan Naqir di dalam kubur, mereka adalah:
1.    Para Nabi dan Rasul
2.    Orang yang mati syahid di jalan Alloh
3.    Orang yang menjaga perbatasan wilayah dengan negri musuh.
4.    Orang yang melazimkan setiap hari membaca Surah Al-Mulk, Surah Assajadah (sejak mengetahui ilmu ini sampai kepadanya).
5.    Orang yang membaca Surah Al-Ikhlas secara terus menerus sampai menjelang ajalnya.
6.    Orang yang meninggal karena sakit perut (diare).
7.    Orang yang meninggal terkena penyakit yang mewabah (misalnya: demam berdarah dll.).
8.    Orang yang ikhlas diberikan ujian sakit.
9.    Orang yang meninggal pada malam Jum’at dan hari Jum’at (Hari Kamis dan Sabtu masih dihukumkan sebagai hari Jum’at).

Yakinkan oleh kamu bahwa kita punya badan akan dikembalikan seperti keadaan semula di akhirat nanti. Mengenai penciptaan kembali badan kita kelak di akhirat, ada 2 pendapat ulama yang berbeda, yaitu:
1.    Pendapat Pertama: Setelah badan kita dicerai-beraikan dan Alloh menghilangkan semua sifat, kemudian Alloh menciptakan kembali dalam keadaan yang baru secara keseluruhannya seperti keadaan kita sewaktu hidup di dunia.
2.    Pendapat Kedua: Alloh cerai-beraikan bagian-bagian dari badan kita sehingga menjadi “zisim” (bagian yang masih dapat di bagi-bagi lagi), kemudian memecahnya lagi sehingga menjadi “Jauharon” atau “Neotron” (bagian yang sudah tidak dapat di pecah-pecah lagi), kemudian baru Alloh menyatukannya kembali.

Seluruh badan dari umat manusia akan hancur, kecuali jasad dari para Anbiya (Nabi-nabi) dan jasad dari orang-orang yang mengikuti jejak ajaran dari para Nabi. Bumi tidak dapat memakan jasad para Nabi-nabi serta pengecualian untuk orang-orang yang antara lain seperti:
·        Para Syuhada (orang yang mati Syahid dalam membela agama Alloh).
·        Orang yang terbunuh karena membela kebenaran, mempertahankan kehormatan istri dan keluarga serta hartanya.
·        Orang yang menjaga waktu Shalat (karena Alloh) untuk ber-azan.
·        Ulama yang mengamalkan ilmunya.
·        Orang yang melazimkan membaca Al-Qur’an dengan menjalankan adab-adabnya serta mengamalkan isi dari Al-Qur’an.
·        Dan golongan manusia yang lain yang telah Alloh tentukan.

Dalam hal mengembalikan sifat-sifat yang ada pada manusia, seperti: tinggi badan, warna kulit,  bentuk muka, tingkah laku dan lain sebagainya. Maka ada 2 pendapat ulama yang berbeda:
1.    Mayoritas ulama berpendapat bahwa sifat keadaan tubuh kita akan dikembalikan sesuai dengan apa yang ada pada tubuh kita sewaktu hidup di dunia.
2.    Tidak dapat dikembalikan secara mutlak, akan tetapi dikembalikan dalam bentuk sifat-sifat yang lain.

Yang terbaik menurut Imam As’Ari adalah menyerahkan segalanya kepada kehendak Alloh SWT.

Dalam hal dikembalikannya masa atau waktu, ada 2 pendapat ulama yang berbeda, yaitu:
1.    Pendapat Pertama: Akan dikembalikannya zaman yang telah dilalui oleh badan kita untuk menjadi saksi yang meringankan ataupun saksi yang memberatkan.
2.    Pendapat Kedua:  Tidaklah mungkin berhimpunnya atau berkumpulnya masa  pada satu waktu, seperti menyatukan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

Akan tetapi pendapat yang ke-2 ini dibantah oleh ulama yang mengajukan pendapat yang pertama. Mereka beralasan bahwa diputarnya masa itu berurutan akan tetapi dengan waktu yang dipersingkat. Seperti perjalanan hidup kita mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa hingga memasuki masa tua.


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar