Sabtu, 16 Mei 2015

TASAWUF - Menjadikan Rasullah Sebagai Teladan Bagi Kita



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Menjadikan Rasullah Sebagai Teladan Bagi Kita
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Hendaknya kamu menjaga dan memelihara adab-adab saat melaksanakan sunah-sunah Rasullah SAW. baik yang zohir maupun yang bahtin, baik yang sifatnya adat (kebiasaan) maupun yang sifatnya ibadah. Jika kita menjaga adab-adab dalam melaksanakan sunah-sunah Rasullah, maka sempurnalah adab dan penghormatan kita kepada Rasullah SAW.

Jika kamu ingin termasuk kedalam kelompok orang-orang yang “shidiqin”, maka janganlah kamu memasuki suatu kelompok yang mengerjakan suatu amalan sebelum kamu tahu apakah Nabi ataupun sohabat-sohabat ataupun imam-imam yang menjadi panutan kita mengerjakan amalan-amalan yang dikerjakan kelompok tersebut.

Golongan atau kelompok “shidiqin” adalah derajat tertinggi di luar derajat kenabian. Orang dapat dikatakan “shodiq” apabila benar baik dari perkataan maupun perbuatannya.

Apabila Rasullah, sohabat-sohabat ataupun imam-imam yang menjadi panutan kita tidak mengerjakan amalan-amalan tersebut meskipun mereka mampu mengerjakannya, maka jangan kamu mengerjakannya meskipun amalan-amalan tersebut mengandung sesuatu yang dibolehkan. Apabila kamu mengetahui bahwa amalan tersebut dikerjakan oleh Rasullah, sohabat-sohabat ataupun imam-imam, maka teliti terlebih dahulu kaifiyat (tata cara) dari pelaksanaan amalan-amalan tersebut, apakah menyimpang atau tidak dari kaifiat yang dikerjakan oleh Rasullah, sohabat-sohabat ataupun imam-imam kita.

Dalam suatu riwayat ada seorang sohabat yang juga seorang ulama, beliau tidak memakan semangka karena tidak sampai kepadanya berita bahwa Rasullah memakan semangka, meskipun pada akhirnya sampai berita kepadanya bahwa Rasullah memakan semangka tetapi tidak sampai kepadanya kaifiat atau cara Rasullah memakan semangka, Apakah Rasullah memakan buahnya saja? Atau bersama bijinya? Atau bijinya saja? Atau bersama kulitnya? Atau kulitnya saja? Maka pada akhirnya ulama tersebut memutuskan tidak memakan semangka karena sifat ke-waro-annya tersebut. Apakah kita dapat seperti itu dalam mangamalkan suatu pekerjaan yang menjadikan Rasullah sebagai panutan dan contoh bagi kita?

Siapa orang yang mengerjakan adat-adat sesuai dengan adab-adab Nabawiyah, maka Alloh menjaganya dari mengerjakan sesuatu di luar adat Nabawi. Sebagai contoh: Kebiasaan (adat) Rasullah apabila minum Rasullah sambil duduk apalagi bila makan. Karena banyak keburukan yang dapat ditimbulkan bagi kesehatan, makan dan minum yang dilakukan sambil berdiri maka makanan atau minuman tersebut akan cepat mengalir kedalam pencernaan kita sedangkan pencernaan kita belum siap mencerna makanan secara cepat.

Akan tetapi pada suatu saat Nabi pernah meminum Air Zam-zam sambil berdiri. Melihat hal yang di luar kebiasaan Nabi tersebut, banyak ulama yang menafsirkan, karena mereka berkeyakinan bahwa Nabi “ma’sum” dari dosa atau kesalahan. Maka mereka menyebutkan beberapa sebab kemungkinan Nabi melakukan hal tersebut, diantaranya: mungkin memang dibolehkan meminum sambil berdiri, mungkin pada saat itu tempat disekitar Nabi basah sehingga tidak memungkinkan untuk duduk, mungkin tidak ada tempat duduk di sekitar tempat tersebut, mungkin tempatnya berdesak-desakan sehingga tidak memungkinkan untuk duduk, mungkin agar dilihat oleh yang lain bahwa Nabi sedang tidak puasa pada saat itu.

Minum sambil berdiri hukumnya makruh, seperti halnya shalat tanpa penutup kepala (peci) dalam kondisi normal (bukan sedang berhaji). Apabila minum sambil berdiri hukumnya makruh, maka terlebih lagi bila makan sambil berdiri.

Siapa orang yang ingin terbebas dari kotoran-kotoran atau bagian-bagian nafsu kemanusiaannya, maka jadikan gerak-geriknya, bahtin dan zohirnya sesuai dengan aturan sara’ (agama). Bagaimanapun juga terjadinya cercaan dari mulut-mulut ulama tasawuf dikarenakan ada mengerjakan adat dengan mengikuti hawa nafsu tanpa ada tuntunan adab-adab sar’iyah. Orang yang meninggalkan sunah-sunah Rasullah dalam hal ibadah, maka ia dapat digolongkan ke dalam kekufuran yang tidak nampak atau berada dalam kebodohan yang nyata.


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar