Selasa, 08 Maret 2016

TASAWUF - Huru-Hara Qiyamat & Hal Yang Menakutkan



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Huru-Hara Hari Qiyamat & Hal Yang Menakutkan
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Huru-Hara Hari Qiyamat & Hal Yang Menakutkan





Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Aisyah RA., Aisyah berkata: “Ya Rasululloh, apakah seorang kekasih akan mengingat orang yang dikasihinya di Hari Qiyamat?” Rasululloh menjawab: “Ya, seorang kekasih akan mengingat orang yang di kasihinya di Hari Qiyamat, kecuali pada 3 (tiga) tempat kekasih tidak akan mengingat orang yang dikasihinya di Hari Qiyamat kelak, yaitu:
1.    Saat di Mizan, yaitu tempat dimana ditimbangnya amal perbuatan manusia, hingga ia mengetahui betul apakah ringan ia punya amal kebaikannya ataukah berat amal kebaikannya.
2.    Saat beterbangannya catatan-catatan amal ibadah/ perbutan seseorang, apakah catatannya akan ia terima di tangan kanannya ataukah akan di terima di tangan kirinya?
3.    Disaat keluarnya Unuq  (Ular Naga) dari api neraka jahanam, maka Ular Naga tadi mengepung mereka. Ular Naga berkata: “Aku diserahkan 3 (tiga) tugas, aku diwakilkan untuk meng-adzaab  orang yang mensekutukan Alloh dengan Tuhan selain-NYA (menyembah selain Alloh), dan akupun ditugaskan untuk meng-adzaab  orang yang bertindak sewenang-wenang (jab’bar)  dan keras kepala (aniid),  dan akupun ditugaskan untuk meng-adzaab orang yang tidak beriman dengan Hari Hisaab  (Hari Qiyamat). Maka ular naga menerkam mereka, hingga ia mencampakkan/ melemparkan mereka ke dalam api neraka jahanam.”

Di Neraka jahanam ada jembatan yang lebih tipis dari sehelai rambut dan lebih tajam dari pedang. Di atas jembatan tadi ada kalaliib (kaitan) yang terbuat dari besi dah hasakun (duri/ ranjau). Dan ada manusia yang melewati itu jembatan semacam kilat yang menyambar, mereka adalah ahlul khoir, ahlul sholah dan  ahlul sa’addah. Dan ada juga diantara mereka yang melewati itu jembatan semacam angin yang bertiup keras. Maka orang semacam itu selamat dan sejahtera. Dan ada yang melewati itu jembatan terkoyak-koyak ia punya badan, dan hancur berkeping-keping. Dan mereka tersungkur ke neraka jahanam dengan mukanya.

Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurayroh RA., berkata Rasululloh SAW.: “Masa/ jarak antara 2 (dua) tiupan sangkakala (terompet) 40 tahun lamanya.
Dalam Tafsir disebutkan untuk memberikan kesempatan istirahat kepada bumi akibat goncangan yang sangat dahsyat.
Setelah itu Alloh turunkan dari langit air hujan seperti sepermanya laki-laki, kemudian mereka bangkit dari quburnya sebagaimana bangkitnya/ tumbuhnya  sayuran.”

Hadits Nabi, yang juga diriwayatkan oleh Abu Hurayroh RA., Rasululloh bersabda: “Tatkala Alloh selesai menciptakan langit dan bumi, Alloh kemudian menciptakan sangkakala (terompet), maka Alloh berikan itu sangkakala kepada Malaikat Isrofil AS.  Maka diletakkannya itu sangkakala oleh Malaikat Isrofil di mulutnya, sambil membelalakan ia punya mata ke arah arasy . Malaikat Isrofil menanti dan menunggu kapan ia diperintahkan untuk meniup sangkakala. Abu Hurayroh bertanya: “Apa itu shuur (sangkakala), Ya Rasululooh? ” Rasululloh menjawab: “Ia seperti tanduk yang terbuat dari nur (cahaya).” Abu Hurayroh kembali bertanya: “Bagaimana keadaan itu Shuur (sangkakala) di mulut Malaikat Isrofil? ” Rasululloh menjawab: “Sangkakala itu sangat besar, demi Alloh yang telah mengutus aku sebagai seorang Nabi yang membawa ajaran yang benar, demi Alloh sungguh besarnya lingkaran itu sangkakala, seperti langit dan bumi. Kelak Malaikat Isrofil menjelang Hari Qiyamat akan meniup itu sangkakala sebanyak 3 (tiga) kali tiupan.”
Dalam sebagian riwayat hadits yang lain hanya 2 tiupan, yang pertama untuk mematikan/ membinasakan orang, dan tiupan yang kedua untuk dibangkitkannya orang dari kematiannya.

Alloh berfirman: “Ingatlah oleh kamu di hari di tiupnya sangkakala, maka takutlah semua makhluk yang ada di langit dan yang ada di bumi, kecuali hamba-hamba Alloh yang Alloh kehendaki (mereka tidak terkejut).”

Maka Alloh memerintahkan Malaikat Isrofil untuk meniup dengan tiupan yang pertama, maka ditiuplah oleh Malaikat Isrofil sehingga terkejutlah makhluk Alloh yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dengan tiupan yang pertama ini, maka akan bergoncanglah bumi dan akan lengah dan lalai semua orang yang menyusui akan anak yang disusuinya dan gugurlah semua perempuan yang sedang hamil akan kandungannya. Dan kamu liat dan saksikan manusia akan mabok (sukaro) padahal mereka tidak sedang mabok, karena adzaab Alloh sangat dahsyat. Dan anak-anak yang masih kecil akan beruban. Dan terbanglah syaitan-syaitan dalam keadaan kabur.
Alloh berfirman: “Hai manusia, takutlah kamu kepada Tuhan kamu, sesungguhnya goncangan yang diakibatkan Hari Qiyamat, sesuatu yang sangat dahsyat. Dihari itu kau lihat dan kau saksikan setiap wanita yang menyusui anaknya akan lalai/ lupa dengan anak yang disusuinya dan gugurlah semua wanita yang sedang hamil akan kandungannya. Dan setiap manusia dalam keadaan mabok padahal mereka tidak mabok, tetapi adzaab Alloh-lah yang dahsyatlah yang menyebabkan mereka seperti orang mabok. Maka mereka tetap akan tinggal di situ dalam keadaan yang Alloh kehendaki.”

Kemudian setelah 40 tahun, Alloh perintahkan Malaikat Isrofil untuk meniup kembali sangkakala, pada tiupan yang kedua maka matilah seluruh makhluk yang ada di langit dan yang ada di bumi, kecuali hamba-hamba Alloh yang Alloh kehendaki. Hamba-hamba Alloh yang Alloh kehendaki tidak mati seperti: anak-anak kecil yang akan menjadi pelayan orang tuanya, bidadari-bidadari, ruh-ruh orang yang mati syahid. Ada juga yang berbendapat lain yang dikecualikan tidak mati adalah Malaikat Jibril, Mikail, Isrofil, Izrail  dan makhluk Alloh yang memikul Arasy  

Maka Alloh berseru kepada Malaikat Maut: “Hai Malaikat Maut (Izrail), dengan tiupan sangkakala yang kedua siapa yang tinggal (hidup) dari pada makhluk-KU?”  Padahal Alloh lebih mengetahui. Malaikat Izrail mengatakan: “Wahai Tuhanku, Engkau adalah Zat Yang Maha Hidup dan Tidak Akan Pernah Mati. Yang tinggal (masih hidup) dari tiupan yang kedua ini adalah Jibril, Mikail, Isrofil  dan malaikat-malaikat yang memikul Arasy  KAMU dan akupun (Izrail) masih hidup.”  Dan saat itu juga Alloh perintah Malaikat Maut (Izrail) untuk mencabut nyawa-nyawa mereka semuanya, kecuali dirinya. Demikianlah seperti yang disebutkan dalam riwayat Kalby. Pada riwayat Muqootil, berkata Muhammad Ibnu Ka’ab dari Rojulin dari Abu Hurayroh RA.: Sesungguhnya Alloh berfirman: “Hendaknya matilah Jibril dan Mikail dan Isrofil dan hendaknya mati pula para pemikul-pemikul Arasy.”  Alloh kembali bertanya kepada Malaikat Maut: “Hai Izrail, siapa yang masih tinggal (hidup) dari makhluk-KU?”  Maka Izrail mengatakan: “Engkaulah, Wahai Alloh Zat yang Maha Hidup dan tidak akan mati dan yang tinggal hambaMU yang lemah (dhoif), Malaikat Maut (Izrail).”  Alloh berfirman lagi: “Ya Malaikal Maut, bukankah kau sudah mendengar firmanKU, setiap makhluk yang bernyawa pasti akan merasakan kematian? Sedangkan engkau adalah makhluk dari pada makhlukKU. AKU sudah ciptakan engkau sebagaimana yang telah engkau ketahui, maka matilah engkau saat ini.”  Maka matilah Malaikat Maut/ Izrail. 

Diriwayatkan dalam hadits yang lain: Sesungguhnya Alloh memerintahkan kepada Malaikat Izrail agar ia mencabut nyawanya sendiri, maka Malaikat Izrail datang menuju tempat antara Syurga dan Neraka, dan ia mencabut nyawanya sendiri. Maka ia menjerit dengan sangat dahsyatnya, andaikata manusia semuanya masih hidup, niscaya mereka pasti akan mati karena mendengar dahsyatnya itu jeritan. Izrail kemudian berkata: “Andaikata aku mengetahui sesungguhnya bagi mencabut nyawa itu seperti ini kedahsyatannya dan kepahitannya, tentunya aku sewaktu mencabut nyawa orang mu’minin lebih perlahan-lahan lagi.”
Padahal dalam mencabut nyawa orang mu’min, Malaikat Izrail sudah melakukannya secara perlahan-lahan, tetapi ia ingin mencabutnya lebih perlahan-lahan lagi, sehingga mereka tidak merasakan sakit.
Kemudian matilah Malaikat Izrail AS. Setelah Malaikat Izrail mati, maka tidak ada seorang makhluk-pun yang masih hidup, yang tinggal hanya Alloh saja. Kemudian Alloh berfirman kepada dunia yang hina: “Mana raja-raja? Mana anak-anak raja? Mana orang-orang yang takabur dan sombong? Mana anak-anak yang takabur dan sombong? Mana orang-orang yang dulu di alam dunia memakan rizqy-KU dan ia menyembah selain AKU? Milik siapa dan punya siapa kerajaan pada saat ini?”  Tetapi tidak ada seorangpun yang menjawabnya. Kemudian Alloh menjawab dengan sendirinya: “Kerajaan ini adalah milik/ kepunyaan Alloh yang Maha Esa dan tidak terkalahkan.”

Maka langit menurunkan air hujan semacam sepermanya laki-laki selama 40 hari, sehingga air itu menggenangi segala sesuatu, setinggi 20 dziro  (+ 40 cm). Maka Alloh tumbuhkan/ hidupkan makhluk-makhluk dengan air itu sebagaimana tumbuhnya sayuran-sayuran, sehingga sempurnalah badan-badan (jisim) mereka sebagaimana dulu di alam dunia.

Kemudian Alloh berfirman: “Hendaknya hiduplah Isrofil, dan Izrail dan pemikul Arsy.”  Maka hiduplah 3 Malaikat tadi dengan perintah Alloh. Kemudian Alloh memerintahkan kepada Malaikat Isrofil untuk mengambil sangkakala (terompet), maka Malaikat Isrofil mengambil itu sangkakala dan meletakkan sangkakalanya di mulutnya. Selanjutnya Alloh berfirman: “Hendaknya hiduplah Jibril dan Mikail.”  Maka hiduplah keduanya, dengan perintah Alloh SWT.

Kemudian proses selanjutnya, Alloh panggil arwah-arwah (ruh-ruh) dari mulai Nabi Adam AS. hingga manusia terakhir. Maka ditaruhnya itu arwah-arwah (ruh-ruh) tadi di sangkakala, maka Alloh memerintahkan kepada Malaikat Isrofil untuk meniup sangkakala. Atas perintah Alloh maka ditiuplah itu sangkakala sebagai tiupan yang membangkitkan umat manusia. Setelah ditiup sangkakala oleh Malaikat Isrofil, maka kelurlah itu ruh-ruh seakan-akan seperti lebah yang beterbangan. Itu arwah-arwah yang laksana lebah sudah memenuhi ruang/ tempat antara langit dan bumi. Maka masuklah itu ruh-ruh ke dalam bumi ke jasad-jasad tiap orang melalui lubang hidungnya. Maka terbukalah itu bumi untuk mereka, hingga mereka keluar dari bumi, mereka bangkit/ berdiri  dalam keadaan saling memandang.

Kemudian Nabi berkata: “Aku adalah orang yang pertama keluar dari bumi.”  Dalam Hadits yang lain: “Sesungguhnya Alloh SWT., apabila IA telah menghidupkan Malaikat Jibril AS., Malaikat Mikail dan Malaikat Isrofil, maka mereka singgah/ mendatangi qubur-an Nabi Muhammad SAW., mereka datang   dengan berkendaraan Buroq, dan pakaian-pakaian dari Syurga. Dan keluarlah Nabi dari bumi yang sudah terbelah, maka Nabi melihat Malaikat Jibril AS. dihadapannya dan Nabi bertanya: “Ya Jibril, hari apa ini?” Jibril menjawab: “Ini adalah hari Qiyamaat (Yaumul Haaqoh).”
Haaqoh dalam Lughot (bahasa), artinya sesuatu yang pasti terjadi. Karena Hari Qiyamaat pasti terjadi, maka Hari Qiyamaat disebut juga sebagai Yaumul Haaqoh. Hari Qiyamat disebut juga Yaumul Qoori’ah. Dalam bahasa Qoori’ah adalah sesuatu yang menggetarkan/ menakutkan. Karena Hari Qiyamaat suatu hari yang menggetarkan/ menakutkan, maka Hari Qiyamaat disebut juga sebagai Yaumul Qoori’ah.
Nabi berkata lagi kepada Malaikat Jibril: “Ya Jibril, apa yang Alloh lakukan terhadap umatku?”
Hal ini sebagai bukti kecintaan Nabi Muhammmad SAW. kepada kita selaku umatnya, ia tidak memikirkan keluarganya, tetapi yang pertama difikirkan dan ditanya adalah umatnya. “Alloohumma sholli ‘alaa sayyidinna Muhammad wa’alaa aali sayyidinna Muhammad.”

Tuan Syech Musonif berkata: kami kembali kepada Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurayroh RA.:
Maka keluarlah mereka dari quburan masing-masing dengan cepat-cepat  menuju kepada Tuhan mereka. Mereka keluar dari qubur-qubur mereka dalam keadaan tanpa alas kaki, dalam keadaan tanpa sehelai benangpun (telanjang). Kemudian mereka berhenti di suatu tempat dan Alloh tidak memandang mereka (mendiamkan/ membiarkan mereka) selama 70 tahun. Dan Alloh tidak memberikan putusan diantara mereka, maka menangislah mereka semuanya hingga habis air mata mereka semuanya sehingga keluarlan darah dari mata mereka. Dan mereka mengeluarkan keringat hingga menggenangi mereka punya janggut dan menutupi mereka punya mulut.
Bagaimana mungkin kita akan menyianyiakan waktu, lalai dari beribadah kepad Alloh, bila kondisi seperti ini yang nanti kita akan dapati di Hari Qiyamat?  
Setelah 70 tahun, baru mereka di panggil menuju ke Padang Ma’syar. Mereka cepat-cepat/ bergegas menuju ke arah panggilan. Maka apabila makhluk-makhluk sudah kumpul semuanya (Jin, Manusia dan Makhluk-Makhluk lainnya), di saat mereka diam kemudian mereka mendengar suara yang keras dari langit, maka suara tadi mengejutkan/ menakutkan/ menggetarkan mereka. Maka terbelahlah langit, dan turunlah Malaikat-Malaikat dari langit yang pertama menuju ke bumi seperti keluarnya makhluk-makhluk dari perut bumi. Mereka mengambil posisi/ tempat masing-masing untuk berbaris. Maka manusia berkata kepada Malaikat-Malaikat yang baru turun dari langit yang pertama: “Apakah ada diantara kamu hai Malaikat-Malaikat yang membawa perintah Alloh untuk menghisab?”  Malaikat berkata: “Tidak ada perintah kepada kami untuk menghisab.”  Kemudian turunlah ke bumi, penghuni langit yang kedua, mereka berdiri sambil berbaris di belakang penghuni langit yang pertama. Kemudian turunlah penghuni langit yang ketiga hingga turun semua Malaikat-Malaikat sampai langit yang ke tujuh dengan jumlah yang berlipat ganda. Maka mereka berdiri di sekeliling penghuni dunia.

Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala , Rasululloh bersabda: “Sesungguhnya Alloh memerintahkan kepada langit yang pertama, maka terbelahlah langit yang pertama dan keluarlah malaikat-malaikat dari langit yang pertama, maka mereka turun dari langit menuju bumi, mereka meliputi/ mengelilingi bumi dan orang yang ada pada bumi. Kemudian Alloh memerintahkan kepada langit yang kedua, maka terbelahlah langit yang kedua dan keluarlah yang ada padanya yaitu dari pada malalikat-malaikat dan seluruh makhluk yang ada pada langit yang kedua. Dan Alloh juga memerintahkan kepada langit yang ketiga, sampai yang langit yang ketujuh, maka terbelahlah langit dan keluarlah yang ada padanya dari pada malaikat-malaikat dan seluruh makhluk-makhluk yang ada padanya. Hingga mereka menjadi shof-shof (barisan-barisan) dari pada malaikat-malaikat, sebagian mereka ada di dalam kelompok sebagian lagi (berlapis-lapis). Dan penghuni bumi tidak mendapatkan satu sudut-sudut dari bumi melainkan mereka dapati dari padanya tujuh lapis/ shof dari pada malaikat-malaikat.

Yang demikian itu terdapat dalam Firman Alloh SWT.: “Hai jin dan manusia, bila kamu mampu untuk menembus dan melintasi sudut-sudut langit dan bumi, silahkan kamu tembus dan lintasi, kamu tidak akan mampu menembusnya melainkan dengan kekuatan. Dan pada hari itu terbelah langit dengan mengelurkan kabut-kabut putih dan diturunkannya malaikat-malaikat secara bergelombang-gelombang.”

Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurayroh RA., Rasululloh bersabda: “Sesungguhnya Alloh berfirman: Hai para jin dan Manusia, sesungguhnya/ bahwasanya apa yang tercatat dalam buku catatan kamu adalah amal-amal kamu di alam dunia. Siapa orang yang mendapatkan kebaikan dalam catatan amal-amalnya hendaknya ia memuji/ bersyukur kepada Alloh. Siapa orang yang mendapatkan selain itu (tidak mendapatkan kebaikan dalam catatan amalnya), maka jangan menyalahi/ mencerca kecuali pada dirinya sendiri.”

Kemudian Alloh memerintahkan Neraka Jahanam untuk mengeluarkan yang ada padanya, unuqun (ular naga) yang panjang, hitam dan gelap. Kemudian Alloh berfirman: “Bukankan AKU sudah perintahkan kepada kamu hai manusia, yaitu bahwa kamu jangan menyembah syaiton, sesungguhnya syaiton itu bagi kamu adalah musuh yang nyata. Hendaknya kamu sembah AKU, ini adalah jalan yang lurus. Dan sungguh syaiton sudah menyesatkan sebagian dari kamu yaitu dalam jumlah/ kelompok yang banyak. Tidakkah kamu berfikir?”

Maka bertekuk lututlah manusia-manusia pada saat itu, dan Alloh berfirman: “Kamu liat setiap manusia bertekuk lutut dari rasa takut. Setiap manusia di panggil ke alam barzah untuk melihat catatan amal perbuatannya di alam dunia. Maka Alloh putuskan dengan suatu keputusan hukum diantara makhluk-makhlukNYA. Dan Alloh putuskan antara binatang-binatang buas dengan binatang-binatang ternak. Alloh memberikan kesempatan kepada binatang-binatang yang lemah untuk mengambil balasan kepada binatang-binatang yang buas.”

Sampai-sampai Alloh memberikan kesempatan kepada binatang-binatang yang tidak bertanduk semacam kambing yang tidak bertanduk untuk mengambil balasan kepada kambing yang bertanduk yang dulu pernah mendzholiminya. Kemudian Alloh berfirman: “Hai binatang-binatang ternak dan binatang buas jadilah kamu tanah.”  Setelah masing-masing mengambil haqnya, maka Alloh perintahkan semua binatang untuk menjadi tanah, jadi tidak ada binatang yang masuk ke Neraka ataupun Syurga. Ketika itulah orang kafir berkata: “Alangkah baiknya aku menjadi tanah saja, tidak menjadi makhluk atau manusia sehingga tidak ada adzab di alam akhirat.”  Hal tersebut merupakan angan-angan kosong yang tidak mungkin terjadi. Kemudian Alloh putuskan satu putusan diantara hamba-hambanya, ada yang Alloh tentukan sebagian masuk ke dalam Syurga dan sebagian lagi masuk ke dalam Neraka Jahanam.

Hadits yang diriwayatkan Imam Naafi’ bin Umar  RA. dari Rasululloh SAW., Nabi bersabda: “Nanti manusia di Hari Qiyamat akan dibangkitkan dan dikumpulkan sebagaimana mereka dahulu dilahirkan oleh ibunya masing-masing, bertelanjang bulat tanpa sehelai benangpun dan tidak beralas kaki.”  Maka Aisyah RA. berkata: “Hai Rasululloh apakah lelaki dan perempuan dibangkitkan dalam kondisi seperti itu keadaannya, tidak beralas kaki dan telanjang bulat?” Nabi menjawab: “Ya.”  Maka Aisyah RA. berkata: “Alangkah malunya, manusia itu saat dapat melihat aurot kemaluan sebagian dari sebagian yang lain (saling melihat aurot masing-masing.”  Maka Nabi menepuk dua bahu dari Siti Aisyah RA., ia punya istri, sambil berkata: “Hai putri Abu Baqar Assidiq RA., manusia pada saat itu di Padang Ma’syar masing-masing sibuk dan tidak mungkin lagi memandang satu sama lain akan aurotnya. Dan mereka ini membelalakkan/ mengangkat  pandangannya ke arah langit dan diam berdiri selama 40 tahun lamanya. Selama 40 tahun mereka tidak makan dan tidak minum. Maka diantara mereka selama 40 tahun tadi, ada yang peluhnya/ keringatnya sampai kepada dua mata kakinya. Ada juga diantara mereka yang peluhnya/ keringatnya sampai kepada  kedua betis kakinya. Ada juga diantara mereka yang peluhnya/ keringatnya sampai kepada perutnya. Ada juga diantara mereka yang peluhnya/ keringatnya menenggelamkan ia punya mulut dari karena lamanya berdiam/ berdiri diri disitu. Kemudian berdirilah Malaikat-Malaikat meliputi/ mengelilingi Arsy. Maka Alloh memanggil Malaikat yang bertugas memanggil, mana si-fulan? mana si-fulan? Saat mendengar suara panggilan, maka manusia masing-masing mengangkat ia punya kepala. Maka keluarlah orang-orang yang dipanggil tadi dari tempat ia berdiri. Manakala mereka sudah berdiri di hadapan Alloh Robulalaamiin, maka Alloh berkata: “Mana orang-orang di dunia yang dahulu kamu dzholimi  dan kamu aniyaya? Maka dipanggilah orang yang pernah di dzholimi dan di aniyaya seorang demi seorang. Maka diambilah kebaikan-kebaikan dari orang yang mendzholimi untuk diberikan/ dipindahkan kepada orang yang di dzholimi di alam dunia. Apapun yang didzholiminya baik dari fisiknya, hartanya, kehormatannya, harga dirinya dan lain-lain. Maka pada saat itu di Padang Ma’syar  sudah tidak dapat lagi dibeli itu kebaikan, uang sudah tidak berlaku lagi, melainkan diambillah itu kebaikannya-kebaikan orang yang zholim untuk diberikan kepada orang yang pernah di dzholiminya di alam dunia. Manakala kebaikannya dari orang yang zholim sudah habis, maka kejahatan atau dosa-dosa dari orang yang pernah di dzholiminya diberikan/ ditimpakan kepada orang yang telah berbuat zholim kepadanya. Maka mereka senantiasa terus-menerus menuntut agar dipenuhi (dibayar dengan penuh) kezholiman yang dulu ia terima dengan kebaikan-kebaikan dari orang yang pernah berbuat zholim kepadanya, hingga sampai tuntas (habis) dan tidak ada lagi kebaikan-kebaikan yang tersisa padanya. Apabila kebaikan-kebaikannya dari orang yang berbuat zholim sudah habis, maka kejahatan/ dosa dari orang yang pernah ia dzholimi diberikan/ dipindahkan kepadanya. Apabila sudah habis kebaikan-kebaikan dari orang yang pernah berbuat zholim di alam dunia, maka dikatakan kepadanya: “Pergilah kamu kepada Ibumu Haawiyah (Neraka) , karena sudah tidak ada lagi kebaikan-kebaikan pada kamu, yang ada hanya kejahatan/ dosa-dosa pada diri kamu.” 

Sesungguhnya pada hari ini tidak ada lagi ke-dzholiman, ini merupakan tempat yang sangat adil. Sesungguhnya Alloh sangat cepat dalam hisabnya. Alloh sangat cepat balasannya (sangat cepat dalam memberikan balasan).  Maka tidak ada (tidak tinggal) pada saat itu Malaikat yang sangat dekat kepada Alloh, demikian pula Nabi Mursal (Nabi yang di utus Alloh), orang yang mati syahid, melainkan mereka menduga dan mengira bahwa mereka tidak akan selamat dari adzab Alloh. Karena mereka melihat dari sangat dahsyatnya adzab Alloh, kecuali bagi mereka yang Alloh pelihara.

Hadits dari Mu’adz bin Jabal, Rasululloh bersabda: “Tidak akan bergerak dua kaki hamba Alloh, sehingga ditanya 4 perkara:
1.    Tentang umurnya, dimana ia habiskan ia punya umur?
2.    Tentang jasadnya, dimana ia rusak ia punya jasad/ badannya?
3.    Tentang ilmunya, apa yang sudah diamalkan dari ilmunya?
4.    Tentang hartanya, dari mana ia dapatkan itu harta? Dan dimana ia infaq-kan/ dibelanjakan itu harta?
Setelah tuntas pertanyaannya, kemudian baru ia bergerak ke tempat-tempat yang telah Alloh siapkan untuknya.   

Dari Ikrimah RA., ia berkata: “Sesungguhnya seorang bapak atau suami akan bergelantungan kepada anaknya atau istrinya di Hari Qiyamaat, maka si-bapak berkata: “Ya Bunaya (Hai anakku = panggilan kesayangan), dulu di alam dunia aku adalah bapakmu/ orang tuamu.”  Anak yang mempunyai ahlaq yang bagus, ia memuji bapaknya dengan pujian kebaikan, di saat suasana yang mencekam/ menakutkan, ia tetap menghormati orang tuanya. Mendapatkan perlakuan yang baik dari anaknya, kemudian si-bapak berkata: “Ya bunaya, aku butuh sedikit saja (Mitsqola Dzaroh) dari kebaikanmu untuk menyelamatkan diriku dari adzab Alloh. Mungkin/ semoga aku dapat selamat dari keadaan yang kau saksikan begitu dahsyatnya/ menakutkannya di Padang Ma’syar  pada Hari Qiyaamat  ini.” 
Ulama betawi dahulu untuk menggambarkan suatu hal yang sedikit (Mitsqola Dzaroh), maka diumpamakan semacam biji sawi. Pada masa yang sudah modern, suatu hal yang sedikit digambarkan dengan sebesar biji atom. Dan pada masa-masa di akhir saat ini untuk menggambarkan suatu yang kecil yang sudah tidak dapat dibagi-bagi lagi adalah dengan sebutan 1 netron.
Si-anak menjawab: “Hai bapak, aku ini mengkhawatirkan keselamatan diriku dari adzab Alloh sama seperti yang kau khawatirkan. Oleh karena itu aku tidak mampu untuk memberikan kepadamu sedikitpun juga dari amal kebaikanku.”
Di Padang Ma’syar keadaannya sudah nafsy-nafsy (masing-masing), si-anak tidak mau mengorbankan keselamatan jiwanya dari adzab Alloh demi bapaknya. Lain dengan orang tua sewaktu di alam dunia, mereka rela mengorbankan jiwanya demi keselamatan nyawa anaknya.
Karena permintaannya di tolak oleh si-anak, maka si-bapak ini bergelantungan kepada istrinya, maka ia berkata kepada istrinya: “Hai fulanah, dulu aku di alam dunia adalah suami kamu.”  Istrinya adalah seorang yang mempuyai ahlaq yang baik, ia memuji suaminya dengan pujian kebaikan. Karena mendapatkan sambutan yang baik, maka ia berkata kepada istrinya: “Hai istriku, aku minta kepada kamu 1 kebaikan saja untuk kau hadiahkan kebaikan itu kepadaku. Mungkin/ semoga aku dapat selamat dari keadaan yang kau saksikan begitu dahsyatnya/ menakutkannya di Padang Ma’syar pada Hari Qiyamat ini.”  Si-istri menjawab: “Hai suamiku, aku ini mengkhawatirkan keselamatan diriku dari adzab Alloh sama seperti yang kau khawatirkan. Oleh karena itu aku tidak mampu untuk memberikan kepadamu sedikitpun juga amal kebaikanku.” 
Sewaktu di alam dunia, suami sangat sayang kepada istrinya, dibelikan bermacam-macam yang diinginkan istrinya, tetapi di Padang Ma’syar keadaannya sudah nafsy-nafsy (masing-masing). 

Maka Alloh berfiman: “Jika orang yang keberatan/ banyak dosa meminta/ memanggil untuk dipikulkan ia punya dosa, maka tidak akan dipikulkan daripadanya sedikitpun dosa sekalipun yang diminta/ dipanggil untuk memikulnya adalah ahli kerabatnya (anak, istri dan saudaranya).”  Jadi keadaan/ kondisi di Padang Ma’syar nafsy-nafsy, maka tidak ada seorangpun (termasuk kerabatnya) yang mau menanggung/ memikul dosa orang tersebut.
Untuk itu kita masing-masing perlu membekali diri kita dengan bermacam-macam amal amal ibadah untuk menyelamatkan diri kita, karena disana kita tidak dapat mengharapkan bantuan dari siapapun juga.

Hadits Riwayat dari Ibnu Mas’ud RA., Rasululloh bersabda: “Sesungguhnya orang kafir, sungguh akan tengelam dengan peluh/ keringatnya dari sangat lamanya masa itu (masa penantian selama 40 tahun). Sehingga si-kafir berkata: Wahai  Tuhanku kasihani aku, sekalipun aku dimasukan ke Neraka Jahanam.”
Mereka mengira di Neraka Jahanam adzab yang akan mereka terima akan lebih ringan.  

Berkata Faqih Rahimahullohu Taala, menyebutkan Hadits  Riwayat dari Ibnu Abbas RA., Rasululloh bersabda:  “Tidak ada satupun Nabi melainkan dari Nabi tadi memiliki doa yang mustajaab (doa yang Alloh qobuul-kan). Semua Nabi-nabi yang banyak jumlahnya tersebut sudah menggunakan doa yang mustajaab itu di alam dunia.
Karena mereka tidak sanggup/ sabar menghadapi kelakukan/ ulah dari umatnya, sehingga Nabi-Nabi tersebut menggunakan doa yang mustajaab  tersebut di alam dunia, sehingga hancur/ binasa umat-umat dahulu kala.
Sesungguhnya aku menyimpan/  menyembunyikan aku punya doa yang mustajaab di alam dunia, untuk aku gunakan memberikan syafaat  bagi umatku kelak di Hari Qiyaamat. Ketahui oleh kamu, aku adalah pemimpin Anak Adam (umat manusia seluruhnya), tapi aku tidak membanggakan diri. Aku adalah orang yang pertama kali keluar/ bangkit dari bumi dan aku tidak membanggakan diri. Panji-panji pujian kepada Alloh ada di tanganku di Hari Qiyaamat, di bawah panji-panji pujian tadi ada Nabi Adam dan manusia lainnya, dan aku tidak membanggakan diri.” 

Kemudian Nabi bersabda: “Sangat dahsyatnya/ sulitnya keadaan manusia di Hari Qiyaamat, maka mereka berbondong-bondong menuju kepada Nabi Alloh Adam AS., mereka berkata: “Ya Abal Basyar (Hai bapaknya manusia), berikan syafaat kepada kami dengan jalan kau mohonkan kepada Tuhanmu agar memberikan keputusan sesegera mungkin hingga kami terbebas dari kesulitan di Padang Ma’syar.” Nabi Adam AS. berkata: “Aku tidak berhaq memberikan syafaat di Padang Ma’syar kepada siapapun juga. Sebab aku telah berbuat salah sehingga di keluarkan dari Syurga dengan sebab aku makan buah quldi.
Nabi terpelihara dari berbuatan dosa, tetapi karena Nabi Adam maqom (kedudukannya) tinggi, maka memakan buah quldi dianggap suatu perbuatan dosa, bila kita yang melakukannya tidak dianggap dosa. Maka ada seorang auliya (ulama besar) pernah mengatakan: “Andaikata aku adalah Nabi Adam, Alloh melarang makan buah quldi, maka aku akan memakan buah quldi semuanya, karena banyak keuntungan memakan buah quldi.”  Sebenarnya Nabi Adam AS. tidak salah, ia memakan buah quldi karena ada hikmahnya disitu.
Nabi Adam AS. berkata: “Sesungguhnya tidak ada yang merisaukan aku pada hari ini kecuali keselamatan diriku sendiri.”  Ia tidak memikirkan keselamatan umatnya. “Hendaknya kamu datang kepada Nabi Nuh, karena Nabi Nuh adalah Rasul yang pertama kali dari sekian banyak Rasul.”
Nabi Nuh AS. membawa Syariat, sedangkan Nabi Adam AS. tidak membawa Syariat. Syariat pertama diberikan kepada Nabi Nuh AS.
Sesuai dengan saran dari Nabi Adam AS., maka merekapun berbondong-bondong mendatangi Nabi Nuh AS. Mereka berkata kepada Nabi Nuh AS.: “Ya Nuh, tolong berikan syafaat kepada kami dengan jalan kau minta kepada Tuhanmu agar ia memutuskan urusan diantara kami.” Nabi Nuh AS. berkata: “Aku tidak berhaq memberikan syafaat pada hari ini di Padang Ma’syar, karena aku sudah berdoa dengan satu doa, aku hanyutkan dengan doa tadi, penduduk bumi. Tidak ada yang merisaukan aku pada hari ini kecuali keselamatan diriku sendiri.” Ia tidak memikirkan keselamatan umatnya. “Tetapi hendaknya kamu datang kepada Nabi Ibrohim AS., yang Alloh jadikan ia sebagai kekasih-NYA.”  Maka merekapun berbondong-bondong mendatangi Nabi Alloh Ibrohim AS. Mereka berkata kepada Nabi Ibrohim AS.: “Ya Ibrohim, tolong berikan syafaat kepada kami dengan jalan kau mohon kepada Tuhanmu agar Alloh memutuskan urusan diantara kita.”  Nabi Alloh Ibrahim AS. berkata: “Aku tidak berhaq untuk memberikan syafaat pada saat ini. Karena aku sudah berdusta dalam Islam, aku sudah berdusta sebanyak 3 kali.”
Dusta disini tidak diartikan secara harfiyah, karena Nabi terpelihara dari perbuatan dosa. Tetapi hal ini karena sifat ketawadhuan dari Nabi Ibrohim AS., sehingga menganggap perbuatan dusta yang dilakukannya sebagai suatu perbuatan dosa.

Nabi SAW. berkata: “Sesungguhnya Ibrohim AS. tidak mendebat dengan 3 alasan yang dianggap ia dusta, kecuali untuk mempertahankan agama Alloh.
-        Yang pertama aku memandang bintang-bintang satu kali, setelah ia pandang ia berkata aku saqiim. Banyak versi dari Ulama yang mengatakan bahwa Saqiim  disini diartikan sakit hatinya, karena pada saat itu ia diajak oleh kaumnya untuk turut serta menghadiri upacara keagamaan dari kaumnya, bukan agama Alloh. Setelah memandang bintang, Nabi Ibrohim AS. berkata: “Ana saqiim.” Saqiim  dalam pengertian Nabi Ibrohim adalah sakit hatinya, karena melihat kaumnya menyembah berhala yang tidak ada manfaatnya. Tetapi dalam pandangan kaumnya diartikan bahwa saqiim disini adalah Ibrohim sakit jasadnya/ badannya. Dalam versi lain ada yang mengatakan bahwa Nabi Ibrohim AS. memandang bintang untuk mengambil huj’jah (dalih), karena pada saat itu kaumnya bangsa Persia budayanya sangat kental dengan Ilmu Nujum. Ilmu Nujum dibagi menjadi 2, yaitu Astoronomi  dan Astrologi.  Dalam Islam ilmu Astronomi  dibolehkan untuk menentukan arah qiblat, waktu shalat dll. dan biasa dikenal dengan sebutan Ilmu Falaq, sedangkan ilmu Astrologi diharamkan. Ilmu Astologi sangat mempengaruhi Bangsa Persia pada zaman Nabi Ibrohim AS., mereka menganggap bahwa Ilmu Nujum (Astrologi) tersebut berkaitan erat dengan prilaku manusia. Bila ada suatu kebutuhan/ kerjaan, mereka melihat dengan Ilmu Nujum, jika ada tanda-tanda yang mereka anggap tidak baik, maka mereka tidak jadi melakukan/ mengerjakan suatu kerjaan, percaya dengan ramalan Ilmu Astorologi, perbuatan seperti ini yang diharamkan dalam Islam. Banyak orang yang mempercayai bahwa bila berpergian tidak boleh di hari Selasa, memulai suatu usaha/ dagang tidak boleh di hari tertentu atau bulan tertentu, semua ini yang tidak dibolehkan/ diharamkan dalam Islam. Ada yang memalsukan bahwa Syaidina Ali pernah mengatakan bahwa jangan berangkat pada hari ini dan seterusnya, hal itu semuanya bohong, perkataan itu hanya diselundupkan oleh orang Yahudi dengan mengatasnamakan Syaidina Ali KW.
Jadi alasan Nabi Ibrohim yang mengatakan bahwa ia melihat bintang dan bila ia keluar pada saat itu maka ia akan jatuh sakit adalah dengan tujuan agar ia terhindar untuk tidak mengikuti upacara keagamaan dari kaumnya dan kaumnya mempercayai alasan dari Nabi Ibrahim AS. tersebut, maka mereka meninggalkan Nabi Ibrohim AS. seorang diri.
-        Alasan yang kedua dari Nabi Ibrahim yang menyatakan bahwa ia telah berdusta/ berbohong adalah: Nabi Ibrohim mengatakan bahwa yang menghancurkan semua berhala-berhala yang kecil adalah berhala yang paling besar, padahal yang menghancurkan semua berhala yang kecil adalah Nabi Ibrohim AS. dan setelah menghancurkan semua berhala yang kecil dengan menggunakan kampak, kemudian ia menggantungkan kampak tersebut di leher berhala yang paling besar. Sewaktu kaumnya bertanya siapa yang menghancurkan berhala-berhala mereka, maka Nabi Ibrahim mengatakan: “Yang menghancurkan semua berhala yang kecil adalah berhala yang paling besar, maka silahkan kau tanya kepada berhala yang paling besar. Perkataannya tersebut dianggap oleh Nabi Ibrohim AS. sebagai suatu perbuatan dusta.
-        Alasan yang ketiga dari Nabi Ibrohim yang menyatakan bahwa ia telah berdusta/ berbohong adalah: pada saat ia mengatakan bahwa istrinya Siti Sarah adalah saudaraku, pada saat Nabi Ibrahim dan Siti Sarah melewati suatu tempat dimana raja ditempat tersebut sangat dzholim sekali, manakala melihat ada perempuan cantik maka akan diambil. Saat ditanya siapa Siti Sarah? Nabi Ibrohim menjawab: “Hajja Ukhty (ini saudaraku)” maksud dari Nabi Ibrahim adalah Ukhty fi diin (saudara dalam agama). Karena bila Nabi Ibrohim mengatakan bahwa Siti Sarah adalah istrinya, maka Siti Sarah akan diambil oleh raja yang dzholim. Perkataan tersebut dianggap suatu perbuatan dusta, padahal perkataan tersebut bertujuan untuk menyelamatkan Siti Sarah (istrinya) dari raja yang dzholim.
Nabi Ibrohim AS kemudian berkata: “Tidak ada yang merisaukan diriku pada hari ini kecuali diriku sendiri. Tetapi hendaknya kamu datang kepada Nabi Alloh Musa AS. yang Alloh ajak ia bicara secara langsung. Maka mereka datang berbondong-bondong kepada Nabi Musa AS. dan Nabi Musa-pun berkata kepada mereka: “Aku tidak berhaq untuk memberikan syafaat di Padang Ma’syar, karena aku telah membunuh satu jiwa yang tidak ada haq-nya untuk dibunuh.”
Pada saat terjadi perkelahian antara orang Gypty (Mesir) dan Bani Israil (Yahudi), Nabi Musa memisahkan mereka, pada akhirnya terpukullah orang Mesir hingga mati oleh Nabi Musa AS., padahal Nabi Musa AS. tidak bermaksud membunuh.
“Tidak ada yang merisaukanku pada hari ini kecuali diriku sendiri. Tetapi datanglah kepada Nabi Alloh Isa AS., yang mendapatkan gelar Ruuhulloh Wa Kalimatah.” Maka mereka berbondong-bondong mendatangi Nabi Isa AS., tetapi Nabi Isa AS berkata: “Aku tidak berhaq memberikan syafaat di Padang Ma’syar, karena aku dan ibuku sudah dijadikan sebagai Tuhan oleh kaumku.”
Dalam agama Kristen ada ajaran Trinitas, yang mengenal adanya Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Tuhan Ibu.
“Dan pada hari ini tidak ada yang merisaukan diriku kecuali diriku sendiri.”


Kemudian Nabi Isa AS. berkata: “Nabi Muhammad SAW. di sudahi dan di tutup dengan sebab dia nabi-nabi, beliau sudah ada saat/ hari ini di ini tempat. Dan sesungguhnya Alloh sudah ampuni ia punya dosa yang telah lalu maupun yang kemudian (ma’sum dari perbuatan dosa), datangi oleh kamu dia. Rasululloh berkata: “Maka mereka datang kepadaku.” Sebagaimana kepada nabi-nabi yang lain, mereka meminta syafaat kepada Nabi Muhammad SAW. Maka Nabi berkata: “Ya, aku yang akan memberikan kepadamu syafaat.” Sehingga Alloh mengizinkan kepada Nabi untuk memberikan syafaat kepada orang yang dikehendaki/ ridhoi. Nabi Muhammad SAW. terus-menerus memberikan syafaat sekehendak yang ia inginkan.


Apabila Alloh akan memutuskan diantara makhluk-makhluknya, suatu keputusan, maka ada suara yang memanggil-manggil: “Mana Nabi Muhammad SAW. dan umatnya?” Kami orang-orang yang paling akhir/ belakang keluar ke alam dunia ini, tetapi kami orang yang paling awal di bangkitkan dari alam qubur. Kami adalah manusia terakhir di alam dunia, dan kami manusia yang pertama kali di hisab di Hari Qiyamaat. Kemudian Nabi berkata: “Maka aku dan umatku bangun, maka umat-umat sebelumnya (dari Nabi Alloh Adam AS sampai umat Nabi Isa AS.) melapangkan/ memberi untuk kami jalan. Mereka lewat dalam keadaan bersinar-sinar (bercahaya) mereka punya muka dan bercahaya pula tangan dan kaki mereka dari sebab bekas-bekas wudhu. Masing-masing manusia berkata kepada kami umat Nabi Muhammad SAW. : “Nyaris semuanya umat Nabi Muhammad SAW. menjadi Nabi.”
Karena mereka bercahaya sebagaimana Nabi Muhammad SAW. yang bercahaya, nyaris bukan berarti jadi Nabi, tetapi dari sebab cahayanya yang luar biasa, tentunya cahaya Nabi dan umatnya tidak sama. 

Nabi berkata: “Kemudian aku melangkah menuju pintu Syurga, maka aku ketok itu pintu meminta untuk dibukakan itu pintu kepada Malaikat penjaga Syurga. Sewaktu Nabi ketok, ada suara yang bertanya: “Siapa ini yang minta dibukakan pintu?” Aku berkata: “Aku Muhammad Rasululloh”  Maka Malaikat membukakan pintu Syurga. Maka aku masuk ke dalam Syurga dan aku turun untuk bersujud kepada Tuhanku. Dalam keadaan sujud, aku puji Alloh dengan bermacam-macam pujian, belum pernah orang sebelumku menggunakan itu pujian dan tidak digunakannya itu puji-pujian kepada Alloh oleh orang setelah aku. Jadi hanya Nabi Muhammad SAW. saja yang memuji Alloh dengan itu pujian. Maka kemudian ada suara: “Angkat hai Muhammad SAW. kau punya kepala, katakan/ ucapkan oleh kamu apa yang kamu minta akan didengar permintaanmu. Minta kepadaKU niscaya akan AKU qobulkan/ berikan permintaanmu. Minta agar kamu dapat memberikan syafaat, maka kamu akan diberikan mandat untuk dapat memberikan syafaat.” Maka kemudian aku angkat aku punya kepala dari sujudku, dan aku berikan syafaat bagi orang yang dalam hatinya ada iman ‘Mitsqola Sya’irotin’  (seberat biji gandum).
Nabi diberikan izin memberikan syafaat kepada orang yang ada imannya meskipun imannya itu sedikit/lemah sekali, yaitu ada keyakinan akan adanya Alloh dan Rasulnya, serta menyaksikan syahadah: “Laailahaailaalloh Waana Muhammaddar Rasululloh.”  Disitu Nabi diberikan mandat untuk dapat memberikan syafaat kepada orang semacam ini, meskipun lemah imannya yang terpenting ada iman di dalam hatinya.

Diriwayatkan Hadits ini dari Umar Ibnu Khothoob RA, suatu saat Umar Ibnu Khothoob RA. masuk ke dalam masjid, ia dapati Ka’ab Al Ahbaar  sedang memberikan nasehat kepada manusia (orang). Berkata Syaidina Umar RA.: “Hai Ka’ab Al Ahbaar, tolong sampaikan kepadaku nasehat yang membuat aku takut (Khowifnaa) kepada Alloh. Maka Ka’ab Al Ahbaar berkata: “Demi Alloh sesungguhnya Alloh memiliki malaikat-malaikat yang mereka ‘kerjaannya’ selalu berdiri saja dari sejak Alloh ciptakan mereka hingga saat ini, mereka tidak pernah membengkokkan tulang sulbinya (artinya tidak pernah ruku apalagi sujud). Malaikat yang lainnya lagi ‘kerjaannya’ sujud saja, ruku saja dan mereka tidak pernah mengangkat kepalanya dari sujud/ ruku-nya sejak Alloh ciptakan hingga saatnya nanti sangkakala di tiup oleh Malaikat Isrofil. Bila terjadi Hari Qiyaamat, mereka masing-masing mengangkat kepala mereka, semua Malaikat berkata: “Maha Suci Engkau Wahai Alloh serta puja dan puji untukMU, aku tidak menyembah/ beribadah kepada KAMU dengan ibadah yang sesungguhnya/ sepatutnya KAU disembah.”
Sejak Alloh ciptakan hanya beribadah dengan berdiri saja, ruku saja, atau sujud saja dll., masih mengatakan bahwa mereka tidak beribadah dengan sesungguhnya (masih menganggap ibadanya belum maksimal) kepada Alloh SWT.
Demi Alloh yang jiwaku ada dalam kekuasaanNYA, sesungguhnya Neraka Jahanam akan didekatkan kepada manusia di Hari Qiyaamat kelak, baginya ada suara yang menakutkan dan menyeramkan. Manakala Neraka Jahanam sudah mendekat, dia bersuara dengan suara yang sangat keras. Maka tidak ada dari makhluk yang Alloh ciptakan dari Hamba Alloh apakah itu Nabi atau Syuhaada, melainkan mereka berlutut di atas lututnya, menunduk/ sujud mereka punya muka. Semua Nabi (dari sejak Nabi Adam AS. hingga Nabi Isa AS.), semua Shidiqin (yang perbuatannya sesuai dengan tutur katanya, derjat yang kedua setelah Nabi), dan semua Syuhaada, mereka berkata: “Wahai Alloh, aku tidak minta keselamatan dan perlindungan kepadaMU kecuali keselamatan diriku yang aku minta.(dari karena sangat menakutkannya, mereka tidak memikirkan keluarga, kerabat ataupun umatnya). Sampai-sampai Nabi Ibrahim AS. lupa dengan anak kecintaannya Ismail dan Ishaq. Nabi Ibrahim berkata: “Ya Alloh, aku kekasihmu di alam dunia, aku Ibrohim. Nabi Ibrahim bertawasul dengan nama kebesarannya, memohon perlindungan dari Alloh SWT. Ka’ab Al Ahbaar berkata: “Andaikata kamu hai Umar Ibnu Khothoob pada saat itu, memiliki/ mempunyai amal ibadah sebanyak amal 70 Nabi, aku duga kamu tidak akan selamat dari huru-hara/ dahsyatnya Hari Qiyaamat.
Begitu dahsyatnya Hari Qiyaamat, untuk itu jangan buang-buang waktu, terus perbanyak amal ibadah kita kepada Alloh, jangan bermain-main dengan perbuatan maksiat kepada Alloh SWT.
Umar Ibnu Khothoob dan kaum yang mendengar nasehat/ perkataan dari Ka’ab Al Ahbaar menangis. Sewaktu Syaidina Umar Ibnu Khothoob melihat umat menangis mendengar nasehat dari Ka’ab Al Ahbaar, maka Syaidina Umar berkata: “Ya Ka’ab Al Ahbaar, tolong berikan khabar gembira (Basyirnaa) kepada kami. Ka’ab Al Ahbaar berkata: “Bergembiralah kamu, bagi Alloh ada 313 Syari’at (maksudnya ada 313 Rasul). Tiadalah seorang hamba datang di Hari Qiyaamat dengan membawa 1 saja syariat (berpegang/ mengikuti 1 Rasul) dengan kalimat Ikhlas: “Laailahaailaalloh,”  melainkan pasti Alloh masukkan dia ke dalam Syurga. Demi Alloh, andaikata kau mengetahui hakekat dari Rahmat Alloh yang sesungguhnya, niscaya kamu akan memperlambat dalam beramal.
Artinya jika kamu mengetahui hakekat dari Rahmat Alloh yang sesungguhnya, maka kamu akan mengangap ringan/ enteng karena Alloh Maha luas Rahmatnya. Haq Alloh Maha Pemaaf, sedangkan haq manusia pada dasarnya kikir/ pelit sehingga tidak mudah memaafkan kesalahan orang.  
 


Berkata Al Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala: “Wahai saudaraku bersiap-siaplah kamu untuk menghadapi hari semacam hari ini (Hari Qiyaamat) dengan bermacam-macam amal sholeh. Cara kedua untuk kita menghadapi hari semacam ini (Hari Qiyaamat) adalah dengan menjauhi diri kita dari perbuatan-perbuatan ma’syiat.
Ma’syiat adalah utusan dari kekufuran, tanpa disadarinya berbuatan ma’syiat yang dilakukannya secara terus menerus akan menyeret dia kepada kekufuran.
Maka sesungguhnya wahai saudaraku, engkau tidak akan lama lagi akan melihat dan menyaksikan akan datangnya Hari Qiyaamat. Dan kamu kelak akan menyesal atas masa/ waktu yang luput tanpa ada nilai ibadah sebagai bekal kamu di akhirat nanti.
Umur kita di alam dunia adalah sebagai modal bagi kita untuk mendapatkan keselamatan dan keni’matan di alam akhirat. 
Ketahui oleh kamu sesungguhnya bila kamu telah meninggal dunia, maka sesungguhnya telah terjadi qiyaamat pada diri kamu. Kematian adalah Qiyaamat Shughro  bagi kita.

Berkata Mughyiroh bin Sya’abah: “Kamu memperbincangkan di hadapan kami tentang Hari Qiyaamat, maka sesungguhnya qiyaamat salah seorang dari kamu adalah kematiannya.”

Disebutkan tentang Alqomah bin Qubais yang menghadiri shalat Janazah, setelah selesai shalat Janazah dan janazah telah di qubur, maka ia berdiri di atas mimbar dan berkata: “Adapun orang yang sudah kita masukkan ke liang qubur, maka sungguh sudah terjadi qiyaamat atas dirinya. Karena manusia manakala ia sudah meninggal dunia, maka dia dapat melihat dan menyaksikan segala amal perbuatannya di alam dunia, baik amal perbuatan yang baik ataupun amal perbuatan yang tidak baik. Dia juga dapat menyaksikan Syurga dan Neraka, malaikat-malaikat, tetapi dia sudah tidak mampu lagi berbuat/ beramal. Orang semacam ini (orang yang sudah meninggal dunia dan tidak mampu lagi berbuat amal kebaikan), maka kedudukannya sama seperti  orang yang menyaksikan/ hadir/ mengalami Hari Qiyaamat. Alloh sudahi ia punya amal perbuatannya dengan kematian. Setelah kematian dia tidak dapat lagi mengerjakan amal-amal perbuatan. Apabila semasa hidupnya banyak ia habiskan dengan beribadah semacam menuntut ilmu, shalat sunnah, membaca Al Qur’an, maka Alloh akan matikan dia pada saat ia beribadah. Demikian pula bila masa hidupnya banyak ia habiskan di tempat-tempat ma’syiat, maka Alloh matikan ia di tempat-tempat ma’syiat. Manusia dibangkitkan di Hari Qiyaamat sama keadaannya seperti saat ia mati, bila ia mati dalam keadaan baik, maka ia bangkit di Hari Qiyaamat dalam keadaan baik. Dan bila ia mati dalam keadaan yang tidak baik, maka ia juga akan dibangkitkan di Hari Qiyaamat dalam keadaan yang tidak baik.” “Beruntunglah orang-orang  yang kesudahan/ akhir hidupnya dalam kebaikan.” 

Berkata Abubakar Al Waasity : “Masa pergantian/ perputaran itu ada 3, yaitu:
1.    Masa Hidup, masa hidup harus benar-benar dimanfaatkan untuk berbuat toat kepada Alloh.  
2.    Masa Kematian, masa di saat ia menghadapi kematian, bahwa saat keluar ruh dari jasadnya dengan mengucapkan kalimat tauhid: “Laailahaailaalloh”
3.    Masa Kebangkitan, saat ia keluar dari quburnya akan datang malaikat yang akan membawa khabar gembira kepadanya bahwa ia akan masuk syurga.

Berkata Yahya bin Muadz Aroozy Rahimahullohutaala, bahwa Muadz membacakan di majlis ini ayat: “Kami himpun orang-orang muttaqiin (taqwa) menuju kepada Alloh yang Maha Penyayang dalam keadaan berkendaraan. Dan kami giring/ halau orang-orang kafir ke Neraka Jahanam dalam keadaan berjalan (tidak berkendaraan) dan dalam keadaan dahaga/ haus.”  Kemudian Yahya bin Muadz berkata: “Hai manusia, hati-hati menghadapi kondisi semacam ini, jangan sampai kau masuk ke dalam kelompok yang kedua. Nanti kamu akan dikumpulkan/ dihimpun secara berkelompok-kelompok. Dan kamu akan dihentikan/ ditahan dihadapan Alloh, satu demi satu. Kelak kamu akan ditanya apa-apa yang sudah kamu lakukan di alam dunia secara detail. Dan kelak akan di tuntun para Aulia-Aulia oleh Alloh yang bersifat Rahman dengan kendaraan-kendaraan. Dan akan digiring juga orang-orang ma’syiat kepada Alloh dengan berkelompok-kelompok, dan kelak akan di masukkan ke Neraka Jahanam segolongan demi segolongan.”

“Dan jangan kamu tidak menyayangi anak-anak yatim, dan jangan kamu sekali-kali tidak mengajak orang untuk memberi makan orang-orang miskin, dan jangan kamu memakan harta waris dengan cara yang bathil, dan jangan kamu sangat mencintai pada harta.”
Dan jangan sekali-kali kamu berbuat seperti 4 hal yang demikian.
“Dan apabila bumi sudah diguncangkan berturut-turut, dan datanglah malaikat-malaikat dalam keadaan berbaris-baris. Celaka bagi kamu pada hari itu (Hari Qiyaamat), dimana pada hari itu ukurannya 1 hari di Neraka Jahanam sama dengan 5.000 tahun di alam dunia.”

Hari Qiyaamat dikenal juga dengan sebutan: Yaumar Rojifah, Yaumal Azifah, Yaumal Qiyaamah, Yaumal Hasaroh Wannadaamah (Hari Penyesalan), Yauma ‘Adzhiim (Hari yang sangat besar), Yauma Yaqumunnas Lirrobil ‘Aalamiin (Hari bangkitnya manusia untuk menghadap Tuhan pemilik alam semesta), Yaumal Munaaqosyah (Hari saling berlomba untuk mencari keselamatan), Yaumal Muhaasabah (Hari menghisab diri), Yaumal Muuadzanah (Hari di timbang amal kita), Yaumal Musa’alah (Hari ditanya segala amal ibadah kita), Yaumal Zalzalah (Hari digoncangkan), Yaumal Shoyhah (Hari jeritan malaikat), Yaumal Haaqoh, Yaumal Qoori’ah dan Yauman Nusyuur.

Di hari itu manusia akan melihat apa yang dikerjakan/ di lakukannya oleh dua tangannya. Di hari itu manusia-manusia keluar dari quburnya dalam keadaan bermacam-macam untuk diperlihatkan amal-amal mereka. Pada hari itu ada yang wajahnya putih berseri  dan ada pula yang wajahnya hitam kelam. Pada  hari itu seorang karib (saudara/ keluarga) tidak dapat memberi manfaat/ menolong kepada karib lainnya sedikitpun juga.  



Tidak berguna sama sekali tipu daya mereka di Hari Qiyaamat. Ingatlah oleh kamu akan satu hari dimana tidak dapat menolong seorang ayah terhadap anaknya, demikian pula anak tidak akan dapat menolong ayahnya sedikitpun juga.
Takutlah oleh kamu akan satu hari yang adzabnya/ bahayanya menyebar/ merata kepada siapapun juga. Dan pada hari itu tidak manfaat bagi orang-orang dzolimin, alasan-alasan mereka atau permintaan maaf mereka.
Di hari itu datang setiap jiwa membela dirinya untuk menyelamatkan diri mereka dari adzab Alloh(siksa api neraka).
Karena goncangan pada hari itu kamu lihat setiap wanita-wanita lupa akan anak yang disusuinya, dan pada hari itu gugurlah setiap wanita yang hamil akan kandungannya.
Pada hari itu kamu lihat manusia seakan-akan mabok (sukaro), padahal mereka tidak mabok. Itu semua karena adzab Alloh yang sangat dahsyat. 

Berkata Syech Muqootil bin Sulaiman: “Menanti makhluk Alloh di Hari Qiyaamat (Padang Ma’syar) selama 100 tahun mereka tenggelam dalam keringatnya, dan 100 tahun kemudian mereka menanti dalam gelap dan bingung, dan 100 tahun lagi mereka lari pontang-panting (kesana-kemari), mereka masing-masing bertengkar di hadapan Tuhan mereka.”

Sesungguhnya proses Hari Qiyaamat lamanya sekitar 50.000 tahun, dan sesungguhnya akan berlalu hari itu atas seorang mu’min yang mukhlish sekedar 1 jam (sekejap) saja. Hendaknya engkau wahai orang yang beraqal, engkau bersabar atas kesulitan-kesulitan di dunia dalam menjalankan toat kepada Alloh. “Syurga diliputi oleh hal-hal yang tidak enak, sedangkan Neraka diliputi oleh hal-hal yang menyenangkan, agar mudah bagi kamu menghadapi kesulitan-kesulitan di Hari Qiyaamat.”  Hanya Alloh-lah yang dapat memberikan Taufiq dan Hidayah kepada kita.


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar