Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Huru-Hara Hari Qiyamat & Hal Yang
Menakutkan
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Huru-Hara Hari Qiyamat & Hal Yang
Menakutkan
Hadits
Nabi yang diriwayatkan oleh Aisyah RA.,
Aisyah berkata: “Ya Rasululloh, apakah
seorang kekasih akan mengingat orang yang dikasihinya di Hari Qiyamat?”
Rasululloh menjawab: “Ya, seorang kekasih akan mengingat orang yang di
kasihinya di Hari Qiyamat, kecuali pada 3 (tiga) tempat kekasih tidak akan
mengingat orang yang dikasihinya di Hari Qiyamat kelak, yaitu:
1.
Saat di
Mizan, yaitu tempat dimana ditimbangnya amal perbuatan manusia, hingga ia
mengetahui betul apakah ringan ia punya amal kebaikannya ataukah berat amal
kebaikannya.
2.
Saat beterbangannya
catatan-catatan amal ibadah/ perbutan seseorang, apakah catatannya akan ia
terima di tangan kanannya ataukah akan di terima di tangan kirinya?
3.
Disaat
keluarnya Unuq (Ular Naga) dari api
neraka jahanam, maka Ular Naga tadi mengepung mereka. Ular Naga berkata: “Aku
diserahkan 3 (tiga) tugas, aku diwakilkan untuk meng-adzaab orang yang mensekutukan Alloh dengan Tuhan
selain-NYA (menyembah selain Alloh), dan akupun ditugaskan untuk meng-adzaab orang yang bertindak sewenang-wenang (jab’bar) dan keras kepala (aniid), dan akupun ditugaskan untuk
meng-adzaab orang yang tidak beriman dengan Hari Hisaab (Hari Qiyamat). Maka ular naga menerkam
mereka, hingga ia mencampakkan/ melemparkan mereka ke dalam api neraka jahanam.”
Di
Neraka jahanam ada jembatan yang lebih tipis dari sehelai rambut dan lebih
tajam dari pedang. Di atas jembatan tadi ada kalaliib (kaitan) yang terbuat dari besi dah hasakun (duri/ ranjau). Dan ada manusia yang melewati itu jembatan
semacam kilat yang menyambar, mereka adalah ahlul khoir, ahlul sholah dan ahlul sa’addah. Dan ada juga diantara mereka
yang melewati itu jembatan semacam angin yang bertiup keras. Maka orang semacam
itu selamat dan sejahtera. Dan ada yang melewati itu jembatan terkoyak-koyak ia
punya badan, dan hancur berkeping-keping. Dan mereka tersungkur ke neraka
jahanam dengan mukanya.
Hadits
Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurayroh RA., berkata Rasululloh
SAW.: “Masa/ jarak antara 2 (dua) tiupan
sangkakala (terompet) 40 tahun lamanya.
Dalam Tafsir disebutkan untuk
memberikan kesempatan istirahat kepada bumi akibat goncangan yang sangat
dahsyat.
Setelah itu
Alloh turunkan dari langit air hujan seperti sepermanya laki-laki, kemudian
mereka bangkit dari quburnya sebagaimana bangkitnya/ tumbuhnya sayuran.”
Hadits
Nabi, yang juga diriwayatkan oleh Abu Hurayroh RA., Rasululloh
bersabda: “Tatkala Alloh selesai
menciptakan langit dan bumi, Alloh kemudian menciptakan sangkakala (terompet),
maka Alloh berikan itu sangkakala kepada Malaikat Isrofil AS. Maka diletakkannya itu sangkakala oleh
Malaikat Isrofil di mulutnya, sambil membelalakan ia punya mata ke arah arasy .
Malaikat Isrofil menanti dan menunggu kapan ia diperintahkan untuk meniup
sangkakala. Abu Hurayroh bertanya: “Apa itu shuur (sangkakala), Ya Rasululooh? ” Rasululloh menjawab:
“Ia seperti tanduk yang terbuat dari nur (cahaya).” Abu Hurayroh kembali
bertanya: “Bagaimana keadaan itu Shuur (sangkakala) di mulut Malaikat Isrofil? ” Rasululloh menjawab: “Sangkakala itu sangat
besar, demi Alloh yang telah mengutus aku sebagai seorang Nabi yang membawa
ajaran yang benar, demi Alloh sungguh besarnya lingkaran itu sangkakala,
seperti langit dan bumi. Kelak Malaikat Isrofil menjelang Hari Qiyamat akan
meniup itu sangkakala sebanyak 3 (tiga) kali tiupan.”
Dalam sebagian riwayat hadits yang
lain hanya 2 tiupan, yang pertama untuk mematikan/ membinasakan orang, dan
tiupan yang kedua untuk dibangkitkannya orang dari kematiannya.
Alloh
berfirman: “Ingatlah oleh kamu di hari di tiupnya sangkakala, maka takutlah
semua makhluk yang ada di langit dan yang ada di bumi, kecuali hamba-hamba
Alloh yang Alloh kehendaki (mereka tidak terkejut).”
Maka
Alloh memerintahkan Malaikat Isrofil untuk meniup dengan tiupan yang pertama,
maka ditiuplah oleh Malaikat Isrofil sehingga terkejutlah makhluk Alloh yang
ada di langit dan yang ada di bumi. Dengan tiupan yang pertama ini, maka akan
bergoncanglah bumi dan akan lengah dan lalai semua orang yang menyusui akan
anak yang disusuinya dan gugurlah semua perempuan yang sedang hamil akan
kandungannya. Dan kamu liat dan saksikan manusia akan mabok (sukaro)
padahal mereka tidak sedang mabok, karena adzaab Alloh sangat dahsyat.
Dan anak-anak yang masih kecil akan beruban. Dan terbanglah syaitan-syaitan
dalam keadaan kabur.
Alloh berfirman: “Hai manusia, takutlah kamu kepada Tuhan kamu, sesungguhnya goncangan
yang diakibatkan Hari Qiyamat, sesuatu yang sangat dahsyat. Dihari itu kau
lihat dan kau saksikan setiap wanita yang menyusui anaknya akan lalai/ lupa
dengan anak yang disusuinya dan gugurlah semua wanita yang sedang hamil akan
kandungannya. Dan setiap manusia dalam keadaan mabok padahal mereka tidak
mabok, tetapi adzaab Alloh-lah yang dahsyatlah yang menyebabkan mereka seperti
orang mabok. Maka mereka tetap akan tinggal di situ dalam keadaan yang Alloh
kehendaki.”
Kemudian
setelah 40 tahun, Alloh perintahkan Malaikat Isrofil untuk meniup kembali
sangkakala, pada tiupan yang kedua maka matilah seluruh makhluk yang ada di
langit dan yang ada di bumi, kecuali hamba-hamba Alloh yang Alloh kehendaki.
Hamba-hamba Alloh yang Alloh kehendaki tidak mati seperti: anak-anak kecil yang
akan menjadi pelayan orang tuanya, bidadari-bidadari, ruh-ruh orang yang mati syahid.
Ada juga yang berbendapat lain yang dikecualikan tidak mati adalah
Malaikat Jibril, Mikail, Isrofil, Izrail dan makhluk Alloh yang memikul Arasy
Maka
Alloh berseru kepada Malaikat Maut: “Hai
Malaikat Maut (Izrail), dengan tiupan sangkakala yang kedua siapa yang tinggal
(hidup) dari pada makhluk-KU?”
Padahal Alloh lebih mengetahui. Malaikat Izrail mengatakan: “Wahai Tuhanku, Engkau adalah Zat Yang Maha
Hidup dan Tidak Akan Pernah Mati. Yang tinggal (masih hidup) dari tiupan yang
kedua ini adalah Jibril, Mikail, Isrofil
dan malaikat-malaikat yang
memikul Arasy KAMU dan akupun (Izrail) masih hidup.” Dan saat itu juga Alloh perintah Malaikat
Maut (Izrail) untuk mencabut nyawa-nyawa mereka semuanya, kecuali dirinya. Demikianlah
seperti yang disebutkan dalam riwayat Kalby.
Pada riwayat Muqootil, berkata Muhammad
Ibnu Ka’ab dari Rojulin dari Abu Hurayroh RA.: Sesungguhnya Alloh
berfirman: “Hendaknya matilah Jibril dan
Mikail dan Isrofil dan hendaknya mati pula para pemikul-pemikul Arasy.” Alloh kembali bertanya kepada Malaikat Maut: “Hai Izrail, siapa yang masih tinggal
(hidup) dari makhluk-KU?” Maka
Izrail mengatakan: “Engkaulah, Wahai
Alloh Zat yang Maha Hidup dan tidak akan mati dan yang tinggal hambaMU yang
lemah (dhoif), Malaikat Maut
(Izrail).” Alloh berfirman lagi: “Ya Malaikal Maut, bukankah kau sudah
mendengar firmanKU, setiap makhluk yang bernyawa pasti akan merasakan kematian?
Sedangkan engkau adalah makhluk dari pada makhlukKU. AKU sudah ciptakan engkau
sebagaimana yang telah engkau ketahui, maka matilah engkau saat ini.” Maka matilah Malaikat Maut/ Izrail.
Diriwayatkan
dalam hadits yang lain: Sesungguhnya Alloh memerintahkan kepada Malaikat Izrail
agar ia mencabut nyawanya sendiri, maka Malaikat Izrail datang menuju tempat
antara Syurga dan Neraka, dan ia mencabut nyawanya sendiri. Maka ia menjerit
dengan sangat dahsyatnya, andaikata manusia semuanya masih hidup, niscaya
mereka pasti akan mati karena mendengar dahsyatnya itu jeritan. Izrail kemudian
berkata: “Andaikata aku mengetahui
sesungguhnya bagi mencabut nyawa itu seperti ini kedahsyatannya dan
kepahitannya, tentunya aku sewaktu mencabut nyawa orang mu’minin lebih
perlahan-lahan lagi.”
Padahal dalam mencabut nyawa orang
mu’min, Malaikat Izrail sudah melakukannya secara perlahan-lahan, tetapi ia
ingin mencabutnya lebih perlahan-lahan lagi, sehingga mereka tidak merasakan
sakit.
Kemudian
matilah Malaikat Izrail AS. Setelah Malaikat Izrail mati, maka tidak ada
seorang makhluk-pun yang masih hidup, yang tinggal hanya Alloh saja. Kemudian
Alloh berfirman kepada dunia yang hina: “Mana
raja-raja? Mana anak-anak raja? Mana orang-orang yang takabur dan sombong? Mana
anak-anak yang takabur dan sombong? Mana orang-orang yang dulu di alam dunia
memakan rizqy-KU dan ia menyembah selain AKU? Milik siapa dan punya siapa
kerajaan pada saat ini?” Tetapi
tidak ada seorangpun yang menjawabnya. Kemudian Alloh menjawab dengan
sendirinya: “Kerajaan ini adalah milik/
kepunyaan Alloh yang Maha Esa dan tidak terkalahkan.”
Maka
langit menurunkan air hujan semacam sepermanya laki-laki selama 40 hari,
sehingga air itu menggenangi segala sesuatu, setinggi 20 dziro (+ 40 cm). Maka Alloh tumbuhkan/
hidupkan makhluk-makhluk dengan air itu sebagaimana tumbuhnya sayuran-sayuran,
sehingga sempurnalah badan-badan (jisim)
mereka sebagaimana dulu di alam dunia.
Kemudian
Alloh berfirman: “Hendaknya hiduplah
Isrofil, dan Izrail dan pemikul Arsy.”
Maka hiduplah 3 Malaikat tadi dengan perintah Alloh. Kemudian Alloh
memerintahkan kepada Malaikat Isrofil untuk mengambil sangkakala (terompet),
maka Malaikat Isrofil mengambil itu sangkakala dan meletakkan sangkakalanya di
mulutnya. Selanjutnya Alloh berfirman: “Hendaknya
hiduplah Jibril dan Mikail.” Maka
hiduplah keduanya, dengan perintah Alloh SWT.
Kemudian
proses selanjutnya, Alloh panggil arwah-arwah (ruh-ruh) dari mulai Nabi Adam
AS. hingga manusia terakhir. Maka ditaruhnya itu arwah-arwah (ruh-ruh) tadi di
sangkakala, maka Alloh memerintahkan kepada Malaikat Isrofil untuk meniup
sangkakala. Atas perintah Alloh maka ditiuplah itu sangkakala sebagai tiupan
yang membangkitkan umat manusia. Setelah ditiup sangkakala oleh Malaikat
Isrofil, maka kelurlah itu ruh-ruh seakan-akan seperti lebah yang beterbangan.
Itu arwah-arwah yang laksana lebah sudah memenuhi ruang/ tempat antara langit
dan bumi. Maka masuklah itu ruh-ruh ke dalam bumi ke jasad-jasad tiap orang
melalui lubang hidungnya. Maka terbukalah itu bumi untuk mereka, hingga mereka
keluar dari bumi, mereka bangkit/ berdiri
dalam keadaan saling memandang.
Kemudian
Nabi berkata: “Aku adalah orang yang
pertama keluar dari bumi.” Dalam
Hadits yang lain: “Sesungguhnya Alloh SWT., apabila IA telah menghidupkan
Malaikat Jibril AS., Malaikat Mikail dan Malaikat Isrofil, maka mereka singgah/
mendatangi qubur-an Nabi Muhammad SAW., mereka datang dengan berkendaraan Buroq, dan
pakaian-pakaian dari Syurga. Dan keluarlah Nabi dari bumi yang sudah terbelah,
maka Nabi melihat Malaikat Jibril AS. dihadapannya dan Nabi bertanya: “Ya
Jibril, hari apa ini?” Jibril menjawab: “Ini adalah hari Qiyamaat (Yaumul Haaqoh).”
Haaqoh dalam Lughot (bahasa), artinya
sesuatu yang pasti terjadi. Karena Hari Qiyamaat pasti terjadi, maka Hari
Qiyamaat disebut juga sebagai Yaumul
Haaqoh. Hari Qiyamat disebut juga Yaumul
Qoori’ah. Dalam bahasa Qoori’ah
adalah sesuatu yang menggetarkan/ menakutkan. Karena Hari Qiyamaat suatu hari
yang menggetarkan/ menakutkan, maka Hari Qiyamaat disebut juga sebagai Yaumul Qoori’ah.
Nabi
berkata lagi kepada Malaikat Jibril: “Ya Jibril, apa yang Alloh lakukan
terhadap umatku?”
Hal ini sebagai bukti kecintaan Nabi
Muhammmad SAW. kepada kita selaku umatnya, ia tidak memikirkan keluarganya, tetapi
yang pertama difikirkan dan ditanya adalah umatnya. “Alloohumma sholli ‘alaa sayyidinna Muhammad wa’alaa aali sayyidinna
Muhammad.”
Tuan
Syech Musonif berkata: kami kembali kepada Hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurayroh RA.:
Maka
keluarlah mereka dari quburan masing-masing dengan cepat-cepat menuju kepada Tuhan mereka. Mereka keluar
dari qubur-qubur mereka dalam keadaan tanpa alas kaki, dalam keadaan tanpa
sehelai benangpun (telanjang). Kemudian mereka berhenti di suatu tempat dan
Alloh tidak memandang mereka (mendiamkan/ membiarkan mereka) selama 70 tahun.
Dan Alloh tidak memberikan putusan diantara mereka, maka menangislah mereka
semuanya hingga habis air mata mereka semuanya sehingga keluarlan darah dari
mata mereka. Dan mereka mengeluarkan keringat hingga menggenangi mereka punya
janggut dan menutupi mereka punya mulut.
Bagaimana mungkin kita akan
menyianyiakan waktu, lalai dari beribadah kepad Alloh, bila kondisi seperti ini
yang nanti kita akan dapati di Hari Qiyamat?
Setelah
70 tahun, baru mereka di panggil menuju ke Padang Ma’syar. Mereka
cepat-cepat/ bergegas menuju ke arah panggilan. Maka apabila makhluk-makhluk
sudah kumpul semuanya (Jin, Manusia dan Makhluk-Makhluk lainnya), di saat
mereka diam kemudian mereka mendengar suara yang keras dari langit, maka suara
tadi mengejutkan/ menakutkan/ menggetarkan mereka. Maka terbelahlah langit, dan
turunlah Malaikat-Malaikat dari langit yang pertama menuju ke bumi seperti
keluarnya makhluk-makhluk dari perut bumi. Mereka mengambil posisi/ tempat
masing-masing untuk berbaris. Maka manusia berkata kepada Malaikat-Malaikat
yang baru turun dari langit yang pertama: “Apakah
ada diantara kamu hai Malaikat-Malaikat yang membawa perintah Alloh untuk
menghisab?” Malaikat berkata: “Tidak ada perintah kepada kami untuk
menghisab.” Kemudian turunlah ke
bumi, penghuni langit yang kedua, mereka berdiri sambil berbaris di belakang
penghuni langit yang pertama. Kemudian turunlah penghuni langit yang ketiga
hingga turun semua Malaikat-Malaikat sampai langit yang ke tujuh dengan jumlah
yang berlipat ganda. Maka mereka berdiri di sekeliling penghuni dunia.
Dalam
sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala , Rasululloh bersabda: “Sesungguhnya
Alloh memerintahkan kepada langit yang pertama, maka terbelahlah langit yang
pertama dan keluarlah malaikat-malaikat dari langit yang pertama, maka mereka
turun dari langit menuju bumi, mereka meliputi/ mengelilingi bumi dan orang
yang ada pada bumi. Kemudian Alloh memerintahkan kepada langit yang kedua, maka
terbelahlah langit yang kedua dan keluarlah yang ada padanya yaitu dari pada
malalikat-malaikat dan seluruh makhluk yang ada pada langit yang kedua. Dan
Alloh juga memerintahkan kepada langit yang ketiga, sampai yang langit yang
ketujuh, maka terbelahlah langit dan keluarlah yang ada padanya dari pada
malaikat-malaikat dan seluruh makhluk-makhluk yang ada padanya. Hingga mereka
menjadi shof-shof (barisan-barisan)
dari pada malaikat-malaikat, sebagian mereka ada di dalam kelompok sebagian
lagi (berlapis-lapis). Dan penghuni bumi tidak mendapatkan satu sudut-sudut
dari bumi melainkan mereka dapati dari padanya tujuh lapis/ shof dari pada
malaikat-malaikat.
Yang
demikian itu terdapat dalam Firman Alloh
SWT.: “Hai jin dan manusia, bila kamu
mampu untuk menembus dan melintasi sudut-sudut langit dan bumi, silahkan kamu
tembus dan lintasi, kamu tidak akan mampu menembusnya melainkan dengan
kekuatan. Dan pada hari itu terbelah langit dengan mengelurkan kabut-kabut
putih dan diturunkannya malaikat-malaikat secara bergelombang-gelombang.”
Hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Hurayroh RA.,
Rasululloh bersabda: “Sesungguhnya Alloh berfirman: Hai para jin
dan Manusia, sesungguhnya/ bahwasanya apa yang tercatat dalam buku catatan kamu
adalah amal-amal kamu di alam dunia. Siapa orang yang mendapatkan kebaikan
dalam catatan amal-amalnya hendaknya ia memuji/ bersyukur kepada Alloh. Siapa
orang yang mendapatkan selain itu (tidak mendapatkan kebaikan dalam catatan
amalnya), maka jangan menyalahi/ mencerca kecuali pada dirinya sendiri.”
Kemudian
Alloh memerintahkan Neraka Jahanam untuk mengeluarkan yang ada padanya, unuqun (ular naga) yang panjang, hitam
dan gelap. Kemudian Alloh berfirman:
“Bukankan AKU sudah perintahkan kepada
kamu hai manusia, yaitu bahwa kamu jangan menyembah syaiton, sesungguhnya
syaiton itu bagi kamu adalah musuh yang nyata. Hendaknya kamu sembah AKU, ini
adalah jalan yang lurus. Dan sungguh syaiton sudah menyesatkan sebagian dari
kamu yaitu dalam jumlah/ kelompok yang banyak. Tidakkah kamu berfikir?”
Maka
bertekuk lututlah manusia-manusia pada saat itu, dan Alloh berfirman: “Kamu liat
setiap manusia bertekuk lutut dari rasa takut. Setiap manusia di panggil ke
alam barzah untuk melihat catatan amal perbuatannya di alam dunia. Maka Alloh
putuskan dengan suatu keputusan hukum diantara makhluk-makhlukNYA. Dan Alloh
putuskan antara binatang-binatang buas dengan binatang-binatang ternak. Alloh
memberikan kesempatan kepada binatang-binatang yang lemah untuk mengambil
balasan kepada binatang-binatang yang buas.”
Sampai-sampai
Alloh memberikan kesempatan kepada binatang-binatang yang tidak bertanduk
semacam kambing yang tidak bertanduk untuk mengambil balasan kepada kambing
yang bertanduk yang dulu pernah mendzholiminya. Kemudian Alloh berfirman: “Hai
binatang-binatang ternak dan binatang buas jadilah kamu tanah.” Setelah masing-masing mengambil haqnya, maka
Alloh perintahkan semua binatang untuk menjadi tanah, jadi tidak ada binatang
yang masuk ke Neraka ataupun Syurga. Ketika itulah orang kafir berkata: “Alangkah baiknya aku menjadi tanah saja, tidak
menjadi makhluk atau manusia sehingga tidak ada adzab di alam akhirat.” Hal tersebut merupakan angan-angan kosong
yang tidak mungkin terjadi. Kemudian Alloh putuskan satu putusan diantara
hamba-hambanya, ada yang Alloh tentukan sebagian masuk ke dalam Syurga dan
sebagian lagi masuk ke dalam Neraka Jahanam.
Hadits
yang diriwayatkan Imam Naafi’ bin
Umar RA. dari Rasululloh SAW., Nabi
bersabda: “Nanti manusia di Hari Qiyamat
akan dibangkitkan dan dikumpulkan sebagaimana mereka dahulu dilahirkan oleh
ibunya masing-masing, bertelanjang bulat tanpa sehelai benangpun dan tidak
beralas kaki.” Maka Aisyah RA.
berkata: “Hai Rasululloh apakah lelaki
dan perempuan dibangkitkan dalam kondisi seperti itu keadaannya, tidak beralas
kaki dan telanjang bulat?” Nabi menjawab: “Ya.” Maka Aisyah RA.
berkata: “Alangkah malunya, manusia itu
saat dapat melihat aurot kemaluan sebagian dari sebagian yang lain (saling
melihat aurot masing-masing.” Maka
Nabi menepuk dua bahu dari Siti Aisyah RA., ia punya istri, sambil berkata: “Hai putri Abu Baqar Assidiq RA., manusia
pada saat itu di Padang Ma’syar masing-masing sibuk dan tidak mungkin lagi
memandang satu sama lain akan aurotnya. Dan mereka ini membelalakkan/
mengangkat pandangannya ke arah langit
dan diam berdiri selama 40 tahun lamanya. Selama 40 tahun mereka tidak makan
dan tidak minum. Maka diantara mereka selama 40 tahun tadi, ada yang peluhnya/
keringatnya sampai kepada dua mata kakinya. Ada juga diantara mereka yang
peluhnya/ keringatnya sampai kepada
kedua betis kakinya. Ada juga diantara mereka yang peluhnya/ keringatnya
sampai kepada perutnya. Ada juga diantara mereka yang peluhnya/ keringatnya menenggelamkan
ia punya mulut dari karena lamanya berdiam/ berdiri diri disitu. Kemudian
berdirilah Malaikat-Malaikat meliputi/ mengelilingi Arsy. Maka Alloh memanggil
Malaikat yang bertugas memanggil, mana si-fulan? mana si-fulan? Saat mendengar
suara panggilan, maka manusia masing-masing mengangkat ia punya kepala. Maka
keluarlah orang-orang yang dipanggil tadi dari tempat ia berdiri. Manakala
mereka sudah berdiri di hadapan Alloh Robulalaamiin, maka Alloh berkata: “Mana
orang-orang di dunia yang dahulu kamu dzholimi dan kamu aniyaya? Maka
dipanggilah orang yang pernah di dzholimi dan di aniyaya seorang demi seorang.
Maka diambilah kebaikan-kebaikan dari orang yang mendzholimi untuk diberikan/
dipindahkan kepada orang yang di dzholimi di alam dunia. Apapun yang
didzholiminya baik dari fisiknya, hartanya, kehormatannya, harga dirinya dan
lain-lain. Maka pada saat itu di Padang Ma’syar
sudah tidak dapat lagi dibeli itu kebaikan, uang sudah tidak berlaku
lagi, melainkan diambillah itu kebaikannya-kebaikan orang yang zholim untuk
diberikan kepada orang yang pernah di dzholiminya di alam dunia. Manakala
kebaikannya dari orang yang zholim sudah habis, maka kejahatan atau dosa-dosa
dari orang yang pernah di dzholiminya diberikan/ ditimpakan kepada orang yang
telah berbuat zholim kepadanya. Maka mereka senantiasa terus-menerus menuntut
agar dipenuhi (dibayar dengan penuh) kezholiman yang dulu ia terima dengan
kebaikan-kebaikan dari orang yang pernah berbuat zholim kepadanya, hingga
sampai tuntas (habis) dan tidak ada lagi kebaikan-kebaikan yang tersisa
padanya. Apabila kebaikan-kebaikannya dari orang yang berbuat zholim sudah
habis, maka kejahatan/ dosa dari orang yang pernah ia dzholimi diberikan/
dipindahkan kepadanya. Apabila sudah habis kebaikan-kebaikan dari orang yang
pernah berbuat zholim di alam dunia, maka dikatakan kepadanya: “Pergilah kamu
kepada Ibumu Haawiyah (Neraka) , karena sudah tidak ada lagi kebaikan-kebaikan
pada kamu, yang ada hanya kejahatan/ dosa-dosa pada diri kamu.”
Sesungguhnya
pada hari ini tidak ada lagi ke-dzholiman, ini merupakan tempat yang sangat
adil. Sesungguhnya Alloh sangat cepat dalam hisabnya. Alloh sangat cepat
balasannya (sangat cepat dalam memberikan balasan). Maka tidak ada (tidak tinggal) pada saat itu
Malaikat yang sangat dekat kepada Alloh, demikian pula Nabi Mursal (Nabi yang
di utus Alloh), orang yang mati syahid, melainkan mereka menduga dan mengira
bahwa mereka tidak akan selamat dari adzab Alloh. Karena mereka melihat dari
sangat dahsyatnya adzab Alloh, kecuali bagi mereka yang Alloh pelihara.
Hadits
dari Mu’adz bin Jabal, Rasululloh
bersabda: “Tidak akan bergerak dua kaki hamba Alloh, sehingga ditanya 4
perkara:
1. Tentang
umurnya, dimana ia habiskan ia punya umur?
2. Tentang
jasadnya, dimana ia rusak ia punya jasad/ badannya?
3. Tentang
ilmunya, apa yang sudah diamalkan dari ilmunya?
4. Tentang
hartanya, dari mana ia dapatkan itu harta? Dan dimana ia infaq-kan/
dibelanjakan itu harta?
Setelah
tuntas pertanyaannya, kemudian baru ia bergerak ke tempat-tempat yang telah
Alloh siapkan untuknya.
Dari
Ikrimah RA., ia berkata:
“Sesungguhnya seorang bapak atau suami akan bergelantungan kepada anaknya atau
istrinya di Hari Qiyamaat, maka
si-bapak berkata: “Ya Bunaya (Hai anakku
= panggilan kesayangan), dulu di alam dunia aku adalah bapakmu/ orang tuamu.”
Anak yang mempunyai ahlaq yang bagus, ia
memuji bapaknya dengan pujian kebaikan, di saat suasana yang mencekam/
menakutkan, ia tetap menghormati orang tuanya. Mendapatkan perlakuan yang baik
dari anaknya, kemudian si-bapak berkata: “Ya
bunaya, aku butuh sedikit saja (Mitsqola Dzaroh) dari kebaikanmu untuk
menyelamatkan diriku dari adzab Alloh. Mungkin/ semoga aku dapat selamat dari keadaan
yang kau saksikan begitu dahsyatnya/ menakutkannya di Padang Ma’syar pada Hari Qiyaamat ini.”
Ulama betawi dahulu untuk
menggambarkan suatu hal yang sedikit (Mitsqola
Dzaroh), maka diumpamakan semacam biji sawi. Pada masa yang sudah modern, suatu
hal yang sedikit digambarkan dengan sebesar biji atom. Dan pada masa-masa di
akhir saat ini untuk menggambarkan suatu yang kecil yang sudah tidak dapat
dibagi-bagi lagi adalah dengan sebutan 1 netron.
Si-anak
menjawab: “Hai bapak, aku ini
mengkhawatirkan keselamatan diriku dari adzab Alloh sama seperti yang kau
khawatirkan. Oleh karena itu aku tidak mampu untuk memberikan kepadamu sedikitpun
juga dari amal kebaikanku.”
Di Padang Ma’syar keadaannya sudah nafsy-nafsy (masing-masing), si-anak
tidak mau mengorbankan keselamatan jiwanya dari adzab Alloh demi bapaknya. Lain
dengan orang tua sewaktu di alam dunia, mereka rela mengorbankan jiwanya demi
keselamatan nyawa anaknya.
Karena
permintaannya di tolak oleh si-anak, maka si-bapak ini bergelantungan kepada
istrinya, maka ia berkata kepada istrinya: “Hai
fulanah, dulu aku di alam dunia adalah suami kamu.” Istrinya adalah seorang yang mempuyai ahlaq
yang baik, ia memuji suaminya dengan pujian kebaikan. Karena mendapatkan sambutan
yang baik, maka ia berkata kepada istrinya: “Hai
istriku, aku minta kepada kamu 1 kebaikan saja untuk kau hadiahkan kebaikan itu
kepadaku. Mungkin/ semoga aku dapat selamat dari keadaan yang kau saksikan
begitu dahsyatnya/ menakutkannya di Padang Ma’syar pada Hari Qiyamat ini.” Si-istri menjawab: “Hai suamiku, aku ini mengkhawatirkan keselamatan diriku dari adzab
Alloh sama seperti yang kau khawatirkan. Oleh karena itu aku tidak mampu untuk
memberikan kepadamu sedikitpun juga amal kebaikanku.”
Sewaktu di alam dunia, suami sangat
sayang kepada istrinya, dibelikan bermacam-macam yang diinginkan istrinya,
tetapi di Padang Ma’syar keadaannya sudah nafsy-nafsy (masing-masing).
Maka
Alloh berfiman: “Jika orang yang keberatan/ banyak dosa meminta/ memanggil untuk
dipikulkan ia punya dosa, maka tidak akan dipikulkan daripadanya sedikitpun
dosa sekalipun yang diminta/ dipanggil untuk memikulnya adalah ahli kerabatnya
(anak, istri dan saudaranya).” Jadi
keadaan/ kondisi di Padang Ma’syar nafsy-nafsy, maka tidak ada seorangpun
(termasuk kerabatnya) yang mau menanggung/ memikul dosa orang tersebut.
Untuk itu kita masing-masing perlu
membekali diri kita dengan bermacam-macam amal amal ibadah untuk menyelamatkan
diri kita, karena disana kita tidak dapat mengharapkan bantuan dari siapapun
juga.
Hadits
Riwayat dari Ibnu Mas’ud RA.,
Rasululloh bersabda: “Sesungguhnya orang
kafir, sungguh akan tengelam dengan peluh/ keringatnya dari sangat lamanya masa
itu (masa penantian selama 40 tahun). Sehingga si-kafir berkata: Wahai Tuhanku kasihani aku, sekalipun aku dimasukan
ke Neraka Jahanam.”
Mereka mengira di Neraka Jahanam
adzab yang akan mereka terima akan lebih ringan.
Berkata
Faqih
Rahimahullohu Taala, menyebutkan Hadits
Riwayat dari Ibnu Abbas RA.,
Rasululloh bersabda: “Tidak ada satupun Nabi melainkan dari Nabi tadi memiliki doa yang
mustajaab (doa yang Alloh qobuul-kan). Semua Nabi-nabi yang banyak jumlahnya
tersebut sudah menggunakan doa yang mustajaab itu di alam dunia.
Karena mereka tidak sanggup/ sabar
menghadapi kelakukan/ ulah dari umatnya, sehingga Nabi-Nabi tersebut
menggunakan doa yang mustajaab tersebut di alam dunia, sehingga hancur/
binasa umat-umat dahulu kala.
Sesungguhnya
aku menyimpan/ menyembunyikan aku punya
doa yang mustajaab di alam dunia, untuk aku gunakan memberikan syafaat bagi umatku kelak di Hari Qiyaamat. Ketahui
oleh kamu, aku adalah pemimpin Anak Adam (umat manusia seluruhnya), tapi aku
tidak membanggakan diri. Aku adalah orang yang pertama kali keluar/ bangkit
dari bumi dan aku tidak membanggakan diri. Panji-panji pujian kepada Alloh ada
di tanganku di Hari Qiyaamat, di bawah panji-panji pujian tadi ada Nabi Adam
dan manusia lainnya, dan aku tidak membanggakan diri.”
Kemudian
Nabi bersabda: “Sangat dahsyatnya/ sulitnya keadaan manusia di Hari Qiyaamat, maka
mereka berbondong-bondong menuju kepada Nabi Alloh Adam AS., mereka berkata: “Ya
Abal Basyar (Hai bapaknya manusia), berikan syafaat kepada kami dengan jalan
kau mohonkan kepada Tuhanmu agar memberikan keputusan sesegera mungkin hingga
kami terbebas dari kesulitan di Padang Ma’syar.” Nabi Adam AS. berkata: “Aku tidak berhaq memberikan syafaat di
Padang Ma’syar kepada siapapun juga. Sebab aku telah berbuat salah sehingga di
keluarkan dari Syurga dengan sebab aku makan buah quldi.
Nabi terpelihara dari berbuatan dosa,
tetapi karena Nabi Adam maqom (kedudukannya) tinggi, maka memakan buah quldi
dianggap suatu perbuatan dosa, bila kita yang melakukannya tidak dianggap dosa.
Maka ada seorang auliya (ulama besar) pernah mengatakan: “Andaikata aku adalah
Nabi Adam, Alloh melarang makan buah quldi, maka aku akan memakan buah quldi
semuanya, karena banyak keuntungan memakan buah quldi.” Sebenarnya Nabi Adam AS. tidak salah, ia memakan
buah quldi karena ada hikmahnya disitu.
Nabi
Adam AS. berkata: “Sesungguhnya tidak ada
yang merisaukan aku pada hari ini kecuali keselamatan diriku sendiri.” Ia tidak memikirkan keselamatan umatnya. “Hendaknya
kamu datang kepada Nabi Nuh, karena Nabi Nuh adalah Rasul yang pertama kali
dari sekian banyak Rasul.”
Nabi Nuh AS. membawa Syariat,
sedangkan Nabi Adam AS. tidak membawa Syariat. Syariat pertama diberikan kepada
Nabi Nuh AS.
Sesuai
dengan saran dari Nabi Adam AS., maka merekapun berbondong-bondong mendatangi
Nabi Nuh AS. Mereka berkata kepada Nabi Nuh AS.: “Ya Nuh, tolong berikan
syafaat kepada kami dengan jalan kau minta kepada Tuhanmu agar ia memutuskan
urusan diantara kami.” Nabi Nuh AS. berkata: “Aku tidak berhaq memberikan
syafaat pada hari ini di Padang Ma’syar, karena aku sudah berdoa dengan satu
doa, aku hanyutkan dengan doa tadi, penduduk bumi. Tidak ada yang merisaukan
aku pada hari ini kecuali keselamatan diriku sendiri.” Ia tidak memikirkan
keselamatan umatnya. “Tetapi hendaknya kamu datang kepada Nabi Ibrohim AS.,
yang Alloh jadikan ia sebagai kekasih-NYA.”
Maka merekapun berbondong-bondong mendatangi Nabi Alloh Ibrohim AS.
Mereka berkata kepada Nabi Ibrohim AS.: “Ya
Ibrohim, tolong berikan syafaat kepada kami dengan jalan kau mohon kepada
Tuhanmu agar Alloh memutuskan urusan diantara kita.” Nabi Alloh Ibrahim AS. berkata: “Aku tidak
berhaq untuk memberikan syafaat pada saat ini. Karena aku sudah berdusta dalam
Islam, aku sudah berdusta sebanyak 3 kali.”
Dusta disini tidak diartikan secara
harfiyah, karena Nabi terpelihara dari perbuatan dosa. Tetapi hal ini karena
sifat ketawadhuan dari Nabi Ibrohim AS., sehingga menganggap perbuatan dusta
yang dilakukannya sebagai suatu perbuatan dosa.
Nabi
SAW. berkata: “Sesungguhnya Ibrohim AS. tidak mendebat dengan 3 alasan yang
dianggap ia dusta, kecuali untuk mempertahankan agama Alloh.
-
Yang
pertama aku memandang bintang-bintang satu kali, setelah ia pandang ia berkata
aku saqiim. Banyak versi dari Ulama yang mengatakan bahwa Saqiim disini diartikan
sakit hatinya, karena pada saat itu ia diajak oleh kaumnya untuk turut serta
menghadiri upacara keagamaan dari kaumnya, bukan agama Alloh. Setelah memandang
bintang, Nabi Ibrohim AS. berkata: “Ana saqiim.”
Saqiim dalam pengertian Nabi Ibrohim adalah sakit
hatinya, karena melihat kaumnya menyembah berhala yang tidak ada manfaatnya.
Tetapi dalam pandangan kaumnya diartikan bahwa saqiim disini adalah Ibrohim sakit jasadnya/ badannya. Dalam versi
lain ada yang mengatakan bahwa Nabi Ibrohim AS. memandang bintang untuk
mengambil huj’jah (dalih), karena pada saat itu kaumnya bangsa Persia budayanya
sangat kental dengan Ilmu Nujum. Ilmu Nujum dibagi menjadi 2, yaitu Astoronomi dan Astrologi.
Dalam Islam ilmu Astronomi dibolehkan untuk menentukan arah qiblat,
waktu shalat dll. dan biasa dikenal dengan sebutan Ilmu Falaq, sedangkan ilmu
Astrologi diharamkan. Ilmu Astologi sangat mempengaruhi Bangsa Persia pada zaman
Nabi Ibrohim AS., mereka menganggap bahwa Ilmu Nujum (Astrologi) tersebut
berkaitan erat dengan prilaku manusia. Bila ada suatu kebutuhan/ kerjaan,
mereka melihat dengan Ilmu Nujum, jika ada tanda-tanda yang mereka anggap tidak
baik, maka mereka tidak jadi melakukan/ mengerjakan suatu kerjaan, percaya
dengan ramalan Ilmu Astorologi, perbuatan seperti ini yang diharamkan dalam
Islam. Banyak orang yang mempercayai bahwa bila berpergian tidak boleh di hari
Selasa, memulai suatu usaha/ dagang tidak boleh di hari tertentu atau bulan
tertentu, semua ini yang tidak dibolehkan/ diharamkan dalam Islam. Ada yang
memalsukan bahwa Syaidina Ali pernah mengatakan bahwa jangan berangkat pada
hari ini dan seterusnya, hal itu semuanya bohong, perkataan itu hanya
diselundupkan oleh orang Yahudi dengan mengatasnamakan Syaidina Ali KW.
Jadi alasan Nabi Ibrohim yang
mengatakan bahwa ia melihat bintang dan bila ia keluar pada saat itu maka ia
akan jatuh sakit adalah dengan tujuan agar ia terhindar untuk tidak mengikuti
upacara keagamaan dari kaumnya dan kaumnya mempercayai alasan dari Nabi Ibrahim
AS. tersebut, maka mereka meninggalkan Nabi Ibrohim AS. seorang diri.
-
Alasan
yang kedua dari Nabi Ibrahim yang menyatakan bahwa ia telah berdusta/ berbohong
adalah: Nabi Ibrohim mengatakan bahwa yang menghancurkan semua berhala-berhala
yang kecil adalah berhala yang paling besar, padahal yang menghancurkan semua
berhala yang kecil adalah Nabi Ibrohim AS. dan setelah menghancurkan semua
berhala yang kecil dengan menggunakan kampak, kemudian ia menggantungkan kampak
tersebut di leher berhala yang paling besar. Sewaktu kaumnya bertanya siapa
yang menghancurkan berhala-berhala mereka, maka Nabi Ibrahim mengatakan: “Yang
menghancurkan semua berhala yang kecil adalah berhala yang paling besar, maka
silahkan kau tanya kepada berhala yang paling besar. Perkataannya tersebut
dianggap oleh Nabi Ibrohim AS. sebagai suatu perbuatan dusta.
-
Alasan
yang ketiga dari Nabi Ibrohim yang menyatakan bahwa ia telah berdusta/
berbohong adalah: pada saat ia mengatakan bahwa istrinya Siti Sarah adalah
saudaraku, pada saat Nabi Ibrahim dan Siti Sarah melewati suatu tempat dimana
raja ditempat tersebut sangat dzholim sekali,
manakala melihat ada perempuan cantik maka akan diambil. Saat ditanya siapa
Siti Sarah? Nabi Ibrohim menjawab: “Hajja
Ukhty (ini saudaraku)” maksud
dari Nabi Ibrahim adalah Ukhty fi diin
(saudara dalam agama). Karena bila Nabi Ibrohim mengatakan bahwa Siti Sarah
adalah istrinya, maka Siti Sarah akan diambil oleh raja yang dzholim. Perkataan
tersebut dianggap suatu perbuatan dusta, padahal perkataan tersebut bertujuan
untuk menyelamatkan Siti Sarah (istrinya) dari raja yang dzholim.
Nabi
Ibrohim AS kemudian berkata: “Tidak ada yang merisaukan diriku pada hari ini
kecuali diriku sendiri. Tetapi hendaknya kamu datang kepada Nabi Alloh Musa AS.
yang Alloh ajak ia bicara secara langsung. Maka mereka datang
berbondong-bondong kepada Nabi Musa AS. dan Nabi Musa-pun berkata kepada
mereka: “Aku tidak berhaq untuk memberikan syafaat di Padang Ma’syar, karena
aku telah membunuh satu jiwa yang tidak ada haq-nya untuk dibunuh.”
Pada saat terjadi perkelahian antara
orang Gypty (Mesir) dan Bani Israil (Yahudi), Nabi Musa memisahkan mereka, pada
akhirnya terpukullah orang Mesir hingga mati oleh Nabi Musa AS., padahal Nabi
Musa AS. tidak bermaksud membunuh.
“Tidak
ada yang merisaukanku pada hari ini kecuali diriku sendiri. Tetapi datanglah
kepada Nabi Alloh Isa AS., yang mendapatkan gelar Ruuhulloh Wa
Kalimatah.” Maka mereka
berbondong-bondong mendatangi Nabi Isa AS., tetapi Nabi Isa AS berkata: “Aku
tidak berhaq memberikan syafaat di Padang Ma’syar, karena aku dan ibuku sudah
dijadikan sebagai Tuhan oleh kaumku.”
Dalam agama Kristen ada ajaran
Trinitas, yang mengenal adanya Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Tuhan Ibu.
“Dan
pada hari ini tidak ada yang merisaukan diriku kecuali diriku sendiri.”
Kemudian
Nabi Isa AS. berkata: “Nabi Muhammad SAW. di sudahi dan di tutup dengan sebab
dia nabi-nabi, beliau sudah ada saat/ hari ini di ini tempat. Dan sesungguhnya
Alloh sudah ampuni ia punya dosa yang telah lalu maupun yang kemudian (ma’sum dari perbuatan dosa), datangi
oleh kamu dia. Rasululloh berkata: “Maka mereka datang kepadaku.” Sebagaimana
kepada nabi-nabi yang lain, mereka meminta syafaat kepada Nabi Muhammad SAW.
Maka Nabi berkata: “Ya, aku yang akan memberikan kepadamu syafaat.” Sehingga
Alloh mengizinkan kepada Nabi untuk memberikan syafaat kepada orang yang
dikehendaki/ ridhoi. Nabi Muhammad SAW. terus-menerus memberikan syafaat
sekehendak yang ia inginkan.
Apabila
Alloh akan memutuskan diantara makhluk-makhluknya, suatu keputusan, maka ada
suara yang memanggil-manggil: “Mana Nabi Muhammad SAW. dan umatnya?” Kami
orang-orang yang paling akhir/ belakang keluar ke alam dunia ini, tetapi kami
orang yang paling awal di bangkitkan dari alam qubur. Kami adalah manusia
terakhir di alam dunia, dan kami manusia yang pertama kali di hisab di Hari
Qiyamaat. Kemudian Nabi berkata: “Maka aku dan umatku bangun, maka umat-umat
sebelumnya (dari Nabi Alloh Adam AS sampai umat Nabi Isa AS.) melapangkan/
memberi untuk kami jalan. Mereka lewat dalam keadaan bersinar-sinar (bercahaya)
mereka punya muka dan bercahaya pula tangan dan kaki mereka dari sebab
bekas-bekas wudhu. Masing-masing manusia berkata kepada kami umat Nabi Muhammad
SAW. : “Nyaris semuanya umat Nabi Muhammad SAW. menjadi Nabi.”
Karena mereka bercahaya sebagaimana
Nabi Muhammad SAW. yang bercahaya, nyaris bukan berarti jadi Nabi, tetapi dari
sebab cahayanya yang luar biasa, tentunya cahaya Nabi dan umatnya tidak
sama.
Nabi
berkata: “Kemudian aku melangkah menuju pintu Syurga, maka aku ketok itu pintu
meminta untuk dibukakan itu pintu kepada Malaikat penjaga Syurga. Sewaktu Nabi
ketok, ada suara yang bertanya: “Siapa ini yang minta dibukakan pintu?” Aku
berkata: “Aku Muhammad Rasululloh” Maka
Malaikat membukakan pintu Syurga. Maka aku masuk ke dalam Syurga dan aku turun
untuk bersujud kepada Tuhanku. Dalam keadaan sujud, aku puji Alloh dengan
bermacam-macam pujian, belum pernah orang sebelumku menggunakan itu pujian dan
tidak digunakannya itu puji-pujian kepada Alloh oleh orang setelah aku. Jadi
hanya Nabi Muhammad SAW. saja yang memuji Alloh dengan itu pujian. Maka
kemudian ada suara: “Angkat hai Muhammad SAW. kau punya kepala, katakan/
ucapkan oleh kamu apa yang kamu minta akan didengar permintaanmu. Minta
kepadaKU niscaya akan AKU qobulkan/ berikan permintaanmu. Minta agar kamu dapat
memberikan syafaat, maka kamu akan diberikan mandat untuk dapat memberikan
syafaat.” Maka kemudian aku angkat aku punya kepala dari sujudku, dan aku
berikan syafaat bagi orang yang dalam hatinya ada iman ‘Mitsqola Sya’irotin’ (seberat biji gandum).
Nabi diberikan izin memberikan
syafaat kepada orang yang ada imannya meskipun imannya itu sedikit/lemah
sekali, yaitu ada keyakinan akan adanya Alloh dan Rasulnya, serta menyaksikan
syahadah: “Laailahaailaalloh Waana
Muhammaddar Rasululloh.” Disitu Nabi diberikan mandat untuk dapat
memberikan syafaat kepada orang semacam ini, meskipun lemah imannya yang
terpenting ada iman di dalam hatinya.
Diriwayatkan
Hadits ini dari Umar Ibnu Khothoob RA,
suatu saat Umar Ibnu Khothoob RA. masuk ke dalam masjid, ia dapati Ka’ab Al Ahbaar sedang memberikan nasehat kepada manusia
(orang). Berkata Syaidina Umar RA.: “Hai Ka’ab Al Ahbaar, tolong sampaikan
kepadaku nasehat yang membuat aku takut (Khowifnaa)
kepada Alloh. Maka Ka’ab Al Ahbaar berkata: “Demi Alloh sesungguhnya Alloh
memiliki malaikat-malaikat yang mereka ‘kerjaannya’ selalu berdiri saja dari
sejak Alloh ciptakan mereka hingga saat ini, mereka tidak pernah membengkokkan
tulang sulbinya (artinya tidak pernah ruku apalagi sujud). Malaikat yang
lainnya lagi ‘kerjaannya’ sujud saja, ruku saja dan mereka tidak pernah
mengangkat kepalanya dari sujud/ ruku-nya sejak Alloh ciptakan hingga saatnya
nanti sangkakala di tiup oleh Malaikat Isrofil. Bila terjadi Hari Qiyaamat,
mereka masing-masing mengangkat kepala mereka, semua Malaikat berkata: “Maha
Suci Engkau Wahai Alloh serta puja dan puji untukMU, aku tidak menyembah/
beribadah kepada KAMU dengan ibadah yang sesungguhnya/ sepatutnya KAU
disembah.”
Sejak Alloh ciptakan hanya beribadah
dengan berdiri saja, ruku saja, atau sujud saja dll., masih mengatakan bahwa
mereka tidak beribadah dengan sesungguhnya (masih menganggap ibadanya belum
maksimal) kepada Alloh SWT.
Demi
Alloh yang jiwaku ada dalam kekuasaanNYA, sesungguhnya Neraka Jahanam akan
didekatkan kepada manusia di Hari Qiyaamat kelak, baginya ada suara yang menakutkan
dan menyeramkan. Manakala Neraka Jahanam sudah mendekat, dia bersuara dengan
suara yang sangat keras. Maka tidak ada dari makhluk yang Alloh ciptakan dari
Hamba Alloh apakah itu Nabi atau Syuhaada, melainkan mereka berlutut di atas
lututnya, menunduk/ sujud mereka punya muka. Semua Nabi (dari sejak Nabi Adam
AS. hingga Nabi Isa AS.), semua Shidiqin (yang
perbuatannya sesuai dengan tutur katanya, derjat yang kedua setelah Nabi), dan semua Syuhaada, mereka berkata:
“Wahai Alloh, aku tidak minta keselamatan dan perlindungan kepadaMU kecuali
keselamatan diriku yang aku minta.(dari karena sangat menakutkannya, mereka
tidak memikirkan keluarga, kerabat ataupun umatnya). Sampai-sampai Nabi Ibrahim
AS. lupa dengan anak kecintaannya Ismail dan Ishaq. Nabi Ibrahim berkata: “Ya
Alloh, aku kekasihmu di alam dunia, aku Ibrohim. Nabi Ibrahim bertawasul dengan
nama kebesarannya, memohon perlindungan dari Alloh SWT. Ka’ab Al Ahbaar
berkata: “Andaikata kamu hai Umar Ibnu Khothoob pada saat itu, memiliki/
mempunyai amal ibadah sebanyak amal 70 Nabi, aku duga kamu tidak akan selamat
dari huru-hara/ dahsyatnya Hari Qiyaamat.
Begitu dahsyatnya Hari Qiyaamat,
untuk itu jangan buang-buang waktu, terus perbanyak amal ibadah kita kepada
Alloh, jangan bermain-main dengan perbuatan maksiat kepada Alloh SWT.
Umar
Ibnu Khothoob dan kaum yang mendengar nasehat/ perkataan dari Ka’ab Al Ahbaar
menangis. Sewaktu Syaidina Umar Ibnu Khothoob melihat umat menangis mendengar
nasehat dari Ka’ab Al Ahbaar, maka Syaidina Umar berkata: “Ya Ka’ab Al Ahbaar,
tolong berikan khabar gembira (Basyirnaa)
kepada kami. Ka’ab Al Ahbaar berkata: “Bergembiralah kamu, bagi Alloh ada 313
Syari’at (maksudnya ada 313 Rasul). Tiadalah seorang hamba datang di Hari
Qiyaamat dengan membawa 1 saja syariat (berpegang/ mengikuti 1 Rasul) dengan
kalimat Ikhlas: “Laailahaailaalloh,” melainkan pasti Alloh masukkan dia ke dalam
Syurga. Demi Alloh, andaikata kau mengetahui hakekat dari Rahmat Alloh yang
sesungguhnya, niscaya kamu akan memperlambat dalam beramal.
Artinya jika kamu mengetahui hakekat
dari Rahmat Alloh yang sesungguhnya, maka kamu akan mengangap ringan/ enteng
karena Alloh Maha luas Rahmatnya. Haq Alloh Maha Pemaaf, sedangkan haq manusia
pada dasarnya kikir/ pelit sehingga tidak mudah memaafkan kesalahan orang.
Berkata
Al
Faqih Assamarqondhi Rahimahullohu Taala: “Wahai saudaraku
bersiap-siaplah kamu untuk menghadapi hari semacam hari ini (Hari Qiyaamat)
dengan bermacam-macam amal sholeh. Cara kedua untuk kita menghadapi hari
semacam ini (Hari Qiyaamat) adalah dengan menjauhi diri kita dari
perbuatan-perbuatan ma’syiat.
Ma’syiat adalah utusan dari
kekufuran, tanpa disadarinya berbuatan ma’syiat yang dilakukannya secara terus
menerus akan menyeret dia kepada kekufuran.
Maka
sesungguhnya wahai saudaraku, engkau tidak akan lama lagi akan melihat dan menyaksikan
akan datangnya Hari Qiyaamat. Dan kamu kelak akan menyesal atas masa/ waktu
yang luput tanpa ada nilai ibadah sebagai bekal kamu di akhirat nanti.
Umur kita di alam dunia adalah
sebagai modal bagi kita untuk mendapatkan keselamatan dan keni’matan di alam
akhirat.
Ketahui
oleh kamu sesungguhnya bila kamu telah meninggal dunia, maka sesungguhnya telah
terjadi qiyaamat pada diri kamu. Kematian adalah Qiyaamat Shughro bagi kita.
Berkata
Mughyiroh bin Sya’abah: “Kamu
memperbincangkan di hadapan kami tentang Hari Qiyaamat, maka sesungguhnya
qiyaamat salah seorang dari kamu adalah kematiannya.”
Disebutkan
tentang Alqomah bin Qubais yang
menghadiri shalat Janazah, setelah
selesai shalat Janazah dan janazah telah di qubur, maka ia berdiri di atas
mimbar dan berkata: “Adapun orang yang sudah kita masukkan ke liang qubur, maka
sungguh sudah terjadi qiyaamat atas dirinya. Karena manusia manakala ia sudah
meninggal dunia, maka dia dapat melihat dan menyaksikan segala amal
perbuatannya di alam dunia, baik amal perbuatan yang baik ataupun amal
perbuatan yang tidak baik. Dia juga dapat menyaksikan Syurga dan Neraka,
malaikat-malaikat, tetapi dia sudah tidak mampu lagi berbuat/ beramal. Orang
semacam ini (orang yang sudah meninggal dunia dan tidak mampu lagi berbuat amal
kebaikan), maka kedudukannya sama seperti
orang yang menyaksikan/ hadir/ mengalami Hari Qiyaamat. Alloh sudahi ia
punya amal perbuatannya dengan kematian. Setelah kematian dia tidak dapat lagi
mengerjakan amal-amal perbuatan. Apabila semasa hidupnya banyak ia habiskan
dengan beribadah semacam menuntut ilmu, shalat sunnah, membaca Al Qur’an, maka
Alloh akan matikan dia pada saat ia beribadah. Demikian pula bila masa hidupnya
banyak ia habiskan di tempat-tempat ma’syiat,
maka Alloh matikan ia di tempat-tempat ma’syiat. Manusia dibangkitkan di Hari
Qiyaamat sama keadaannya seperti saat ia mati, bila ia mati dalam keadaan baik,
maka ia bangkit di Hari Qiyaamat dalam keadaan baik. Dan bila ia mati dalam
keadaan yang tidak baik, maka ia juga akan dibangkitkan di Hari Qiyaamat dalam
keadaan yang tidak baik.” “Beruntunglah
orang-orang yang kesudahan/ akhir
hidupnya dalam kebaikan.”
Berkata
Abubakar Al Waasity : “Masa
pergantian/ perputaran itu ada 3, yaitu:
1. Masa Hidup, masa hidup harus benar-benar
dimanfaatkan untuk berbuat toat kepada Alloh.
2. Masa Kematian, masa di saat ia menghadapi
kematian, bahwa saat keluar ruh dari jasadnya dengan mengucapkan kalimat
tauhid: “Laailahaailaalloh”
3. Masa Kebangkitan, saat ia
keluar dari quburnya akan datang malaikat yang akan membawa khabar gembira kepadanya
bahwa ia akan masuk syurga.
Berkata
Yahya bin Muadz Aroozy Rahimahullohutaala, bahwa Muadz
membacakan di majlis ini ayat: “Kami
himpun orang-orang muttaqiin (taqwa) menuju kepada Alloh yang Maha Penyayang
dalam keadaan berkendaraan. Dan kami giring/ halau orang-orang kafir ke Neraka
Jahanam dalam keadaan berjalan (tidak berkendaraan) dan dalam keadaan dahaga/
haus.” Kemudian Yahya bin Muadz
berkata: “Hai manusia, hati-hati
menghadapi kondisi semacam ini, jangan sampai kau masuk ke dalam kelompok yang
kedua. Nanti kamu akan dikumpulkan/ dihimpun secara berkelompok-kelompok. Dan
kamu akan dihentikan/ ditahan dihadapan Alloh, satu demi satu. Kelak kamu akan
ditanya apa-apa yang sudah kamu lakukan di alam dunia secara detail. Dan kelak akan
di tuntun para Aulia-Aulia oleh Alloh yang bersifat Rahman dengan
kendaraan-kendaraan. Dan akan digiring juga orang-orang ma’syiat kepada Alloh
dengan berkelompok-kelompok, dan kelak akan di masukkan ke Neraka Jahanam segolongan
demi segolongan.”
“Dan jangan
kamu tidak menyayangi anak-anak yatim, dan jangan kamu sekali-kali tidak
mengajak orang untuk memberi makan orang-orang miskin, dan jangan kamu memakan
harta waris dengan cara yang bathil, dan jangan kamu sangat mencintai pada
harta.”
Dan jangan sekali-kali kamu berbuat
seperti 4 hal yang demikian.
“Dan apabila
bumi sudah diguncangkan berturut-turut, dan datanglah malaikat-malaikat dalam
keadaan berbaris-baris. Celaka bagi kamu pada hari itu (Hari Qiyaamat), dimana
pada hari itu ukurannya 1 hari di Neraka Jahanam sama dengan 5.000 tahun di
alam dunia.”
Hari
Qiyaamat dikenal juga dengan sebutan: Yaumar
Rojifah, Yaumal Azifah, Yaumal Qiyaamah, Yaumal Hasaroh Wannadaamah (Hari
Penyesalan), Yauma ‘Adzhiim (Hari yang sangat besar), Yauma Yaqumunnas Lirrobil
‘Aalamiin (Hari bangkitnya manusia untuk menghadap Tuhan pemilik alam semesta),
Yaumal Munaaqosyah (Hari saling berlomba untuk mencari keselamatan), Yaumal Muhaasabah
(Hari menghisab diri), Yaumal Muuadzanah (Hari di timbang amal kita), Yaumal
Musa’alah (Hari ditanya segala amal ibadah kita), Yaumal Zalzalah (Hari
digoncangkan), Yaumal Shoyhah (Hari jeritan malaikat), Yaumal Haaqoh, Yaumal Qoori’ah
dan Yauman Nusyuur.
Di
hari itu manusia akan melihat apa yang dikerjakan/ di lakukannya oleh dua
tangannya. Di hari itu manusia-manusia keluar dari quburnya dalam keadaan
bermacam-macam untuk diperlihatkan amal-amal mereka. Pada hari itu ada yang
wajahnya putih berseri dan ada pula yang
wajahnya hitam kelam. Pada hari itu
seorang karib (saudara/ keluarga) tidak dapat memberi manfaat/ menolong kepada
karib lainnya sedikitpun juga.
Tidak
berguna sama sekali tipu daya mereka di Hari Qiyaamat. Ingatlah oleh kamu akan
satu hari dimana tidak dapat menolong seorang ayah terhadap anaknya, demikian
pula anak tidak akan dapat menolong ayahnya sedikitpun juga.
Takutlah
oleh kamu akan satu hari yang adzabnya/ bahayanya menyebar/ merata kepada
siapapun juga. Dan pada hari itu tidak manfaat bagi orang-orang dzolimin, alasan-alasan mereka atau
permintaan maaf mereka.
Di
hari itu datang setiap jiwa membela dirinya untuk menyelamatkan diri mereka
dari adzab Alloh(siksa api neraka).
Karena
goncangan pada hari itu kamu lihat setiap wanita-wanita lupa akan anak yang
disusuinya, dan pada hari itu gugurlah setiap wanita yang hamil akan
kandungannya.
Pada
hari itu kamu lihat manusia seakan-akan mabok (sukaro), padahal mereka tidak mabok. Itu semua karena adzab Alloh
yang sangat dahsyat.
Berkata
Syech Muqootil bin Sulaiman: “Menanti makhluk Alloh di Hari Qiyaamat (Padang
Ma’syar) selama 100 tahun mereka tenggelam dalam keringatnya, dan 100 tahun
kemudian mereka menanti dalam gelap dan bingung, dan 100 tahun lagi mereka lari
pontang-panting (kesana-kemari), mereka masing-masing bertengkar di hadapan Tuhan
mereka.”
Sesungguhnya
proses Hari Qiyaamat lamanya sekitar 50.000 tahun, dan sesungguhnya akan
berlalu hari itu atas seorang mu’min yang
mukhlish sekedar 1 jam (sekejap) saja. Hendaknya engkau wahai orang yang
beraqal, engkau bersabar atas kesulitan-kesulitan di dunia dalam menjalankan
toat kepada Alloh. “Syurga diliputi oleh
hal-hal yang tidak enak, sedangkan Neraka diliputi oleh hal-hal yang
menyenangkan, agar mudah bagi kamu menghadapi kesulitan-kesulitan di Hari
Qiyaamat.” Hanya Alloh-lah yang
dapat memberikan Taufiq dan Hidayah kepada kita.
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar