Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Adzab Qubur & Dahsyatnya Adzab Qubur
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Dalam
suatu Riwayat Hadits: Suatu saat kami keluar bersama Rasul untuk berta’ziyah
kepada salah satu jenazah dari pada kaum Anshor, dan kami mengantar sampai ke Qubur.
Dan sesampainya di Qubur, jenazah tersebut tidak langsung diQuburkan. Maka
duduklah Nabi disitu dan kamipun duduk bersama dengan Nabi. Saking khusyunya
kami duduk di hadapan Rasul, seakan-akan di atas kepala kami ada seekor burung
yang apabila kami bergerak sedikit saja, maka burung tersebut akan terbang. Dan
di tangan Nabi ada sebatang kayu, Nabi mencongkel/ menggali dengan kayu itu
bumi/ tanah sehingga ada bekasnya. Kemudian Nabi mengangkat ia punya kepala dan
Nabi bersabda: “Hai Sohabat-sohabatku (Hai
Umatku), berlindunglah kepada Alloh dari adzab Qubur.” (sebanyak 2 atau 3
kali Nabi menyebutkan) “Sesungguhnya
hamba Alloh yang mu’min, jika ia sudah akan mengahadap menuju akhirat/
meninggal dunia, dan ia terputus dari kehidupan dunia, maka turunlah
malaikat-malaikat kepadanya dengan wajah yang putih ia punya muka, seakan-akan
karena sangat terang-benderang mereka punya muka laksana matahari. Bersamanya
malaikat-malaikat membawa kain kafan dan minyak wangi dari Syurga yang membuat
wangi itu mayit/ janazah. Maka duduklah dari malaikat-malaikat yang banyak ini,
menghadapi mu’min yang sholeh/ ahli ibadah sejauh pandangan mata. Kemudian
datanglah malaikat maut, sampai dia duduk di sisi kepala dari orang sholeh
menjelang kematiannya.”
Seorang mu’min yang sholeh, manakala
ia akan menghadap Alloh/ meninggalkan dunia, maka akan turun malaikat-malaikat
untuk melihat keadaannya, setelah malaikat-malaikat mempersiapkan diri untuk
menghadiri persiapan kematian dari orang mu’min yang sholeh sejauh pandangan
mata. Maka kemudian datanglah malaikat maut dan ia duduk di sisi kepala dari orang
sholeh menjelang kematiannya.
Malaikat
Maut berkata kepada si-mu’min: “Hai jiwa
yang tenang, keluarlah kamu menuju ampunan Alloh dan ridho Alloh.” Maka mengalir/ keluarlah dari itu jiwa,
nyawa/ ruh seperti tetesan air dari ‘ghirbah’ (tempat air), keluarnya itu nyawa
dengan mudah. Setelah keluar itu nyawa, malaikat maut mengambil dan mengamankan
itu nyawa/ ruh tersebut. Tidak di lepaskan itu nyawa sekejappun juga oleh
malaikat maut. Hingga malaikat-malaikat yang banyak tadi mengambil nyawa/ ruh tersebut,
kemudian di taruh di atas kain kafan dan minyak wangi yang sudah dipersiapkan
dari syurga. Maka keluarnya itu nyawa semacam semerbak harumnya minyak misik.
Kemudian nyawa tadi di bawa ke atas langit oleh malaikat-malaikat yang tadi
mempersiapkan kematian orang mu’min tadi.
Malaikat-malaikat
yang membawa itu nyawa tidaklah melewati sekelompok malaikat, melainkan
malaikat-malaikat yang dilewati oleh nyawa/ ruh orang mu’min tadi berkata: “Ruh siapa yang melewati kami yang begitu
wangi/ harum?” Malaikat-malaikat
yang membawa ruh/ nyawa dari orang mu’min tadi menjawab: “Fulan bin Fulan.” Disebut
oleh malaikat dengan sebutan nama yang terbaik. Malaikat-malaikat yang membawa
ruh orang mu’min tadi terus berjalan hingga sampai di langit yang pertama.
Kemudian malaikat-malaikat yang membawa ruh orang mu’min tadi meminta izin
kepada malaikat yang menjaga pintu langit agar membuka pintu langit yang
pertama hingga tembus sampai pintu langit yang ketujuh. “Tulis/ catat hai malaikat, ketentuan dia akan Syurga.” Setelah sampai di langit yang ketujuh,
kemudian dikembalikan lagi ke bumi. “Dari
tanahlah KAMI ciptakan manusia, dan ke dalam tanahlah KAMI akan kembalikan
mereka. Dan dari tanah nanti akan KAMI keluarkan sewaktu-waktu. ” Kemudian dikembalikan lagi ruh kedalam jasad
di Qubur untuk menghadapi pertanyaan Malaikat Munqar dan Naqir. Malaikat Munqar
dan Naqir akan bertanya: “Man Robbuka?”
“Siapa Tuhanmu?” “Allohu Robbi.” Dua
Malaikat kembali bertanya: “Ma Dinnuka?”
“Apa agamamu?” “Dinnul Islam.”
Untuk orang yang tidak mengakui Alloh
(kafir/ diluar Islam) tentunya tidak akan menjawab seperti ini. Yang dapat
menjawab seperti ini pun tidak sembarang orang, tetapi orang mu’min yang
sholeh.
Malaikat
Munqar dan Naqir kembali bertanya: “Apa
pendapatmu tentang laki-laki yang diutus kepadamu (yaitu: Nabi Muhammad SAW.)?”
“Dialah Rasululloh.” Malaikat
kembali bertanya: “Bagaimana kamu dapat
tahu bahwa ia Rasululloh?” “Aku membaca dan aku mengimani kitabulloh,
Al Qur’an, disitu ada sifat-sifat
Rasul.” Maka ada suara-suara yang
memanggil (Alloh berkata): “Benarlah
si-hamba tentang tutur katanya.” Dan
Alloh memerintahkan kepada Malaikat-malaikat: “Silahkan hamparkan kepadanya hamparan-hamparan (permadani) yang ada di
Syurga, dan pakaikan kepadanya pakaian dari Syurga, dan bukakan untuknya pintu
Syurga. ” Maka datanglah baunya
Syurga dan diluaskan Quburnya sejauh pandangan matanya.
Qubur yang panjangnya hanya 2 meter
dan lebarnya tidak seberapa, tetapi untuk orang mu’min yang sholeh yang mati
Khusnul Khotimah, maka dapat menjadi luas sejauh pandangan mata.
Dan
orang mu’min yang sholeh ini akan didatangi oleh seorang laki-laki yang bagus/
tampan wajahnya dan wangi/ harum badannya. Lelaki tersebut berkata: “Aku ditugaskan untuk menyenangkan kamu
dengan sesuatu khabar yang menggembirakan. Ini lah hari yang dulu (di alam
dunia) kamu dijanjikan (ni’mat Qubur).”
Orang mu’min berkata: “Man anta?”
“Siapa kalian?” Lelaki tersebut
menjawab: “Saya adalah amal kamu yang
sholeh.” Lelaki mu’min tersebut
berkata: “Datangkan/ laksanakan Hari
Qiamat sekarang, hingga aku dapat kembali berjumpa kepada ahliku (anak, istri,
cucu dll.) dan pelayan-pelayanku di alam dunia.”
Sesungguhnya
Hamba Alloh yang kafir (yang tidak beriman kepada Alloh), manakala ia akan
pulang ke Rahmatulloh/ ke negeri akhirat/ meninggal dunia, dan terputus
kehidupan dunianya, turunlah kepadanya Malaikat-Malaikat dari langit yang
keadaan mukanya hitam kelam dengan membawa kain kafan. Malaikat-Malaikat yang
banyak jumlahnya, banyaknya sejauh pandangan mata, malaikat tersebut duduk di
dekat Hamba Alloh yang kafir yang akan dicabut nyawanya.
Kemudian
datanglah Malaikat Maut, hingga Malaikat Maut duduk di dekat kepala dari orang
kafir yang akan pulang ke Rahmatulloh. Malakat Maut berkata kepada si-kafir
yang akan meninggal dunia: “Hai jiwa/ ruh
yang keruh/ jahat, keluarlah kamu menuju murka dan amarah Alloh.”
Maka
berpencarlah/ bercerai-berailah itu ruh dari anggota badan si-kafir seluruhnya.
Maka dicabutnya itu ruh oleh Malaikat sebagaimana dicabutnya ‘safuud’ (alat tusuk sate) yang terbuat dari besi, ada
juga yang menafsirkannya sebagai satu kayu yang banyak cabangnya/ rantingnya
dari pada bulu yang basah, maka bercerailah/ putuslah urat-urat dan otot-otot
si-kafir tadi.
Setelah
nyawa/ ruh tadi dicabut, kemudian dipegang oleh Malaikat Maut dan tidak
dibiarkan itu nyawa walau sekejap mata, hingga diambilnya ini nyawa/ ruh untuk ditaruh
di kain kafan. Dan keluarlah dari itu ruh bau, seperti baunya bangkai yang
busuk.
Malaikat-Malaikat
kemudian membawa ini ruh ke atas langit, maka tidaklah Malaikat-Malaikat yang
membawa itu ruh, yang melewati sekelompok Malaikat-Malaikat di langit,
melainkan di tanya oleh Malaikat yang dilewati: “ruh siapakah yang bau busuk ini?”
Maka dijawab oleh Malaikat yang membawa ruh si-kafir ini: “Ini ruh fulan bin fulan” dengan menyebut namanya yang paling buruk.
Hingga sampailah mereka kepada langit yang pertama, Malaikat yang memabawa ruh
ini minta dibukakan pintu langit yang pertama, ternyata Malaikat yang menunggu/
menjaga pintu langit yang pertama tidak membukakan pintu untuk ruh si-kafir
ini.
Kemudian
Rasululloh bersabda: “Tidak sekali-kali dibukakan
untuk mereka pintu langit yang pertama, dan mereka tidak akan masuk Syurga,
sampai onta yang berbadan besar dapat masuk ke dalam satu lobang jarum yang
paling kecil.”
Hal ini untuk menggambarkan bahwa
suatu hal yang mustahil terjadi. Bagaimanapun juga suatu hal yang mustahil bagi
orang kafir untuk dapat masuk ke dalam Syurga. Bila onta yang besar sudah dapat
masuk ke dalam lubang jarum yang kecil, maka barulah orang kafir dapat masuk ke
dalam Syurga. Sampai kapanpun tidak akan mungkin onta yang besar dapat masuk ke
dalam lubang jarum yang kecil.
Kemudian
Alloh berfirman kepada malaikat-malaikat: “Hai Malaikat-Malaikatku, tuliskan
untuknya ketentuan/ catatan di Neraka Sij’jiin.
Sij’jiin menurut sebagian ulama
mufasiriin adalah: suatu kitab/ buku yang menghimpun di dalamnya segala
amalan-amalan Syaiton dan orang-orang kafir. Ada juga yang berpendapat bahwa
Sij’jiin adalah suatu tempat yang berada di bawah lapisan bumi yang ke tujuh,
yaitu tempatnya Iblis dan bala tentaranya.
Kemudian
di lemparlah itu ruh oleh malaikat dengan keras kemudian dibacakan kepadanya: “Siapa orang yang mensekutukan sesuatu
dengan Alloh, maka seakan-akan itu orang jatuh dari langit, maka disambarnya
oleh burung atau dijatuhkan oleh angin di suatu tempat yang sangat jauh.” Orang semacam ini (orang kafir) tidak dapat
diharapkan selamat dari siksa Alloh di Neraka Jahanam. “Sesungguhnya orang yang mensekutukan Alloh dari kebenaran dan iman,
sebagaimana jauhnya sesuatu yang jatuh dari langit ke bumi.” Diserupakan orang yang Musyrik seperti orang
yang jatuh dari langit, karena dia tidak mempunyai/ memiliki suatu usaha/ daya
upaya untuk dapat menyelamatkan dirinya.
Malaikat
yang menjaga pintu langit yang pertama menolak ruh dari orang kafir, karena
ditolak untuk menuju langit, maka dikembalikan lagi itu ruh/ nyawa ke dalam
jasadnya. Kemudian di dalam Quburnya ia di datangi oleh dua malaikat (Munqar
dan Naqir). Maka dua malaikat mendudukan si-kafir ini di dalam Quburnya,
Malaikat bertanya kepada si-kafir ini: “Man
Robbuka?” “Siapa Tuhanmu?” “La…aku tidak tahu.” Kemudian malaikat bertanya lagi: “Ma Dinnuka?” “Apa agamamu?” “La…aku tidak tahu.” Malaikat Munqar dan Naqir kembali
bertanya: “Apa pendapatmu tentang
laki-laki yang diutus kepadamu (yaitu: Nabi Muhammad SAW.)?” “La…aku tidak tahu.” Ada suara memanggil-manggil dari langit: “Dusta itu hamba dalam perkataannya.
Hamparkan atas orang ini dari pada hamparan-hamparan dari Neraka Jahanam,
pakaikan kepadanya pakaian dari Naraka Jahanam, dan bukakan Qubur untuknya dari
satu pintu Neraka Jahanam, lobang dari lobang Neraka Jahanam.” Bukakan
jalan untuknya pintu menuju Neraka Jahanam.
Maka masuklah atas Qubur dari mayit si-kafir ini angin yang sangat panas
dari Neraka Jahanam. Dan dipersempit ia punya Qubur, hingga berserakan/
berhamburan tulang-tulangnya. Dan ia di datangi oleh seorang laki-laki yang
buruk rupa/ wajahnya, buruk pakaiannya dan badannya berbau busuk. Lelaki itu
berkata: “Aku memberikan khabar gembira
untukmu (bermakna mengejek, padahal
ia membawa berita yang tidak menyenangkan/ menyusahkan). “Inilah hari yang dahulu kamu dijanjikan oleh Alloh, kamu akan
mendapatkan adzab yang sangat dahsyat di alam Qubur.” Si-kafir bertanya kepada laki-laki tersebut: “Siapa kamu?” “Aku adalah amalan kamu yang buruk/
jahat di alam dunia.” Si-kafir
barkata: “Ya Rabbi, jangan adakan/
laksanakan Hari Qiamat.”
Hadits
Riwayat dari Abu Hurairoh RA.: “Sesungguhnya seorang mu’min manakala ia sedang menghadapi sakaratul
maut, maka didatangilah ia oleh Malaikat dengan membawa sutra yang di dalamnya
terdapat minyak misik dan bermacam-macam wangi-wangian. Dan dicabut nyawa dari
si-mu’min ini sebagaimana di cabutnya itu rambut dari tepung.” Malaikat berkata: “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan kamu dalam keadaan
senang dan mendapatkan kesenangan dari Alloh, kembalilah kepada Rahmat dan
Ridho Alloh.” Manakala sudah
dikeluarkan ia punya nyawa, maka diletakkanlah itu nyawa oleh Malaikat di atas
kain kafan yang terbuat dari kain sutra yang ada minyak wangi misik di
dalamnya, kemudian baru dilipat itu kain kafan. Kemudian dikirim ini ruh ke ‘Iliyiin
‘Iliyiin, yaitu: “Suatu kumpulan
kitab/ buku yang menyimpan amal-amal kebaikan dari malaikat, manusia dan jin
yang mu’min.” Ada juga yang menyatakan ‘Iliyiin, yaitu: “Adalah suatu tempat
yang berada di bawah langit yang ketujuh, adanya di bawah Arras.
Dan
untuk orang yang kafir, manakala ia sedang sakaratul maut, maka datanglah
kepadanya malaikat-malaikat dengan membawa kain kafan yang terbuat dari bulu
dan di dalamnya ada bara api. Maka dicabutlah nyawanya dengan cabutan yang
sangat keras. Dan malaikat berkata kepada si-kafir ini: “Hai ruh/ jiwa yang jahat, keluarlah kamu dari alam dunia menuju Tuhan
kamu dalam keadaan murka dan di murkai Alloh.” (Kamu murka karena tidak senang dengan
kematian dan Alloh juga memurkai kamu) Kembalilah kamu kepada penghinaan Alloh
dan adzab Alloh. Manakala sudah dikeluarkan ia punya ruh, maka ditaruh itu ruh
di atas kain kafan yang terbuat dari bulu yang ada baranya. Dan atas ruh tadi
ada suara semacam air yang mendidih, kemudian di lipat itu kain kafan untuk
dibawa ke Neraka Sij’jiin.
Meriwayatkan
hadits Al Faqih Abu Ja’far Muhammad bin Ali Al Qummi dari Abdillah bin Umar
RA.: “Sesungguhnya seorang mu’min
(yang beriman kepada Alloh dan merealisasikan keimanannya dengan mengerjakan
amal-amal sholeh dan menjauhi larangan-larangan Alloh), manakala ia diletakan/
dimasukan kedalam Qubur, maka di luaskan Quburnya seluas 70 dziro lebarnya, dan
panjangnya pun diperluas 70 dziro juga. Ditaburkan di dalam Quburnya suatu
tumbuh-tumbuhan yang harum baunya, kemudian di tutup ia dengan kain sutra. Jika
bersama si-mumin ini ada sedikit suatu hafalan Al Qur’an, maka memadai bagi dia
cahaya dari hafalan Qur’an tadi (sehingga tidak merasakan gelap dalam Quburnya).
Jika ia tidak memiliki hafalan Al Qur’an sedikitpun juga, maka dijadikan
untuknya cahaya semacam cahaya matahari di Quburnya (dari amalan lainnya yang akan
menggantikan amalan hafalan Al Qur’an sebagai penerang di Quburnya). Dan
perumpamaan seorang mu’min yang ‘Kamilin Iman’ (sempurna keimanannya) semacam
penganten yang sedang tidur nyaman dan tidak ada yang membangunkan dia kecuali
istri yang sangat dicintainya. Maka bangunlah ia dari tidurnya, seakan-akan ia
belum puas dari tidurnya. Dan sesungguhnya orang yang kafir, akan dipersempit
ia punya Quburnya hingga masuklah tulang-tulang rusuknya ke dalam perutnya
(tulang rusuknya akan hancur). Dan dikirim kepada si-mayit kafir ini
bermacam-macam ular yang besarnya seperti leher-leher onta, maka ular-ular tadi
memakan daging si-kafir ini hingga ia tidak meninggalkan/ menyisakan di atas
tulang-tulangnya sedikitpun daging. Maka dikirim kepadanya malaikat-malaikat
adzab dalam keadaan bisu, tuli dan buta. Bersama malaikat-malaikat ini dikirim
godam/ palu yang terbuat dari pada besi. Dan diperlihatkan kepada si-kafir ini api neraka jahanam pagi dan sore
hari.”
Malaikat ini dalam keadaan tuli, maka
ia tidak mendengar suara tangisan dari si-kafir saat di adzab, karena apabila
mereka mendengar maka mereka akan mengasihani. Malaikatpun dalam keadaan buta,
sehingga tidak melihat betapa dahsyatnya penderitaan si-kafir yang di adzab.
Berkata
Faqih
Assamarqondhi Rahimahullohu Taala: “Siapa
orang yang akan selamat dari adzab Qubur, hendaknya dia melazimkan/ merutinkan
4 hal/ perkara dan disamping itu ia pun harus menjauhkan dari 4 hal/ perkara
pula.” Adapun 4 perkara yang harus dirutinkannya adalah:
1. Menjaga shalat yang 5 waktu
Manfaat shalat antara lain: dapat
mendatangkan rizqy menjadi luas dan lancar, menjaga kesehatan badan, pada saat
sujud posisi jantung lebih tinggi dari pada kepala sehingga menyebabkan oksigen
mudah untuk mengalir ke otak, menolak segala penyakit, menguatkan kita punya
hati, menerangkan kita punya wajah, menyenangkan kita punya jiwa, menyingkirkan
kemalasan, mengistirahatkan kerja anggota badan, mendatangkan kekuatan, melapangkan kita punya dada, memberi makan
kita punya ruh (rohani), menerangkan kita punya hati, menjaga ni’mat, menolak
segala macam adzab, mendatangkan keberkahan, menjauhkan syaiton, menghampirkan
dia kepada Rahmat Alloh.
Nabi apabila merasa letih, dia
berkata kepada Bilal: “Ya Bilal tolong istirahatkan aku punya badan dengan
shalat.” Nabi meminta Bilal agar membantu Nabi untuk mempersiapkan sarana untuk
shalat. Istirahatnya Nabi dengan Shalat, sedangkan istirahatnya kita dengan
tidur. Nabi berkata: “Alloh jadikan kesenanganku dengan shalat.”
2. Melazimkan shodaqoh
Jangan kita shadaqoh di bulan puasa
saja, hendaknya kita bershodaqoh setiap hari, besar atau kecilnya shodaqoh
bergantung dari kondisi keuangan kita. Shodaqoh yang paling utama adalah
shodaqoh saat kita masih hidup, sehat dan disaat kita membutuhkan itu harta,
jangan kita membuat wasiat apabila kita telah meninggal menyerahkan harta kita
untuk waqaf atau untuk dibagikan kepada anak yatim dan faqir-miskin. “Shodaqoh seseorang 1 dirham saja di saat ia
masih hidup, jauh lebih baik baginya dibandingkan ia shodaqoh 100 dirham di
saat ia telah mati.” Wasiat
dijalankan setelah ia meninggal dunia.
3. Melazimkan Membaca Al Qur’an
Sedikit saja kita mempunyai hafalan
Al Qur’an maka akan menjadi nur di alam qubur. Hadits Nabi: “Seafdhol-afdholnya
ibadah umatku adalah membaca Al Qur’an.” Biarpun sedikit yang terpenting adalah
rutin tiap hari membaca Al Qur’an, jadi jangan hanya membaca Al Qur’an di bulan
puasa saja.
4. Melazimkan Membaca Tasbih
Melazimkan dan memperbanyak membaca
Tasbih, Tahlil, Tahmid, Istiqfar, Sholawat dan wirid-wirid lainnya.
Ini
semua yang telah disebutkan 4 hal yang dapat menyelamatkan kita dari adzab
Qubur, yang akan menerangkan Qubur kita dan meluaskan kita punya Qubur. Adapun
4 hal/ perkara yang harus dijauhkan agar kita terhindar dari Adzab Qubur,
adalah:
1. Kadzib (Dusta)
Dusta atau berbohong termasuk dosa
yang akan membuat seseorang disiksa di alam qubur. Akan tetapi ada dusta/
berbohong yang dibolehkan dalam agama diantaranya adalah:
-
Dusta
suami kepada istrinya dengan tujuan untuk menyelamatkan rumah tangga mereka.
Contoh: seorang suami mengetahui bahwa ahlaq istrinya kurang baik, apabila
istrinya mengetahui bahwa ia menyisihkan uang gajinya untuk shodaqoh kepada
faqir-misqin dan anak yatim, maka bila istrinya mengetahui, maka istrinya akan
marah, maka untuk menghindari keributan, si-suami memberikan shodaqohnya secara
sembunyi, hal ini dibolehkan oleh agama.
-
Dusta
untuk mendamaikan 2 orang muslim yang sedang berselisih/ bertengkar.
-
Dusta
untuk melindungi nyawa seseorang mu’min dari ancaman orang yang akan
membunuhnya.
-
Dusta
untuk mencegah orang lain berbuat ma’syiat. Contoh: Ada orang yang bertanya
dimana tempat perjudian, meskipun kita mengetahui tempatnya, maka kita
dibolehkan berbohong agar orang yang bertanya tadi terhindar dari perbuatan
ma’syiat kepada Alloh.
2. Hiyaanah (Khianat)
Khianat kepada Alloh, Khianat kepada
Rasul, Khianat kepada sesama Manusia. Kepada siapa saja kita tidak boleh
khianat, kita harus menjaga amanat. “Jangan
kau khianat kepada Alloh (meninggalkan perintah-Nya), jangan kau khianat kepada
Rasul (meninggalkan ajaran-ajaran dan sunnah-sunnahnya), dan kamu juga jangan
mengkhianati amanat-amanat Alloh yang ada pada kamu (berupa anak dan istri),
padahal kamu semua tahu bahwa itu adalah amanat-amanat Alloh yang akan
dimintakan pertanggung jawabannya.” Harta dan anak semua titipan Alloh, suatu
saat harus dikembalikan dan dipertanggung jawabkan di hadapan Alloh.
3. Namiimah (Mengadu Domba)
Jangan menjadi penyebab dari
permusuhan/ keretakan antara sesama shohabat/ teman, antara sesama saudara,
antara suami dengan istri dan lainnya.
4. Baul (Buang Air Kecil)
Tiriskan kita punya buang air kecil,
jangan sampai tidak bersih. Manakala kita tidak bersih/ tiris dalam buang air
kecil, akan menyebabkan kita terkena adzab Qubur juga.
Hadits Nabi: “Bersihlah kamu dari
pada ‘baul’ (buang air kecil), maka
sesungguhnya/ pada umumnya adzab Qubur dari pada baul.”
Hendaknya saat buang air kecil hingga
tiris, dengan cara kita beristibro: “berdehem-dehem”. Jangan sampai pada saat
kita shalat, seperti saat ruku ataupun sujud, ada sisa air kencing yang keluar,
sehingga mengotori/ membuat najis celana/ sarung kita dan membuat rusak shalat
kita.
Ada dalam suatu Riwayat Hadits disaat
Nabi melewati suatu Quburan Nabi mendengar suara jeritan dari dalam Quburan.
Nabi menjelaskan bahwa orang yang di Qubur ini sedang di adzab di alam Qubur
dengan sebab baul. Nabi kemudian
menancapkan sebatang pohon pada Quburan tersebut, agar mengurangi adzab
Quburnya. Karena setiap makhluk Alloh bertasbeh/ berdzikir, sehingga dengan
sebab tasbeh dari pohon tersebut dapat mengurangi adzab dari orang yang ada di
dalam Qubur tersebut.
Nabi
mengatakan dalam sebuah Hadist: “Alloh
SWT. benci kepada kamu dalam 4 perkara:
1. Bermain-main dalam
shalat, shalatnya tidak khusyu/ tidak fokus/ tidak serius. Sering menengok
kesana kemari, terlalu sering mengaruk-garuk dan lain sebagainya.
2. Berbicara
atau bergurau tentang sesuatu yang tidak diperlukan pada saat membaca Al
Qur’an.
3. Mengeluarkan/
berbicara yang kotor/ porno di saat berpuasa.
4. Tertawa di
Quburan.
Dalam
suatu riwayat bahwa Muhammad bin Assamaak, ia melihat pada Quburan, dan ia berkata:
“Jangan sampai menipu kamu tenang dan
diamnya ini Quburan, maka sepatutnya dituntut bagi orang yang cerdas, bahwa dia
memperbanyak ingat Qubur sebelum ia masuk ke Qubur. Sungguh sangat banyak orang
yang resah gelisah dan menderita di dalam Quburnya. Dan kamu juga jangan
tertipu dengan ratanya itu Qubur (sama ukuran panjang dan lebarnya), maka
sungguh akan sangat berbeda luas di dalam Qubur-Qubur mereka.”
Untuk orang mu’min tentunya akan
diperluas Quburnya sampai 70 dziro, bahkan ada yang diperluas sampai sejauh
pandangan mata, sedangkan untuk orang kafir tentunya akan dipersempit Quburnya.
Sufyaan Atsaury Rahimahullohu Taala, adalah seorang
muztahid mutlaq yang tertua, sayangnya di punya mazhab tidak ‘mudawam’ (tidak terbukukan), lain
halnya dengan Imam Syafii, Imam Hanafi, Imam Maliqi dan Imam Hambali, mazhab
mereka ‘mudawam’ (terbukukan), ia
berkata: “Siapa orang yang banyak mengingat Qubur, maka dia akan mendapatkan Quburnya
taman dari tamannya Syurga. Dan siapa orang yang lalai dari pada mengingat Qubur,
maka dia akan mendapati Quburnya lubang dari pada lubangnya api neraka
jahanam.”
Disaat
ia khutbah Ali bin Abi Tholib KW.
berkata: “Hai hamba-hamba Alloh, ingat
mati…. 3x, tidak ada jalan untuk dapat lepas dari kematian (setiap orang pasti
mati), dimanapun kita berada tidak akan dapat lepas dari kematian (sekalipun
berada di benteng yang paling kuat sekalipun).”
“Manakala
maut sudah mencengkramkan kuku di badan kita, maka kamu akan mendapati semua
jampe-jampe tidak akan memberi manfaat.” “Manakala kamu mengusung janazah ke
Qubur, maka ketahui oleh kamu bahwa suatu saat kamu akan di Qubur.”
Ada kisah Raja dari Masedonia di
wilayah Balkan, Raja Iskandar Zulkarnaen, suatu saat akan meluaskan wilayahnya
sampai ke negeri Hindia, berangkatlah ia dan bala tentaranya di sertai oleh tim
kesehatannya, menyeberangi sungai Hindustan. Di hutan yang rindang ia
istirahat, tanpa disadarinya ia di gigit nyamuk, sampai akhirnya ia jatuh
sakit, tim dokter/ tabibnya tidak sanggup untuk mengobatinya, sampai saatnya
akhirnya ia meninggal dunia. Sebelum ia meninggal dunia, dia berwasiat:
“Saatnya aku meninggal dunia, arak aku punya jenazah keliling kota dan keluarkan kedua tanganku agar terlihat
oleh rakyatku bahwa aku seorang raja yang kekuasaanku luas, hartaku banyak
tetapi saat aku meninggal aku tidak membawa apa-apa. Aku hanya membawa tulang
yang dilapis oleh kulit saja.”
Jika
kamu menghampiri/ menghadapi kematian, maka nyawa kamupun akan diambil/ dicabut
juga. Dan jika kamu akan kabur/ lari dari kematian, maka kematian akan tetap
mengejar kamu.
Syaidina Ali
KW.
berkata: “Kematian itu sudah diikat di
ubun-ubun kamu, cari keselamatan…. cari keselamatan….” Jangan sampai kita kurang amal ibadah kita,
sehingga terkena adzab Qubur.
Hati…hati….akan
datangnya kematian, cepat…cepat …siapkan diri untuk menghadapi kematian.
Perkataan/
nasehat/ wasiat dari Lukamanul Hakim kepada anaknya, dinukil oleh Imam Gozali dalam kitabnya Ihya
Ulumuddin: “Suatu hal/ perkara
yang tidak kamu ketahui kapan itu perkara datang menghampiri kamu, maka
bersiap-siaplah kamu sebelum kamu dikejutkan oleh kedatangnya (yaitu
kematian).”
Hai
Manusia, dibelakang kamu ada 2 hal yang mengejar-ngejar kamu dengan cepat, yaitu
Rizqy dan Azal . Azal tidak akan sampai sebelum Rizqy kita habis. Rizqy
sampai terlebih dahulu sebelum Azal. Selama Rizqy kita belum habis, maka selama
itu Azal kita belum akan datang. Jadi tidak perlu bimbang dalam mencari Rizqy ,
karena Rizqy mengejar kita. Apabila Rizqy kita habis, maka disitu Azal akan
sampai.
Ketahui
oleh kamu, bahwa sesungguhnya Quburan itu bekata-kata kepada kamu setiap hari
sebanyak 3 kali. Quburan berkata:
1. Aku adalah
lobang yang gelap
2. Aku rumah
duka cita (cemas dan gelisah)
3. Aku rumahnya
ulat-ulat (belatung)
Hal
ini tentunya untuk orang-orang yang kurang amal ibadahnya.
Ketahui
oleh kamu bahwa dibelakang hari kematian itu, ada hari yang lebih dahsyat lagi
dari hari kematian itu sendiri. Dari sangat dahsatnya itu hari, maka anak-anak
yang masih muda dan kecil akan ber-uban, dan orang dewasa akan mabok, dan akan
lupa orang yang menyusui dengan yang disusuinya (ibu lupa dengan anaknya),
orang perempuan yang sedang hamil akan gugur ia punya kandungannya, manusia akan mabok, tetapi bukan mabuk karena
minuman keras, tetapi karena dahsyatnya adzab Alloh. Ketahui oleh kamu
dibelakang itu hari ada hari yang lebih dahsyat lagi dari hari itu, yaitu api
yang sangat panas, dasarnya sangat dalam sekali, perhiasannya air mata dan
nanah, dan di tempat itu sudah tidak ada Rahmat Alloh lagi, maka akan
menangislah orang-orang yang ada di dalamnya dengan suara tangisan yang sangat
keras. Akan tetapi dibalik itu ada satu hari yaitu Syurga, yang luasnya antara
langit dan bumi, disiapkan untuk orang-orang yang taqwa. Semoga Alloh
selamatkan kita dari adzab yang sangat menyakitkan dan Alloh tempatkan kita di
Syurga tempat kenikmatan. Aamiin….Ya Rabbal Alaamiin….
Diriwayatkan
dari Usayid
bin Abdurrahman: ia berkata: “Sampai
riwayat kepadaku, manakala seorang mu’min meninggal dunia, kemudian di bawa dia
untuk di makamkan ke liang lahatnya, si-mu’min berkata: “Cepat Bawa Aku” (dalam
riwayat yang lain: “Segerakan Aku”), karena Alloh sudah perlihatkan berbagai
macam ni’mat yang akan Alloh berikan kepadanya. Manakala ia sudah di taruh di
liang lahatnya, si-Bumi mengajak ia bicara, si-Tanah/ Bumi berkata: “Dulu aku
cinta kepada kamu karena kau beribadah, padahal kamu masih berada di atas
perutku. Dan sekarang kau adalah orang yang paling aku cintai di dalam perutku.”
Itulah seorang mu’min, disaat di atas
bumi, bumi mencintainya, dan manakala ia sudah berada di dalam perut bumi, maka
bumi lebih mencintainya lagi. Tentunya mu’min yang ibadah, yang sholeh.
“Manakala
orang kafir meninggal dunia, kemudian di bawa dia untuk dimakamkan ke liang
lahatnya, si-kafir berkata: “Kembalikan aku ke rumah tanggaku lagi”, karena
Alloh sudah perlihatkan berbagai macam siksaan/ adzab yang akan ia terima di
dalam quburnya. Manakala ia sudah di taruh di liang lahatnya, si-Bumi mengajak
ia bicara, si-Tanah/ Bumi berkata: “Dulu aku benci kepada kamu padahal kamu
masih berada di atas perutku. Dan kau sekarang orang yang paling aku benci di
dalam perutku.”
Diriwayatkan
dari Utsman
bin Affan RA., ia berhenti dan berdiri di dekat suatu quburan kemudian
dia menangis, ada seorang berkata kepadanya: “Hai Utsman bin Affan, di saat kamu menyebut Syurga dan Neraka kamu
tidak menangis, tetapi mengapa kau berdiri di hadapan qubur kau menangis?” Utsman bin Affan berkata: “Rasululloh pernah berkata: “Qubur adalah
pos yang pertama dari pos-pos akhirat, manakala si-hamba selamat dari siksa
qubur, maka yang datang kemudian akan lebih mudah.
Jika ia dapat selamat dari pertanyaan
Malaikat Munqar-Naqir, maka pos yang selanjutnya akan lebih mudah. Atau bahkan
ada yang tidak melalui proses pertanyaan dari Malaikat Munqar-Naqir, seperti
orang yang meninggal di Hari Jum’at/ Malam Jum’at, orang yang mati karena
melahirkan, dll.
Manakala ia
tidak selamat dari pos yang pertama (qubur), maka pos-pos yang datang
kemudiannya akan lebih dahsyat lagi dari pos qubur.”
Diriwayatkan
dari Abdul
Hamid bin Mahmud Al Maghuly: “Aku dulu duduk di sisi Abdullah bin Abbas, tiba-tiba Abdullah
bin Abbas di datangi oleh suatu kaum, salah seorang dari kaum ini berkata
kepada Abdullah bin Abbas: “Hai Ibnu
Abbas, kami keluar untuk menunaikan Ibadah Haji bersama teman-teman, hingga
kami sampai di sebuah perkampungan, sampai disana dan belum sampai melaksanakan
Ibadah haji, salah seorang kawanku meninggal dunia. Maka kami siapkan segala
keperluan untuk menguburkan jenazahnya, kemudian kami berangkat ke tempat untuk
memakamkan jenazahnya. Maka kami gali untuknya quburan, ternyata setelah
selesai di gali lubang qubur tersebut, lubang qubur telah dipenuhi dengan ular.
Maka kami tinggalkan itu lubang quburan dan kami tidak jadi memanfaatkannya.
Kami mencari dan menggali di tempat yang lain, setelah selesai menggali
ternyata lubang qubur sudah dipenuhi oleh ular lagi.
Terkadang banyak kejadian-kejadian
aneh yang muncul saat kita akan menguburkan jenazah seseorang, ada pengalaman
dari guru kita Syaidil Walid Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf, saat beliau
mengikuti proses menguburkan jenazah seseorang beserta para kyai dan Habaib
lainnya, saat akan jenazah akan dimasukkan ke dalam lubang qubur, ternyata
lubang qubur sudah dipenuhi oleh air, setelah di ‘timba’ untuk membuang air
yang berada di dalam qubur, air kembali penuh, terus berulang seperti itu,
akhirnya para ulama yang hadir sepakat untuk membuatkan ‘pare-pare/ bale-bale’
(papan) untuk menaruh jenazah tersebut, kemudian baru di uruk dengan tanah. Hal
ini bisa terjadi karena ia dikenal mempunyai ‘lidah yang tajam’, suka menyerang
ulama-ulama dengan kata-katanya.
Karena telah
penuh dengan ular, akhirnya kami tidak jadi menguburkannya. Kemudian kami
menggali qubur untuk ketiga kalinya, ternyata setelah selesai menggali qubur
sudah dipenuhi oleh ular kembali, maka kami tinggalkan qubur tersebut. Dan kami
sekarang datang kepadamu, Hai Ibnu Abbas.”
Ibnu Abbas (Abdullah bin Abbas)
adalah salah seorang Ulama, semasa Nabi masih hidup, beliau yang selalu
menyiapkan air wudhu sewaktu Nabi akan menunaikan shalat, sehingga Nabi
mendoakannya, maka jadilah ia seorang
ulama yang faqih. Ia tempat bertanya dan menjadi rujukan dari orang-orang yang
akan bertanya dan meminta fatwa tentang suatu permasalahan.
Ibnu
Abbas berkata: “Begitulah konsekwensi/
akibat dari perbuatan yang dulu dilakukannya di alam dunia. Itulah perbuatan/
prilaku yang dulu sewaktu di alam dunia yang dilakukannya. Silahkan kau pergi,
dan quburkan jenazah tadi di mana saja
dari tiga lubang yang sudah kau gali. Demi Alloh, andaikata kau gali tanah/
bumi semuanya dan di mana saja, untuk menguburkan si-mayit ini, maka pasti akan
kau dapatkan ular itu ada di setiap lubang qubur yang kau gali. Ceritakan
kepada kaum dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan menjadi pelajaran untuk
yang lainnya akibat dari perbutannya akan seperti ini kejadiannya.” Maka
kami berangkat meninggalkan kediaman Ibnu Abbas untuk menguburkan pada
sebagian/ salah satu lubang yang telah digali. Setelah kami selesai menunaikan
Ibadah Haji, kami datangi ia punya istri dan anak-anaknya, dengan membawa
barang perbekalannya yang dibawa bersama kami. Kemudian kami bertanya kepada
istrinya: “Apa yang dikerjakan suamimu sewaktu dulu ia hidup di alam dunia.
Istrinya berkata: “Dulu ia adalah penjual makanan (gandum), dan dia mengambil
sekedar setiap hari untuk makannya dari karung/ kantong. Dia ambil dan potong
batang semacam bambu/ tebu, kemudian dia olah sehingga serupa dengan gandum,
kemudian dia masukan ke dalam karung/ kantong, sehingga tidak mengurangi berat
dari karung/ kantong yang telah dia ambil/ kurangi isinya tadi. Jadi dalam hal
ini kerjanya menipu/ khianat setiap harinya.
Ada pernah seseorang datang kepada
guru kita, ia menceritakan bahwa ia dagang lada di pasar, tetapi dia
mengeluhkan untungnya tipis sekali. Ia menceritakan bahwa di Pasar Induk ada
yang menjual lada bubuk tetapi telah dicampur dengan jagung. Ia bertanya
bagaimana bila saya juga dagang seperti itu, apakah di bolehkan? Menjual lada
yang telah dicampur dengan jagung, harganya lebih murah, tetapi untungnya lebih
besar. Bila ia melakukan hal seperti ini, maka kejadiannya akan sama dengan
kisoh di atas tadi.
Berkata
Faqih
Rahimahullohu Taala: “Ini khobar/ cerita (kisoh tentang seorang penjual
gandum), adalah suatu dalil/ petunjuk dimana khianat, tidak jujur dalam
bertransaksi adalah salah satu penyebab dari adzab qubur. Apa yang mereka
lihat dan mereka dengar adalah sebagai ‘ibroh’
(pelajaran) bagi orang yang hidup, agar mereka mencegah/ menahan diri dari
berprilaku khianat saat bertransaki baik dalam jual-beli atau lainnya. Syech
Imam Al Junaid Al Bagdadi berkata: “Hikayat adalah bala tentara dari
bala tentara Alloh yang akan memperkuat keimanan kita.”
Ada
ulama yang menyatakan, sesungguhnya bumi itu memanggil-manggil setiap hari
sebanyak 5 kali.
1. Hai manusia,
kau jalan di atas punggungku (permukaanku) dan sampai saatnya nanti kau akan
kembali ke dalam perutku.
2. Hai manusia,
kau makan bermacam-macam makanan di atas punggungku (permukaanku), kelak kau
akan di makan oleh ‘diidaan’ (belatung-belatung/ ulat-ulat) di dalam
perutku.
3. Hai manusia,
kau tertawa di atas punggungku (permukaanku), kelak kau akan menangis di dalam
perutku.
Bila orang yang banyak tertawa
menunjukkan bahwa orang tersebut kurang aqalnya, keras hatinya dan lalai kepada Alloh.
4. Hai manusia,
kau bergembira di atas punggungku (permukaanku) hingga lupa mempersiapkan hari
kematian, kelak kau akan sedih di dalam perutku.
5. Hai manusia,
kau berbuat dosa di atas punggungku (permukaanku), kelak kalian akan di adzab
dalam perutku.
Diriwatkan
dari ‘Amar
bin Dinnar: : “Adalah seorang laki-laki penduduk Madinnah, dia
mempunyai saudara di perkampungan Madinnah di Naahyah, saudara perempuannya ini mengeluh bahwa ia sedang sakit,
mendengar khabar saudara perempuannya sedang sakit, maka saudara laki-lakinya
ini segera datang untuk menjenguk saudara perempuannya, sampai saatnya meninggAlloh
saudara perempuannya ini. Sebagaimana layaknya kewajiban orang yang hidup
terhadap orang yang mati, maka dia persiapkan hal-hal yang wajib di jalankan
atas orang yang mati, seperti quburnya, kain kafan dan lain sebagainya. Setelah
selesai segala persiapan untuk menguburkannya, maka dibawalah jenazah dari
saudara perempuannya ini ke qubur untuk dimakamkan. Setelah selesai di
quburkannya, maka lelaki ini pulang kembali kepada keluarganya. Dalam suatu
riwayat disebutkan bahwa ia lupa akan suatu kantong (tempat untuk menyimpan uang) yang dibawanya. Ia pun
kemudian meminta salah seorang laki-laki dari temannya untuk mendampinginya menggali
qubur, untuk mengambil kantong uang yang jatuh di dalam qubur. Maka keduanya
mendatangi qubur dan menggali itu qubur, setelah di gali maka ia temukan betul
bahwa kantongnya itu ada di dalam qubur. Saudara lelaki dari perempuan yang di
qubur ini meminta temannya untuk menjauh, hingga aku dapat melihat bagaimana
keadaan saudara perempuanku dalam quburnya. Maka saudara laki-laki ini
mengangkat sebagian papan/ kayu/ bambu yang ada di atas liang landak/ liang
lahat. Sewaktu diangkat sebagian papannya, maka dia dapati api yang menyala/
berkobar, setelah ia melihat api, maka akhirnya ia menutup kembali papan liang
landaknya dan ia timbun kembali itu qubur hingga rata seperti semula. Maka
kembali ia kepada ibunya, dia berkata kepada ibunya: “Hai ibuku beritahu
kepadaku apa yang dulu dikerjakan oleh saudara perempuanku?” Ibunya berkata:
“Mengapa kau tanya tentang saudara perempuanmu, padahal ia sudah meninggal
dunia?” Saudara laki-laki ini menceritakan apa yang dilihatnya diQuburan
saudara perempuannya. Maka ibunya berkata: “Bahwa saudara perempuanmu suka
menunda-nunda sholat, mentakhirkan sholat hingga keluar waktu. Dan ia pun
sholat dengan wudhu yang tidak sempurna, hingga kemungkinan ada anggota wudhu
yang tidak terbasuh dengan sempurna. Dan disaat sehatnya, ia selalu mendatangi
pintu-pintu rumah tetangga, hingga ia dapat mendengarkan apa yang sedang
dibicarakan oleh tetangga. Setelah ia mendengar apa yang dibicarakan oleh
tetangganya tersebut, maka ia menyebar-luaskan apa yang ia dengar tadi kepada
tetangga yang lain untuk mengadu domba/ ‘namimah’. Itulah sebab dari adzab qubur yang dialami
oleh saudara perempuanmu.”
Siapa
orang ingin selamat dari adzab qubur, hendaknya ia menjaga/ menahan diri dari perbuatan namimah. Dan menghindari
dari semua perbuatan dosa, agar kita selamat dari adzab qubur. Dan mudah
atasnya menjawab pertanyaan dari Munkar Wa Nakir.
Alloh
berfirman: “Alloh meneguhkan orang-orang beriman dengan ucapan yang teguh yaitu
kalimat ‘Toyibah’ dalam kehidupan di dunia ataupun kehidupan
akhirat. Ia tidak goyang/ goncang manakala ia mendapatkan bermacam-macam
musibah/ ujian dari Alloh. ”
Kalimat Toyibah yaitu ucapan: “Laa Illaa Haa Illaalloh”. Ujian/ musibah tidak membuat goyah
ia punya agamanya. Ujian/ musibah dari Alloh dapat berupa: terjadinya
pembunuhan dalam keluarganya, rumahnya mengalami kerampokan, rumahnya mengalami
kebakaran, kehilangan sohabatnya, mengalami sakit yang berat, terjadi fitnah
dalam keluarganya dll., hal semacam ini dapat membuat goncang keimanan
seseorang, tetapi untuk orang yang keimanannya kuat, maka hal-hal semacam ini
tidak membuat goyah/ goncang keimanannya. Iblis akan mengganggu dan mencoba
mengoyahkan keimanan seseorang hingga saat ia akan menghembuskan nafas
terakhirnya.
Ini
sebagai khabar gembira bagi orang mu’min, bahwa Alloh akan meneguhkan iman
orang mu’min dengan ucapan yang teguh, yaitu kalimah Toyibah. Iman mereka
kokoh/ mantap di hati-hati mereka, tidak akan goncang selama-lamanya.
Guru
kita (Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf) pernah di
datangi oleh sepasang suami istri, istrinya mendapatkan ujian berupa penyakit
yang cukup berat dalam jangka waktu hanya 2 bulan, istirinya mendapatkan
penyakit kanker. Padahal 2 bulan sebelumnya mereka datang dalam kondisi sehat
wal afiat. Suaminya berkata kepada guru kita: “Habib saya tidak mengerti, saya
melihat di depan rumah saya, ada seseorang yang mabok hingga masuk ke dalam
selokan/ got, ada yang tidak ibadah dan terus berbuat maksiat, tetapi kondisi
mereka sehat wal afiat. Sedangkan saya dan istri saya beribadah dengan taat
tetapi mendapatkan ujian yang cukup berat semacam ini. Lelaki ini mengalami
gocangan dalam keimanannya. Karena ia sering tugas lama di atas kapal, 6 bulan
sekali baru dapat kembali ke rumah, sehingga ia tidak dapat hadir di
majlis-majlis ilmu. Ia tidak dapat menerima ketentuan Alloh, ia membandingkan
ia dan istrinya yang rajin ibadah dan shodaqoh mengalami ujian yang cukup
berat, sedangkan orang-orang yang tidak beribadah dan sering berbuat maksiat
dalam kondisi yang sehat, dimana keadilan Alloh? Ini sebagai pelajaran bagi
kita, jika tidak kuat keimanan kita, maka kita tidak akan dapat menerima ujian/
musibah yang Alloh berikan kepada kita.
Alloh
akan teguhkan keimanan seorang mu’min saat di tanya oleh 2 malaikat, setelah
jenazah di maqamkan/ di pendam dalam tanah, maka kemudian Alloh hidupkan
kembali si-mayit, hingga si-mayit dapat mendengar suara langkah ketukan dari
sandal/ sepatu dari orang-orang yang meninggalkan Quburannya. Si-mayit
dibangunkan oleh 2 malaikat, yaitu Munkar
dan Nakir, mereka menanyakan:
-
Man
Robbuka? Si-mayit yang mu’min menjawab: “Allohu Robbi.”
-
Wamaa
Dinuka? Si-mayit yang mu’min menjawab: “Dinul Islam.”
-
Wamaa
Nabiyuka? Si-mayit yang mu’min menjawab: “Muhammad SAW.”
Karena
si-mayit dapat menjawab semua pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir, maka
malaikat Munkar dan Nakir berkata: “Tidurlah kamu semacam
tidurnya penganten.”
Untuk
si-mayit yang kafir, semua pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir mereka
menjawabnya dengan: “saya tidak tahu”. Maka kemudian 2 malaikat memukul mereka
dengan palu dari api neraka. Maka menjeritlah si-mayit yang dipukul oleh 2
malaikat ini dengan suara jeritan yang dapat di dengar oleh seluruh makhluk
yang ada dipermukaan bumi (termsuk pohon dan hewan), terkecuali jin dan
manusia.
Diriwayatkan
dari Baroo
bin Azib RA. dari Nabi kita Muhammad SAW.: “Manakala seorang muslim
ditanya di dalam quburnya, maka mau tidak mau seorang muslim yang benar-benar
menjalankan ketentuan-ketentuan Alloh dan menjauhi larangan Alloh, maka ia
bersyahadat: “Asshaduan
Laaillahaillaalloh, Waasshaduanna Muhammadar Abduhu Warasuluh.” Itulah Alloh meneguhkan perkataan dari
orang-orang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat.
Hamba
Alloh yang Muslim, Mu’min dan yang Mukhlis (yang ikhlas dalam beribadah dan
patuh kepada Alloh), maka saat mereka akan meninggal dunia dan menghadapi
Malaikat Munkar dan Nakir, akan dikokohkan/ diteguhkan mereka punya iman dalam
3 hal dengan kalimat Toyibah.
1. Saat
Menghadapi Malaikat Maut (Malaikat Izrail)
Disaat akan menghembuskan nafas
terakhirnya, ia diberikan kemampuan untuk dapat mengucapkan kalimat Tauhid: “Laailahaailaalloh”
2. Saat
Menghadapi Pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir di Qubur
Dikokohkan dan dimantapkan hatinya
sehingga dapat menjawab semua pertanyaan dari Malaikat Munkar dan Nakir dengan
baik dan benar.
3. Saat di Hisab
di Hari Qiyamaat
Sewaktu di hisab di Hari Qiyamat
tentang amal ibadahnya, ia dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan
kepadanya dengan lancar.
Tasybiit
adalah dikokohkan/ dimantapkan/ diteguhkan kita punya hati, sebelum masuk
kedalam qubur, yaitu di saat nyawa kita akan di cabut oleh Malaikat Maut
(Malaikat Izrail), hati kita dimantapkan dengan 3 jalan/ cara:
1. Alloh menjaga
kita dari pada ke-kufur-an, sehingga iman di hati kita tetap mantap. Iblis
selalu berusaha untuk mengganggu dan mengoyahkan keimanan kita, hingga sampai kita akan
menghembuskan nafas terakhir. Iblis berada di sisi kita di saat Malaikat Maut
sedang berada di hadapan kita.
2. Alloh
memberikan kita kemampuan untuk tetap dapat Istiqomah (Konsisten) dalam Tauhid,
sehingga keluarlah kita punya nyawa dalam keadaan Islam.
3. Malaikat
memberikan khabar gembira kepadanya dengan Rahmat Alloh, bahwa dia akan
mendapatkan ni’mat di Syurga kelak.
Tasybiit
di qubur, yaitu dimantapkan/ dikokohkan/ diteguhkan ia punya hati dalam
menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir di alam qubur, hati kita
dimantapkan dengan 3 jalan/ cara pula:
1. Alloh ajarkan
atau ilhamkan kepadanya, sehingga ia dapat menjawab pertanyaan Malaikat Munkar
dan Nakir dengan benar, dengan suatu jawaban yang dapat membuat Alloh Ridho
kepadanya.
2. Hilang dari
dirinya rasa takut di saat menghadapi Malaikat Munkar dan Nakir. Hilangnya rasa
gentar yang dapat membuatnya menjadi gugup/ tidak konsentrasi dalam menjawab
pertanyaan dari Malaikat Mukar dan Nakir.
3. Ia dapat
melihat tempatnya di Syurga, maka quburnya berubah menjadi “Rawdhoh min Riyadhil Jannah”
(Taman dari Taman-Tamannya Syurga).
Tasybiit
saat di Hisaab, yaitu dimantapan/
dikokohkan/ diteguhkan ia punya hati pada saat mempertanggung-jawabkan amal
perbuatannya di alam dunia dengan 3
jalan/ cara:
1. Alloh
mengajarkan/ mengilhamkan kepadanya hujjah/
alasan/ argument akan sesuatu yang ditanyakan kepadanya, sehingga ia dapat
menjawab pertanyaan dengan tepat.
2. Alloh akan
permudah baginya dalam hisab.
3. Alloh akan
mengampuni segala kesalahan-kesalahan atau dosa-dosanya.
Ada
sebagian Ulama yang menyatakan bahwa Tasbiit ada pada 4 hal. Tasbiit adalah
dimantapkanya/ dikokohkannya/ diteguhkannya seorang yang Muslim, Mu’min dan
Mukhlis, pada 4 hal, yaitu:
1. Alloh
memberikan Tasbiit pada saat menghadapi Malaikat Maut.
2. Alloh
memberikan Tasbiit pada saat di alam qubur, yaitu saat menghadapi
pertanyaan-pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir, sehingga ia dapat menjawab
semua pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir tanpa rasa takut dan gentar.
3. Alloh
memberikan Tasbiit pada saat di Hisab.
4. Alloh
memberikan Tasbiit pada saat melewati jembatan Shiraathal Mustaqiim, sehingga ia dapat melalui jembatan Shiraathal Mustaqiim bagaikan kilat yang
menyambar.
Bila
seseorang ditanya tentang adzaab qubur, bagaimana itu terjadinya Adzaab Qubur? Ada pendapat Ulama yang menyatakan tentang
adzaab qubur, tetapi riwayat tentang adzaab qubur yang mereka sampaikan
berbeda-beda, mereka tidak sepakat tentang bagaimana caranya adzaab qubur itu
terjadi.
1. Ada sebagian
Ulama yang menyatakan bahwa saat terjadinya adzaab qubur, maka ruh dikembalikan
lagi ke dalam jasadnya sebagaimana saat mereka hidup di alam dunia.
2. Sebagian
Ulama yang lain menyatakan, bahwa yang merasakan adzaab qubur adalah ruh, jasad
tidak merasakan apa-apa. Ruh masuk ke dalam jasad/ raganya, tetapi hanya sampai
dadanya saja, tidak sampai ke kepala.
3. Sebagian
Ulama yang lain menyatakan, bahwa ruh tidak masuk ke dalam dadanya, tetapi ruh
hanya sampai antara jasad dengan kain pembungkus (kain kafannya).
Perbedaan
pendapat Ulama ini dapat terjadi karena adanya perbedaan dari penjelasan Hadits
ataupun dari qoul-qoul shohabat. Sedangkan pendapat yang Shoheh (benar) di sisi
orang-orang yang berilmu, bahwa manusia mengakui adanya adzaab qubur, dan itu
termasuk suatu hal yang ghoib. Jadi kita mengakui adanya adzaab qubur benar
adanya, tanpa kita harus meributkan bagaimana kayfiyat terjadinya adzaab
qubur. Hanya Alloh-lah yang mengetahui bagaimana kayfiyat terjadinya adzaab
qubur. Kita akan mengetahui yang sesungguhnya dari kayfiyat adzaab qubur,
apabila kita telah masuk ke dalam qubur. Apabila kita bukan termasuk ahli
maksiat, maka Insya Alloh kita tidak akan mengalami yang namanya adzaab qubur.
Bilamana
seseorang mengingkari pertanyaan Munkar dan Nakir di alam qubur, sesungguhnya
pengingarannya tadi tidak sunyi dari salah satu dari 2 cara:
Ia
mengatakan bahwa secara logika adalah suatu hal yang tidak masuk aqal, suatu
hal yang tidak mungkin terjadi. Ia mengatakan bahwa orang yang sudah mati tidak
mungkin baginya ada pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir atas dirinya, bila
dipandang dari sudut aqal. Perkataan orang yang demikian dapat membawanya pada
pengingkaran atas kenabian dan pembatalan/ tidak mengakui akan adanya mu’jizat-mu’jizat atas diri Nabi dan Rasul. Karena Nabi dan
Rasul termasuk dari golongan manusia juga, akan tetapi ada prilaku/ tindakan/ perbuatan
pada diri Nabi dan Rasul yang tidak dapat diterima oleh aqal, yaitu berupa
mu’jizat-mu’jizat. Maka orang yang mengingkari akan adanya pertanyaan dari
Malaikat Munkar dan Nakir, maka keluarlah ia dari Islam dari tempat dimana
Islam itu masuk dalam dirinya. Masuk seperti itu dan keluar seperti itu juga,
masuk Islamnya dari dada, maka keluar Islamnya juga dari dada.
Ada
yang mengatakan bahwa hal ini dapat saja terjadi, karena tidak adanya dalil
yang kuat. Akan tetapi Riwayat dari Hadits-hadits Nabi yang memberikan khobar,
sudah dapat memuaskan seseorang, bagi orang yang memiliki sifat qona’ah (merasa
cukup).
Dan
dalam kitab Qur’an ada dalil/ petunjuk tentang adzaab qubur.
Dalam
Al Qur’an Alloh berfirman: “Siapa orang
berpaling dari pada peringatanKU, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang
sempit.”
Orang yang perpaling terhadap
peringatan Alloh, tidak mau berpegang pada Al Qur’an, maka baginya kehidupan
yang sempit. Orang banyak bertanya, mengapa orang-orang kafir hidupnya mewah
dan hartanya berlimpah ruah? Ulama-ulama Mufasir menafsirkan bahwa “Ma’isyata Dhonka” (kehidupan yang sempit) adalah
Alloh cabut atas dirinya sifat Qona’ah, sehingga meskipun hartanya sudah
berlimpah, tetapi mereka masih merasa tidak cukup.
“Dan kelak
KAMI akan himpun mereka di hari Qiyamat dalam keadaan buta.” Mereka bertanya: “Ya Rabbi, kenapa kami
dihidupkan kembali dalam keadaan buta? Sedangkan dulu kami hidup di alam dunia
dalam keadaan “melek” (tidak buta). Dulu saat di alam dunia KAMI memberikan
peringatan kepada kamu dan kamu melupakannya, maka kini saatnya kamu
dilupakan.”
Ada
juga ulama Mufasirin yang menafsirkan “Ma’isyata
Dhonka” adalah baginya adzaab qubur.
Alloh SWT. berfirman: “Alloh kokohkan orang beriman dengan
keimanan yang kokoh dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.”
Nabi
Muhammad SAW. bersabda: “Apabila seorang mu’min dimasukkan ke dalam quburnya,
maka didatangi si-mu’min tadi oleh 2 Malaikat (Munkar dan Nakir) yang menguji
si-hamba di dalam quburnya. Maka 2 Malaikat ini mendudukkan si- mu’min di dalam
quburnya untuk menanyakan kepada si-mu’min. Saat dibangunkan oleh 2 Malaikat,
sesungguhnya si-mu’min ini di dalam quburnya dapat mendengar suara terompah/
sandal/ sepatu dari orang-orang yang mengantarnya ke qubur, saat mereka
meninggalkan qubur. Maka berkata 2 Malaikat kepada si-mu’min: “Man Robbuka? Wamaa Dinuka? Wamaa Nabiyuka?” Si-Mu’min menjawab: “Allohu Robbi. Wal Islami dinni. Wa Muhammadun Nabiyi.” Maka berkata 2 Malaikat kepada si-mu’min:
“Alloh teguhkan dan kokohkan keimanan kamu, maka tidurlah kamu dalam keadaan
suka cita.”
Alloh
berfirman:
“Alloh teguhkan dan kokohkan iman seorang
mu’min dengan kalimat Tauhid dalam kehidupan dunia dan akhirat.”
Disaat di dunia mengalami banyak
cobaan, ujian, bencana, penyakit yang bermacam-macam, tetapi tidak menggoyahkan
keimanannya.
Di akhirat Alloh kokohkan mereka atas
qoul yang benar, yaitu dapat menjawab pertanyaan dari Malaikat Munkar dan
Nakir.
“Dan Alloh
sesatkan orang-orang yang dzolim, yakni orang kafir.”
Alloh tidak berikan tuntunan/
petunjuk kepada mereka untuk mengatakan yang haq (benar), sehingga mereka tidak
dapat menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir.
Apabila
seorang kafir atau munafiq di masukan ke dalam quburnya, maka Malaikat Munkar
dan Nakir bertanya kepada mereka dengan pertanyaan yang sama: “Man Robbuka? Wamaa Dinuka? Wamaa Nabiyuka?”
Si-kafir atau munafiq menjawab: “Aku tidak tahu. Aku tidak tahu. Aku tidak
tahu.” Malaikat bertanya kembali
kembali kepad si-kafir/ munafiq ini: “Kamu tidak tahu jawaban dari pertanyaan
ini?” Maka di pukul ia dengan tongkat yang terbuat dari besi, sehingga dapat di
dengar itu pukulan oleh makhluk-makhluk yang berada di antara Masyriq Wa Maghrib , kecuali jin dan
manusia yang tidak dapat mendengarnya.
Berkata
Abu
Haazim dari Ibnu Umar RA., berkata Rasululloh SAW.:
“Bagaimana keadaanmu wahai Umar? Apabila kamu di datangi oleh 2 Malaikat Munkar
dan Nakir? Keduanya hitam kebiru-biruan, keduanya menggaruk tanah dengan
taring-taring keduanya, keduanya menginjak rambut-rambutnya (rambutnya
panjang), suara keduanya bagai halillintar yang menggelegar, pandangan/ mata
keduanya sangat menakutkan bagai kilat/ petir yang menyambar. Berkata Syaidina
Umar: “Ya Rasululloh, apakah disaat aku
berhadapan dengan kedua Malaikat yang menakutkan itu, ada aqalku pada saat itu
(dalam keadaan sadar) dan aku berada dalam keadaanku seperti ini?” Rasululloh menjawab: “Ya, kamu dalam keadaan ada aqalmu sama seperti saat ini?” Syaidina Umar berkata: “Jika begitu aku akan mengatasi pertanyaan keduanya dengan izin Alloh
SWT.” Rasululloh menjawab: “Kamu
mendapatkan taufiq untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan 2 Malaikat dengan
benar.”
Hadits
Riwayat dari Abu Hurairoh RA., Rasululloh bersabda: “Tidak ada seorang mayit saat meninggal dunia melainkan keluar darinya
suara mendengkur, di dengarnya suara dengkuran tadi oleh semua binatang yang
melata di sisinya kecuali manusia.”
Andaikata manusia dapat mendengar suara dengkuran dari si-mayit yang
meninggal dunia, maka pasti manusia yang mendengar akan pingsan.
Manakala
ia di bawa ke quburnya, jika ia termasuk orang-orang sholeh (orang baik), maka
ia akan berkata: “Segerakan/ cepat
masukan aku ke liang qubur. Andaikata kalian tahu apa yang ada di hadapanku
berupa kebaikan dari ni’mat-ni’mat yang telah Alloh persiapkan untukku di dalam
qubur, maka kamu pasti akan segera mengantar aku ke qubur.”
Jika
yang meninggal ini bukan termasuk orang sholeh (orang yang banyak berma’shiyat kapada Alloh), maka ia
akan berkata: “jangan kau segerakan aku/ jangan kau cepat-cepat bawa aku ke
liang qubur. Andaikata kau tahu apa yang ada di hadapanku dari pada kejahatan,
pasti kamu tidak akan segerakan aku.” Jika dia sudah di timbun di dalam
quburnya, maka dia akan didatangi oleh 2 Malaikat yang hitam dan biru.
Malaikat
akan mendatanginya dari arah kepalanya, shalat malamnya menghalangi adzab qubur
datang kepadanya. Jangan kau datangi adzab ini dari arahku, karena dahulu dia
sudah banyak terjaga di malam hari untuk melaksanakan shalat malam, karena
takut dia dengan ini pembaringan (yaitu lubang qubur).
Malaikat
mendatanginya dari arah kedua kakinya, kebaktian dia kepada kedua orang tuanya
menghalangi adzab qubur datang kepadanya. Jangan kau datangi adzab ini dari
arahku, karena dahulu dia berbakti kepada kedua orang tuanya, dia selalu datang
melihat orang tuanya, karena takutnya dia dengan ini pembaringan (yaitu lubang
qubur).
Malaikat
mendatanginya dari arah kanannya, shodaqohnya menghalangi adzab qubur datang
kepadanya. Jangan kau datangkan adzab ini dari arah kami, ini orang banyak
bershodaqoh, karena takutnya dia dengan ini pembaringan (yaitu lubang qubur).
Malaikat
mendatangi dari arah kirinya, puasanya menghalangi adzab qubur datang
kepadanya. Jangan kau datangi adzab ini dari arahku, karena dahulu di dunia dia
banyak dahaga dan banyak lapar, karena takut dia dengan ini pembaringan (yaitu
lubang qubur).
Dibangunkannya
si-mayit ini seperti di bangunkannya orang yang sedang tidur. Dikatakan
kepadanya: “Bagaimana pendapatmu tentang
ini orang, yang dahulu saat kamu ada di alam dunia, ia mengajarkan
tuntunan-tuntunan (baik langsung ataupun tidak langsung) atas sesuatu yang kamu
tidak tahu, sehingga kamu dapat beriman dan menjadi seorang mu’min.” Malaikat bertanya: “Tahukan engkau siapa itu orang?”
Malaikat menjawab: “Itulah Nabi
Muhammad SAW.” Maka si-mayit berkata:“Asyhadu
anna Muhammadar Rosuululloh.” Malaikat berkata: “Kau hidup dalam keadaan
mu’min di alam dunia, kamupun mati dalam keadaan mu’min. Maka diluaskan
quburnya dan ditebarkan seluruh kemulyaan-kemulyaan Alloh, Masya Alloh Ya Ayuhannabi.
“Semoga Alloh
menjaga Iman-Islam kita dan semoga Alloh menjaga kita dari hawa nafsu yang
sesat dan menyesatkan dan dipelihara kita dari kelalaian dan semoga Alloh
melindungi kita dari adzab qubur.”
Disebutkan
tentang Aisyah RA., ia berkata: “Aku tidak mengetahui dan mengerti tentang
adzaab qubur, hingga masuklah kepadaku seorang wanita Yahudi, maka dia meminta
sesuatu dan aku memberikan apa yang diminta wanita Yahudi tadi. Wanita Yahudi
ini berkata: “Semoga engkau Alloh lindungi dari adzaab qubur.” Maka aku kira
dan duga bahwa kata-kata itu terbilang dari pada kebohongan-kebohongan Yahudi.
Hingga masuklah Nabi Muhammad SAW., Nabi kembali dari Masjid menuju rumah Siti
Aisyah, kemudian Aisyah menceritakan tentang seorang wanita Yahudi yang datang
kepadanya dan diberikan kepadanya sesuatu, kemudian wanita Yahudi tadi mendoakannya
agar Alloh melindunginya dari adzaab
qubur, setelah Nabi mendengar perkataan Siti Aisyah, maka Nabi berkata: “Adzaab
qubur itu adalah benar.”
Maka
wajib atas setiap muslim, baik laki ataupun perempuan bahwa ia memohon
perlindungan kepada Alloh dari adzaab qubur, karena adzaab qubur itu benar
adanya. Dan wajib pula atas muslim yang laki maupun perempuan, bahwa dia
menyiapkan diri hingga sampai saatnya nanti akan masuk ke liang qubur, yaitu
dengan amal-amal sholeh.
“Taqwalah kamu kepada Alloh dan hendaknya
setiap orang melihat dan memilih apa gerangan yang akan dipersembahkan kepada
Alloh untuk hari akhir (kematian, qubur dan hari qiyamat ) nanti, sesungguhnya
Alloh maha mengetahui apa yang kamu lakukan.”
Nabi
di tanya: “Hai Rasul, siapakah orang yang
paling cerdas dari umatmu? Nabi menjawab: “Orang yang paling banyak mengingat
mati itulah orang yang paling cerdas. Dan orang yang paling banyak/ paling
bagus persiapannya untuk kematian. Itulah orang-orang cerdas dari umatku.” Orang semacam itu pergi membawa kemulyaan
dunia, dan akan mendapatkan perlindungan di akhirat nanti.
Seorang
penyair mengatakan: “Tidak ada tempat
tinggal bagi orang yang meninggal dunia yang akan ditempatinya kecuali yang dia
bangunnya sebelum mati. Jika dia bangun dengan amal baik (sholeh), beruntung
orang yang membangunnya. Jika dibangunnya dengan amal yang tidak baik/ jahat,
hampa tangan/ rugi orang yang membangunnya.”
Maka
sesungguhnya telah mudah atasnya urusan untuk menyiapkan diri dengan amal-amal
sholeh sebelum menuju ke alam qubur. Banyak kesempatan untuk mempersiapkan
diri, dengan sehat badan, waktu yang luas, segalanya Alloh mudahkan, maka sesunggunya
sangat mudah atas orang ini segala urusan selama ada di alam dunia. Banyak
kesempatan yang Alloh berikan kepada kita selama berada di alam dunia, sehingga
kita dapat berbuat bermacam-macam amal sholeh, uang yang kita miliki dapat kita
gunakan untuk pergi menuju majlis-majlis ilmu, berziarah dll, yang terpenting
ada kemauan dari diri kita untuk melaksanakannya.
Jika
orang yang sudah masuk ke alam qubur, maka ia berangan-angan/ berharap/ berkeinginan agar Alloh mengizinkan untuk
dapat mengerjakan 1 amal kebajikan berupa apa saja, apakah itu tasbeh, sholat
atau apa saja, tetapi Alloh tidak mengizinkan. Karena alam qubur bukan lagi
tempat untuk mengerjakan amal. Maka tetaplah dia di dalam penyesalan.
Maka
seharusnya dituntut untuk orang yang beraqal waras, agar dia memikirkan tentang
urusan orang-orang yang telah meninggal dunia, bagaimana keadaan mereka di alam
qubur?
Maka
sesungguhnya orang yang telah meninggal dunia, mereka berangan-angan/ berharap/
berkeinginan agar mereka diizinkan shalat sekalipun hanya 2 rakaat saja.
Hadits
dari Abdillah bin Umar RA.
Rasululloh bersabda: “Tidak ada satu hari
dari pada hari-hari, melainkan Malaikat Maut, yaitu Malaikat Ij’roil
memanggil-manggil dari alam qubur: Hai ahli qubur, siapa orang yang kau hasad
(iri) pada saat ini? Mereka menjawab: Kami sangat hasad (iri) kepada
orang-orang yang suka berada di Masjid, mereka dapat shalat tetapi kami tidak
dapat shalat, mereka dapat puasa tetapi kami tidak dapat puasa lagi, mereka
dapat bershodaqoh, tetapi kami tidak dapat bershodaqoh, mereka dapat berziqir,
tasbeh dan tahmid tetapi kami sudah tidak dapat berziqir. Maka menyesallah
mereka atas yang telah lalu dari zaman mereka.”
Seorang
ulama mengatakan: “Masa yang sudah lalu
tidak akan dapat kembali lagi. Masa yang akan datang kita tidak tahu akan
bagaimana? Maka kamu manfaatkan waktu yang kamu ada padanya.” Manfaatkan waktu yang ada saat ini untuk dapat
beribadah/ beramal sholeh sebanyak-banyaknya.
Atau
mereka meminta untuk dapat diizinkan agar dapat mengucapkan satu ucapan saja: “Laailaa ha illalloh Muhammaddar
rasululloh.” Tetapi Alloh-pun sudah tidak mengizinkan lagi.
Atau mereka berharap agar diizinkan mengucapkan satu tasbeh saja: “Subhaanalloh.” Tetapi Alloh sudah tidak mengizinkan lagi.
Saat ini kita sering membaca Dzikir Tauhid, Ratib dll., disitu terhimpun semua
dzikir, tasbeh, tahlil. Semoga kita dapat terus mengamalkannya hingga akhir
hayat kita aamiin…
Maka
orang yang sudah meninggal dunia merasa aneh dan heran dari orang-orang yang
masih hidup di alam dunia, mereka menyia-nyiakan hari/ masa/ waktu mereka dalam
kelalaian dan kerjaan-kerjaan yang tidak baik.
Hadits
Riwayat dari Ismail bin Muhammad Al’ab Al Ahbar: “Tidak-lah lewat seseorang di quburan, melainkan dia dipanggil oleh ahli
qubur: “Hai orang yang lalai, andaikata kau mengetahui apa yang terjadi di alam
qubur seperti yang kami alami, niscaya akan hancur kau punya daging badanmu
sebagaimana lumernya batu es di atas api.”
Alloh
berkata, nanti orang yang ada di akhirat (qubur/ neraka jahanam) berkata: “Ya Tuhan, kembalikan kami ke alam dunia,
kami akan beramal sholeh.” Alloh menjawab permintaan mereka: “Bukankah KAMI sudah panjangkan usia kamu
pada waktu yang cukup bagi orang yang mengingat/ berfikir?”
Jangan
kau sia-siakan waktu kamu di alam dunia, dengan hanya bermain, menonton tv,
main hp dll. Hidup yang telah lalu tidak akan kembali. Hidup di alam dunia
tidak lama, jadikan semuanya jalan untuk toat kepada Alloh. Kehidupan dunia
adalah modal kamu untuk memperoleh keuntungan (keselamatan/ kesenangan) yang
sebanyak-banyaknya di akhirat. Selama kamu mampu mengelola modal kamu berupa
umur di alam dunia, membagi waktu untuk Alloh, waktu untuk diri kita dan waktu
untuk keluarga kita, maka kamu akan mendapatkan keuntungan yang
sebanyak-banyaknya.
Almurhumah
Umi Muslihah binti H. Djunaedi (istri dari guru kita), termasuk orang yang
tidak menyianyiakan waktunya, semasa hidupnya selalu menggisi waktu luangnya
dengan wirid/ dzikir, Shalat Tahajud dan Shalat Sunnah lainnya, sehingga
sewaktu meninggal dunia beliau terlihat tersenyum, karena beliau termasuk
orang-orang yang beruntung yang mengisi/ memanfaatkan waktu dengan
sebaik-baiknya untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Perbuatan baik hendaknya
kita jadikan sebagai tauladan.
Dan
sesungguhnya dagangan-dagangan akhirat (Shalat, Puasa, Dzikir, Zakat, Shodaqoh,
Haji, Membaca Al Qur’an, Ta’lim dll.)
tidak laku di jual. Bersungguh-sungguhlah kamu hingga kamu dapat menghimpun
dagangan akhirat (berupa amal sholeh) di waktu tidak laku di jual. Orang tidak
manfaatkan kita manfaatkan, hingga nanti di akhirat tidak menjadi penyesalan
yang luar biasa. Dagangan akhirat setelah kita meninggal dunia, masuk ke alam
qubur, dan setelah hari qiamat sangat bernilai tinggi. Di akhirat tidak ada
lagi kesempatan bagi kita untuk mencari dagangan akhirat, yaitu berupa amal
sholeh. Maka sesungguhnya akan datang hari dimana ini dagangan bernilai/
berhaga tinggi. Perbanyak itu amal-amal akhirat di hari tidak laku di jual (di
alam dunia) untuk hari bernilai itu amal-amal akhirat. Jika sudah masuk ke alam
akhirat kamu tidak akan mampu mencarinya.
“Kita
memohon kepada Alloh agar Alloh memberikan kita taufiq untuk menyiapkan diri
saat kita berhajat dengan amal sholeh di hari kembali kita di akhirat nanti.
Dan semoga Alloh-pun tidak menjadikan kita termasuk orang-orang yang menyesal.
Dan Alloh-pun tidak menjadikan kita orang-orang yang mencari dan meminta
dikembalikan ke alam dunia. Dan semoga Alloh mempermudah bagi kita dahsyatnya
qubur dan sekalian atas orang Muslimin.”
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan
permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum,
terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar