Senin, 10 Agustus 2015

TASAWUF - Hisab Diri Kita Sebelum Alloh Menghisabnya di Akhirat



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Hisab Diri Kita Sebelum Alloh Menghisabnya di Akhirat
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Hanya milik Alloh apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Alloh akan membalas setiap perbuatan jahat yang dilakukan setiap orang di dunia dengan siksa di akhirat. Dan Alloh juga akan membalas setiap perbuatan baik yang dilakukan setiap orang di dunia dengan balasan ni’mat syurga di akhirat.

Orang yang cerdas yaitu orang yang pandai menghisab dirinya, dengan umur yang ada padanya saat ini, apakah lebih banyak amal perbuatan baik atau amal perbuatan jahat yang telah dilakukannya? Timbang mana yang lebih berat amal baik kita atau amal buruk kita sebelum Alloh menimbangnya di akhirat kelak.

Yang kita butuhkan di akhirat kelak hanyalah amal baik. Mayit yang dikubur seperti kapal yang terombang-ambing di tengah lautan, yang dibutuhkannya hanyalah pelampung/ alat penyelamat yang akan menyelamatkan dirinya agar tidak tenggelam. Si-mayit sangat mengharapkan doa dari anaknya, istri/ suaminya, saudaranya, teman/ sahabatnya dan orang-orang yang dekat dengan dirinya.

Ni’mat Alloh banyak sekali, selain ni’mat Iman dan Islam yang terbesar, setelahnya yaitu ni’mat mempunyai anak-anak yang sholeh/sholeha. Doa lebih dicintai dan disukai si-mayit dibandingkan dunia dan seisinya. Umatku adalah umat yang sangat beruntung, mereka meninggal dunia dengan membawa begitu banyak dosa, tetapi dosa-dosa tersebut gugur dengan sebab istighfar dan doa dari orang-orang yang masih hidup di alam dunia yang beristighfar dan berdoa untuknya.

Orang yang tidak cerdas/ lemah otaknya adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya, mereka ingin mendapatkan Syurga dan Rahmat Alloh tanpa mau beramal. Seorang Sohabat bertanya kepada Rasululloh: “Siapa orang yang cerdas dari golongan manusia di alam dunia?” Rasululloh menjawab: “Adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan orang yang paling banyak persiapannya untuk akhirat, itulah orang yang cerdas.”

Andaikata kau katakan kepada orang yang tertipu, yang ingin mendapatkan Syurga tanpa mau beramal. Jika kamu berkata: “Kamu diam saja di rumah, tidak usah bekerja mencari rizki, karena Alloh akan mencukupi rizki kamu.”  Pasti mereka akan mengolok-olok/ mengejek kamu dan mereka akan berkata: “Tidak pernah datang kepada kami segala sesuatu tanpa kami usahakan, bahkan terkadang kami berusaha cukup keras untuk bisa mendapatkannya. Bahkan terkadang kami tidak mendapatkannya meskipun kami telah berusaha dengan sungguh-sungguh.”
Padahal Alloh telah menjamin dalam Al Qur’an rizki setiap makhluk yang ada di dunia. Setiap makhluk yang melata di dunia ini Alloh jamin rizkinya. Setiap rezki yang sudah Alloh tentukan masuk ke kerongkongan kamu, niscaya pasti akan kamu dapatkan. Untuk rezki yang telah Alloh jamin, ia berusaha begitu keras untuk mendapatkannya, tetapi untuk Syurga yang Alloh tidak jamin, mereka lalai untuk mendapatkannya.

Rizki dan Azal terus mengejar kita, akan tetapi yang sampai lebih dahulu adalah rizki kita baru kemudian azal. Alloh tidak akan mencabut nyawa seseorang sebelum rezki yang telah Alloh tentukan untuknya telah ia peroleh semuanya.

Bila kita mencari akhirat, maka dunia akan ikut. Tetapi bila kita mencari dunia, maka akhirat akan luput. Seperti kata ulama: “Bila kita menanam padi (akhirat), maka rumput (dunia) akan ikut. Tetapi bila kita menanam rumput (dunia), maka padi (akhirat) tidak akan ikut.” Lihat kehidupan Ulama-Ulama Sholihin, mereka tidak mengejar kehidupan dunia, karena mereka yakin rizkinya telah Alloh jamin. Seperti saat terjadi krisis ekonomi pada beberapa tahun yang lalu, mereka tidak terlihat terkena dampak dari krisis ekonomi tersebut, mereka tetap tenang menjalani kehidupannya.

Abu Sya’id (Seorang ulama besar yang belajar ilmu Al Qur’an kepada Sohabat Nabi Ibnu Abbas RA.) beliau berkata: “Menginginkan Syurga tetapi tidak mau beramal adalah merupakan salah satu dosa dari sekian banyak dosa-dosa. Mengharapkan/ menanti-nanti Syafaat dari Nabi/ Ulama/ Sholihin tanpa adanya sebab (kecintaan/ dekat dengan mereka) adalah tertipu. Mengharapkan Rahmat dari orang yang tidak dapat memberikan Rahmat adalah suatu kebodohan.”

Hasan Al Basry (Seorang Ulama Besar) berkata: “Keinginan mendapatkan ampunan Alloh sudah mempermainkan beberapa golongan manusia, sehingga mereka keluar dari alam dunia menjadi bangkrut/pailit  tidak mempunyai amal sholeh.”

Silahkan kamu berjalan untuk mendapatkan Ridho Alloh meskipun kamu harus berjalan dengan terpincang-pincang atau dengan merangkak untuk mendapatkannya. Kita harus berusaha keras untuk mendapatkan keridhoan Alloh dengan memperbanyak amal perbutan baik.

Bila kehidupan kamu susah dan ingin segera keluar dari kesusahan tersebut, hendaklah kamu perbanyak bershodaqoh. Karena bila kita tidak bershodaqoh dengan alasan kehidupan kita masih susah, maka kehidupan kita tidak akan berubah menjadi lebih baik.

Ciri seorang mu’min yang sejati yaitu ia menghimpun/ menggabungkan antara ikhsan (kebaikan-kebaikan) amal-amal sholeh dengan Khof (rasa takut) kalau kebaikan-kebaikannya itu tidak diterima Alloh SWT.

Ciri-ciri orang munafik yaitu ia menghimpun amal-amal yang tidak baik/ amal-amal jahat dan ia merasa aman dari murka Alloh dan ahzab Alloh. Ia selalu berbuat maksiat kepada Alloh tetapi ia tidak merasa takut dengan murka dan ahzab Alloh.

Seorang mu’min yang sejati selalu timbul dalam dirinya di pagi hari rasa takut, demikian pula di sore hari. Jadi sepanjang harinya diliputi rasa takut akan ahzab dan murka Alloh, sehingga ia selalu berbuat amal kebaikan.

Al Habib Umar Muhdor bin Abdurrahman Assegaf: Ia sangat takut kepada Alloh dan ia sering kali menyatakan di depan orang-orang yang mendampinginya atau murid-muridnya, aku ingin menjadi seekor kambing agar dapat disembelih dan dimakan dagingnya, atau aku aku ingin menjadi seekor anjing saja agar saat mati hanya menjadi tanah tidak ada pertanyaan dari malaikat Munkar & Nakir. Itulah orang-orang sholeh, mereka sampai berfikir andai Alloh tidak menciptakan aku sebagai manusia tentulah tidak ada pertanyaan dari Malaikat Munkar & Nakir dan tidak ada Hisab atas diriku.

Orang-orang munafiq, mereka tidak mau beramal sholeh, shalat tidak mau, puasa tidak mau, membayar zakat tidak mau, menunaikan ibadah haji tidak mau, duduk di majlis ilmu tidak mau. Ia tidak mau mengerjakan amal-amal sholeh, mengerjakan kewajiban-kewajiban yang Alloh wajibkan atasnya. Dan mereka berkata: “manusia itu banyak dosanya, bukan aku saja yang berbuat dosa, semoga nanti Alloh akan mengampuni aku. Itulah orang munafiq, ia tidak mau shalat, tidak mau puasa, tidak mau membayar zakat, tidak mau berhaji, tidak mau menutup aurot, tidak mau berkumpul dekat dengan ulama, tetapi ia mengharapkan ampunan Alloh.

Dan adalah nabi-nabi dahulu kala, wali-wali Alloh, serta kesempurnaan ma’rifat mereka kepada Alloh, mereka sangat mengenal Alloh, Zat-Zat Alloh, Sifat-Sifat Alloh dan baik sangkaan mereka kepada Alloh serta baiknya amal-amal mereka di hadapan Alloh, sangat sedikit dosa-dosa mereka atau tidak ada dosa sama sekali (para nabi-nabi ma’sum/terpelihara dari perbuatan dosa) kepada Alloh. Mereka berada pada puncak rasa takut terhadap amal-amal dan kesudahan akhir hidupnya nanti. Mereka itu semuanya adalah yang Alloh beri petunjuk/ tuntunan, maka ikutilah oleh kamu tuntunan/ petunjuk mereka, jangan kamu ikuti petunjuk./ tuntunan dari yang lain.


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar