Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Hisab Diri Kita Sebelum Alloh Menghisabnya di
Akhirat
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Hanya
milik Alloh apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Alloh akan
membalas setiap perbuatan jahat yang dilakukan setiap orang di dunia dengan
siksa di akhirat. Dan Alloh juga akan membalas setiap perbuatan baik yang
dilakukan setiap orang di dunia dengan balasan ni’mat syurga di akhirat.
Orang
yang cerdas yaitu orang yang pandai menghisab dirinya, dengan umur yang ada
padanya saat ini, apakah lebih banyak amal perbuatan baik atau amal perbuatan
jahat yang telah dilakukannya? Timbang mana yang lebih berat amal baik kita
atau amal buruk kita sebelum Alloh menimbangnya di akhirat kelak.
Yang
kita butuhkan di akhirat kelak hanyalah amal baik. Mayit yang dikubur seperti
kapal yang terombang-ambing di tengah lautan, yang dibutuhkannya hanyalah
pelampung/ alat penyelamat yang akan menyelamatkan dirinya agar tidak tenggelam.
Si-mayit sangat mengharapkan doa dari anaknya, istri/ suaminya, saudaranya,
teman/ sahabatnya dan orang-orang yang dekat dengan dirinya.
Ni’mat
Alloh banyak sekali, selain ni’mat Iman dan Islam yang terbesar, setelahnya
yaitu ni’mat mempunyai anak-anak yang sholeh/sholeha. Doa lebih dicintai dan
disukai si-mayit dibandingkan dunia dan seisinya. Umatku adalah umat yang
sangat beruntung, mereka meninggal dunia dengan membawa begitu banyak dosa,
tetapi dosa-dosa tersebut gugur dengan sebab istighfar dan doa dari orang-orang
yang masih hidup di alam dunia yang beristighfar dan berdoa untuknya.
Orang
yang tidak cerdas/ lemah otaknya adalah orang yang memperturutkan hawa
nafsunya, mereka ingin mendapatkan Syurga dan Rahmat Alloh tanpa mau beramal.
Seorang Sohabat bertanya kepada Rasululloh: “Siapa
orang yang cerdas dari golongan manusia di alam dunia?” Rasululloh
menjawab: “Adalah orang yang paling
banyak mengingat kematian dan orang yang paling banyak persiapannya untuk
akhirat, itulah orang yang cerdas.”
Andaikata
kau katakan kepada orang yang tertipu, yang ingin mendapatkan Syurga tanpa mau
beramal. Jika kamu berkata: “Kamu diam
saja di rumah, tidak usah bekerja mencari rizki, karena Alloh akan mencukupi
rizki kamu.” Pasti mereka akan
mengolok-olok/ mengejek kamu dan mereka akan berkata: “Tidak pernah datang kepada kami segala sesuatu tanpa kami usahakan,
bahkan terkadang kami berusaha cukup keras untuk bisa mendapatkannya. Bahkan
terkadang kami tidak mendapatkannya meskipun kami telah berusaha dengan sungguh-sungguh.”
Padahal
Alloh telah menjamin dalam Al Qur’an rizki setiap makhluk yang ada di dunia.
Setiap makhluk yang melata di dunia ini Alloh jamin rizkinya. Setiap rezki yang
sudah Alloh tentukan masuk ke kerongkongan kamu, niscaya pasti akan kamu dapatkan.
Untuk rezki yang telah Alloh jamin, ia berusaha begitu keras untuk
mendapatkannya, tetapi untuk Syurga yang Alloh tidak jamin, mereka lalai untuk
mendapatkannya.
Rizki
dan Azal terus mengejar kita, akan tetapi yang sampai lebih dahulu adalah rizki
kita baru kemudian azal. Alloh tidak akan mencabut nyawa seseorang sebelum
rezki yang telah Alloh tentukan untuknya telah ia peroleh semuanya.
Bila
kita mencari akhirat, maka dunia akan ikut. Tetapi bila kita mencari dunia,
maka akhirat akan luput. Seperti kata ulama: “Bila kita menanam padi (akhirat), maka rumput (dunia) akan ikut.
Tetapi bila kita menanam rumput (dunia), maka padi (akhirat) tidak akan ikut.”
Lihat kehidupan Ulama-Ulama Sholihin, mereka tidak mengejar kehidupan dunia,
karena mereka yakin rizkinya telah Alloh jamin. Seperti saat terjadi krisis
ekonomi pada beberapa tahun yang lalu, mereka tidak terlihat terkena dampak
dari krisis ekonomi tersebut, mereka tetap tenang menjalani kehidupannya.
Abu Sya’id (Seorang
ulama besar yang belajar ilmu Al Qur’an kepada Sohabat Nabi Ibnu Abbas RA.)
beliau berkata: “Menginginkan Syurga
tetapi tidak mau beramal adalah merupakan salah satu dosa dari sekian banyak
dosa-dosa. Mengharapkan/ menanti-nanti Syafaat dari Nabi/ Ulama/ Sholihin tanpa
adanya sebab (kecintaan/ dekat dengan mereka) adalah tertipu. Mengharapkan
Rahmat dari orang yang tidak dapat memberikan Rahmat adalah suatu kebodohan.”
Hasan Al
Basry (Seorang Ulama Besar) berkata: “Keinginan
mendapatkan ampunan Alloh sudah mempermainkan beberapa golongan manusia,
sehingga mereka keluar dari alam dunia menjadi bangkrut/pailit tidak mempunyai amal sholeh.”
Silahkan
kamu berjalan untuk mendapatkan Ridho Alloh meskipun kamu harus berjalan dengan
terpincang-pincang atau dengan merangkak untuk mendapatkannya. Kita harus
berusaha keras untuk mendapatkan keridhoan Alloh dengan memperbanyak amal
perbutan baik.
Bila
kehidupan kamu susah dan ingin segera keluar dari kesusahan tersebut, hendaklah
kamu perbanyak bershodaqoh. Karena bila kita tidak bershodaqoh dengan alasan
kehidupan kita masih susah, maka kehidupan kita tidak akan berubah menjadi
lebih baik.
Ciri
seorang mu’min yang sejati yaitu ia menghimpun/ menggabungkan antara ikhsan
(kebaikan-kebaikan) amal-amal sholeh dengan Khof (rasa takut) kalau
kebaikan-kebaikannya itu tidak diterima Alloh SWT.
Ciri-ciri
orang munafik yaitu ia menghimpun amal-amal yang tidak baik/ amal-amal jahat
dan ia merasa aman dari murka Alloh dan ahzab Alloh. Ia selalu berbuat maksiat
kepada Alloh tetapi ia tidak merasa takut dengan murka dan ahzab Alloh.
Seorang
mu’min yang sejati selalu timbul dalam dirinya di pagi hari rasa takut,
demikian pula di sore hari. Jadi sepanjang harinya diliputi rasa takut akan
ahzab dan murka Alloh, sehingga ia selalu berbuat amal kebaikan.
Al Habib Umar
Muhdor bin Abdurrahman Assegaf: Ia sangat takut kepada Alloh dan ia
sering kali menyatakan di depan orang-orang yang mendampinginya atau
murid-muridnya, aku ingin menjadi seekor kambing agar dapat disembelih dan
dimakan dagingnya, atau aku aku ingin menjadi seekor anjing saja agar saat mati
hanya menjadi tanah tidak ada pertanyaan dari malaikat Munkar & Nakir.
Itulah orang-orang sholeh, mereka sampai berfikir andai Alloh tidak menciptakan
aku sebagai manusia tentulah tidak ada pertanyaan dari Malaikat Munkar &
Nakir dan tidak ada Hisab atas diriku.
Orang-orang
munafiq, mereka tidak mau beramal sholeh, shalat tidak mau, puasa tidak mau,
membayar zakat tidak mau, menunaikan ibadah haji tidak mau, duduk di majlis
ilmu tidak mau. Ia tidak mau mengerjakan amal-amal sholeh, mengerjakan
kewajiban-kewajiban yang Alloh wajibkan atasnya. Dan mereka berkata: “manusia
itu banyak dosanya, bukan aku saja yang berbuat dosa, semoga nanti Alloh akan
mengampuni aku. Itulah orang munafiq, ia tidak mau shalat, tidak mau puasa,
tidak mau membayar zakat, tidak mau berhaji, tidak mau menutup aurot, tidak mau
berkumpul dekat dengan ulama, tetapi ia mengharapkan ampunan Alloh.
Dan
adalah nabi-nabi dahulu kala, wali-wali Alloh, serta kesempurnaan ma’rifat
mereka kepada Alloh, mereka sangat mengenal Alloh, Zat-Zat Alloh, Sifat-Sifat Alloh
dan baik sangkaan mereka kepada Alloh serta baiknya amal-amal mereka di hadapan
Alloh, sangat sedikit dosa-dosa mereka atau tidak ada dosa sama sekali (para
nabi-nabi ma’sum/terpelihara dari perbuatan dosa) kepada Alloh. Mereka berada
pada puncak rasa takut terhadap amal-amal dan kesudahan akhir hidupnya nanti.
Mereka itu semuanya adalah yang Alloh beri petunjuk/ tuntunan, maka ikutilah
oleh kamu tuntunan/ petunjuk mereka, jangan kamu ikuti petunjuk./ tuntunan dari
yang lain.
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran
Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri.
Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini
mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena
keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya
Jawab dalam Blog ini.
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al
Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada
al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima
kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir
untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan
permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum,
terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diterbitkan
dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis
Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui
E-mail: hsn_5805@yahoo.co.id
Ingin
mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook
Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY:
http://www.facebook.com/groups/alkifahi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar