Selasa, 28 April 2015

TASAWUF - Mendekatkan Diri Kepada Alloh



Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Mendekatkan Diri Kepada Alloh
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Nasehat dari Al Imam Al Haddad: “Hendaknya kamu menjalankan kewajiban-kewajiban yang diwajibkan kepadamu dan menjauhi segala larangan-Nya serta mengerjakan Sunah-sunah Rasululloh.

Mengerjakan amal-amal sunah hanya karena Alloh, maka kita akan mencapai puncak kedekatan kepada Alloh. Sehingga Alloh akan memakaikan kita pakaian kecintaan (mahabbah) kepada Alloh. Jika sudah memakai pakaian mahabbah, maka segala gerakkan dan diam kita adalah karena Alloh. Orang yang telah dipakaikan pakaian mahabbah, maka ia termasuk kedalam golongan waliyullah yang akan dianugrahi gelar khalifah kewilayahan di muka bumi dengan kekhalifahan yang khusus.

Para sohabat bertanya kepada Baginda Nabi: “Siapa gerangan mereka dan amalan apa yang dikerjakannya sehingga mereka mendapat keistimewaan dari Alloh seperti itu?”
Baginda Nabi menjawab: “Mereka adalah sekelompok kaum yang bercinta-cintaan karena Alloh. (bukaan kerena harta, pangkat ataupun golongan). Diakhirat kelak muka mereka bercahaya dan duduk di atas kursi-kursi dari nur (cahaya).

Susungguhnya Alloh berfirman: “Tidaklah seorang hamba-KU mendekatkan diri kepada-KU yang paling AKU senangi adalah dengan mengerjakan segala perintah-KU dan menjauhi segala larangan-KU, serta senantiasa mengerjakan amalan-amalan sunnah sehingga AKU mencintainya. Jika AKU sudah mencintainya, maka AKU adalah pendengarannya dan AKU adalah penglihatan baginya,  serta AKU menjadi tangannya dan aku menjadi kakinya. Beberapa ulama mentafsirkan kata AKU pendengarannya,  AKU penglihatannya dan AKU  kaki dan tangannya adalah bahwa Alloh memelihara pendengaran,  penglihatan, dan segala tindakan dari si-hamba dari segala perbuatan dosa.

Ada suatu kisoh tentang seorang perempuan yang menjumpai Syech Abdul Qodir Al Jailani, perempuan tersebut meminta doa kepada Syech Abdul Qodir Al Jailani agar dirinya dilindungi dari gangguan para penyamun/perampok dalam perjalanannya. Singkat cerita di tengah jalan perempuan tersebut bertemu dengan kawanan perampok, perempuan tersebut menjerit meminta bantuan sambil menyebut nama Syech Abdul Qodir Al Jilani, Syech Abdul Qodir Al Jilani yang pada saat itu sedang bersiap akan berwudhu tiba-tiba mendengar suara perempuan yang meminta bantuan kepadanya, maka Syech Abdul Qodir Al Jilani mengambil terompahnya dan melemparkannya. Padahal jarak antara perempuan dengan Syech Abdul Qodir mungkin bisa mencapai ribuan kilo meter akan tetapi lemparan terompah Syech Abul Qodir Al Jilani mengenai kawanan perampok dan mereka mati karena lemparan terompah tersebut.

Ada satu kisoh lagi yaitu, bahwa Sayidina Umar Ibnu Khotob pernah memberikan komando peperangan kepada pasukannya di medan perang (sedangkan Sayidina Umar berada jauh dari medan perang). Sayidina Umar melihat pasukan kaum muslimin sedang terdesak oleh musuh, maka Sayidina Umar memerintahkan pasukan kaum muslimin agar segera menghindar ke arah bukit untuk menghindari pasukan musuh.

Dari dua kisoh tersebut dapat terlihat bahwa orang yang telah Alloh pilih menjadi waliNYA, maka tidak ada lagi penghalang/hijab bagi Waliyullah tersebut meskipun dipisahkan oleh jarak dan waktu. Tidak ada yang mustahil dalam ilmu Alloh SWT.
Alloh berkata: “Apa yang menjadi permohonan bagi Wali-KU,  maka AKU akan segera mengabulkannya dan Apabila mereka meminta perlindungan maka AKU akan segera membantunya.”

Waliyullah di golongkan kedalam tiga kelompok, yaitu:
1.    Ada Waliyullah yang tahu bahwa dirinya wali dan orang lainpun tahu bahwa ia wali.
2.    Ada Waliyullah yang orang lain tahu bahwa ia wali, tetapi dirinya sendiri tidak tahu bahwa ia wali.
3.    Ada Waliyullah yang tidak tahu bahwa dirinya wali, dan orang lainpun tidak tahu bahwa dia seorang wali.

Orang-orang yang termasuk kedalam tiga golongan di atas adalah orang-orang yang selalu mengerjakan apa yang diperintah Alloh, menjahi segala larangannya, mengerjakan amalan-amalan Sunnah, menjaga akhlaq dan adab baik kepada Alloh maupun makluk-makhluk lainnya. Sehingga apabila ada orang yang mengaku sebagai Waliyullah tetapi jauh dari tuntunan Alloh dan tidak dapat menjaga ucapannya dari menyakiti orang lain, maka ia termasuk orang-orang yang berdusta.

Alloh tidak akan membuka Hikmah Ilmu kepada seseorang, meskipun ia mempunyai ilmu yang begitu luas, sebelum ia berkumpul dengan para Waliyullah. Mengenai hal ini ada satu kisoh yang menarik untuk disimak, yaitu tentang Imam Sya’roni dengan gurunya Ali Al Ghowas. Pada mulanya Imam Sya’roni yang telah menulis ribuan kitab memandang rendah kepada Ali Al Ghowas yang berprofesi hanya sebagai tukang sepatu, ia mempunyai keyakinan bahwa seorang Waliyullah bukanlah orang yang bodoh. Imam Sya’roni baru saja menikah dengan istrinya yang kedua yang bernama Zainab. Ia sering memanjakan istrinya di rumah dengan mengendong istrinya di punggungnya. Pada suatu hari ketika ia melewati tempat Ali Al Ghowas ia ditegur oleh Ali Al Ghowas: “Hei keledai Zainab berhenti, jangan kau teruskan langkahmu.” Kaget Imam Sya’roni, karena Ali Al Ghowas dapat mengetahui perbuatan dia dan istrinya yang dilakukannya di dalam rumah, maka Imam Sya’roni berfikir bahwa Ali Al Ghowas bukanlah orang sembarangan melainkan Waliyullah. Untuk itu kemudian Imam Sya’roni bertekad untuk menuntut ilmu kepada Ali Al Ghowas, seorang tukang sepatu. Ali Al Ghowas mengajukan syarat kepada Iman Sya’roni apabila ingin belajar kepadanya, yaitu menyuruh Imam Sya’roni untuk membuang seluruh kitab yang telah di karangnya ke sungai Nil. Imam Sya’roni memenuhi syarat tersebut.  Setelah ia belajar kepada Ali Al Ghowas, kitab-kitab karangannya menjadi rujukan dari ulama-ulama sesudahnya. Inilah bukti bahwa Imam Sya’roni telah mendapatkan Hikmah Ilmu setelah ia belajar kepada Waliyullah Ali Al Ghowas.

AKU tidak pernah bimbang (Kata Alloh) setiap mengerjakan segala sesuatu terkecuali dalam mencabut ruh hamba-hambaKU yang AKU cintai. AKU tidak senang memisahkan hamba-hambaKU dengan apa-apa yang di cintainya, yang membuat mereka menjadi susah, akan tetapi hal ini tetap harus AKU laksanakan.

Rasululloh SAW. bersabda: Siapa orang yang rindu berjumpa dengan Alloh, maka Alloh pun rindu berjumpa dengannya. Dan barang siapa yang benci berjumpa dengan Alloh, maka Alloh pun akan benci berjumpa dengannya.
Aisyah RA. berkata: Wahai Rasululloh, setiap orang pasti tidak ingin menjumpai kematian, bagaimana hal ini ya Rasululloh?
Kemudian Rasululloh SAW. bersabda: Orang mu’min menjelang kematiannya akan Alloh perlihatkan ni’mat-ni’mat yang yang akan ia terima sehingga ia sangat berharap untuk segera menjumpai kematian.

Sering kita jumpai orang-orang sholihin yang tersenyum di saat menjelang kematiannya, karena mereka telah Alloh perlihatkan balasan yang akan mereka terima di akhirat kelak.
Semoga kita semua termasuk kedalam golongan orang-orang yang tersenyum disaat ajal menjemput kita. Amien… Ya Raball Alamien…


CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Kebenaran Mutlaq milik Alloh dan Segala Kekhilafan adalah dari pribadi Al-faqir sendiri. Segala kelebihan dan kekurangan yang Al-faqir sampaikan dalam ringkasan ini mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Karena keterbatasan ilmu yang Al-faqir miliki, maka Al-faqir tidak membuka forum Tanya Jawab dalam Blog ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya al-faqir haturkan kepada Syaidil Walid Al Ustdz Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf yang telah memberikan izin kepada al-faqir untuk dapat menyebarluaskan isi ta’lim di Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY, dan tal lupa ucapan terima kasih al-faqir sampaikan untuk H. Aun Mustofa yang telah mengizinkan al-faqir untuk menggunakan fasilitas kantor untuk membuat ringkasan ta’lim ini. 
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY. Kritik & Saran dapat disampaikan melalui E-mail:  hsn_5805@yahoo.co.id

Ingin mendapatkan kiriman ringkasan ta’lim secara rutin silahkan gabung di Facebook Group Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY: http://www.facebook.com/groups/alkifahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar